Kepala Seksi Pendapatan Retribusi mempunyai rincian tugas sebagai berikut: Hasil

h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

9.3 Kepala Seksi Pendapatan Retribusi mempunyai rincian tugas sebagai berikut:

a. Menyusun program kerja Seksi Pendapatan Retribusi. b. Mengadakan koordinasi dengan dinas terkait mengenai pendapatan retribusi daerah. c. Membuat laporan realisasi penerimaan daerah setiap bulannya. d. Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian Sasaran Kerja Pegawai SKP. e. Melaksanakan tugas dan fungsi yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

9.4 Kepala Seksi Pendapatan Lain-Lain mempunyai rincian tugas sebagai berikut:

a. Menyusun program kerja Seksi Pendapatan Lain-lain. b. Mengadakan koordinasi dengan dinas terkait mengenai pendapatan lain-lain daerah. c. Membuat laporan realisasi penerimaan pendapatan lain-lain setiap bulannya. d. Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian Sasaran Kerja Pegawai SKP. Universitas Sumatera Utara e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Universitas Sumatera Utara BAB V PENYAJIAN DATA Dalam bab ini akan menyajikan data-data yang ditemukan dilapangan ketika peneliti melakukan penelitian di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang terkait dengan Intensifikasi Pemunguta Pajak Reklame Guna Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Data-data yang peneliti temukan diperoleh dari informan utama dan informan kunci yatu pegawai DISPENDA Kabupaten Deli Serdang dan informan tambahan yaitu masyarkat yang mengurus pajak reklame di Kabupaten Deli Serdang. Adapun hasil ini merupakan data yang langsung peneliti dapatkan di lapangan yang pada akhirnya dapat dianalisis berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dan menjawab masalah pada penelitian ini. Adapun pengumpulan data yang peneliti lakukan diperoleh melalui wawancara terhadap informan , observasi pengamatan langsung dan juga dokumentasi. Informan kunci terdiri dari satu orang yaitu Bapak M. H Tambunan, SE yang menjabat sebagai Kepala Seksi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain. Informan Kunci terdiri dari dua orang yaitu Ibu Frida Hanum Simatupang, SE yang menjabar sebagai Kepala Seksi Pemeriksaan dan Bapak Saritua Gultom, SH yang menjabat sebagai Kepala Subbagian Umum. Dan untuk informan tambahan terdiri dari lima orang masyarakat yang mengurus pajak reklame di DISPENDA Kabupaten Deli Serdang. Pajak Reklame termasuk salah satu sumber pendapatan asli Daerah yang sangat berpotensial jikalau dikelola dengan baik. Di Kabupaten Deli Serdang, Universitas Sumatera Utara pajak reklame merupakan penerimaan pajak nomor 7 setiapnya pada pendapatan asli daerah. Setiap tahunnya, telah ditargetkan atau direncanakan seberapa besar jumlah yang harus dicapai dalam penerimaan pajak reklame ini, namun realisasinya selalu diluar dari target yang telah ditargetkan. Untuk itu, perlulah dilakukan intensifikasi pajak reklame. Intensifikasi pajak reklame merupakan kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar, dan dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi pajak penambahan Wajib Pajak yang terdaftar. Tujuannya adalah untuk mengintensifkan semua usahanya dalam meningkatkan penerimaan pajak. Karena pada akhirnya, penerimaan pajak reklame inipun akan digunakan untuk pembangunan di kabupaten Deli Serdang. 5. 1 Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame Kabupaten Deli Serdang 5.1.1 Proses Pemungutan Pajak Reklame Pajak reklame adalah pajak yang senantiasa akan selalu meningkat setiap tahunnya tergantung pada pengelolaan yang dilakukan oleh pihak terkait. Untuk itu, sangat diperlukan perhatian khusus dalam hal pemungutan pajak ini agar pada akhirnya memperoleh hasil sesuai dengan apa yang ditargetkan. Pemungutan pajak reklame adalah hal yang wajar untuk dilakukan, mengingat bahwa pengertian reklame menurut Perda Kabupaten Deli Serdang No. 2 Tahun 2011 tentang pajak Daerah adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan coraknya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan atau menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan dinikmati oleh umum. Universitas Sumatera Utara Artinya, setiap penyelenggara pajak reklame pasti akan mendapatkan keuntungan dari reklamenya. Karena mendapat keuntungan inilah, maka dipungutnya pajak reklame. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bpk M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Reklame ini makanya dikutip pajaknya, karena kalau kita lihat dari pengertiannya itu mengandung tujuan komersial atau bisnis. Misalnya, reklame Sensodyne, disini masyarakat sudah tertarik dan tahu mengenai reklame, dan produknya pasti dibeli oleh masyarakat. Nah, dari pembelian iini, Senodyne kan mendapatkan keuntungan. Nah, dari keuntungan yang didapat, makanya dikutip pajaknya. Kan gunanya untuk menunjang pembangunan daerah” wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Hal inipun serupa dengan yang diungkapkan oleh Bpk. Saritua Gultom, SH selaku Kepala Sub Bagian Umum: “reklame kan dibuat untuk tujuan komersil yang akan mendapat keuntungan. Dari keuntungan yang didapat Wajib Pajak, kita pungut pajaknya. Masa Wajib Pajak berani jual, tapi memenuhi kewajibannya sebagai Wajib Pajak” Wawancara pada tanggal 11 maret 2016 Tetapi tidak semua reklame yang diselenggarakan harus dipungut pajaknya. Seperti yang tertuang dalam Perda Kabupaten Deli Serdang No. 2 Tahun 2011 tentang pajak Daerah Pasal 23 menyatakan reklame yang dilakukan pemerintah, tempat ibadah, kegiatan sosial, partai politik dan organisasi masyarakat. Ini juga sependapat dengan pernyataan Bpk M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Tidak semua reklame yang kita pungut ia. Reklame untuk sosial seperti dari pemerintah, organisasi ataupun terkait agama seprti tulisan gereja HKBP itu tidak dipungut” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Ini sedikit membukakan pemikiran peneliti, yang dimana dulu peneliti menanggap semua reklame yang terpasang harus dipungut, ternyata ada objek Universitas Sumatera Utara reklame yang tidak dipungut. Gambar berikut sebagai dokumentasi untuk membedakan mana reklame yang dipungut dan tidak dipunggut. Gambar 5.1 Contoh Reklame Yang Dipungut dan Tidak Dipungut Ini termasuk reklame yang dipunggut pajaknya. Jenis Reklame Billboard. Reklame ini berisikan tentang iklan suatu produk dengan merek Minuman Markizza dan Sirup Pohon Pinang yang diselenggarakan oleh salah satu Wajib Pajak. Ini termasuk reklame yang tidak dipunggut pajaknya. Dengan jenis reklame billboard. Reklame ini diselenggarakan oleh bagian dari Pemerintah yaitu Badan Narkotika Nasional Sumatera Utara yang dimana reklame ini berisikan bahaya Narkoba untuk masa depan. Sumber : Dokumentasi Foto 12 maret 2016 Dari hal diatas, setiap adanya penyelenggaraan pajak reklame, Wajib Pajak harus mendaftarkannya, sehingga terbebanlah pajak yang harus dibayar. Dalam hal tahap-tahap prosedur dalam pendaftaran sampai penetapan tergolong tidak berbelit-belit. Ini sesuai dengan yang pernyataan Bpk M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: Universitas Sumatera Utara “Wajib Pajak harus punya surat izin menyelenggarakan reklame, setelah ada suratnya diberitahu dan mendaftar ke DISPENDA, Wajib Pajak akan mendapat SPTPD Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, mereka harus ngisi syarat-syarat yang ada kayak nama, alamat Wajib Pajak, jenis dan ukuran reklame, setelah itu, dikeluarkanlah SKPD Surat Ketetapan Pajak Daerah, Waijb Pajak menggunakan itu untuk bayar ke Bank SUMUT dengan bukti SSPD Surat Setoran Pajak Daerah, terus kita registrasi ke Bendahara” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016 Hal inipun sependapat dengan yang dinyatakan oleh Ibu Frida Hanum Simatupang, SE selaku Kasi Pemeriksaan: “Setalah dapat surat izin dari badan Perizinan, Wajib Pajak ngelapor ke kita. Mengisi data yang harus diisi di SPTPD. Sebelumnya kita daftarkan dulu NPWPD Nomor Pokok Wajib Pajak daerah. Trus setelah didata kita tetapkan SKPDnya. Tinggal bayarlah mereka ke kas daerah melalui Bank SUMUT yang ada di Deli Serdang” Wawancara pada tanggal 03 Maret 2016 Dari pertanyaan diatas, dapat dijelaskan secara urut prosedur dalam penyelenggaraan reklame yaitu: 1. Setiap Wajib Pajak yang akan menyelenggarakan reklame harus mendapatkan surat izin penyelenggaraan reklame di badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Deli Serdang. 2. Setelah mendapatkan surat izin, Wajib Pajak melapor ke DISPENDA Kabupaten Deli Serdang untuk menentapkan pajak yang harus dibayar dengan membawa surat izin yang telah didapatkan. Gambar berikut contoh surat yang dikeluarkan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan. Gambar 5.2 Surat Penyelenggaraan Izin Reklame Universitas Sumatera Utara Dokumentasi pada tanggal 11 Maret 2016 Sumber: Dinas Pendapatan kabupaten Deli Serdang 3. Kemudian pihak DISPENDA akan memberikan surat pendaftaran dan juga Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah NPWPD 4. Setelah mendapatkan NPWPD, Wajib Pajak harus mengisi secara benar dan baik Surat Pemberitahuan Pajak Daerah SPTPD yang dimana sesuai dengan Surat Izin yang telah dikeluarkan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Deli Serdang. 5. Dengan SPTPD yang diisi oleh Wajib Pajak, maka dilakukanlah penghitungan nilai pajak yang harus dibayar. Berikut gambar SPTPD yang dikeluarkan oleh DISPENDA Deli Serdang. Gambar 5.3 Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Dokumentasi pada tanggal 11 Maret 2016 Sumber: Dinas Pendapatan kabupaten Deli Serdang 6. Selanjutnya pihak DISPENDA Deli Serdang mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah SKPD yang diberikan kepada Wajib Pajak tersebut. Universitas Sumatera Utara 7. Setelah diterbitkannya SKPD, maka Wajib Pajak harus membayar ke kas daereah melalui Bank SUMUT dengan bukti SSPD Surat Setoran Pajak Daerah. Sesuai dengan prosedur pajak reklame, akan ditetapkanlah SKPD yang dimana memuat pajak yang harus dibayar. Telah ditentukan tarif pengenaan pajak reklame yaitu 25 dari nilai sewa reklame. Ini sesuai denggan yang disampaikan Bpk oleh Bpk M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain- Lain: “Untuk tarif kita adil ia untuk semua wajib pajak. Karena sayarat pemungutan pajak salah satunya harus adil, tanpa memandang itu saudara atau nggak, kaya atau miskin. Untuk tarif bukan kita yang tentukan, karena semua sudah diatur oleh peraturan dan perundang- undangan yang berlaku. Kita hanya pelaksana teknis saja.Untuk tarif pajaknya sesuai peraturan yang berlaku 25 dari nilai sewa” wawancara pada tanggal 01 Maret 2016. Nilai Sewa reklame ini didapatkan dari perhitungan sesuai dengan Peraturan Bupati Deli Serdang No. 435 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perhitungan Nilai Sewa Reklame, Nilai Dasar Reklame Dan Nilai Startegis Daerah Kabupaten Deli Serdang. Tabel 5.1 Perhitungan Nilai Sewa Reklame N O JENIS REKLAME UKURAN REKLAME NILAI DASAR SEWA REKLAME RpM2hari NILAI STRATEGIS JALAN KELAS I RpM 2 tahun JALAN KELAS II RpM 2 tahun 1 Reklame PapanBaliho BillboardVid eotronMegatr Lebih dari 1M 2.000 3.500.000 2.000.000 Universitas Sumatera Utara onlarge Electronic Display LED dan Sejenisnya 2 Bus SellerReklam e Berjalan Semua Ukuran 4.000 80.000 80.000 3 Neon Box Outdoor Semua Ukuran 3.000 85.000 80.000 4 PNT Semua Ukuran 2.100 50.000 40.000 5 Vertical Banner Semua Ukuran 2.000 50.000 40.000 6 Merek Toko Lebih dari 1M kecuali berupa Neon BoxLED Semua Ukuran 1.200 40.000 40.000 7 Reklame Kain Semua Ukuran 4.000 15.000 10.000 8 Shop Sign Semua Ukuran 2.500 4.500 4000 9 Reklame Peragaan ≥ 2 M ≥ 2 M 1.000 1.500 3.500 3.500 3.000 3.000 10 Branding Toko ≤ 100 M 100 M 3.000 3.500 3.500 3.500 3.000 3.000 11 Tin Plate ≤ 1 M 1 M 3.000 3.500 3.500 3.500 3.000 3.000 12 Reklame Apung ≤ 2 M 2 M 1.100 1500 3.500 3.500 3.000 3.000 13 Neon Box Indoor ≤ 2 M 2 M 1.000 1.500 3.500 3.500 3.000 3.000 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang Untuk lebih jelasnya lagi, saat peneliti melakukan wawancara pada Bpk. M. H Tambunan, peneliti binggung bagaimana penentuan pajak yang dimaksud. Untuk itu, Secara langsung Bpk M. H Tambunan mengajari peneliti untuk menghitungnya. Dan ini mungkin yang dilakukan jika ada Wajib Pajak yang tidak mengerti menghitungnya. Berikut Peneliti berikan contoh untuk menghitung pajak reklame. Universitas Sumatera Utara Sebagai contoh, ada Wajib Pajak yang menyelengarakan reklame dengan bentuk baliho dengan ukuran 3 x 4 dalam jangka waktu satu tahun 365 yang dimana nilai dasar reklame Rp 2000 per hari. Untuk lokasi penempatan berada di jalur I yaitu bandara kuala namu dengan nilai strategis Rp. 3.500.000. Maka pajak yang dikenakan: Nilai Sewa Reklame = Ukuran reklame x jangka waktu x nilai dasar reklame + ukuran Reklame x Nilai Strategis = 12 x 365 x Rp. 2000 + 12 x Rp. 3.500.000 = Rp. 8.760.000 + Rp. 42.000.000 = Rp. 50.760.000 Maka pajak yang harus dibayar = 25 x Nilai sewa reklame = 25 x Rp. 50.760.000 = Rp. 12.690.000 Saat telah dihitungnya pajak reklame yang harus dibayar, diterbitkannya lah SKPD dan dibayar ke Bank SUMUT dengan bukti SSPD Surat Setoran Pajak Daerah.

