PERBEDAAN METODE ROTATING TRIO EXCHANGE (PERTUKARAN TIGA MEMUTAR) DAN METODE BUZZ GROUP TERHADAP KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 2 PLERET.

(1)

i

PERBEDAAN METODE ROTATING TRIO EXCHANGE (PERTUKARAN TIGA MEMUTAR) DAN METODE BUZZ GROUP

TERHADAP KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 2 PLERET

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Disusun oleh: Rinawati 12416241002

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Rinawati

NIM : 12416241002

Jurusan/Prodi : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas : Ilmu Sosial

Judul : Perbedaan Metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) dan metode Buzz Group Terhadap Keaktifan Siswa pada Pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Pleret.

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan yang ditulis dengan sungguh-sungguh dengan penuh kesadaran. Apabila di kemudian hari ternyata terdapat hal yang kurang sesuai maka sepenuhnya menjadi tenggungjawab peneliti.

Yogyakarta, 30 Agustus 2016 Yang menyatakan,

Rinawati 12416241002


(5)

v MOTTO

“Manusia dilahirkan bukan untuk berhasil, tapi manusia dilahirkan untuk berusaha, karena dengan berusaha manusia dapat meraih keberhasilan”.

(Mario Teguh)

“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat”.

(Winston Churchil)

“Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang

apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah apabila dibelanjakan”. (Ali Bin Abi Tholib)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahhirobbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:

1. Kedua orang tuaku Bapak Samidi dan Ibu Samsiyah yang tak pernah berhenti memberikan do’a serta dukungan, yang telah memberiku semangat dalam mencapai semua mimpiku, dan yang telah memberikan perhatian terhadap kelelahanku.

2. Almamaterku Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menjadi tempat untuk mencari ilmu dan pengalaman.


(7)

vii

PERBEDAAN METODE ROTATING TRIO EXCHANGE (PERTUKARAN TIGA MEMUTAR) DAN METODE BUZZ GROUP

TERHADAP KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 2 PLERET BANTUL

Disusun Oleh: Rinawati 12416241002

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang bervariasinya metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran IPS dan tersedianya Metode Rotating Trio Exchange

dan Metode Buzz Group yang dapat meningkatkan keaktifan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan keaktifan siswa yang signifikan antara siswa yang diberi perlakuan dengan metode Rotating Trio Exchange dan siswa yang diberi perlakuan dengan metode Buzz group pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Pleret. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen), dengan desain Pretest-Postest, Nonequivalent Multiple-Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pleret Tahun Ajaran 2015/2016, sedangkan sampelnya yaitu kelas VIII E sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas VIII G sebagai kelas eksperimen 2. Pengambilan sampel menggunakan teknik Rondom Sampling.

Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket keaktifan siswa dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran. Validitas intrumen dihitung dengan Product Moment, dan reliabilitas angket dihitung dengan Cronbach’s Alpha. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t (independent sample t-test).

Hasil analisis uji-t menunjukkan H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keaktifan siswa yang diberi perlakuan dengan metode Rotating Trio Exchange dan siswa yang diberi perlakuan dengan metode Buzz group. Hasil angket kelas eksperimen 1 yang menggunakan metode Rotating Trio Exchange lebih tinggi dari pada kelas eksperimen 2 yang menggunakan metode Buzz Group sehingga dapat diketahui bahwa metode Rotating Trio Exchange lebih baik dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat terlaksana karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankan peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M. Ag. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Bapak Dr. Nasiwan, M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

FIS UNY atas ijin penelitian serta bimbingan yang diberikan sejak sejak kesiapan sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Taat Wulandari, M.Pd. dosen pembimbing skripsi yang telah sabar dan bijaksana dalam memberikan bimbingan, motivasi, pengarahan, serta saran hingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Supardi M.Pd. Pembimbing Akademik seta narasumber yang telah sabar dan bijaksana memberikan arahan dan masukan, dorongan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Tri Kartika Rina, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP N 2 Pleret yang telah memberi izin penelitian ini.

6. Ibu Darmiyati, S.Pd. guru IPS SMP Negeri 2 Pleret yang telah membantu kelancaran penelitian ini

7. Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pleret yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penelitian ini.


(9)

ix

8. Kedua Orang Tuaku Bapak Samidi dan Ibu Samsiyah, serta keluarga atas do’a yang selalu dipanjatkan demi kesuksesan dan kemudahan peneliti dalam menyelesaikan TAS dan studi di Universitas Negeri Yogyakarta.

9. Teman-teman mahasiswa pendidikan IPS angkatan 2012 yang telah memberikan dukungan serta saran dalam penulisan skripsi ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, atas kontribusinya dalam penulisan skripsi ini.

Semoga amal baik dan bantuan yang telah diberikan baik mendapatkan balasan dari Allah SWT. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat begi pengembangan pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.

Yogyakarta, 10 Agustus 2016

Peneliti

Rinawati


(10)

x DAFTAR ISI

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Batasan Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... BAB II KAJIAN PUSTAKA ...

A. Kajian teori ... 1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 2. Metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) ...

a. Tinjauan tentang Metode Rotating Trio Exchange

(Pertukaran Tiga Memutar) ... b. Langkah-langkah Pebelajaran dengan Menggunkan

Metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) ... 3. Metode Buzz Group ... a. Jenis-jenis Diskusi ... b. Pengertian Metode Buzz Group ... c. Langkah-langkah Penerapan Metode Buzz Group ... d. Kelebihan Metode Buzz Group ... e. Kekurangan Metode Buzz Group ... 4. Keaktifan ...

vii viii x xiii xiv xv 1 1 6 7 7 7 7 9 9 9 11 11 12 15 15 18 20 23 24 25


(11)

xi

a. Pengertian keaktifan ... b. Indikator Keaktifan ... c. Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan ... 5. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... a. Pengertian Pembelajaran ... b. Pengertian IPS ... c. Tujuan IPS ... B. Penelitian yang Relevan ... C. Kerangka Pikir ... D. Hipotesis Penelitian ... BAB III METODE PENELITIAN ... A. Desain Penelitian ... B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ... C. Jenis Variabel ... D. Definisi Operasional Variabel ... E. Populasi dan Sampel ... F. Teknik Pengumpulan Data ... G. Instrumen Penelitian ... H. Uji Instrumen Penelitian ... I. Teknik Analisis Data ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... B. Pelaksanaan Penelitian ... C. Deskripsi Data Penelitian ...

1. Data Angket Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS ... a. Data Angket Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen 1 ... b. Data Angket Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen 2 ... 2. Data Hasil Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

IPS ... D. Pengujian Hipotesis ... E. Pembahasan Hasil Penelitian ...

25 27 29 31 31 33 35 36 38 40 42 42 43 43 44 47 48 49 51 54 56 56 57 58 59 60 63 67 71 73


(12)

xii

F. Pokok-pokok temuan penelitian... ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

A. Kesimpulan ... B. Implikasi ... C. Keterbatasan peneliti ... D. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ...

76 77 77 77 78 78 80


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1.

Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16.

Desain Penelitian ... Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan Siswa pada

Pembelajaran IPS... Kisi-Kisi Lembar Angket Keaktifan Siswa dalam

Pembelajaran IPS ... Pensekoran Tiap Butir Angket Keaktifan Siswa ... Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi ... Jadwal Pelaksanaan Pengambilan Data Kelas Eksperimen ... Data Hasil Angket Keaktifan Siswa dalam pembelajaran IPS ... Distribusi Frekuensi Data Angket Sebelum Perlakuan Kelas

Eksperimen 1 ... Distribusi Frekuensi Data Angket Setelah Perlakuan Kelas

Eksperimen 1 ... Distribusi Frekuensi Data Angket Sebelum Perlakuan Kelas

Eksperimen2 ... Distribusi Frekuensi Data Angket Setelah Perlakuan Kelas

Eksperimen 2 ... Rata-rata Hasil Angket Kelas Eksperimen 1 dan Kelas

Eksperimen 2 ... Data Hasil Observasi Keaktifan Siswa ... Distribusi Frekuensi Observasi Keaktifan Siswa Dalam

Pembelajaran IPS pada Kelas Ekpserimen 1 ... Distribusi Frekuensi Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran IPS pada Kelas Ekpserimen 1 ...

