40
10. Schumann: Scenes from Childhood, Foreign Lands and People
Peneliti hanya memilih dan menggunakan beberapa karya musik klasik saja yang disesuaikan dengan waktu jalannya eksperimen dalam penelitian ini.
Beberapa musik klasik yang dipilih dan digunakan dalam penelitian ini melewati proses uji coba terlebih dahulu terhadap beberapa responden yang akan dijelaskan
di bab selanjutnya.
D. Pengaruh Musik Klasik Sedatif Terhadap Kecemasan Terhadap Ujian
Statistika dan Prestasi Belajar Statistika
Kecemasan dengan intensitas yang moderat sebenarnya membantu prestasi akademis dengan menciptakan motivasi. Tanpa kecemasan, sebagian besar dari
siswa akan kekurangan motivasi untuk belajar dan ujian. Namun, tingkat kecemasan yang tinggi dapat mengganggu konsentrasi dan memori yang dapat
berpengaruh pada keberhasilan akademis. Grafik 1 menggambarkan hubungan antara kecemasan dan performa.
Grafik 1. Hubungan Antara Kecemasan Dengan Performa Jacofsky, dkk., 2003
Performa
Kecemasan Ekstrim
Tidak ada
Sangat baik
Sangat rendah
Universitas Sumatera Utara
41
Kecemasan dapat terjadi di berbagai situasi, salah satunya adalah di situasi akademis, yaitu saat mahasiswa menghadapi ujian dan saat mahasiswa
berhadapan dengan statistika. Kecemasan dalam menghadapi ujian statistika telah dijabarkan sebagai kondisi psikologis dan fisiologis mahasiswa yang tidak
menyenangkan yang ditandai pikiran, perasaan dan perilaku motorik yang tidak terkendali yang memicu timbulnya kecemasan dalam menghadapi ujian statistika,
seperti sulit untuk konsentrasi, bingung memilih jawaban yang benar, mental blocking
, khawatir, takut, gelisah, gemetar pada saat menghadapi ujian dan mempengaruhi memori, motivasi belajar serta kemampuan untuk memusatkan
perhatian dan konsentrasi dalam belajar yang bisa mengakibatkan kegagalan pada prestasi belajar statistika.
Ketika berada dalam kondisi cemas, maka seseorang akan akan merasakan ketegangan, ketakutan dan kekhawatiran. Terdapat berbagai macam cara dalam
menurunkan kecemasan, salah satunya yaitu dengan mendengarkan musik. Musik sudah menjadi bagian yang tidak terlepas dari kehidupan kita sehari-hari sebagai
salah satu sarana penghibur. Namun, musik juga dapat berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Ketika seseorang mendengarkan musik, gelombang listrik yang
ada di otaknya dapat diperlambat atau dipercepat dan pada saat yang sama kinerja sistem tubuh pun mengalami perubahan. Bahkan, musik mampu mengatur
hormon-hormon yang mempengaruhi stres seseorang, serta mampu meningkatkan daya ingat.
Musik memiliki kekuatan mempengaruhi denyut jantung dan tekanan darah sesuai dengan frekuensi, tempo, dan volumenya. Namun, Rachmawati
Universitas Sumatera Utara
42
dalam Susanti Rohmah, 2011 menyatakan bahwa musik yang dapat memberikan ketenangan dan kedamaian adalah musik dengan tempo yang lambat.
Makin lambat tempo musik, denyut jantung semakin lambat dan tekanan darah menurun. Akhirnya, pendengar pun terbawa dalam suasana santai, baik itu pada
pikiran maupun tubuh. Musik bertempo lambat tersebut dapat digolongkan ke dalam jenis musik sedatif. Menurut Djohan 2006, musik sedatif atau musik
relaksasi adalah musik yang dapat menurunkan detak jantung dan tekanan darah, menurunkan tingkat rangsang dan secara umum dapat membuat tenang.
Selain itu, Hanser 1999, dalam Juslin Sloboda, 2010 menyatakan bahwa musik bisa berpengaruh pada pelepasan neurotransmitter. Neurotransmiter
adalah unsur utama dalam otak yang berfungsi menyampaikan pesan dari sel syaraf ke sel syaraf yang lain. Ketika neurotransmiter tidak bekerja dengan baik,
maka jaringan komunikasi internal otak rusak dan otak dapat bereaksi dengan cara tertentu dalam beberapa situasi. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan. Penelitian
Evers dan Suhr dalam Juslin Sloboda, 2010 melihat efek dari mendengarkan musik yang menyenangkan dan tidak menyenangkan terhadap pelepasan
neurotransmitter. Mereka melihat perubahan dalam ukuran serotonin sejalan dengan waktu mendengarkan musik ketika musik itu dinilai menyenangkan.