5.1.2 Pelaksanaan Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame

Dalam pelaksanaan kegiatan intensifikasi pajakk reklame dilakukan mulai awal pendaftaran sampai pada pemungutan pajak. Ini berguna agar tidak tercapai kesalahan mulai yang akan merusak pencapaian realisasi target pajak reklame.

5.1.2.1 Proses Pendaftaran dan Sistem Pemungutan Pajak Reklame

Awal pendaftaran, wajib pajak harus melampirkan surat izin menyelenggarakan reklame yang didapat daari Badan Pernanaman Modal dan Perizinan. Setelah ada surat izin barulah para wajib pajak mengisi data pribadi yanga ada dalam surat pendaftaran. Untuk proses dalam pendaftaranpun tidak Universitas Sumatera Utara terlalu ribet atau susah. Ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bpk M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan daLain-Lain: “Wajib pajak mudah mengerti dan tidak susah mengisinya, karena dalam pendaftarannya, yang perlu diisi hanya nama, alamat, jenis reklame, ukuran dan macam-macam yang mudah dipahami. Yang diisipun sesuai dengan surat izin menyelengarakan reklame yang didapat dari Badan Penanaman Modal dan perizinan” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016 Hal inipun senada dengan yang disampaikan oleh Ibu Frida Hanum Simatupang, SE selaku Kasi Pemeriksaan: “Sangat mudah dan sederhana untuk dipahami masyarakat. Misalnyapun kalau mereka bingung, kita pasti akan menjelaskannya” Wawancara pada tanggal 03 Maret 2016 Pernyataan diataspun semakin diperkuat oleh Bpk. Syamsul selaku Wajib Pajak Reklame yang memasang reklame jenis Papan Nama Toko PNT PT. Oscar Mas di Kecamatan Tanjung Morawa menyatakan bahwa: “Sangat mudah untuk di isi, karena ‘kan yang diisi itu sesuai dengan surat perizinan yang didapat dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan” Wawancara pada tanggal 15 Maret 2016 via telepon. Hal senada juga diungkapkan oleh Ady Lestari Advertising salah satu pihak ketiga atau badan jasa penyelenggaraan reklame yang dimana salah satu kontruksi reklemenya berada di Kecamatan Batang Kuis yang menyatakan bahwa: “Kita mudah mengisi syarat-syarat yang diperlukan. Kitakan advertising, jadi kita punya hubungan yang dekat dengan DISPENDA. Jadi tidak pernah dipersulit” Wawancara pada tanggal 15 Maret 2016 via telepon Dengan pendaftaran yang dapat dikatakan mudah untuk dilakukan jarang terjadi kesalahan pengisian data . Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Frida Hanum Simatupang selaku Kasi Pemeriksaan: Universitas Sumatera Utara “Kesalahan pengisian data Wajib Pajak pernah terjadi, tapi gak sering. Kalau salah pengisian kita masukkan ke nota dinas atau berita acara, terus kita suruh lagi Wajib Pajak untuk ngisi ulang” Wawancara pada tanggal 03 Mater 2016 Selanjutnya, proses setelah pendaftaran sampai ditetapkannya jumlah pajak yang harus dibayar, tidak terlalu lama hanya sekitar 2-3 hari. Hal ini sesuai dwngan yang disampaikan oleh Bpk M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Jangka waktu dikeluarkannya SKPD itu 2 hari tetapi di hari jam kerja. Kalau misalnya merekanya daftarkan Jumat, selesainya hari senin” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016 Hal ini juga disampaikan oleh Bpk Syamsul selaku Wajib Pajak Reklame yang memasang reklame jenis Papan Nama Toko PNT PT. Oscar Mas di Kecamatan Tanjung Morawa menyatakan bahwa:: “Saya urus surat-surat yang harus diisi, mereka bilang 2-3 hari selesai.Tetapi karena saya tidak ada waktu, sampai sekarang, belum saya ambil” Wawancara pada tanggal 15 Maret 2016 via telepon Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Fristy selaku Wajib Pajak Reklame yang memasang reklame Jenis Papan Nama Toko PNT Toko Fristy di Kecamatan Batang Kuis menyatakan bahwa: Kita ngurusnya kemaren itu cuma 3 hari, setelah itu kita ambillah SKPD, biar kita bayar pajaknya” Wawancara pada tanggal 12 Maret 2016. Dari hal diatas dapat dikatakan bahwa prosedur tidak sulit dimengerti oleh Wajib Pajak karena hal-hal yang perlu diisi sesuai dengan yang ada pada surat izin penyelengaraan reklame yang didapat dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan, dan jangka waktunya pun hanya dua sampai tiga hari. Universitas Sumatera Utara Dalam hal observasi, peneliti menemukan pengalaman saat melakukan penelitian di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang. Saat melakukan wawancara, ada dua orang dari Badan Statistik untuk menyelenggarakan reklame tentang sensus ekonomi. Dengan tanggap, pegawai yang mengetahui tentang pajak reklame langsung menjelaskan tahap-tahap yang perlu dilakukan untuk menyelenggarakan reklame. Karenapun belum mendapatkan izin penyelenggaraan reklame, pegawai DISPENDA ini langsung mengarahkan mereka untuk langsung datang ke Badan Penanaman Modal dan Perizinan untuk mendapat izin dan setelah mendapatkannya, baru datang lagi ke DISPENDA. Melalui pengamatan ini, berartipun pegawai akan juga melakukan hal yang sama jika ada Wajib Pajak yang tidak tahu tahap prosedur yang harus dilalui. Selain dalam proses pendaftaran yang lebih mudah dan tidak lama, juga DISPENDA menetapkan sistem pemungutan yang paling baik agartidak terjadi kesalahan perhitungan dan juga pelaporan jumlah pajak yang dibayar. Dalam proses penghitungan nilai sewa, DISPENDA menggunakan sistem pemunggutan yang dimana memberikan wewenang kepada siapa untuk mnghitung dan menentukan besar pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Untuk itu, sesuai dengan yang dinyatakan oleh Bpk M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita masih menetapkan sistem Self Assesment System berdasarkan pengakuan dari Wajib Pajak. Yang dimana kita percaya sama Wajib Pajak untuk mengitung sendiri pajak terhutangnya. Karena kita tahu kemampuan Wajib Pajaknya dan lagi pula sudah ada ditetapkan peraturan Bupati Deli Serdang No 435 tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perhitungan Nilai Sewa Reklame, Nilai Dasar Reklame dan Nilai strategis Daerah Kabupaten Deli Serdang. Dari peraturan ini kan jadi gampang menghitungnya” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara Hal ini cukup berbeda dengan yang disampaikan oleh Ibu Frida Hanum Simatupang, SE selaku Kasi Pemeriksaan: “Untuk sistem pemungutan, di dispenda ini pakai official assessent system dan self assessment system. Sebenarnya untuk pemungutan pajak reklame sendiri sebenarnya sudah diatur dan ditetapkan oleh pemerintah daerah sendiri, makanya ada Peraturan Bupati Deli Serdang no. 471 tahun 2011 tentang petunjuk teknis perhitungan nilai sewa reklame, nilai dasar reklama dan nilai strategis. Dari situlah nantinya Wajib Pajak menghitung berapa pajak reklamenya yang terhutang. Dan karna ada peraturan itu, maka sistem pemungutan pajak reklame sebenarnya self assessment system karena mereka sudah tahu cara mengitung sendiri. Tapi, namanya masyarakat ada yang nggak tau cara hitungnya, kita sebagai pelayan masyarakat, kita harus bantu mereka menghitungnya, barulah memakai official assessent system” Wawancara pada tanggal 03 Maret 2016. Menurut Bapak Syamsul sebagai Wajib Pajak Reklame yang memasang reklame jenis Papan Nama Toko PNT PT. Oscar Mas di Kecamatan Tanjung Morawa menyatakan bahwa: Penghitungan saya serahkan semua ke DISPENDA. Biar mereka yang menghitung. Sudah dua kali saya mengurus, mereka yang mengitung. Saya percaya karnakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku” Wawancara pada tanggal 15 Maret 2016 via telepon Expert Advertising selaku Wajib Pajak Reklame yang menjadi pihak ketiga atau badan jasa penyelenggaraan reklame yang salah satu pengiklanannya berada di Kecamatan Tanjung Morawa menyatakan bahwa: Kita menghitung sendiri dengan ketentuan yang telah berlaku. Kita sudah sering menyelenggarakan reklame, jadi untuk penghitungan sendiri kita sudah tau” Wawancara pada tanggal 12 Maret 2016 Kemudian hal ini lebih dipertegas oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: Universitas Sumatera Utara “Kita kan sudah percaya sama Wajib Pajak sendiri .Masyarakat jujur dalam dalam penghitungannya. 99 jujur” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016. Dari pernyataan diatas, disimpulkan bahwa DISPENDA sendiri sebenarnya menetapkan self assessment system karena telah mempercayakan Wajib Pajak mengaku berapa besar pajak yang harus dibayarnya. Tetapi tidak menutup kemungkinan DISPENDA menggunakan official assessent system saat Wajib Pajak tidak atau belum mengerti menghitung pajaknya sendiri.