Hasil Perhitungan Uji-t Keaktifan Siswa ... 42 49 50 51 54 58 59 60 62 63 65 66 67 68 69 72


(14)

xiv DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9.

Kerangka Pikir Penelitian ... Histogram Distribusi Frekuensi Angket Keaktifan Siswa

Sebelum Perlakuan Kelas Eksperimen 1 ... Histogram Distribusi Frekuensi Angket Keaktifan Siswa

Sebelum Perlakuan Kelas Eksperimen 1 ... Histogram Distribusi Frekuensi Angket Keaktifan Siswa

Sebelum Perlakuan Kelas Eksperimen 2 ... Histogram Distribusi Frekuensi Angket Keaktifan Siswa

Setelah Perlakuan Kelas Eksperimen 2 ... Histogram Perbandingan Rata-rata Nilai Hasil Angket Awal

dan Angket Akhir Siswa ... Diagram Batang Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS pada Kelas Eksperimen 1 ... Diagram Batang Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS pada Kelas Eksperimen 2 ...

Diagram Batang Perbandingan hasil Observasi 1 dan Observasi 2 Pencapaian Keaktifan Siswa pada Pembelajaran IPS kelas Eksperimen 1 dan Kelas

Eksperimen 2 ... 40 61 63 65 66 67 69 70 71


(15)

xv DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17.

RPP Kelas Eksperimen 1 Metode Rotating Trio Exchange

(Pertukaran Tiga Memutar) ... RPP Kelas Eksperimen 2 Metode Buzz Group ...

Materi Permintaan... Daftar HadirSiswa Kelas Eksperimen 1 (8E) ...

Daftar Hadir Siswa Kelas Eksperimen 2 (8G) ... Lembar Validasi Intrumen ... Instrumen Lembar Observasi Keaktifan Siswa pada

Pembelajaran IPS ... Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Pembelajaran IPS

kelas Eksperimen 1 ... Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Pembelajaran IPS

Kelas Eksperimen 2 ...

Angket Keaktifan Siswa pada Pembelajaran IPS ... Hasil Angket Awal Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen 1 ... Hasil Angket Akhir Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen 1 ... Hasil Angket Awal Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen 2 ... Hasil Angket Akhir Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen 2 ... Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... Hasil Analisis Independent Sample T-test Angket Akhir ... Foto Proses Penelitian ...

83 89 94 102 103 105 106 109 111 113 116 117 118 119 120 121 122


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Interaksi edukatif merupakan hubungan dua arah antara guru dan siswa sebagai upaya untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Sebuah interaksi dikatakan edukatif apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik atau menghantarkan peserta didik untuk mampu menguasai materi pembelajaran sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar. Sardiman (2011: 15) menyatakan bahwa interaksi edukatif yang spesifik merupakan interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru untuk mencapai sebuah tujuan pembelajaran.

Tercapainya sebuah tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah guru. Guru merupakan salah satu faktor penentu terciptanya pembelajaran berkualitas, yang mengatur dan mengelola semua kegiatan dalam kelas. Wina Sanjaya (2010: 21-24) mengemukakan guru memiliki beberapa peran dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah sebagai pengelola, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan nyaman. Melalui pengelolaan yang baik guru dapat menjaga kelas agar kelas tetap kondusif sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai.


(17)

Salah satu tujuan yang ingin dicapai pada saat proses pembelajaran adalah munculnya keaktifan siswa. Keaktifan menjadi sangat penting karena dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Aunurrahman (2013: 120) keaktifan sangat penting dalam proses pembelajaran. Potensi-potensi anak hanya mungkin dapat dikembangkan apabila proses pembelajaran mampu melibatkan peran aktivitas intelektual, mental, dan fisik anak secara optimal.

Keaktifan siswa dapat diperoleh melalui penerapan metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Banyak metode pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru, akan tetapi masih ada guru yang masih dominan menggunakan metode tradisional atau ceramah saat mengajar di kelas. Yusmani (2015) mengatakan bahwa masih ada guru yang “setia” menerapkan metode pembelajaran konvensional atau tradisional saat mengajar. Kebiasaan mengajar masih dominan menempatkan guru sebagai subjek, sedangkan murid sebagai objek. Metode pembelajaran konvensional tersebut mengakibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran rendah. Untuk meningkatkan keaktifan siswa, guru sebaiknya mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang cocok serta sesuai dengan materi dan karakteristik siswa, sehingga mampu merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Metode memiliki peran yang penting dalam kegiatan belajar mengajar, melalui pemilihan metode yang tepat siswa dapat memunculkan ide-ide baru dan pendapat dari pengetahuan yang dimiliki siswa, seperti yang


(18)

dikemukakan Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain (2006: 3) bahwa metode memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang ingin dicapai dan dapat dimiliki siswa, ditentukan oleh keterkaitan penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat.

Penerapan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran akan membantu siswa untuk ikut aktif memperoleh informasi dan menggali kemampuan yang dimilikinya. Zamroni (2003: 8-9) menyatakan bahwa penerapan metode yang tepat dalam proses pembelajaran memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk ikut aktif dalam memperoleh informasi dan mengkaitkan dengan apa yang telah dimiliki siswa sehingga diharapkan siswa itu memahami dan memaknai dengan baik pengetahuan di dalam benaknya. Metode pembelajaran yang dapat melatih kerjasama dan meningkatkan keakifan siswa yaitu metode pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus berpartisipasi aktif dan saling bekerja sama untuk memahami materi pelajaran (Isjoni, 2012: 14-15). Prinsip dari pembelajaran kooperatif ini, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam satu kelompok belum menguasai bahan dan meteri pelajaran.


(19)

Pembelajaran kooperatif dapat memberikan dorongan kepada siswa agar aktif dalam proses pembelajaran, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan. Pembelajaran kooperatif melibatkan seluruh siswa untuk ikut aktif dalam kelas.

Metode Rotating Trio Exchange (pertukaaran tiga memutar) dan metode Buzz Group merupakan dua contoh metode pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan keaktifan. Kedua metode tersebut termasuk kedalam pembelajaran kooperatif karena dalam pelaksanaanya siswa dibentuk kelompok-kelompok untuk saling berpartisipasi aktif dan saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugasnya.

Metode pembelajaran Rotating Trio Exchange (pertukaaran tiga memutar) adalah sebuah cara bagi siswa untuk berdiskusi tentang berbagai masalah dengan beberapa teman satu kelasnya. Melvin L Silberman (2013: 103) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran Rotating Trio Exchange

(Pertukaran Tiga Memutar) memungkinkan siswa untuk berkelompok dengan teman satu kelasnya untuk dapat bertukar pikiran dan pendapat dalam memecahkan suatu permasalahan. Metode ini juga mengembangkan sebuah lingkungan belajar aktif dengan menciptakan siswa dapat bergerak secara fisik untuk saling bertukar pikiran dan pendapat untuk memperoleh pengetahuan.


(20)

Metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) dirancang untuk melibatkan siswa secara langsung ke dalam pembelajaran agar mereka belajar aktif dan membantu untuk membangun perhatian serta minat mereka, memunculkan keingintahuan, dan merangsang berfikir. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan bekerja sama dengan lebih banyak teman, memberikan pengalaman baru berdiskusi dengan teman yang mungkin belum pernah diajak berdiskusi, karena metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) merotasi semua siswa dalam kelas sehingga setiap rotasi kelompok yang akan dihasilkan berbeda-beda.