Ketika otak memproduksi serotonin, maka ketegangan akan mereda. Susunan- susunan yang ada di dalam musik klasik membuat otak memproduksi serotonin
yang lebih banyak, membuat tubuh dan pikiran dapat bekerja lebih baik ketika mendengarkan komposisi yang ada pada musik tersebut.
Universitas Sumatera Utara
43
Musik klasik juga mempengaruhi kinerja dan kemampuan otak melalui melodi dan ritmenya. Melodi adalah esensi yang dapat mendorong pemikiran
kreatif, sedangkan ritme mensinkronisasikan emosi-emosi yang ada dengan pola- pola vital seperti detak jantung dan pola bernafas, serta memicu peningkatan
produksi level serotonin di otak yang meningkatkan cara berfikir kritis. Melodi dan ritme bersama-sama bertindak secara sinergi terhadap otak dan membuka
saluran pendengaran dan sensorik yang terhubung ke otak, sehingga meningkatkan kemampuan otak.
Mendengarkan musik klasik sedatif sesaat sebelum ujian berlangsung akan memicu peningkatan produksi level serotonin di otak, sehingga ketegangan yang
diakibatkan oleh kecemasan yang ada saat itu akan mereda. Selain itu, elemen- elemen sedatif seperti tempo yang stabil, stabilitas atau perubahan secara
berangsur-angsur pada tekstur, modulasi harmoni yang terprediksi, kadens yang tepat, garis melodi yang terprediksi, pengulangan materi, struktur dan bentuk yang
tetap, timbre yang mantap dan sedikit aksen dalam musik klasik sedatif akan menurunkan detak jantung dan tekanan darah, menurunkan tingkat rangsang dan
secara umum dapat membuat tenang. Saat ketegangan tersebut mereda dan ketika mahasiswa menjadi tenang, bersamaan dengan saat itu juga efek musik klasik itu
sendiri dengan pola-pola khusus pada ritme, melodi dan susunan yang ada di dalamnya akan meningkatkan tingkat konsentrasi, memori dan kemampuan otak
individu yang dibutuhkan individu ketika sebelum ujian, yaitu saat melakukan persiapan ujian seperti belajar, menghafal dan memahami materi yang
membutuhkan konsentrasi yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
44
Sedangkan ketika individu mendengarkan musik klasik sedatif saat ujian sedang berlangsung, maka ketegangan dan gejalan-gejala kecemasan terhadap
ujian dan kecemasan dalam mengerjakan soal-soal statistika juga akan menurun. Efek musik klasik itu sendiri juga akan meningkatkan tingkat konsentrasi, memori
dan kemampuan otak individu. Hal ini diperlukan terkait aktifitas yang dilakukan oleh individu saat sedang ujian, yaitu saat melakukan perhitungan, mengingat
kembali informasi materi pelajaran statistika yang sudah dipelajari sebelumnya, melakukan pengumpulan data, pengolahan atau penganalisisan serta penarikan
kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang telah dibuat. Selain itu, dengan efek musik klasik sedatif yang dapat memberikan
ketenangan dan kedamaian, maka kondisi psikologis dan fisiologis yang tidak menyenangkan dan tidak terkendali seperti sulit untuk konsentrasi, bingung
memilih jawaban yang benar, mental blocking, khawatir, takut, gelisah, gemetar pada saat menghadapi ujian akan mereda. Ketika respon yang tidak
menyenangkan tersebut mereda yang disertai dengan meningkatnya kemampuan otak, motivasi, memori dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, maka
performa mahasiswa dalam mengerjakan soal ujian statistika akan lebih baik yang ditunjukkan dengan meningkatnya prestasi belajar statistika mahasiswa.
Namun, meskipun musik klasik sedatif dianggap memiliki efek positif secara langsung terhadap kemampuan otak, kecemasan yang masih tinggi dapat
membuat efek tersebut menjadi tidak begitu optimal. Sehingga dengan demikian, prestasi belajar statistika akan menjadi lebih tinggi jika terdapat penurunan
kecemasan statistika selain dari sekedar pengaruh langsung dalam peningkatan
Universitas Sumatera Utara
45
kemampuan otak. Dengan kata lain, musik klasik sedatif akan semakin meningkatkan prestasi belajar statistika melalui penurunan kecemasan terhadap
ujian statistika.
E. Hipotesis Penelitian