5.1.2.2 Pendataan Dan Pendataan Ulang Wajib Pajak

Sebagaimana diketahui bahwa reklame yang terpasang tahun ini kemungkinan akan terjadi perubahan pada jumlah pajak reklame. dilakukan mengidentifikasi objek pajak baru dan juga berpotensial, Updating data dan pendataan ulang Objek Pajak Reklame. Dalam hal identifikasi pajak baru dan berpotensial, DISPENDA selalu menggunakan data yang ada dengan yang dilaporkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita kan ada data yang telah dibuat, kalau misalnya kita terjun ke lapangan, dan ditemukan objek pajak yang belum terdaftar, langsung kita koordinasi dengan Badan Penanaman Modal dan UPT kecamatan yang bersangkutan” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Pernyataan ini kemudian ditambahi dengan bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita tidak akan membedakan mana yang potensial mana yang tidak, mana yang baru atau tidak. Semua sama. Yang penting bagi kita, setiap badan atau usaha yang menyelenggarakan reklame menurut ketentuan wajib membayar pajak. Selama itu reklame, itu semua berpotensi buat kita untuk realisai pajak reklame. Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara Dalam hal updating data, DISPENDA akan mendata mana pajak yang sudah terdaftar dan tidak terdaftar. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita selalu mendata baik yang sudah terdaftar ataupun tidak terdaftar. Kerjaan kita selalu keliling-keliling. Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016. Hal yang akan dilakukan oleh DISPENDA ketika mereka terjun langsung ke lapangan kalau didapat ada yang tidak terdaftar langsung diambil tindakan tegas. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Misalnya waktu kita ke lapangan, ditemukan reklame yang tidak terdaftar, kita bilang ke Penanaman Modal, reklame yang disana udah dapat izin, kita mau tagih pajaknya. Harus tau, tugas dari Penanaman Modal dan Perizinan mengumpul atau mengcover semua reklame yang terkait izin dan dan golnya mencari reklame yang tidak memiliki izin, kalau kita DISPENDA semua reklame terkait iklan dan golnya pajak yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016 Menurut Ibu Frida Hanum Simatupang, SE selaku Kasi Pemeriksaan: “Untuk sanksi pasti kita berlakukan. Kalau kita jumpai ada reklame yang tidak terdaftar, Kita koordinasi sama Badan perizinan, kalau ada datanya sama mereka, kita langsung jumpa sama yang masang itu Reklame. Kalau dia ngakui langsung kita buat Surat Ketetapan Pajak Daerah. Tapi kalau dia nggak ngakui langsung kita buat surat kita kasih ke Kepala Dinas dan Bupati untuk dituntuk ke kejaksaan” Wawancara pada tanggal 03 Maret 2016. Selain itu, DISPENDA juga berkoordinasi dengan pihak UPT yang ada dikecamatan, dimana untuk melakukan pendapatan berapa jumlah data objek pajak yang ada di setiap kecamatan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: Universitas Sumatera Utara “Kita melakukan pendataan dengan koordinasi dengan pihak UPT yang ada di setiap kecamatan yang di Deli Serdang. UPT kecamatanlah yang nanti mendata dan mengaplikasikan pajak reklame yang bayar sama yang tidak bayar. berapa reklame yang ada ditempatnya, berapa baliho, berapa. Makanya dari pendataan mereka dikasih sama kita. Terus kita update dan lihat sesuai nggak sama yang dilaporkan” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Selanjutnya, hal yang dilakukan sesuai dengan pernyataan Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Untuk Wajib Pajak yang belum terdaftar dipanggil melalui UPT yang ada di kecamatan. Misalnya kalau reklamenya itu Papan Nama Toko, langsung aja dia ke objek pajak, bahwa dia belum bayar pajak sesuai data yang kita punya. Itu makanya kita tagih, bisa melalui kita atau pihak Kecamatan. Tetapi bayarnya ia harus ke Bank SUMUT. UPT kecamatan hanya pada pendataan saja. Untuk penerbitan SKPD itu tetap dari DISPENDA” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Selain itu, DISPENDA juga melakukan pendataan ulang terhadap pajak reklame yang telah didaftarkan. Yang dimana melihat data yang telah dilaporkan sesuai atau tidak dengan yang ditemukan dilapangan. Hal ini Sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu Frida Hanum Simatupang, SE selaku Kasi Pemeriksaan: “Kita selalu memeriksa ulang semua yang didaftarkan oleh Wajib Pajak. Semua data dikasih ke bidang pendataan, diteliti ulang biar tidak terjadi kesalahan pengisian, lalu dikasih lagi ke bidang pemeriksaan. Setelah itu harus kita sesuaikan antara data yang diisi sama yang dilapangan” Wawancara pada tanggal 03 Maret 3016. Hal ini juga senada dengan yang dinyatakan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Ini gunanya untuk melihat adanya pelaporan yang salah. Misal yang Wajib Pajak laporkan hanya 10 reklame untuk satu kecamaten, tapi ternyata kita temukan 13. Berarti inikan pembohongan data” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Selanjutnya pernyataan kemudian ditambahan lagi oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: Universitas Sumatera Utara “Karena kita menetapkan sistem Self Assesment System berdasarkan pengakuan dari Wajib Pajak. Yang dimana kita percaya sama Wajib Pajak untuk mengitung sendiri pajak terhutangnya. Tapi misalnya waktu kita ke lapangan, ternyata kita temukan tidak sesuai dengan yang dilaporkan kita buat SKPKBT Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang kita kasih ke Wajib Pajaknya. Kita bilang “Bu, ternyata yang ibu bayar itu 3x4, padahal setelah kami tinjau itu 5x6, Ibu ia harus bayar lagi” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Dari pernyataan diatas, berarti DISPENDA melakukan updating data dengan berkoordinasi dengan UPT yang ada di setiap kecamatan dan melakukan pendataan ulang dengan melihat atau terjun langsung ke lapangan.

5.1.2.3 Pemahaman Peraturan Yang Berlaku

Setiap pajak yang telah didaftarkan harus segara dipungut sesuai dengan beban yang ditanggung. Terkadang, suatu target tidak tercapai dikarenakan sistem pemungutan yang tidak jelas atauun cara pemungutan yang tidak efektif. Untuk itu diperlukan dasar sebagai pedoman dalam pemungutan pajak dan juga digunakan sebagai standar dan arahan untuk pihak terkait dalam hal pajak. Sebagaimana diketahui, Pajak telah diatur dalam UU No 23 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Untuk Daerah Kabupaten Deli Serdang perda yang mengatur adalah Perda No 02 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah, bahkan untuk pajak reklame juga diatur dalam Perbup No 435 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perhitungan Nilai Sewa Reklame, Nilai Dasar Reklame dan Nilai Strategis. Sebagaimana dikatakan diatas, Perda dapat dijadikan acuan dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Ibu Frida Hanum Simatupang selaku Kasi Pemeriksaan: Universitas Sumatera Utara “Kalau untuk peraturan tentang pajak, pastilah kita semua pegawai tahu. Itukan acuan kita untuk bekerja”Wawancara pada tanggal 03 Maret 2016 Selanjutnya, sesuai dengan pernyataan Bpk. Saritua Gultom, SH selaku Kepala Subbagian Umum: “Di peraturan itu kan sudah tertulis apa-apa saja yang menyangkut tentang pajak daerah. Kita bisa lihat objek pajak, subjek pajak, tarifnya, sistem pemungutan, sanksi dan lain-lain. Dari situlah kita jalankan peran kita sebagai pegawai DISPENDA” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016 Dari hal diatas berarti pegawai DISPENDA sudah mengerti Perda yang telah ditetapkan. tetapi peraturan bukan hanya untuk sekelompok orang, artinya masyarakat juga harus tahu tentang perda ini. Salah satu yang dilakukan oleh DISPENDA adalah dengan melakukan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat. Seperti hal yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita sosialisasi perda, bahwa sesuai dengan ketentuan dan peraturan daerah setiap yang memasang dan menyelenggarrakan reklame yang terkait dengan adanya nilai komersil harus pajak” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Frida Hanum Simatupang, SE selaku Kasi Pemeriksaan: “Penyuluhan telah dilakukan. Terkadang dilakukan sosialisasi kepada Wajib Pajak Reklame yang secara langsung dijumpai, dimana kita datangi ke rumah, terkadangpun kita lakukan sosialisasi dengan mengundang Wajib Pajak ke Dinpenda Deli Serdang” Wawancara pada tanggal 03 Maret 2016 Kemudian diperjelas lagi dengan pernyataan yang disampaiakan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: Universitas Sumatera Utara “Sosialisasi yang kita lakukan, kita jumpai langsung ada, kita surati ataupun melalui media massa seperti koran. Kita yakin masyarkatpun sudah tahunya bahwa kalau kita menyelenggarakan pajak, berarti kita harus bayar pajak. Kan peraturan pajak bukan baru-baru ini saja ditetapkan. Sudah sejak lama sudah ada peraturan. Pastinyalah masyarakat sudah tau.” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016. Berikut pernyataan yang diberikan oleh Bpk. Syamsul sebagai Wajib Pajak Reklame yang memasang reklame jenis Papan Nama Toko PNT PT. Oscar Mas di Kecamatan Tanjung Morawa : “Penyuluhan tidak pernah saya ikuti dan saya tidak pernah tahu ada penyuluhan yang dilakukan oleh DISPENDA. Saya pun tahu tentang pajak reklame ini karena ada peraturannya. Peraturannya itu dibaca, saya tahu ternyata reklame bayar pajak” Wawancara pada tanggal 12 Maret 2016 via telepon Sedangkan menurut Bpk. Bambang selaku Wajib Pajak Reklame yang jenis reklamenya Papan Nama Toko PNT CV. Bangun Bersama di Kecamatan Lubuk Pakam Menyatakan bahwa : “Kalau masalah penyuluhan saya tidak tahu ia pernah dilakukan atau tidak. Saya tahunya kalau masalah pajak ke DISPENDA. Ia saya datang ke sana, waktu pertama ngurus saya gak tau, terus dari pegawainya jelasi tentang peraturan dan tat cara bayarnya” Wawancara pada tanggal 15 Maret 2016 via telepon Selanjutnyapun disampaikan oleh Ady Lestari advertising sebagai Wajib Pajak Reklame pihak ketiga atau badan jasa yang dimana salah satu kontruksi reklemenya berada di Kecamatan Batang Kuis yang menyatakan bahwa “Kita kan advertising bu, jadi kita sudah paham tentang peraturan yang berlaku. Untuk penyuluhan saya tidak pernah ikut” Wawncara pada tanggal 15 Maret 2016 via telepon Dan tanggapan yang lainpun disampaikan oleh Ibu Fristy sebagai Wajib Pajak Reklame yang memasang reklame Jenis Papan Nama Toko PNT Toko Fristy di Kecamatan Batang Kuis menyatakan bahwa: Universitas Sumatera Utara “Penyuluhan saya tidak pernah ikut. Tapi kemaren ada dari DISPENDA datang, terus nanya ini PNT udah kena pajak bu?, saya jawab belum, terus mereka jelasi tentang pajak reklame itu. Akhirnya saya tau, itu harus bayar pajaknya dan sudah saya urus” Wawancara pada tanggal 12 Maret 2016 Dari pernyataan diatas, tidak bisa dijamin 100 pihak DISPENDA telah melakukan penyuluhan tentang peraturan yang berlaku jika berdasarkan hasil wawancara dengan Wajib Pajak Reklame. Selain penyuluhan atau sosialisasi, Pihak DISPENDA juga melakukan pendekatan kepada masyarakat agar mereka tahu tentang peraturan yang berlaku dengan cara memasang reklame di media massa. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Selain penyuluhan, kita menyampaikannya juga melalui media massa. Kita buat reklame tentang Pajak di sekitar Kabupaten Deli Serdang biar masyarakat baca dan tahu kewajibannya. Kemarenpun kita pernah buat di koran untuk mengajak masyarakat bayar pajak” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016