Metode Buzz Group merupakan metode diskusi yang melibatkan seluruh siswa untuk aktif selama proses pembelajaran. Pada metode ini siswa dalam kelas akan dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil untuk saling berdiskusi dan bertukar pikiran antar sesama teman satu kelompoknya. Hasibuan dan Moedjiono (2006: 20-21) mengemukakan bahwa Metode Buzz Group merupakan metode dimana satu kelompok besar (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, tempat diskusi diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Tujuan dari diskusi ini adalah meningkatkan keaktifan siswa serta menajamkan kerangka bahan pelajaran dan memperjelas bahan pelajaran dengan cara melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian kuasi eksperimen. Peneliti ingin mengetahui perbedaan metode Metode Rotating Trio Exchange (Pertukaaran Tiga Memutar) dan metode Buzz Group terhadap


(21)

keaktifan siswa. Peneliti ingin mengetahui perbedaan kedua metode tersebut karena kedua metode tersebut merupakan metode yang sama-sama melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa akan aktif apabila siswa tersebut secara langsung terlibat dalam proses pmbelajaran. penelitian ini berjudul: “Perbedaan Metode Rotating Trio Exchange (pertukaaran tiga memutar) dan metode Buzz Group terhadap kektifan Siswa di SMPN 2 Pleret”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Interaksi edukatif antara siswa dengan guru merupakan salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran, akan tetapi interaksi edukatif tersebut masih belum terlaksana dengan baik.

2. Keaktifan merupakan unsur penting dalam proses pembelajaran, akan tetapi proses pembelajaran yang memberdayakan keaktifan siswa belum diterapkan di SMP Negeri 2 Pleret.

3. Terdapat berbagai macam metode yang dapat diterapkan guru untuk meningkatkan keaktifan siswa, namun belum banyak dimanfaatkan di SMP Negeri 2 Pleret.

4. Metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) dan Buzz group merupakan dua contoh pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan keaktifaan siswa dalam pembelajaran IPS, namun kedua metode tersebut belum banyak diterapkan di SMP Negeri 2 Pleret.


(22)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan indentifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi pada pada masalah “Metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) dan Buzz group merupakan dua contoh pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan keaktifaan siswa dalam pembelajaran IPS namun kedua metode tersebut belum banyak diterapkan di sekolah”.

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: Adakah perbedaan metode Rotating Trio Exchange

(Pertukaran Tiga Memutar) dan metode Buzz Group terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran IPS di SMPN 2 Pleret?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) dan metode Buzz Group terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran IPS di SMPN 2 Pleret.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis

Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang perbedaan penerapan metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) dan metode Buzz Group terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran IPS di SMPN 2 Pleret.


(23)

2. Manfaat praktis a. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pemahaman dari obyek yang diteliti guna penyempurnaan dan bekal dimasa berikutnya.

b. Bagi Guru

Sebagai alternatif model pembelajaran IPS yang berguna dalam meningkatkan hasil belajar siswa, kreatifitas siswa dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.

c. Bagi siswa

Untuk meningkatkan pemahaman, keaktifan dan kreatifitas siswa, sehingga siswa mampu memecahkan masalah baik dalam pembelajaran IPS maupun kehidupannya.

d. Bagi Sekolah

Sebagai masukan untuk menentukan haluan kebijakan dalam membantu meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa.


(24)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan penerapan strategi pembelajaran. Wina Sanjaya (2010: 147) mengemukakan bahwa metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.

Metode pembelajaran digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditentukan. Metode digunakan dan diterapkan dalam strategi pembelajaran oleh guru sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ridwan Abdullah Sani (2014: 158) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penerapan satu strategi pembelajaran memungkinkan untuk diterapkannya beberapa metode pembelajaran.


(25)

Metode merupakan cara yang yang dipilih guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Hamzah B Uno (2011: 2) menjelaskan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Diterapkannya sebuah metode, proses pembelajaran di kelas akan menjadi bervariasi sehingga siswa lebih mudah menangkap apa yang disapaikan oleh guru.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas mengenai pengertian metode pembelajaran, peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Ridwan Abdullah Sani (2014: 158) yang mengungkapkan bahwa metode pembelajaran merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, dalam satu strategi pembelajaran dapat diterapkan beberapa metode pembelajaran. Selain Metode Pembelajaran, dalam proses pembelajaran juga dikenal istilah-istilah lain yang memiliki makna yang hampir sama yaitu: pendekatan, model, strategi, teknik, dan taktik pembelajaran. Istilah-istilah tersebut merupakan suatu kesatuan yang dapat dilakukan guru sebagai upaya untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.

Isitilah-istilah tersebut merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan. Pendekatan pebelajaran adalah sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang masih bersifat umum. Setelah pendekatan


(26)

ditetapkan selanjutnya akan disusun strategi pembelajaran, strategi pembelajaran merupakan rencana yang akan ditetapkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk mengimplementasikan rencana tersebut dalam bentuk nyata dan prkatis untuk mencapai tujuan pembelajaran maka ditetapkan sebuah metode pembelajaran.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan kedalam teknik dan gaya pmbelajaran. Teknik pembelajaran merupakan cara yang dilakukan guru untuk mengimplementasikan suatu metode secara spesifik, sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran yang sifatnya individual. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan maka terbentuk istilah model pembelajaran. model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Jadi model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran.

2. Metode Rotating Trio Exchange ( Pertukaran Tiga Memutar)

a. Tinjauan Tentang Metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar)

Metode pembelajaran merupakan cara yang dapat digunakan guru untuk berinteraksi atau menyampaikan materi pembelajaran terhadap siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu metode yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan keaktifan


(27)

siswa adalah metode Rotating Trio Exchange atau Pertukaran Tiga Memutar. Metode ini memungkinkan siswa belajar secara aktif dan ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam mengusai materi pembelajaran. Melvin L Silberman (2013: 103) mengungkapkan bahwa metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) merupakan strategi bagi siswa untuk berdiskusi tentang berbagai masalah pembelajaran dengan beberapa teman kelasnya. Pada strategi tersebut siswa akan saling berkelompok dengan teman sekelasnya untuk saling bertukar pendapat dalam memecahkan suatu permasalahan. Strategi ini juga mengembangkan sebuah lingkungan belajar aktif dengan menciptakan siswa bergerak secara fisik untuk saling berbagi pikiran secara terbuka untuk memperoleh pengetahuan. b. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode

Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar).

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) menurut Melvin L Silberman (2013: 103) sebagai berikut:

1) Kelas diawali dengan pembagian kelompok yang terdiri dari 3 orang siswa, dan memberi nomor 0, 1, 2 pada setiap trio. Kelas ditata sehingga setiap kelompok lain di kiri dan kanannya.


(28)

2) Setelah kelompok terbentuk, guru memberi pertanyaan yang sama pada setiap trio untuk didiskusikan sesui materi pelajaran.

3) Setelah diskusi kemudian guru memerintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan bertugas mencari informasi ke kelompok yang lain, dan nomor 2 berpindah berlawanan searah jarum jam dan bertugas mencari informasi. Sedangkan nomor 0 tetap ditempat yang memiliki tanggung jawab untuk menerima dan memberi informasi kepada kelompok lain yang berkunjug ke tempatnya. 4) Kemudian siswa kembali ke kelompok masing-masing untuk

menyampaikan atau mendiskusikan hasil kerjannya. Guru meminta peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya. Dalam proses pembelajaran, siswa diajak untuk berdiskusi secara klasikal untuk membahas permasalahan yang belum jelas atau kurang dimengerti. 5) Untuk mengakhiri pembelajaran, guru bersama-sama dengan siswa

mengevaluasi dan menyimpulkan materi pelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran metode Rotating Trio Exchange

(Pertukaran Tiga Memutar). Isjoni (2012: 59) mengemukakan lagkah-langkah-langkah pembelajaran metode Rotating Trio Exchange

(Pertukaran Tiga Memutar) adalah sebagai berikut: 1) kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari tiga orang; 2) setiap satu kelompok akan diberiakan angka 0, 1 dan 2 untuk setiap siswa; 3) berikan semua kelompok satu pertanyaan; 4) perintahkan siswa angka 1 untuk memutar searah jarum jam, siswa nomor 2 berlawanan dengan


(29)

jarum jam, sedangkan nomor 0 tetap ditempat; 5) kemudian beri pertanyaan kembali kesemua kelompok dan perintahkan kembali untuk melakukan rotasi atau putaran begitu seterusnya.