5.1.2.4 Memperkuat Kualitas SDM dan Pelayanan

Perkuatan sistem pemungutan baik jika sumber daya manusia pegawai yang ada memiliki peran yang cukup penting. Ini karena dengan SDM tidak sesuai dalam menjalankan tugasnya dapat menggangu keberhasilan dari pemungutan tersebut sehingga berpenggaruh pada realisasi target pajak reklame. Untuk itu diperlukanlah peningkatan kualitas SDM agar tugas dan pelayanan dapat diberikan. Pada DISPENDA Deli Serdang dengan peraturan dari dinas ini sendiri, untuk mempercepat pelayanan yang diberikan, jenis-jenis pajak daerah dibagikan Universitas Sumatera Utara ke setiap bidang-bidang yang ada. Mengenai SDM, untuk pajak reklame yang mengoordinir hanya dalam Bidang Peningkatan Pendapatan. Ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. Saritua Gultom, SH. selaku Kepala Subbagian Umum: “Kita beda ia sama dinas-dinas yang ada kabupaten lain. Disini pajak diatur perbidang, kayak reklame yang sedang ibu teliti, ini yang ngurus dari awal pendaftaran sampai pemungutan khusus bidang peningkatan pendapatan yang ngerjai. Jadi tidak ada campur tangan dari pegawai yang bukan bagiannya” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016 Kemudian diperjelas oleh Bpk. M. H Tambunan sebagai Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita disini perbidang dipertanggungjawabkan dengan masing-masing pajak daerah. Seperti untuk bidang peningkatan, kita dipercayakan dua pajak daerah. 1 pajak galian C dan satu lagi pajak reklame dan yang mengkoordinir dan yang lebih mengerti itu saya. Ia walaupun ada pegawai-pegawai yang terlibat dalam pemungutan pajak reklame. Semua data bermuara dari kita, bagian-bagian yang ada disini misalnya bagian pendataan hanya proses pengeditan. Mereka tidak bisa mengubah data, kalau tidak kita yang memberi” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Selanjutnya, pegawai harus menjalankan sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk M. H tambunan selaku Kepala Seksi Peningkatan Pendapatan dan lain-Lain: “Pegawai negeri disini sudah dibagi tugas sesuai dengan bidang masing-masing. Misalnya seperti saya di bidang reklame, sudah tugas saya yang mengontrol dan mengupdate data, mana yang sudah terdaftar mana yang belum. Ini saya jalankan sesuai dengan kemampuan saya.Saya harus pahami dulu apa-apa saja yang menyangkut reklame ini sendiri” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Selanjutnya kemudian diperjelas dengan waawancara berikutnya: “Kualitas SDM yang ada di DISPENDA tidak diragukan lagi. Kita akan terus belajar memberikan yang terbaik ke masyarakat. Kalau ada yang salah, kita elajari ketentuan yang ada, baru diperbaiki” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara Hal ini juga di sampaikan oleh ibu Frida hanum Simatupang selaku Kasi Pemeriksaan: “jadi untuk SDMnya sendiri, saya rasa mereka sudah memberikan yang terbaik untuk pemungutan paja reklame ini. Mereka sering melakukan pendapatan ulang terus pergi kelapangan” Wawancara pada tanggal 03 Maret 2016 Meningkatkan kualitas juga dilihat seberapa banyak kegiatan untuk mengisi ataupun memberi pelajaran kepada Pegawai terkait salah satunya dengan latihan. Dengan pernyataan ibu Frida Hanum Simatupang selaku Kasi bahwa: “Terakhir pelatihan tahun 2009 di Jakarta. Sejauh ini pegawai sudah paham bagiannya masing-masing, jadi nggak perlu pelatihan” Wawancara pada tanggal -3 Maret 2016 Kemudian Bpk M. H tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan lain-Lain menyatakan bahwa: “Kalau khusus untuk membahas Reklame belum ada ia pelatihannya, tetapi untuk yang berkaitan dengan yang lain pernah. Salah satunya, ini baru saja ada Kepala Bidang Peningkatan Pendapatan ini pergi ke Jakarta untuk pelatihan selama seminggu” Wawancara tanggal 01 Maret 2016 Dari pernyataan diatas DISPENDA yakin dengan kualitas dari SDM yang ada, tetapi tidak ada kegitan ataupun tindakan yang dilakukan guna memahami kembali tugas dan kewajiban yang harus dilakukan bahkan dapat meningkatkan pengetahuan pegaawai. Sebenarnya dalam peningkatan kualitas SDM bisa dilihat dari disiplinnya pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Artinya dengan datang tidak telat, mengerjakan bagian tepat waktu tidak deadline, terjun ke lapangan sesuai dengan yang di tentukan, ataupun bertemu dan berkoordinasi dengan UPT yang ada dikecamatan. Universitas Sumatera Utara Menurut yang disampaikan oleh Bpk M. H tambunan selaku Kepala Seksi Peningkatan Pendapatan dan lain-Lain: “Pastilah kita disiplin dalam melakukan pekerjaan dan tugas kita” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016. Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu Frida Hanum Simatupang, SE selaku Kepal Seksi Pemeriksaan: “Pegawai disini disiplinlah mengerjakan tugasnya. Kalau kita minta data, mereka langsung ngasih kok” Wawancara pada tanggal 03 Maret 2016 Tetapi peneliti menemukan hal yang sangat bertimbal balik dengan yang dikatakan oleh informan diatas. Peneliti terjun kelapangan tepatnya di DISPENDA sudah ada tujuh kali. Selama tujuh kali ini, peneliti datang sekitar jam 09 WIB sampai 09.30 WIB. Peneliti menemukan banyak pegawai yang belum tepat waktu datang ke kantor telat dan satu hari dimana pegawai belum datang tetapi wajib pajaknya sudah datang terlebih dahulu sehingga dia harus menunggu, saat sampai di kantor bukan tugasnya yang dikerjakan tetapi mengobrol dengan pegawai lain. Selain itupun banyak pegawai yang sekedar mengumpul disuatu tempat hanya untuk mengobrol. Ada pegawai yang menonton TV dengan volume cukup kuat di saat-saat jam kerja dan itupun kondisi masih sekitar jam 10 WIB padahal ada pegawai yang sedang mengerjakan bagiannya. Bahkan saat pengambilan data dengan salah satu pegawai, penelii disuruh untuk menunggu karena pegawai tersebut sedang mengerjakan tugasnya yang menumpuk. Selain itu, disiplin pada melihat bagaimana pegawai yang berperan dalam pemungutan pajak reklame memliki waktu untuk bertemu dan berkumpul untuk Universitas Sumatera Utara berkoordinasi akan data atau objek pajak. Hal ini disampaikan oleh Bpk M. H tambunan selaku Kepala Seksi Peningkatan Pendapatan dan lain-Lain: “Seharusnya setiap sebulan sekali melakukan koordinasi dengan UPT kecamatan sesuai prosedur yang berlaku. Karena ini biar lebih efisien” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Selanjutnya peneliti mengamati apa yang terjadi. Setelah pernyataan tersebut disampaikan, infornan berbicara dengan pegawai lain dengan suara yang seperti berbisik mengatakan “Koordinasi sama UPTD seharusnya sebulan sekali. Tapi aku malas kesana”. Berarti hal yang dinyatakan tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya dikerjakan oleh informan tersebut. Dalam kualitas SDM bisa juga dilihat dari tingkat pendidikan terakhir setiap pegawai. Tabel 5.2 Jumlah Pegawai Menurut Pendidikan N o Uraian Pendidikan Jlh S 2 S 1 D 4 D 3 D 2 D 1 SMA SMP S D 1 Kepala Dinas 1 1 2 Sekretaris 1 1 3 Kabid 4 4 4 KasubbagKasi 1 12 13 5 KUPTD 16 16 6 Staff 65 10 14 1 90 Total 1 99 10 14 1 125 Sumber : Renstra Tahun 2014-2019 DISPENDA Deli Serdang Jika kita lihat dari data tersebut, hampir 80 pegawai yang ada di DISPENDA sudah tamatan Sarjana S1 dengan jurusan yang mungkin berbeda- beda. Tetapi setidaknya sudah memiliki bekal yang cukup untuk untuk melaksanakan tugas yang sesuai dengan yang dilimpahkan. Bahkan 20 lagi, Universitas Sumatera Utara pendidikan pegawai S2, D3, SMA dan SMP. Tetapi sebenarnya dari data yang diatas jumlah pegawai ada 125 orang, tetapi dari data yang lain hanya terdapat 111 orang. Tabel 5.3 Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang No Uraian Jumlah 1 Kepala Dinas 1 2 Sekretaris 1 3 Kepala Bagian 4 4 Kasubbag 11 5 KUPTD - 6 Staff 94 Jumlah 111 Sumber : Renstra Tahun 2014-2019 DISPENDA Deli Serdang Kita kita bandingkan, terjadi ketidaksingkronan antara jumlah pegawai dengan jumlah pegawai yang berdasarkan pendidikan. Jika kita lihat pada tabel 5.4 KUPTD kosong, dan jika kita isi sesuai dengan tabel 5.3, tetapi tidak seimbang jumlahnya. Saat peneliti bertanya dengan Salah satu pegawai yang memegang renstra tersebut, dia menyatakan bahwa Ia, pegawai kita hanya 111 orang sesuai dengan ini menunjuk tabel julah pegawai. Tetapi setelah peneliti mencoba menghitung sesuai dengan data yang ada di tempat tinggal peneliti terjadi kesalahan jumlah yang dimana tidak sesuai jumlahnya seprti yang dikatakan oleh pegawai DISPENDA. Untuk itu penellitipun tidak dapat memastikan berapa jumlah pegawai DISPENDA Deli Serdang sebenarnya dan tidak bisa langsung mempercayai pernyataan pegawai tersebut. Dan untuk bidang peningkatan pendapatan yang memiliki tanggungjawab dalam pemungutan pajak reklame dengan informasi yang peniliti dapatkan, hanya berjumlah 13 orang yang Universitas Sumatera Utara dimana telah termasuk dengan kepala bidang dan kepala seksi. Dan dari 13 orang ini, yang peneliti temui hanya satu orang yang benar-benar mengerti tentang pemungutan pajak reklame dan dua orang yang sebagai tangan kanan dari satu orang yang mengerti ini. Untuk melihat sejauhmana kualitas yang diberikan oleh pegawai DSPENDA Kabupaten Deli Serdang juga sangat berkaitan dengan pelayanan yang diberikan. Dengan pelayanan yang diberikan, ini akan meningkatkan kepuasan tersendiri bagi Wajib Pajak, dengan arti kata mereka tidak akan menyesal karena telah membayar pajak. Untuk mengetahui kualitas yang diberikan pegawai, peneliti mewawncarai beberapa Wajib Pajak Reklame. Menurut Bpk. Syamsul yang memasang reklame jenis Papan Nama Toko PNT PT. Oscar Mas di Kecamatan Tanjung Morawa menyatakan bahwa: “Pelayanan yang mereka berikan baik. Sikapnyapun ramah. Mau menjelasi kalau kita bingung ngisi atau nghitung pajaknya. Tapi kemaren waktu saya ngurus agak tidak nyaman ia, karena kemaren sedang renovasi kantor, cukup berisiklah” Wawancara pada tanggal 15 Maret 2016 via telepon Menurut Expert Advertisng selaku Wajib Pajak Reklame yang menjadi pihak ketiga atau badan jasa penyelenggaraan reklame yang salah satu pengiklanannya berada di Kecamatan Tanjung Morawa menyatakan bahwa:: “Kalau segi pelayanan cukup baiklah. Pegawaipun cukup ramah dan baik dalam melaksanakan kerjaannya” Wawancara pada tanggal 15 Maret 2016 via telepon Dan tidak jauh beda dengan Ibu Fristy Wajib Pajak Reklame yang memasang reklame Jenis Papan Nama Toko PNT Toko Fristy di Kecamatan Batang Kuis menyatakan bahwa: Universitas Sumatera Utara “Ramah dan sangat baik mereka. Saat kita masuk, satpamnya langsung nanya, mau ada urusan apa bu? Saya jawab mau ngurus pajak reklame PNT, langsung satpamnya ngarahkan sama ke ruangan, sampe ruangan jumpa sama pegawai, dijelasin satu-satu yang pentingnya” Wawancara pada tanggal 12 Maret 2016 Menurut Bpk. M. H tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kualitas pelayanan disini baik. Karena pelayanan ke masyarakat harus kita laksanakan dengan sebaik mungkin sesuai dengan yang dibebankan kepada kita. Lagian kita ada kok kotak saran didepan, kalau misalnya mereka tidak puas, bisa dibuat surat ke kotak saran kan bisa jadi perubahan dan evaluasi ke depan” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016

5.1.2.5 Pengawasan dan Pemeriksaan

Pengawasan dan pemeriksaan adalah hal yang penting dalam hal intensifikasi, karena dengan pengawasan dan pemeriksaan mengurangi kecurangan yang akan dilakukan oleh wajib pajak dan menguji kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya sebagai Wajib Pajak sehingga dapat mendukung tercapainya realisasi pajak reklame. Pemeriksaan ini dilakukan atas dasar sistem pemungutan dimana pemeriksaan ini untuk meningkatkan pelayanan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak yang dimana dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP apakah terjadi kelebihan atau kerugian data. Pemeriksaaan ini juga dilakukan jika terdapat bukti bahwa SPOP yang disampaikan oleh Wajib Pajak tidak benar dengan yang terjadi dilapangan. Dengan kata lain, pemeriksaan ini dilakukan guna menghilangkan kecurangan yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Pemeriksaan ini dilakukan guna wajib pajak yang tidak dilaporkan agar segera Universitas Sumatera Utara dilaporkan, karena mengingat bahwa penerimaan pajak sebagai salah satu sumber dana untuk melakukan pembangunan didaerah. Dari informasi yang peneliti dapatkan di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang, hal tersebutpun juga telah dilakukan. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Frida Hanum, SE selaku Kasi Pemeriksaan: “Kita selalu memeriksa ulang semua yang didaftarkan oleh Wajib Pajak. Semua data dikasih ke bidang pendataan, diteliti ulang biar tidak terjadi kesalahan pengisian, lalu dikasih lagi ke bidang pemeriksaan. Setelah itu kita kasih sama yang kerja di lapangan, melihat dan harus di sesuaikan antara data yang diisi sama yang dilapangan” Hal inipun semakin ditegaskan oleh penyataan Pak M. H Tambunan selaku selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita melakukan pemeriksaan sesuai dengan data yang ada sama kita. pemeriksaan kita lihat lagi ke lapangan, kita bandingkan sama data, Ini gunanya untuk melihat adanya pelaporan yang salah. Misal yang Wajib Pajak laporkan hanya 10 reklame untuk satu kecamaten, tapi ternyata kita temukan 13. Berarti inikan pembohongan data” Selanjutnyapun, ketika dalam pemeriksaan didapati kesalahan, maka Wajib Pajak harus mengisi ulang SPTPDnya. Ini sesuai dengan pernyataan dari oleh Ibu Frida Hanum selaku Kasi Pemeriksaan: “Kalau salah pengisian kita masukkan ke nota dinas atau berita acara, terus kita suruh lagi Wajib Pajak untuk ngisi ulang SPOP biar kita menentukan pajak terhutang sebenarnya dari penyelenggaran reklamenya” Lebih lanjut lagi, DISPENDA juga melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap reklame liar dan tindak lanjutnya adalah penertiban. Sesuai denga yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan, SE selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: Universitas Sumatera Utara “Kita selalu melakukan pengawasan. Misalnya semalam kita lihat gak ada reklame disana, ehh tiba-tiba waktu kita kelapangan lagi ada itu reklame, kita tanya sama Badan Perizinan ternyata gak ada izin, ya udah kita langsung melakukan penertiban dengan cara pencopotan itu reklame” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Saat terjadi kecurangan dari pelaporan Wajib Pajak dengan pembohongan data, maka akan diterbitkannya SKPDKBT Surat Keterangan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan. Ini sesuai dengan penjelasan dari Bpk. M. H Tambunan, SE selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kecurangan Wajib Pajak itu kadang ini terjadi saat pelaporan yang tidak sesuai dengan yang ditemukan dilapangan. Misalnya saat pendaftaran dan pelaporan, Wajib Pajak nyampein berapa ukuran reklamenya. Terus kita buat SKPD, tapi setelah kita lakukan pemeriksaan ternyata beda dari yang dilaporkan, berati ada lagi yang seharusnya dibayar. Kita buatlah SKPDKBT” wawancara pada tanggal 11 Maret 2016 Dan lebih jelas dinyatakan bahwa: “Walaupun terjadi pelaporan yang kurang bayar, kita hanya menerbitkan SKPDKBT yang seharusnya pajak yang dibayar. Efek jera dari tindakan ini hanya pencabutan reklamenya. Tetapi kita keluarkan SP dulu. Tidak ada sama sekali sanksi administrasi yang dikeluarkan” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016. Dari pernyataan diatas dinyatakan bahwa tidak ada efek jera. Dan penelitipun menanyakan sekali lagi ada atau tidak, tetap jawabannya hanyalah pencabutan reklame. Padahal jika dilihat dari Peraturan Daerah No 2 tahun 2011 Tentang Pajak Daerah, pada Pasal 113: 1 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100 dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Dan ini juga tertuang dalam UU No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam Pasal 97: 3Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dikenakan sanksi Universitas Sumatera Utara administratif berupa kenaikan sebesar 100 seratus persen dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Dan pemeriksaan bukan hanya dilapangan, tetapi juga mendatangi rumah-rumah dari Wajib Pajak. Hal ini disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan, SE selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita juga mendatangi setiap rumah mereka ia, lakukan pemeriksaan, mulai dari izin sampai sudah dibayar atau tidak pajaknya” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Hal ini kemudian dipertanyakan ke Wajib Pajak Reklame, sehingga Bpk. Syamsul sebagai Wajib Pajak Reklame yang memasang reklame jenis Papan Nama Toko PNT PT. Oscar Mas di Kecamatan Tanjung Morawa menyatakan bahwa: “DISPENDA pernah kemari, nanya udah bayar, saya jawab udah, terus mereka minta liat buktinya, saya kasih” Wawancara pada tanggal 15 Maret 2016 via telepon Senada dengan itu, Ibu Fristy selaku Wajib Pajak Reklame yang memasang reklame Jenis Papan Nama Toko PNT Toko Fristy di Kecamatan Batang Kuis menyatakan bahwa: “Pernah datang kemari, minta bukti reklame BNT ini, ia saya kasih semua yang mengenai reklame”Wawancara pada tanggal 12 Maret 2016

5.1.2.6 Koordinasi

Dalam melaksanakan tugasnya, DISPENDA tidak hanya mengandalkan kemampuan sendiri untuk mencapai target yang telah ditentukan. Untuk itu dilakukanlah koordinasi dengan beberapa mitra yang mengetahui dan memahami tentang pajak reklame.Koordinasi dilakukan guna untuk lebih mengantisipasi Universitas Sumatera Utara terhdapa reklame liar dan juga pelaporan yang salah. Yang pertama, DISPENDA melakukan koordinasi dengan Badabn Penanaman Modal dan Perizinan, yang sebagaimana diketahui bahwa untuk menyelenggarakan reklame harus mendapatkan izin dari Badan tersebut dan untuk penetapan pajak barulah ke DISPENDA. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita akan koordinasi dengan pihak Badan Penanaman Modal Dan Perizinan. Misalnya waktu kita ke lapangan, ditemukan reklame yang tidak terdaftar, kita bilang ke Penanaman Modal, reklame yang disana udah dapat izin, kita mau tagih pajaknya. Harus tau, tugas dari Penanaman Modal dan Perizinan mengumpul atau mengcover semua reklame yang terkait izin dan dan golnya mencari reklame yang tidak memiliki izin, kalau kita DISPENDA semua reklame terkait iklan dan golnya pajak yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku” Wawanvara pada tanggal 11 Maret 2016 Yang kedua, berkoordinasi dengan pihak UPTD yang ada dikecamatan, untuk melihat dan mendata reklame. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita monitoring dan koordinasi juga dengan pihak UPTD di kecamatan, kita lihat ada tidaknya reklame liar. UPT kecamatan yang nanti mendata dan mengaplikasikan pajak reklame yang bayar sama yang tidak bayar.UPT kecamatan hanya pada pendataan saja. Untuk penerbitan SKPD itu tetap dari DISPENDA” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Dan ketiga dengan pihak ketiga yaitu Advertising. Karena kebanyakan reklame adalah iklan-iklan yang berada diluar Sumatera Utara. Dan untuk mengetahuinya harus berkoordinasi dengan advertising ini. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M.H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita juga berkoordinasi dengan advertising atau Biro jasa atau yang kita sebut pihak ketiga. Yang dominan untuk reklame adalah pihak advertising. Advertising ini yang mengcover usaha atau produk yang Universitas Sumatera Utara dimana pihak kedua itu diluar Kabupaten ini. Misalnya reklame Rinso. Rinso kan itu dari Jawa, tapi mereka ingin memasang reklame di Deli Serdang, maka mereka berkordinasi dengan pihak advertising ini. Karena mereka telah punya titik-titik yang tepat untuk menyelengarakan reklame” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016 Bahkan Expert Advertising selaku Wajib Pajak Reklame yang menjadi pihak ketiga atau badan jasa penyelenggaraan reklame yang salah satu pengiklanannya berada di Kecamatan Tanjung Morawa menyatakan bahwa: “Kita punya hubungan yang baik ia sama DISPENDA, kita dirikan advertising inipun bukan main-main, kalau kita reklamenya lebih ke kontruksi. Kalau misalnya kita dapat job dari 1 merek, kita langsung berhubungan kok sama DISPENDA” Wawancara tanggal 15 Maret 2016 Adveritising adalah pihak ketiga atau dikenal sebagai badan jasa untuk pengingklanan reklame. Menjadi pihak ketiga, ini dikarenakan mereka yang menyelenggarakan reklame tetapi reklame yang diselenggarakan tidak milik mereka atau tidak menguntungkan mereka dan reklame yang mereka selenggarakan berasal dari pihak kedua atau si pemilik reklame. Seperti yang dikatakan diatas, pihak ketiga ini berjalan, jikalau ada pihak kedua yang menggunakan jasa mereka. Misal dalam pengiklanan produk Rinso. Karena Produk ini berada di Jawa, tetapi ingin menarik simpati masyarakat di gi Sumatera Utara, terkhusus Deli Serdang, mereka menghubungi advertising untuk bisa menyelenggarakan reklamenya. Dan advertising inilah yang langsung bertatap muka dengan pihak DISPENDA Deli Serdang. Dari wawancara dengan Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain dan wawancara melalui telepon dengan pihak Expert Advertising dan Ody Edvertising, kepengurusan reklame di DISPENDA Deli Serdang sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Advertising telah memiliki kontruksi sendiri untuk penyelenggaraan reklame. Untuk tempat dan pendirian kontruksinya langsung berhubungan dengan Badan Penanaman Modal dan Perizinan, karena Badan inilah yang tahu titik-titik untuk memasang reklame. 2. Reklame yang dipasang oleh advertising di tempat kontruksi yang dimilikinya. Jadi mereka hanya membayar pajak reklame tersebut. 3. Untuk pajak reklamenya, pihak advertising langsung berurusan dengan pihak DISPENDA sebagai pihak ketiga. Dan untuk menentukan tarif pajak sama perhitungannya dengan wajib pajak yang menyelenggarakan reklame sendiri. Pajak yang dihitung berlangsung hanya satu tahun dan untuk melanjutkan reklame tersebut, harus membayar pajak lagi. 4. Advertising ini yang berurusan langsung dengan pihak kedua. Sebenarnya pihak kedualah yang menyelenggarakan reklame, tetapi advertising yang menjadi pihak ketiga, pihak kedua akan memberikan sejumlah uang sesuai dengan pajak yang dikenakan kepada pihak ketiga dan pihak ketiga akan membayar ke kas Daerah melalui Bank Sumut yang ada di Kabupaten Deli Serdang.