Berdasarkan langkah-langkah yang telah dikemukakan oleh kedua ahli tersebut peneliti menggunakan langkah-langkah berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Melvin L Silberman, pada langkah-langkah yang dikemukakan Silberman siswa diperintahkan untuk kembali pada kelompok awal untuk berdiskusi, sehingga semua informasi yang didapat dari hasil diskusi dari kelompok lain dapat diolah dan digali sehingga dapat menghasilkan pengetahuan-pengetahuan baru. Langgkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1) Kelas diawali dengan pembagian kelompok yang terdiri dari 3 orang siswa, dan memberi nomor 0, 1, 2 pada setiap trio. Kelas ditata sehingga setiap kelompok lain di kiri dan kanannya. 2) Setelah kelompok terbentuk, guru memberi pertanyaan yang sama pada setiap trio untuk didiskusikan sesui materi pelajaran. 3) Setelah diskusi kemudian guru memerintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan bertugas mencari informasi ke kelompok yang lain, dan nomor 2 berpindah berlawanan searah jarum jam dan bertugas mencari informasi. Sedangkan nomor 0 tetap ditempat yang memiliki tanggung jawab untuk menerima dan memberi informasi kepada kelompok lain yang berkunjug ke tempatnya. 4) Kemudian siswa kembali ke kelompok masing-masing untuk menyampaikan atau mendiskusikan


(30)

hasil kerjannya. Guru meminta peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya. Dalam proses pembelajaran, siswa diajak untuk berdiskusi secara klasikal untuk membahas permasalahan yang belum jelas atau kurang dimengerti. 5) Untuk mengakhiri pembelajaran, guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi dan menyimpulkan materi pelajaran. 3. Metode Buzz Group

a. Jenis-jenis Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pembelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah (Hasibuan dan Moedjiono, 2006: 20-22). Jenis-jenis diskusi menurut Hasibuan dan Moedjiono adalah sebagai berikut:

1) Whole Group

Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole Group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang.

2) Buzz Group

suatu kelompok besar dibagi menjadi kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi dapat dilakukan di tengah atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, atau menjawab peranyaan-pertayaan.


(31)

3) Panel

Suatu kelompok kecil, biasanya 3-6 orang, mendiskusikan satu subjek tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadapan dengan audience, dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di televisi). Pada suatu panel yang murni, audience

tidak ikut serta dalam diskusi. 4) Sundicate Group

Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas; ia menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (syindicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi lain.

Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi, dan menyusun laporan yang berupa kesimpulan sindikat. Tiap laporan dibawa ke sidang pleno untuk didiskusikan lebih lanjud.

5) Brain Storming Group

Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai


(32)

pendapat orang lain. menumbuhkan rasa percaya diri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggapbenar. 6) Simposium

Beberapa orang membahas tentang berbagai aspek dari suatu subjek tertentu, dan membacakan di muka peserta simposium secara singkat (5-20 menit). Kemudian diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah, dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium

7) Informal Debate

Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan formal. Bahan yang cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematis, bukan yang bersifat faktual.

8) Colloqium

Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan dari audience. Dalam kegiatan belajar-mengajar, siswa atau mahasiswa menginterviu manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan lain atau tambahan dari siswa atau mahasiswa lain. Hasil belajar yang diharapkan ialah para siswa atau mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dari tangan pertama.


(33)

9) Fish Bowl

Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkok (fish bowl)

Sedang kelompok diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilahkan berbicara, ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan kursi setelah selesai berbicara.

b. Pengertian Metode Buzz Group

Perkembangan metode pembelajaran bagi siswa terus dilakukan. Perkembangan metode tersebut bertujuan agar siswa dapat lebih cepat menangkap dan mengingat pelajaran yang diberikan oleh guru. Metode pembelajaran juga bertujuan agar siswa lebih tertarik dengan pelajaran terseut sehingga memunculkan keaktifan siswa. Salah satu metode yang dapat diterapkan oleh guru adalah metode Buzz Group.

Buzz Group merupakan metode jenis diskusi dimana dalam kelas akan dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk melakukan diskusi sesuai materi yang telah diberikan oleh guru. Diskusi ini melibatkan seluruh siswa untuk bekerjasama dalam kelompoknya.


(34)

Menurut Moedjiono & Dimyati (1992: 54), kelompok dadakan atau

Buzz Group adalah satu jenis diskusi kelompok kecil yang beranggotakan 3-4 orang, dan bertemu secara bersama-sama membicarakan suatu topik yang sebelumya telah dibicarakan secara klasikal. Diskusi kelompok dadakan ini dapat dilaksanakan di tengah-tengah atau di akhir jam pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka isi pelajaran, memperjelas isi pelajaran, atau menjawab pertayaan-pertayaan.

Metode Buzz Group memungkinkan siswa untuk saling bertukar dengan mudah, pada metode ini tempat duduk akan diatur agar siswa dengan mudah untuk berdiskusi dan bertukar pikiran. Diskusi diterapkan agar siswa dapat saling bertukar pikiran dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat memunculkan pengetahuan baru sesuai dengan hasil diskusi kelompok diskusinya. Sunaryo (1989: 107) mengemukakan bahwa pada diskusi ini kelompok besar akan dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 3 sampai 4 orang. Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar siswa dapat bertukar pikiran dan berhadapan muka dengan mudah. Diskusi dadakan di tengah-tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menjamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Keaktifan siswa dapat dimunculkan dengan berbagai macam metode, salah satunya adalah dengan menerapkan metode diskusi,


(35)

dengan berdiskusi siswa dapat dengan mudah untuk saling bertukar pikiran dan berbagi pengetahuan yang dimiliki masing-masing siswa. Diskusi jenis Buzz Group adalah suatu kelompok besar dibagi menjadi kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi dapat dilakukan di tengah atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, atau menjawab peranyaan-pertayaan (Hasibuan & Moedjiono, 2006: 20-21).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh Sunaryo (1989: 107) bahwa medote

Buzz Group adalah metode dimana dalam satu kelas siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok antara 3-4 siswa untuk melakukan diskusi, bertukar pendapat dan pikiran, dan memperjelas materi pembelajaran. Tempat duduk diatur agar siswa dapat berhadapan muka bertujuan agar siswa mudah dalam bertukar pikiran atau berdiskusi.

c. Langkah-langkah Penerapan Metode Buzz Group

Langkah-langkah metode Buzz Group menurut Moedjiono & Dimyati (1992: 54):

1) Siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok kecil beranggotakan 3-4 orang.

2) Siswa diberikan sebuah topik atau materi pembelajaran yang telah disiapkan sebelumya untuk didiskusikan.


(36)

3) Diskusi dapat dilaksanakan di tengah-tengah atau diakhir pembelajaran.

4) Siswa melakukan presentasi sesuai dengan hasil diskusi yang telah dilakukan di depan kelas.

Langkah-langkah metode Buzz Group menurut Sunaryo (1989: 107) adalah sebagai berikut: 1) kelompok besar akan dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 3 sampai 4 orang; 2) Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar siswa dapat bertukar pikiran dan berhadapan muka dengan mudah; 3) Diskusi dadakan dilaksanakan di tengah-tengah pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka behan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan –pertanyaan; 4) siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.

Langkah-langkah metode Buzz Group menurut Sudjana (2005: 123) sebagai berikut:

1) Guru, bersama siswa memilih dan menentukan masalah dan bagian-bagian masalah yang akan dibahas dan dan perlu dipecahkan dalam proses pembelajaran.

2) Guru menunjuk beberapa peserta didik untuk membentuk kelompok kecil 3-4 orang.

3) Guru membagikan bagian-bagian masalah kepada masing-masing kelompok kecil.


(37)

4) Kelompok-kelompok kecil berdiskusi untuk membahas bagian masalah yang telah ditentukan.

5) Apabila waktu diskusi yang telah ditentukan selesai. Guru mengundang kelompok-kelompok kecil untuk berkumpul kembali dalam kelompok besar, kemudian ia mempersilahkan para pelapor dari masing-masing kelompok kecil secara bergiliran untuk menyampaikan laporannya kepada kelompok besar.

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas maka langkah-langkah metode buzz group adalah sebagai berikut: 1) Guru bersama siswa memilih dan menentukan topik atau masalah yang akan dibahas dan dipecahkan dalam proses pembelajaran; 2) kelompok besar akan dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 3 sampai 4 orang; 3) Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar siswa dapat bertukar pikiran dan berhadapan muka dengan mudah; 4) Diskusi dadakan dilaksanakan di tengah-tengah pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka behan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan –pertanyaan; 5) siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. d. Kelebihan Metode Buzz Group

Metode buzz group adalah diskusi yang melibatkan semua siswa, dengan diskusi ini semua siswa akan ikut berpartisipasi selama kegiatan pembelajaran. Metode ini akan menciptakan suasan belajar yang berbeda dari pembelajaran yang biasanya yaitu dengan metode


(38)

ceramah. Menurut Moedjiono & Dimyati (1992: 55), keunggulan diskusi kelompok dadakan atau Buzz Group adalah dapat mendorong individu yang malu-malu untuk memberikan sumbangan pemikiran, menciptakan suasana yang menyenangkan, menghemat waktu memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan, memberikan variasi kegiatan belajar, dan dapat digunakan bersama metode yang lain.

Metode Buzz Group dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dengan melibatkannya langsung dalam proses pembelajaran.

Kelebihan dari metode Buzz Group juga dikemukakan oleh Sunaryo (1989: 107) yang mengatakan bahwa metode ini memiliki kelebihan yaitu melibatkan semua siswa aktif dalam pembelajaran, mendorong anggota yang kurang percaya diri untuk memngemukakan pendapat, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menghemat waktu, memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan, memberikan variasi dalam belajar. Kelebihan lain dari metode ini yaitu dapat digunakan bersama dengan metode lain seperti college ball, jigsaw, two stay two stray,dll.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari metode Buzz Group yaitu membantu peserta didik untuk bisa dan berani mengemukakan pendapat di dalam kelompok, mendorong tiap anggota untuk berpartisipasi dalam kelompoknya, menciptkan pembelajaran yang menenangkan, menumbuhkan suasana


(39)

akrab, dan dapat digunakan bersama metode lain sehingga penggunaan teknik lebih bervariasi.

e. Kekurangan metode Buzz Group

Metode diskusi selain memiliki kelebihan juga memiliki beberapa kekurangan, misalnya pembelajaran tidak akan berhasil jika dalam suatu kelompok diskusi tidak terjadi kerjasama yang baik. Moedjiono & Dimyati (1992: 55) mengemukakan bahwa kekurangan dari metode ini adalah tidak ada waktu persiapan yang cukup, tidak akan berhasil apabila anggota kelompok terdiri orang yang tidak tau apa-apa, mungkin diskusi akan berputar-putar, mungkin tidak ada kepemimpinan yang baik dalam kelompok, mungkin juga laporan tidak tersusun dengan baik.

Kekurangan metode Buzz Group juga dikemukakan oleh Sunaryo (1989: 107-108) yaitu metode ini tidak dapat berhasil apabila anggota kelompok terdiri dari orang yang tidak tahu apa-apa sehingga diskusi akan berputar-putar, tidak ada kepemimpinan yang baik dalam kelompok, mungkin laporan tidak tersusun dengan baik, dan tidak ada waktu persiapan yang cukup. Guru memiliki peran penting dalam pemilihan suatu metode, pada metode ini guru sebaiknya dapat menentukan dan mengelola kelompok diskusi untuk meminimalisir kekurangan dari metode tersebut.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekurangan dari metode ini adalah kurangnya waktu persiapan kareana


(40)

merupakan kelompok yang dibuat secara mendadak, diskusi tidak akan berjalan apabila peserta didik kurang menguasai materi, tidak ada kepemimpinan yang baik, dan memungkinkan hasil diskusi tidak akan tersusun dengan baik. Untuk mengatasi kekurangan tersebut disini peran guru sangat penting, guru sebaiknya mampu mengelola kelas dengan maksimal. Pemilihan kelompok dalam diskusi harus diperhatikan, misalnya dalam satu kelompok harus ada satu teman yang memiliki nilai diatas rata-rata atau tingkat kepandaian yang lebih tinggi. Guru biasanya sudah mengetahui kriteria murid yang dianggap memiliki tingkat kepandaian lebih sehingga mudah mengkondisikan kelompok.

4. Keaktifan

a. Pengertian keaktifan

Strategi pembelajaran aktif adalah strategi yang dapat melibatkan siswa secara aktif untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan siswa pada proses pembelajaran melibatkan kegiatan fisik dan psikis. Menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1991: 6-7), kegiatan belajar dapat dikatakan berhasil apabila dilakukan melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Keaktifan siswa dalam belajar diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran dengan mengaktifkan aspek jasmani maupun aspek rohaninya dan harus dipahami serta dikembangkan oleh


(41)

guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keaktifan belajar siswa tersebut akan mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai.

Keaktifan siswa dalam pembelajaran merupakan faktor penting. Hal utama yang menjadi pendorong keaktifan siswa di dalam kelas adalah munculnya rasa ingin tahu, ketertarikan, dan minat siswa terhadap hal yang sedang dipelajari. Dimyati dan Mudjiono (2002: 114-115) berpendapat bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran terlihat dari beraneka ragam bentuk kegiatan fisik dan psikis. Kegiatan fisik merupakan kegiatan yang mudah diamati seperti kegiatan membaca, mendengarkan, menulis, menerangkan, dan mengukur. Sedangkan contoh dari kegiatan psikis seperti mengingat kembali isi pelajaran sebelumnya, mampu memecahkan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan kegiatan psikis lainnya.

Keaktifan siswa sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa adanya aktivitas. Siswa yang aktif dalam pembelajaran akan memunculkan aktivitas pembelajaran yang menarik dan meneyenangkan. Aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Kegiatan fisik atau mental merupakan kegiatan berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2011: 100).


(42)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas peneliti sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh Menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1991: 6-7) bahwa Keaktifan siswa dalam belajar diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran dengan mengaktifkan aspek jasmani maupun aspek rohaninya dan harus dipahami serta dikembangkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses kegiatan belajar, siswa seharusnya terlibat secara lagsung sehingga siswa dapat berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Keaktifan belajar siswa tersebut akan mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai.

b. Indikator Keaktifan dalam Belajar

Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa utntuk belajar. Nana Sudjana (2006: 61) mengatakan bahwa penilaian proses belajar-mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam beberapa hal, diantaranya: 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; 2) Terlibat dalam pemecahan masalah; 3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; 4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; 5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; 6) Menilai kemampuan diri dan hasil-hasil yang diperolehnya; 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah


(43)

yang sejenis; 8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. Keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran merupakan cara untuk siswa aktif dalam pembelajaran. terwujudnya siswa dapat dilihat melalaui indikiator-indikator tersebut.

Berdasarkan Rizka Vitasari (2013: 3) indikator keaktifan dapat dilihat dari: 1) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru; 2) Memahami masalah yang diberikan guru; 3) Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat; 4) Berdiskusi dengan kelompok; 5) Mempresentasikan hasil diskusi. Keaktifan siswa dapat terwujud jika siswa melakukan beberapa indikator-indikator keaktifan tersebut, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran meberikan kesempatan siswa untuk turut serta aktif dalam pembelajaran.