5.1.2.7 Penertiban Reklame Liar dan Keterlambatan Jatuh Tempo Pembayaran

Proses intensifikasi juga melakukan tindakan untuk setiap reklame liar yang ditemukan. Relame liar adalah salah satu hal yang sangat penting untuk dituntaskan. Dikarenakan dengan adanya reklame liar ini, akan menutup sebagian dari realisasi target pajak reklame. Seperti yang dinyatakan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: Universitas Sumatera Utara “Reklame liar ini sering dipasang malam hari, seperti kucing-kucingan dengan kami DISPENDA. Disitu DISPENDA kewalahan. Kan, kita tidak selalu melakukan penelitian di sepanjang Kabupaten ini”Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Dengan ditemukannya reklame liar di sepanjang Kabupaten Deli Serdang, maka yang dilakukan Penertiban. Ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Ia, kalau misalnya ditemukan Reklame Liar, kita harus melakukan penertiban” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Selanjutnya Ibu Frida Hanum Simatupang , SE selaku Kasi Pemeriksaan menyatakan bahwa: “Pajak reklame harus di tuntaskan. Seperti yang saya bilang tadi, kita ada jumpa reklame liar, kita tau orangnya, kita minta pertanggungjawabannya, kalau gak mau kita lakukan penertiban yaitu pencabutan dan mungkin akan kita tuntut dia” Wawancara pada tnggal 03 Maret 2016 Bahkan dipertegas lebih dalam lagi oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita akan selalu melakukan penertiban. Ini kita lakukan melalui koordinasi. DISPENDA dengan Badan Pemodalan dan Perizinan, Satpol PP dan juga TNI. Penrtiban yang tidak memiliki izin dilakukan karena telah melanggar peraturan yang ada. Sebelum penertiban, kita akan memberitahuan surat pemberitahuanperingatan” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Selain reklame liar yang ada, yang menjadi kendala adalah keterlambatan atau pembayaran yang telah jatuh tempo. Padahal menurut perda yang berlaku pembayaran pajak ini adalah 30 hari setelah SKPD diterbitkan atau paling lama 6 bulan sejak diterimanya SKPD oleh Wajib Pajak pada Perda No 02 tahun 2011 Tentang Pajak Daerah pada Pasal 86 ayat 1. Sehingga untuk keterlambatan pembayaranakan dikenakan sanksi. Ini sesuai dengan yang disampaikan oelh Ibu Frida Hanum, SE selaku Kasi Pemeriksaan: Universitas Sumatera Utara “Kalau terlambat bayar pajak Reklame jarang. Tapi kalau terlambat, kita kenakan sanksi, dimana Wajib Pajak harus bayar 2 perbulan dari jumlah pajak yang terhutang” Wawancara pada tanggal 03 Maret 2016 Begitu juga disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Untuk keterlambatan, pasti kita kenakan denda. Dendanya ini kita berikan setelah jatuh tempo. Walaupun misalnya Wajib Pajak sudah tahu dia jatuh tempo, tapi seminggu lagi saya bayarkan. Ini tetap kena denda” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Dan untuk wajib pajak yang sudah tahu pembayaran pajaknya telah jatuh tempo tetapi tetap tidak melakukan pembayaran, tindakan dari DISPENDA hanya pencabutan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Jadi untuk wajib pajak yang terlambat bayar tanpa memberi kabar, kita akan melakukan pencopotan atau pencabutan gambar atau iklan tersebut.Tetapi sebelum itu, kita DISPENDA buat surat peringatan.Tidak ada tindak pidana atau sanksi. Hanya sekedar pencabutan” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Tetapi bukan tidak setuju dengan hasil pernyataan dari informan dalam penelitian ini, saat peneliti mencoba untuk observasi langsung ke lapangan yaitu Kabupaten Deli Serdang yang dimana peneliti mencoba melihat dan bertanya-tanya terhadap wajib pajak khusus ONT di Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Batang Kuis, Kecamatan Sunggal, Kecamatan Lubuk Pakam dan Kecamatan Sibolangit, peneliti mencoba menjelaskan terkait pajak reklame, ada beberapa yang peneliti dapati yang tidak memiliki izin bahkan tidak membayar pajak akan penyelenggaraan reklame. Berarti peneliti tidak bisa percaya 100 terhadap penertiban yang dilakukan oleh DISPENDA

5.1.2.8 Perencanaan Target dan Realisasi Pajak Reklame

Universitas Sumatera Utara Proses intensifikasi dapat berjalan denggan baik jika sudah direncanakan terlebih dahulu dengan baik agar pada pelaksanaannya tahu dan mengerti akan apa yang harus dilakukan dan dicapai bukan bingung apa yang menjadi bagian tugasnya. Dengan perencanaan ini akan mempengaruhi penerimaan pajak reklame. Artinya jika rencana dilakukan dengan baik sesuai dengan kondisi yang terjadi maka akan meningkat penerimaan dari pajak reklame ini. Dalam hal perencanaan DISPENDA Deli Serdang telah melakukannya. Seperti yang diungkapkan oleh Bpk M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita selalu melakukan perencanaan ke depannya. Salah satunya, seperti di akhir tahun 2015 kemaren, kita rapat untuk merencanakan hal- hal apa yang harus dilakukan di tahun 2016, tujuannya untuk lebih meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui pajak daerah yang kami pungut” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016. Selain dari pernyataan Bpk. M. H Tambunan, penelitipun menemukan data yang dimana menyakini peneliti bahwa DISPENDA melakukan perencanaan. Ini dilhat dari RENSTRA DISPENDA yang dimana didalamnya terdapat program jangka menengah daerah untuk tahun 2014-2019. Walaupun tidak dispesifikan untuk pajak reklame, tetapi dengan adanya perencanaan ini secara tidak langsungpun akan digunakan untuk lebih meningkatkan penerimaan dari pajak reklame. Dalam perencanaan yang baik guna meningkatkan penerimaan bisa dilihat dari DISPENDA Deli Serdang yang melakukan dan menentukan target yang ingin dicapai untuk satu tahun anggaran. Penentuan target ini akan menjadi tolak ukur dalam menilai keberhasilan realisasi pemunguutan pajak reklame. Upaya yang Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh DISPENDA dalam menentukan target pajak reklame dengan melihat kondisi potensi, menganalisis data yanag ada dengan penerimaan yang ada ditahun sebelumnya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita memang selalu membuat target setiap tahunnya. Target yang kita buat ini berdasarkan asumsi yang menurut kita bisa kita dapat juga berdasarkan potensi yang ada” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Saat wawancara kembali, kemudian diperjelas dengan Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain yang menyatakan bahwa: “Untuk menentukan target pajak reklame, harus kita berdasarkan analisis data yang ada dengan penerimaan yang telah kita dapat sebelumnya. Setiap tahunnya kita selalu menaikkan target yang harus dicapai, walaupun saat melihat data dan target tidak pernah tercapai realisasinya” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016. Berdasarkan data dari DISPENDA Kabupaten Deli Serdang, target dan realisasi pendapatan daerah sari pajak reklame empat tahun berturut-turut 2012- 2015 sebagai berikut: Gambar 5.4 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang 0,00 2.000.000.000,00 4.000.000.000,00 6.000.000.000,00 8.000.000.000,00 2012 2013 2014 2015 target realisasi Universitas Sumatera Utara Dari hasil data tersebut menunjukkan bahwa penerimaan pajak reklame yang diperloleh pada tahun 2012-2015, pajak reklame yang ditetapkan oleh DISPENDA Deli Serdang setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan, namun ini tidak selaras dengan realisasi yang didapat dari peneriman pajak reklame. Jika kita lihat, realisasi jauh dari target dan tidak pernah mencapai target. Bahkan jika kita lihat untuk tahun 2013 dan 2014, penerimaan tidak sampai pada 40 dari target yang telah ditetapkan. Bahkan untuk melihat tingkat efektivitas pajak reklame dan laju pertumbuhannya sebagai berikut: Tahun Target Realisasi Efektivitas Laju Pertumbuhan 2012 2.500.000.000,00 1.509.345.329,42 60,37 - 2013 5.000.000.000,00 1.141.277.497,47 22,83 -24,39 2014 5.500.000.000,00 2.027.092.994,50 36,86 77,62 2015 6.050.000.000,00 4.557.227.734,51 75,33 124,82 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang Dari data diatas, didapati bahwa untuk efektivitas pajak reklame tergolong meningkat lalu menurun kemudian meningkat kembali. Hal ini dilihat tahun 2012 efektifnya pemungutan 60,37 dari target yang ditetapkan, tetai menurun menjadi 22,83 di tahun 2013. Secara perlahan meningkat ditahun 2014 sekitar 36,86 dan meningkat lebih cepat menjadi 75,33 . Kondisi ini menandakan penerimaan setiap tahunnya selalu meningkat dengan tingat efektif yang juga akan meningkat. Begitu juga dengan laju pertumbuhan. Dari data diatas dapat diketahui bahwa pertumbuhan penerimaan pajak reklame ditahun 2013 menurun dari tahun 2012, tetapi tahun 2014 dan 2015 signifikan mengalami peningkatan. Yang dimana Universitas Sumatera Utara tahun 2012 pertumbuhan pajak reklame dari 1.509.345.329,42 kemudian di tahun 2013 menurun menjadi 1.141.277.497,47. Selanjutnya pada tahun 2014 meningkat menjadi 2.027.092.994,50 dan terus meningkat pada tahun 2015 menjadi 4.557.227.734,51. Begitu pula dengan laju pertumbuhan pajak reklame mengalami peningkatan dari tahun 2013 sampai 2015. Sehingga jika kita rata- ratakan laju pertumbuhan pajak reklame sekitar 59,35. Peningkatan baik dari efektivitas dan laju pertumbuhan ini tidak lepas dari peran aktif dari pegawai DISPENDA untuk memungut pajak reklame dalam merealisasikan target yang telah dibuat. Walaupun realisasi meningkat setiap tahunnya, ini tidak dibarengi dengan pencapaian target yang dibuat. Jika dilihat bahwa realisasi tahun 2012 sampai 2015 tidak mencapai target yang telah ditetapkan. Bahkan DISPENDA yang telah menetapkan target ini pun sadar akan pencapaian mereka. Berikut penyataan Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita sadar kalau kita nggak pernah mencapai target yang kita buat. Asal ibu tau aja, target ini bukan sepenuhnya kita yang buat, walaupun sebenarnya kita yang kerja. Target ini dari pihak atas yang buat dan selalu meningkatkan target padahal didata yang kita buat tidak pernah mencapai target. Tapi ya gimanalah, kita ditugaskan untuk mencapai target, ia kita cuma kerjai aja sebisa kita, tercapai syukur, gak tercapai ya sudah, terima saja” Wawancara tanggal 01 Maret 2016 Tidak tercapainya pajak reklame dikarenakan adanya reklame liar dan juga tidak membayarnya wajib pajak. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Seperti tahun 2015, kita hanya bisa mencapai 75 dari target yang ada. Ini karena sebagian adalah reklame liar dan tidak membayarnya Wajib Pajak. Dan saat ini pun kita lagi berupaya untuk mengejar agar 100.Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara “Namanya reklame, pasti banyakan yang liar. Ini yang buat target kita ngggak tercapai. Setiap kali kita lakukan pengawasan, pasti ada reklame yang terpasang liar dan tidak punya izin. Udah kita lakukan pencabutan, tetap aja ada reklame liar yang terpasang lagi. Dari reklame liar inikan kita nggak dapat apa-apa” Wawancara 11 Maret 2016 Bahkan selanjutnya, target tidak dapat tercapai dikarenakan sifat reklame yang musiman, diperjelas dengan pernyataan Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain bahwa: “Karena reklame inikan musiman. Begitu marak, banyak reklamenya, sekali nggak, banyak yang kosong” Wawancara tanggal 16 Maret 2016 “Sifat reklame ini sifat temporer tidak permanen. Misal tahun ini dipasang, tahun depan tidak pasang. Artinya data yang kita dapat ditahun 2014 atau 2015, belum tentu di tahun 2016 data Wajib Pajak sama dengan tahun sebelumnyaJadi dalam menentukan target di tahun 2016 kita gunakan data di tahun 2015, padahal dipertengahan tahun, ada kemungkinan Wajib Pajak yang tidak memperpanjang Reklamenya. Artinya penerimaan pajak berkurang kan” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016. Dan untuk tidak membayarnya wajib pajak, berikut pernyataan dari Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Karena penetapan reklame hanya berlaku satu tahun. Karena begitu reklame itu berdiri, dia harus bayar pajak. Kalau tidak kita akan lakukan pencabutan. Reklame kalau satu tahun itu warnanya sudah kusam. Dan reklame yang menarik hanya tiga bulan saja.. Untuk itu, kita DISPENDA sebelum warnanya kusam, itu reklame yang kita kejar untuk dipungut. Karna kalau udah kusam, Wajib Pajak ikhlas untuk dicabut reklamenya” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016 Untuk lebih menjelaskan sifat reklame yang temporer atau musiman, saat peneliti mencoba berjalan-jalan sekitaran Kabupaten Deli Serdang di di Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Batang Kuis, Kecamatan Sunggal, Kecamatan Lubuk Pakam dan Kecamatan Sibolangit, peneliti menemukan beberapa papan reklame dengan jenis billboard ataupun Baliho yang tidak ada reklamenya. Misalnya dalam kecamatan Sunggal ada sekitar delapan yang tidak Universitas Sumatera Utara ada penyelenggaraan reklamenya, di Kecamatan Tanjung Morawa ada sekitar 3 atau 4 dan juga di kecamatan Batang Kuis ada sekitar 3 yang tidak ada penyelenggaraan reklamenya. Dengan jumlah yang dipaparkan diatas menunjukkan ada beberapa yang tidak ada pajaknya yang berarti mengurnagi penerimaan dan pencapaian target pajak reklame. Untuk pencapaian target juga dilihat dari kepatuhan wajib pajak dalam dalam membayarkan kewajibannya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu Frida Hanum Simatupang selaku Kasi Pemeriksaan: “Kepatuhan Wajib Pajak pastilah selalu meningkat. Buktinya dari realisasi pajak reklame ditahun 2014 kita tercapai 30 dan di tahun 2015 75 dari yang ditargetkan” Wawancara pada tanggal 03 Maret 2016. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Bpk Saritua Gultom, SH selaku Kepala Sub Bagian Umun: “Wajib pajak semakin meningkat sih kepatuhannya dalam membayar pajak. Kalau gak meningkat percumalah usaha-usaha yang telah kita lakukan” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016 Kepatuhan wajib pajak berarti tidak lepas dari sadarnya mereka dalam menjalankan kewajibannya. Tetapi untuk kesadaran wajib pajak masih kurang di Kabupaten Deli Serdang. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-lain: “Kesadaran masyarakat masih kurang ia disini.Udah kita tagih, kita surati, tapi tetap aja nggak mau bayar pajaknya. Karena tidak ada efek jera yang mengikat, yang membuat Wajib Pajak suka-suka hatinya, mau bayar atau tidak” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016