Keaktifan siswa dapat terwujud jika siswa terlibat langsung dan berprtisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa dapat dilihat melalui inidikator kaekatifan seperti yang dikemukakan oleh Denis Purnama Sari (2013: 3) yang mengemukakan bahwa indikator keaktifan siswa dapat dilihat dari: 1) Memeperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru; 2) Menjawab pertanyaan dari guru; 3) mengajukan pertanyaan kepada guru dan siswa lain; 4) Mencatat penjelasan guru dan hasil diskusi; 5) Membaca materi; 6) Memberikan pendapat ketika diskusi; 7) Mendengarkan pendapat teman; 8) Memberikan tanggapan; 9) Berlatih menyelesaikan soal; 10) Berani


(44)

mempresentasikan hasil diskusi; 10) Mampu memecahkan masalah ketika turnamen, dan 12) Berminat mengikuti turnamen.

Berdasarkan indikator-indikator yang telah dikemukakan di atas peneliti mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Nana Sudjana (2006: 61) yang mengatakan bahwa keaktifan siswa dapat dilihat daam beberapa hal berikut : 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; 2) Terlibat dalam pemecahan masalah; 3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; 4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; 5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; 6) Menilai kemampuan diri dan hasil-hasil yang diperolehnya; 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis; 8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. Indikator-indikator yang telah dikemukakan oleh Sudjana tersebut sesuai dengan pengertian keaktifan yaitu keaktifan siswa akan muncul apabila siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.

c. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan

Keaktifan belajar suatu individu berbeda dengan individu lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat keaktifan seseorang. Keaktifan belajar siswa dipengaruhi beberapa faktor yaitu (Wina Sanjaya, 2009: 94) :


(45)

1) Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran.

2) Siswa belajar secara langsung (Experintial Learning).

3) Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.

4) Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.

5) Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa.

6) Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa atau guru dengan siswa.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimiliki siswa, selain itu siswa juga dilatih untuk dapat berpikir secara lebih kritis. Menurut Gagne dan Brings dalam Martinis, (2007: 84) faktor-faktor yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yaitu: 1) memberikan motivasi dan menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran; 2) menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa); 3) memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari); 4) memberi petunjuk siswa cara mempelajarinya; 5) memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran; 6) memberi umpan bali (feed back); 7) melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga


(46)

kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur; 8) menyimpulkan setiap materi yang akan disampaikan diakhir pembelajaran.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi keaktifan belajar siswa juga dikemukakan oleh Agus Suprijono (2010: 38) yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa meliputi faktor guru, keluarga dan motivasi masing-masing individu. Dari beberapa pendapat ahli yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan adalah sebagai berikut : 1) Adanya keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran; 2) Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif,; 3) Adanya interaksi yang multi arah yaitu siswa dengan siswa atau siswa dengan guru. Peran guru dalam meningkatkan keaktifan tersebut adalah mengelola kelas agar tetap kondusif, menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, serta memunculkan aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

5. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh siswa dan guru. Proses pembelajaran yang berhasil akan ditandai dengan perubahan yang terjadi pada sikap dan perilaku dari siswa. Asep Jihad dan Abdul Haris (2008 :11) merumuskan pembelajaran sebagai bentuk kolaborasi antara kegiatan belajar siswa dengan kegiatan


(47)

mengajar guru, dimana pada dasarnya pembelajaran merupakan upaya guru untuk membantu siswa dalam proses belajar mengajar.

Beberapa upaya dilakukan guru untuk membantu siswa dalam melakukan kegiatan belajar, salah satunya adalah menciptakan suatu pembelajaran. Isjoni (2012 :14) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa. Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Selain pembelajaran sebagai usaha untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar, pembelajaran juga sebagai upaya agar siswa mampu menjadikan apa yang elah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat dilingkungannya.

Pembelajaran merupakan kegiatan yang terencana yang mengkondisikan atau merangsang sesesorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Abdul Majid (2013: 5) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan dan penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa, dalam proses interaksi tersebut guru bertugas untuk membantu siswa


(48)

dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran sebagai upaya agar siswa mampu menjadikan apa yang dipelajarinnya sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat.

b. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya (Trianto 2010: 171). IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan masyarakat.

IPS merupakan mata pelajaran pada jenjang pendidikan ditingkat sekolah yang dikembangkan secara terintegrasi dengan mengambil konsep-konsep esensial dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora. IPS mengkaji berbagai masalah-masalah dan fenomena sosial yang ada di masyarakat. Selain itu, IPS juga merupakan salah satu ilmu yang mengkaji masalah-masalah yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.

Muhammad Numan Somantri (2001: 44) mengemukakan IPS untuk tingkat sekolah merupakan suatu perpaduan dari beberapa cabang disiplin ilmu yang disusun secara sistematis dan lebih sederhana dengan


(49)

tujuan agar siswa lebih mudah dalam mempelajarinya. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan dengan lebih mudah.

Mata Pelajaran IPS merupakan perpaduan dari beberapa ilmu-ilmu sosial. Melalui mata pelajaran IPS diharapkan siswa mampu untuk dapat memecahkan berbagi masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungannya, baik lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa. Sapriya (2011: 7) menyatakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Berbagai ilmu tersebut dimanfaatkan untuk memecahkan masalah. Tujuan IPS yaitu menjadikan manusia yang dapat menyesuaikan diri terhadap lingkunganya dan mampu memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada dalam lingkungan tersebut dengan memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli peneliti seendapat dengan (Trianto 2010: 171) menyatakan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang diintegrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Pembelajaran IPS dapat memberikan bekal kepada


(50)

siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuannya, dan mampu berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan-permasalah yang terjadi di lingkungan masyarakat.

c. Tujuan IPS

Tujuan dari IPS adalah untuk menjadikan manusia yang mampu mengaplikasikan kemampuannya, peka terhadap keadaan dan kondisi dimanapun ia berada, serta mengharapkan manusia agar dapat berfikir kritis dan cerdas dalam menghadapi fenomena sosial. IPS mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuanya untuk mempersiapkan diri menghadapi fenomena yang terjadi dilingkungannya.

Berdasarkan Etin Solihatin dan Raharjo (2009: 15) tujuan dari IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjudkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain mengembangkan potensi tersebut, Trianto (2010: 1) menjelaskan bahwa siswa juga diharapkan dapat peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa orang lain.


(51)

Sapriya (2009: 2001) menyebutkan tujuan mata pelajaran IPS sebagai berikut.

“(1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai soial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.

Tujuan IPS yang telah dijelaskan para ahli di atas dapat dirangkum bahwa IPS bertujuan agar masyarakat memiliki kemampuan dasar untuk berfikir kritis, memiliki nilai moral maupun agama, dan mampu mengembangkan ketrampilan baik akademik maupun sosialnya, selain itu masyarakat mampu memecahkan permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi dilingkungannya.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan yang mendukung penelitian mengenai Perbedaan Metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) dan Metode Buzz Group Terhadap Keaktifan Siswa Pada Pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Pleret.

1. Penelitian yang dilakuka oleh Irsan Fuadi pada tahun 2012 yang berjudul ”Penerapan Metode Pembelajaran Aktive Learning Tipe

Rotating Trio Exchange (RTE) dalam upaya meningkatkan keaktifan Siswa SMA Negeri 1 Godong di Klambu Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Metode Rotating Trio Excahnge


(52)

mendukung penelitian yang akan dilakukan yaitu menunjukkan bahwa metode Rotating Trio Exchange dapat meningkatkan keaktfan siswa. Hasil itu dibuktikan dengan adanya peningkatan keaktifan siswa, rata-rata keaktifan sebelum dilakukan tindakan sebesar 20,89%, keaktifan setelah siklus I meningkat sebesar 58, 63%, dan pada siklus II meningkat menjadi 85,78%.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Maryanah pada tahun 2014 yang berjudul “Penerapan Metode Buzz Group untuk Meningkatkan Kerjasama dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo Kabupaten Klaten”. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa metode Buzz Group dapat meningkatkan keaktifan siswa. Penelitian ini relevan karena mendukung penelitian yang akan dilakukan yaitu menunjukkan bahwa metode Buzz Group dapat meningkatkan keaktifan, hasil tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian sebagai berikut: 1) Penerapan metode Buzz Group dapat meningkatkan kerjasama siswa. Berdasarkan hasil observasi kerjasama siswa mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 66,25%, sedangkan pada siklus II sebesar 84,06% dan sudah mencapai kriteria keberhasilan. Berdasarkan hasil perhitungan angket juga menunjukkan peningkatan kerjasama siswa pada siklus I sebesar 69% menjadi 77% pada siklus II dan sudah mencapai kriteria keberhasilan. 2) Penerapan metode Buzz Group dapat meningkatkan keaktifan siswa. Berdasarkan hasil observasi keaktifan siswa mengalami peningkatan pada siklus I


(53)

sebesar 51,56%, sedangkan pada siklus II sebesar 75,63% dan sudah mencapai kriteria keberhasilan. Berdasarkan hasil perhitungan angket juga menunjukkan peningkatan keaktifan siswa pada siklus I sebesar 71% meningkat menjadi 78% pada siklus II dan sudah mencapai kriteria keberhasilan. 3) Penerapan metode Buzz Group juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 50%, pada siklus II sebanyak 78,12% dari jumlah siswa sebanyak 32 orang dan sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan. siswa.

3. Kerangka Pikir

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan seseorang atau sekelompok orang yang berkaitan dengan suatu usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapi tujuan tersebut, dalam proses pembelajaran dibutuhkan komponen yang dapat mendukung yaitu: guru, media belajar, metode pembelajaran, kurikulum atau standar kompetensi dan lingkungan belajar. Komponen-komponen tersebut berpengaruh terhadap cara guru dalam proses pembelajaran yakni berhubungan dengan pemilihan metode yang tepat untuk diterapkan. Metode yang dipilih guru diharapkan dapat merangsang keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Metode yang melibatkan siswanya ikut aktif dalam pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang berbeda dan lebih menyenangkan.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di depan metode yang dapat dikembangkan untuk mendorong keaktifan siswa yaitu dengan Metode


(54)

Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) dan Buzz Group, kedua metode tersebut memiliki cara yang berbeda dalam peyampaian materi pembelajaran.

Metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) dan Buzz Group sama-sama mampu mengajak siswa untuk berperan aktif, berfikir logis, dan sistematis selama belajar mengajar. Dengan metode tersebut akan membantu siswa belajar berfikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berfikir dan melibatkan siswa dalam pemecahan dan pengelolaan kelas. Dengan demikian metode ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar sehingga aktivitas belajar IPS siswa dapat meningkat, berikut skema kerangka pikir dari penelitian ini:


(55)

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian 4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan uraian kerangka pikir, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

Pembelajaran IPS di kelas VIII SMPN 2 Pleret

Keaktifan merupakan faktor penting dalam pembelajaran karena

dapat meningkatkan hasil belajar

Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2

Angket Angket

Pembelajaran Rotating Trio Exchange

(pertukaran tiga memutar) observasi

Pembelajaran Buzz Group

dan observasi

Angket

Analisis uji-t

Perbedaan metode Rotating Trio Exchange (pertukaran tiga memutar) dan metode Buzz Group terhadap keaktifan siswa Angket


(56)

1. Hipotesis Nihil (Ho)

Tidak terdapat berbedaan keaaktifan siswa yang signifikan antara siswa yang diberikan metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) dan metode Buzz Group di SMP Negeri Pleret.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat perbedaan keaaktifan siswa yang signifikan antara siswa yang diberikan metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) dan metode Buzz Group di SMP Negeri Pleret.


(57)

42 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen semu (quasi experimen). Penelitian ini dikatakan semu karena peneliti tidak mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksananan eksperimen. Sugiyono (2014: 77) mengemukakan penelitian eksperimen semu merupakan penelitian yang digunakan karena sulitnya mendapatkan kelompok kontrol untuk penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan keaktifan siswa pada pebelajaran IPS, antara kelas yang diajar dengan menggunakan metode Rotating Trio Exchange

(Pertukaran Tiga Memutar) dan kelas yang diajar dengan meode Buzz Group. Jenis desain berupa pretest-posttest, nonequivalent multiple-group design.

Desain penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Desain Penelitian

Kelompok Awal Perlakuan Akhir

Eksperimen 1 Y1 X1 Y2

Eksperimen 2 Y2 X2 Y2

(Sumber: Wiersma William, 2009: 169) Keterangan:

Y1 = Observasi dan (Pretest) angket awal Y2 = Observasi dan (Posttest) angket akhir

X1 = Perlakuan dengan model Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar)


(58)

X2 = Perlakuan dengan model Buzz Group B. Tempat dan Waktu Penelitian

1.Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Pleret. Sekolah tersebut beralamat di Kedaton, Pleret, Pleret, Bantul. Peneliti memilih dan menetapkan lokasi ini karena belum diterapkannya metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) dan metode Buzz Group SMP Negeri 2 Pleret, selain itu peneliti juga mempertimbangkan waktu, biaya, tenaga dengan lokasi sekolah yang terjangkau oleh peneliti.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dimulai penentuan judul, penyusunan proposal penelitian, seminar proposal, pengumpulan data penelitian, sampai penyusunan laporan penelitian. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016.

C. Jenis Variabel

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2014: 38) adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Jenis variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebabperubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) yang dilambangkan dengan (X) dan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas yang


(59)

dilambangkan dengan huruf (Y). Berikut ini merupakan penjelasan mengenai variabel yang terdapat dalam penelitian:

1. Variabel bebas atau independent variable (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu metode Pembelajaran. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) dan metode Buzz Group. X1 yaitu metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) dan X2 yaitu metode Buzz Group.

2. Variabel terikat atau dependent variable (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS. Pengaruh perlakuan akan berakibat pada perbedaan keaktifan siswa kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2. D. Definisi Operasional Variabel

1.Keaktifan Siswa

Keaktifan siswa dalam belajar diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran dengan mengaktifkan aspek jasmani maupun aspek rohaninya dan harus dipahami serta dikembangkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keaktifan belajar siswa tersebut akan mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai. Keaktifan siswa dapat dilihat sesuai dengan indikator-indikator sebagai berikut: 1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; 2) terlibat dalam pemecahan masalah; 3) bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi; 4) berusaha mencari informasi untuk


(60)

memecahkan masalah; 5) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; 6) menili kemampuan siswa itu sendiri dan hasil-hasil yang diperolehnya; 7) melatih diri dalam menjawab soal dan pertanyaan baik dari guru maupun siswa lain; 8) menggunakan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas/persoalan yang dihadap.

2. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, dalam satu strategi pembelajaran dapat diterapkan beberapa metode pembelajaran. 3. Metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar)

Metode pembelajaran Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) merupakan strategi bagi siswa untuk berdiskusi tentang berbagai masalah pembelajaran dengan beberapa teman kelasnya. Pada stretegi tersebut siswa akan saling berkelompok dengan teman sekelasnya untuk saling bertukar pendapat dalam memecahkan suatu permasalahan. Strategi ini juga mengembangkan sebuah lingkungan belajar aktif dengan menciptakan siswa bergerak secara fisik untuk saling berbagi pikiran secara terbuka untuk memperoleh pengetahuan.

Langkah-langkah penerapan metode Rotating Trio Exchange kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainnya di kiri dan kanannya. Berikan pada setiap trio tersebut pertanyaan yang sama untuk


(61)

didiskusikan, contohnya nomor 0, 1, dan 2, kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya berlawanan jarum jam, nomor 0 tetap beradadi tempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru, berikan setiap trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa seusai setiap pertanyaan yang telah disiapkan.