5. 2 Peran Pajak Reklame Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Universitas Sumatera Utara Kita melihat peran dan kontribusi pajak reklame terhadap pajak daerah bahkan kontribusinya dalam peningkatan pendapatan asli daerah yang berguna untuk mendanai pembangunan yang ada di Kabupaten Deli Serdang. Tabel 5.5 Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2013-2015 No. Jenis Penerimaan Pajak Tahun 2013 2014 2015 1 Pajak Hotel 395.758.867,00 1.038.371.651,62 1.224.690.123,94 2 Pajak Restoran 4.976.066.679,00 11.348.380.484,64 15.763.638.400,99 3 Pajak Hiburan 579.162.998,00 752.629.711,18 902.917.791,55 4 Pajak Reklame 1.141.277.497,47 2.027.092.994,50 4.557.227.734,51 5 Pajak Penerangan Jalan 68.631.343.485,00 82.369.139.481,00 101.477.250.650,00 6 Pajak Bahan Galian Gol. C 479.978.500,00 751.167.945,00 6.722.474.350,00 7 Pajak Sarang Burung Walet 23.300.000,00 20.800.000,00 17.600.000,00 8 Pajak Parkir 1.389.582.675,00 3.350.285.815,00 4.230.119.204,00 9 Pajak Air Bawah Tanah 5.572.174.939,32 8.340.580.318,63 9.231.624.787,44 10 Pajak PBB terkotaan dan Perdesaan 84.579.549.457,00 101.971.938.202,00 124.938.033.757,00 11 pajak BPHTB 85.474.733.607,57 90.236.664.615,00 99.995.135.319,20 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang Jika kita lihat dari data di atas dapat dikatakan bahwa penerimaan reklame adalah nomor tujuh dari sebelas pajak daerah. Dan yang penerimaan pertama adalah Pajak PBB Perkotaan dan Perdesaan. Tetapi ini bukan berarti pencapaian yang tertinggi yang harus dimaksimalkan. Karena mengingat pajak harus tetap dipungut setiap penyelenggaraanya mau penerimaannya besar ataupun kecil. Universitas Sumatera Utara Melihat lagi bahwa Kabupaten Deli Serdang cukup menjadi kabupaten yang besar untuk Provinsi Sumatera Utara dengan Potensi reklame yang juga cukup banyak. Untuk melihat basis penerimaan pajak reklame dikatakan baik juga dilihat seberapa besar kontribusinya dalam Pendapatan Asli Daerah. Tabel 5.6 Kontribusi Pajak Reklame Terhadap PAD dalam bentuk rupiah Tahun Pajak Reklame PAD Kontribusinya 2013 1.141.277.497,47 328.348.147.362,35 0,37 2014 2.027.092.994,50 391.911.016.739,97 0,52 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang Jika dilihat dari data di atas, peneliti hanya mendapatkan Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2013 dan 2014, karena 2015 tidak peneliti dapatkan. Kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah tidak mencapat 1 sehingga dapat dikatakan sangat kurang memberi kontribusi. Dilihat 2013 hanya mencapai 0,37 dan tahun 2014 0,52 . Ini menunjukkan bahwa dalam memperluas basis penerimaan belum tergali secara maksimal. Mengingat bahwa reklame dalam Kabupaten Deli Serdang cukup banyak untuk dipungut pajaknya.

5. 3 Hambatan dan Upaya Dalam Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame

Dalam melaksanakan intensifikasi yang dilakukan oleh DISPENDA Kabupaten Deli Serang, beberapa hal yang yang mnenyebabkan intensifikasi ini dapat berjalan dengan baik sehingga tidak dapat mencapai target yang telah ditentukan. Untuk hambatan yang terjadi dalam DISPENDA ini adalah yang pertama adalah kesadaran wajib pajak dalam melakukan kewajibannya. Ini sesuai Universitas Sumatera Utara dengan pernyataan Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kesadaran masyarakat cukup kurang ia disini, Untuk melaporkan dia menyelenggarakan reklame saja tidak mau, apalagi untuk membayarnya. Padahal sudah banyak kegiatan yang kita lakukan, sosialisasi, penyuluhan tapi kurang direspon oleh masyarakat sendiri” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016. Selanjutnya diperjelas oleh Ibu Frida Hanum Simatupang, SE selaku Kasi Pemeriksaan: “Paling utama sebenarnya kesadaran untuk membayar ia. Memang kita selalu meningkat realisasi, tapi bisa kalau kita lihat lagi sebenarnya target, berarti kesadaran untuk membayar masih kurang, Misalnya semua sadar untuk bayar, pasti target tercapai, bahkan bisa lebih” Wawancara pada tanggal 03 Maret 2016 Selanjutnya, selain pada kesadaran masyarakat, juga terletak pada sanksi yang ditetapkan. Memang sudah ada sanksi administrasi tetapi untuk sanksi pidana belum ada. Hal ini sesuai dengan dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Sanksi sangat kurang ya untuk membuat efek jera mereka. Cuma sanksi administrasi yang dibuat, berapalah itu untuk wajib pajak. Kalau misalnya ada sanksi pidana pasti ada efek jera bahkan buat wajib pajak untuk melaksanakan kewajibannya tepat waktu. Kita liat Eropa, mereka ada sanksi pidana yang dimana akan dipenjarakan atau ganti rugi, ini buat masyarakatnya gak mau ngelangarkan. Coba juga diberlakukan di Indonesia saya yakin pasti semua pajak terkhususnya reklame pasti tercapai realisasinya” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Selanjutnya yang menjadi hambatan adalah pengawasan yang dilakukan ke lapangan dengan jumlah pegawai yang tidak sesuai. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan: “Kita kan selalu ke lapangan untuk ngeliat apakah data sesuai atau tidak, ataupun ada reklame liar atau tidak. Kita hampir setiap hari selama jam kerja mengawasi. Tapi gimana lah, saya sendiri dibantu satu Universitas Sumatera Utara atau dua orang untuk mengawasi Kabupaten Deli Serdang ini sendirian, terus jumpai UPTD yang di kecamatan sebanyak 15 UPTD, gak sanggup saya. Jadi kadang-kadang, gak terjumpai semua UPDT atau pun ke lapangan. Bagi waktu saja susah kali” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016 Hambatan keempat dalam melaksanakan intensifikasi adalah reklame liar di sepanjang Kabupaten Deli Serdang. Dengan adanya reklame liar, membuat pegwai DISPENDA harus lebih bekerja keras bahkan juga memfokuskan pada reklame liar ini. Karen kalau bisa mengatasi reklame liar ini setidaknya membantu dalam pencapaian target pajak reklame. Reklame liar ini sangat mengganggu jalan-jalan di Kabupaten Deli Serdang, bahkan bisa dikatakan membuat kotor Deli Serdang, karen dipasang sembarangan tidak sesuai dengan zona jalan yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Reklame liar pasti banyaknya disetiap kabupatenkota, ya salah satunya Deli Serdang ini. Kalau dibilang liar, sesuka hati mereka mau masangnya dimana, gak sesuai dengan peraturan yang telah berlaku. Sakitkan mata kita kalau liat yang liar-liar padahal dia dapat keuntungan dari situ. Udah nggak bayar pajak, bikin kotor daerah. Terus buat kita jadi banyak kerja, harus ngurus reklame itu, harus ditertibkan. Jadi keluar biaya bukan menambah pemasukan kita” Wawancara pada tanggal 2016 Dengan adanya ditemukannya hambatan dalam intensifikasi pemungutan pajak reklame ini, maka bisa membuat tidak tercapainya realisasi pajak reklame dan pastinya mengurangi peran pajak reklame dalam pendapatan asli daerah yang dimana digunakan untuk sumber pembiayaan, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu dilakukanlah upaya-upaya yang digunakan untuk memperkecil hambatan- hambatan yang terjadi. Universitas Sumatera Utara Sosialisasi ataupun penyuluhan dilakukan guna membuat sadarnya wajib pajak akan mendaftar dan membayar pajaknya. Ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita akan selalu lakukan sosialisasi atau penyuluhan, yang paling penting menyampaikan perda bahwa setiap orang yang menyelenggarakan reklame, menurut ketentuannya harus mendaftarkan dan membayar pajaknya. Biar mereka sadar, bukan hanya tempel tapi juga harus bayar pajaknya” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Upaya kedua yang dilakukan dengan menyurati wajib Pajak. Yang ini juga disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Di lapangan, kita banyak jumpai reklame yang tidak terdaftar, nah misalkan dia tidak terdaftar tapi sudah ada izin mendirikan reklame, kita surati dia dengan isi harus mendaftarkan reklamenya ke DISPENDA, terus kalau kita jumpai saat pemeriksaan ada yang belum bayar, ya kita surati mereka biar segera bayar. Pokoknya kalau untuk wajib pajak selain sosialisasi, kita surati mereka” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016. Upaya selanjutnya adalah mendata ulang. Mendata ulang gunanya untuk melihat mana yang telah didaftarkan ataupun tidak terdaftar dan juga dengan mendata ulang, bisa dilihat ada atau tidaknya pembohongan data dari wajib pajak. Hal ini disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Kita kan sudah mendapat data tentang wajib pajak, berapa ukurannya, berapa pajak yang harus dibayar, dari data ini, kita pergilah ke lapangan tempat lokasi pemasangan reklamenya. Nah kita data ulang sesuai nggak dengan apa yang dilaporkan. Kalau ada kita masukkanlah data asli yang telah kita dapatkan. Terus dengan data yang ada sama kita, bisa kita gunakan untuk mendata di lapangan, biar kita lihat mana yang sudah daftar sama yang tidak. Ya gunakan biar semakin kecil tingkat reklame yang tidak terdaftar dan liar” Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara Upaya yang keempat adalah dengan cara meningkatkan penggawasan yang lebih. Ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain: “Pengawasan harus semakin kita tingkatkan, jangan gitu-gitu aja apalagi melemah, bisa-bisa semakin banyak reklame liar ataupun wajib pajak yang tidak membayar pajak. Sebenarnya pengawasan inilah yang termasuk yang penting dalam pemungutan pajak, karena tanpa pengawasan yang ketat semakin memperkecil peluang untuk wajib pajak berbohong” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016 Upaya terakhir dengan memotivasi pegawai untuk lebih bekerja keras untuk menacapai target pemungutan pajak reklame. Hal ini disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan: “Kita juga manusia, kadang-kadang jadi malas dengan pekerjaan sendiri, jadi gak sepenuhnya bekerja, yang penting dikerjakan, gak sesuai biar situ. Karena itu kita perlu motivasi yang lebih. Bisa dengan caranya mungkin dengan pemberian intensif karena kita udah berjuang untuk mengejar target, Kita pun membuaut target yang setiap tahunnya kita naikkan, gunanya untuk memotivasi pewagai untuk lebih bekerja keras” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara BAB VI ANALISIS DATA Dalam bab ini, setelah semua data yang telah disajikan pada bab sebelumnya akan dianalisis sesuai dengan masalah yang diteliti oleh peneliti dari indikator-indikator yang digunakan. Data-data yang didapat merupakan hasil dari wawancara, observasi dan juga dokumentasi yang telah diperoleh oleh peneliti. Dari analisis data inilah, nantinya akan diperoleh kesimpulan mengenai Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame Guna Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Deli Serdang. Berikut ini akan dipaparkan analisis peneliti terhadap data yang diperoleh dari lapangan:

6. 1 Pembukaan Masalah

Sebelum melakukan analisa terkait penelitian yang dilakukan, sebelumnya terlebih dahulu harus disadari dan didapati suatu masalah sehingga akan membantu peneliti untuk tetap fokus dalam penyelesaian penelitian terkait. Sebagaimana penelitian ini merupakan penelitian terfokus pada mengevaluasi tentang Intensifikasi pemungutan Pajak Reklame. Penelitian ini diambil karena didasaridiawali dengan masalah yang timbul dalam pencapaian penerimaan pajak reklame yang tidak pernah mencapai target. Di awal penelitian ini, peneliti lebih memandang kepada pelaksanaan pemungutan pajak di berbagai daerah di Indonesiayang diketahui bahwa pajak sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah yang digunakan untuk Universitas Sumatera Utara membiayai dan meningkatkan pembangunan di daerah tersebut. Di Indonesia, sebagian daerah telah memaksimalkan kemampuannya untuk mendapati dan mencapai penerimaan pajaknya, tetapi sebagian daerah lainnya masih sangat kurang dan jauh dari harapan dalam pencapaian penerimaan pajak terkhusus dalam pemungutan pajak reklame. Tidak jarang jika kita melihat dan membaca dari media, banyak masalah-masalah yang di alami setiap daerah yang tidak tercapai target realisasinya, misalnya terlalu banyaknya reklame yang tidak memliki izin atau liar bahkan sampai kepada pihak yang terkait dalam pemungutan tidak serius dalam pemungutan pajaknya. Sehingga, dengan tidak tercapainya target menyebabkan dana atau biaya untuk membangun daerahpun kurang. Untuk itu perlu diperlukan perhatian khusus bahkan perlu adanya strategi yang khusus untuk meningkatkan realisasi target penerimaan pajak. Deli Serdang merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang realisasi pajak reklame mulai dari tahun 2012-2015 tidak pernah mencapai target yang telah ditetapkan. Jika dilihat dari Bab I dalam penelitian ini, telah dibukakan terlebih dahulu seberapa besar hasil penerimaan pajak reklame. Dengan tidak terjadinya target, ini disebabkan karena beberapa masalah. Dan berdasarkan jawaban dari Bapak M. T Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain, realisasi pajak reklame ini tidak tercapai karena banyaknya reklame yang tidak mendapatkan izin atau reklame liar, kepatuhan wajib pajak dalam membayar kewajibannya, sikap acuh dari wajib pajak, serta sifat reklame yang musimantemporer yang dalam sekali banyak yang memasang, tetapi selanjutnya sama sekali jarangsedikit yang memasang reklame. Universitas Sumatera Utara Untuk mengatasi masalah yang terjadi terkait tidak terealisasinya penerimaan pajak reklame, maka pihak Dinas Pendapatan Daerah DISPENDA Kabupaten Deli Serdang melakukan strategi atau upaya pengoptimalisasian penerimaan pajak reklame yang disebut dengan intensifikasi. Dalam hal intensifikasi, pihak DISPENDA sendiri melakukannya mulai dari meningkatkan proses pendaftaran dan sistem pemunggutan, pendataan dan pendataan ulang wajib pajak, memperkuat dalam pemahaman peraturan yang berlaku, memperkuat kualitas SDM dan pelayanan DISPENDA, melakukan pengawasan dan pemeriksaan, melakukan koordinasi, penertiban reklame liar dan keterlambatan dalam membayar pajak serta melalukan perencanaan target pencapaian pajak reklame. Melalui kegiatanusaha yang dilakukan oleh DISPENDA ini, diharapkan mampu mengatasi masalah ketidaktercapainya realisasi pajak reklame. Sebenarnya upaya yang dilakukan DISPENDA Deli Serdang dapat dikatakan cukup baik dan maksimal untuk mencapai realisasi pajak sesuai dengan yang ditetapkan. Ini dapat dilihat dari usaha yang dilakukan bukan hanya satu atau dua kegiatan ataupun bagian yang cukup urgent yang dimaksimalkan, tetapi intensifikasi yang dilakukan dimulai dari tahap awal dalam kepengurusan pajak hingga sampai pemungutan pajak reklamenya. Tetapi yang menjadi masalahnya adalah intensifikasi yang dilakukan dari berbagai usaha ini dapat memang dikerjakan secara nyata dan mampu mengatasi masalah terkait realisasi pajak yang tidak sesuai target. Untuk itu perlulah dilakukan evaluasi yang dimana untuk menilai sudah sejauhmana intensifikasi pemungutan ini berpengaruh pada pencapaian target pajak reklame. Universitas Sumatera Utara

6. 2 Analisis Evaluasi Program Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame

Dalam penelitian ini, evaluasi program Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame diukur dari data-data temuan di lapangan yang telah diklasifikasikan sebelumnya ke dalam poin-poin yang menyangkut kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam hal intensifikasi. Kemudian akan dianalisis dengan indikator- indikator dalam teori evaluasi kebijakan publik.

6.2.1 Indikator Efektivitas

Indikator efektivitas digunakan untuk melihat apakah hasil yang telah tercapai dari suatu program yang telah dilaksanakan sesuai dengan hasil yang ditetapkan. Atau dapat dikatakan, adakah keterkaitan antara hasil yang telah didapati dengan hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan?. Program intensifikasi pemungutan pajak reklame ini bertujuan untuk mengoptimalisasikan semua yang terkait penerimaan pajak reklame, dengan menyelesaikan masalah- masalah yang menghambat penerimaan pajak reklame sehingga dapat meningkatkan realisasi sehingga tercapainya target yang telah ditetapkan. Jika melihat data yang ditemukan dilapangan, program ini dapat dikatakan efektif jika para pelaksana dari program ini telah memahami tujuan intensifikasi, mampu melaksanakan sesuai dengan tugas yang menjadi kewajibannya, membantu dalam peningkatan penerimaan pajak reklame bahkan bisa menyelesaikan masalah terkait pajak reklame seperti reklame liar atau reklame yang tidak memiliki izin, juga kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajaknya. Untuk melihat sudah efektif atau tidaknya program intensifikasi pemungutan pajak ini dapat dilihat dari empat aspek penilaian yang telah dilakukan, diantaranya adalah: Universitas Sumatera Utara

a. Hasil

Untuk melihat efektifnya program intensifikasi pemungutan pajak reklame, pertama sekali harus dilihat dari hasil yang telah tercapai selama program tersebut dilaksanakan. Karena untuk melihat berhasil atau tidaknya suatu program dilihat dari hasil yang memuaskan atau tidak. Hasil dari program intensifikasi ini dilihat dari penerimaan pajak reklame setiap tahunnya apakah tercapainya realiasasi dari target yang ditetapkan atau malah tidak membawa perubahan apa-apa. Berdasarkan pada data yang telah ditemukan di lapangan, realisasi penerimaan pajak reklame dari tahun 2012-2015 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 berada dalam presentase 60, tetapi tahun 2013 mengalami penurunan hingga 22,83. Kemudian untuk tahun selanjutnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan di tahun 2014 sekitar 36,86 dan tahun 2015 sekitar 75,33. Dan secara keseluruhan mulai dari tahun 2012-2015 realisasi penerimaan pajak reklame rata-rata mencapai sekitar 48,85 dan termasuk dalam kategori “tidak efektif”. Selanjutnya, progaram intensifikasi ini dilakukan secara tidak langsung bertujuan untuk menyadarkan meningkatkan kepatuhan masyarakatwajib pajak pentingnya membayar kewajibannya. Untuk menilai hasil dari program intensifikasi ini, dilihatlah dari Wajib Pajak Reklame yang jujur dalam penyampaian penyelenggaraan reklame dan meningkatnya kesadaran untuk membayar pajak. Hal ini berguna karena dengan Wajib Pajak yang sadar akan kewajibannya dan tidak memanipulasi data, akan mendorong peningkatan pajak reklame yang pastinya akan membantu realisasi terget. Universitas Sumatera Utara Dan berdasarkan hasil wawancara, dapat dikatakan Wajib Pajak sadar bahkan mau datang menyampaikan penyelengaraan reklamenya ke DISPENDA dberdasarkan data-datanya yang tertulis dalam surat izin pendirian reklame. Dan untuk DISPENDA sendiri, melihat meningkatnya kesadaran akan membayar pajak dilihat dari realisasi yang semakin meningkat. Berarti secara tidak langsung, dengan hanya mengacu pada realisasi penerimaan pajak reklame, dapat dikatakan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak telah meningkat setiap tahunnya. Tetapi secara pengamatan peneliti, standar untuk menentukan kesadaran dalam membayar bukan hanya dari realisasi yang meningkat, tetapi juga dilihat dari meningkatnya jumlah Wajib Pajak setiap tahunnya. Tetapi karena keterbatasan data, peneliti tidak bisa mendapatkan secara akurat peningkatan jumlah wajib pajak, dan selama melakukan peneliitian, pihak terkait seakan-akan menutupi dan mencari alasan-alasan untuk memberi jumlah wajib pajak reklame.

b. Keadilan