4. Metode Buzz Group

Metode Buzz group merupakan jenis diskusi dimana dalam satu kelompok besar (kelas) akan dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 3 sampai 4 orang. Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar siswa dapat bertukar pikiran dan berhadapan muka dengan mudah. Diskusi dadakan di tengah-tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menjamkan kerangka behan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan –pertanyaan. Langkah-langkah pelaksanaan metode

Buzz Group dalam penelitian ini meliputi: pertama, Kelompok besar atau kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang;

kedua, Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar para siswa dapat bertukar pikiran dan bertatap muka dengan mudah; ketiga, Perwakilan kelompok mengambil undian yang berisi pembagian materi diskusi;

keempat; Sebelum diskusi dimulai setiap kelompok melakukan pembagian tugas, ada yang bertugas sebagai ketua kelompok, notulis, dan satu orang yang membacakan atau mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas;


(62)

yang diperoleh; keenam, Setelah diskusi selesai, perwakilan kelompok melakukan presentasi untuk mebacakan hasil diskusi di depan kelas;

ketujuh; Pada saat presentasi siswa lain menyimak, apabila ada yang belum jelas boleh mengajukan pertanyaan kepada kelompok presentasi.

E. Populasi dan Sampel 1.Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2014: 61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMP Negeri 2 Pleret tahun 2015/2016 yang terdiri dari kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII, D, VIII E, VIII F, VIII G.

2.Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini diambil dari sebagian populasi yang terdiri dari kelas VII SMP Negeri 2 Pleret pada tahun ajaran 2015/2016. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Teknik Simple Random Sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2014: 82). Kelas Eksperimen dipilih dengan cara pengundian. Setelah dilakukan pengundian terpilih kelas VIII E Sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas VIII G sebagai kelas eksperimen 2. Kelas eksperimen 1 akan mendapatkan perlakuan pembelajaran menggunakan


(63)

metode Rotating Trio Exchange, sementara kelas eksperimen 2 akan mendapatkan perlakuan pembelajaran menggunakan metode Buzz Group.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa sebelum diberi perlakuan dan keaktifan siswa setelah diberi perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) untuk kelas eksperimen 1 dan metode Buzz Group untuk kelas eksperimen 2. Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2013: 70). Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan mengenai keaktifan siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memutar) maupun yang menggunakan metode

Buzz Group. Observasi dilakukan pada saat diberi perlakuan, baik pada kelas eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2.

2.Angket (kuesioner)

Angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya (Zainal Arifin, 2012: 228). Angket dalam penelitian ini merupakan sejumlah pernyataan


(64)

tertulis yang diberikan kepada siswa untuk memperoleh sejumlah informasi tentang keaktifan siswa pada pembelajaran IPS. Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa sebelum dan setelah diberi perlakuan pembelajaran denga metode Rotating Trio Exchange dan metode

Buzz Group.

G. Instrumen Penelitian 1.Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pengamatan keaktifan siswa pada pembelajaran. Penilaian lembar observasi keaktifan siswa pada pembelajaran IPS dilakukan dengan memberikan alternatif pilihan “Ya” atau “Tidak”. Pada jawaban “Ya” diperoleh nilai 1 (Satu) dan pada jawaban “Tidak” diperoleh nili 0 (nol).

Kisi-kisi lembar observasi keaktifan siswa dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.

Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan Siswa pada Pembelajaran IPS

No Aspek yang diamati No. Item

1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya 1, 2, 3 2. Terlibat dalam pemecahan masalah 4, 5, 6 3. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak

memahami persoalan yang dihadapi

7, 8 4. Berusaha mencari informasi untuk pemecahan masalah 9, 10, 11,

12 5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan

petunjuk guru

13, 14 6. Meniali kemampuan siswa itu sendiri dan hasil-hasil

yang diperolehnya

15, 16 7. Melatih diri dalam menjawab soal dan pertanyaan baik

dari guru maupun siswa lain

17, 18 8. Menggunakan apa yang diperolehnya dalam

menyelesaikan tugas/persoalan yang dihadapi


(65)

2. Lembar Angket

Pada penelitian ini digunakan angket tertutup, baik kepada siswa di kelompok eksperimen 1 maupun eksperimen 2 dalam rangka mengetahui keaktifan siswa pada pembelajaran IPS. Skala angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Skala ini menilai sikap atau presepsi seseorang tentang fenomena sosaial tertentu. Kisi-kisi lembar angket keaktifan siswa pada pembelajaran IPS dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.

Kisi-kisi Lembar Angket Keaktifan Siswa pada Pembelajaran IPS

No Aspek yang Dinilai No. Item

1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya 1, 2, 3* 2. Terlibat dalam pemecahan masalah 4, 5, 6* 3. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak

memahami persoalan yang dihadapi

7, 8 4. Berusaha mencari informasi untuk pemecahan masalah 9, 10*, 11,

12 5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan

petunjuk guru

13, 14 6. Menilai kemampuan siswa itu sendiri dan hasil-hasil

yang diperolehnya

15*, 16, 17, 7. Melatih diri dalam menjawab soal dan pertanyaan baik

dari guru maupun siswa lain

18, 19* 8. Menggunakan apa yang diperolehnya dalam

menyelesaikan tugas/persoalan yang dihadapi

20*, 21, 22.

Angket dibuat pernyataan sesuai dengan kisi-kisi tersebut dengan memberikan tanda Cheklist(√) untuk pernyataan yang sesuai. Skala likert

dalam penelitian ini dimodifikasi dengan 4 alternatif pilihan jawaban. Jumlah alernatif pilihan jawaban genap digunakan untuk menghindari siswa memilih jawaban tengah (Sukardi, 2012: 147). Pensekoran pada


(66)

angket tersebut dengan menggunakan alternatif pilihan jawaban Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD) dan Tidak Pernah (TP). Pensekoran tiap butir angket keaktifan siswa pada pembelajaran IPS dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.

Pensekoran Tiap Butir Angket Keaktifan Siswa.

Alternatif Jawaban Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Selalu (SL) 4 1

Sering (SR) 3 2

Kadang-kadang (KD) 2 3

Tidak Pernah (TP) 1 4

(Sukardi, 2012: 147) H. Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Uji validitas perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen dalam kaitannya mengukur hal yang seharusnya diukur. Uji validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan validitas isi, validitas kontruk, dan validitas empiris.

a. Validitas isi

Validitas isi adalah derajat dimana sebuah instrumen mengukur cakupan substansi yang diukur (Sukardi, 2013: 123). Validitas isi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat instrumen yang mengukur keaktifan siswa pada pembelajaran IPS. Validitas isi dalam penelitian ini ditentukan melalui pertimbangan dosen pembimbing. Setelah dilakukan evaluasi oleh dosen pembimbing, maka peneliti melakukan revisi berdasarkan masukan dari dosen pembimbing.


(1)

123

Gambar 5. Perlakuan metode Rotating Trio Exchange (Pertukaran Tiga Memuta) pada kelas eksperimen 1.

Gambar 5. Perlakuan metode Buzz Group pada kelas eksperimen 1.


(2)

124

Gambar 7. Siswa sedang mengisi angket akhir kelas eksperimen 1.

Gambar 8. Siswa sedang mengisi angket akhir kelas eksperimen 2.


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Pemecahan Masalah Matematika Siswa Di Smp Tmi Lampung

2 10 204

Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada konsep persamaan dasar akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran rotating trio exchange ( penelitian tindakan kelas di kelas X SMK Arrahman Bintaro)

2 21 243

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe rotating exchange (RTE) terhadap minat belajar matematika siswa

3 51 76

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchangnge terhadap hasil belajar matematika siswa

0 5 203

Perbedaan hasil belajar biologi siswa menggunakan model Rotating Trio Exchange (RTE) dengan Think Pair Share (TPS) pada konsep virus

1 7 181

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN ROTATING TRIO EXCHANGE TEMA Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Pembelajaran Rotating Trio Exchange Tema Indahnya Negeriku Kelas IV SD Muhammadiyah 1 Ketelan

0 3 17

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN ROTATING TRIO EXCHANGE TEMA Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Pembelajaran Rotating Trio Exchange Tema Indahnya Negeriku Kelas IV SD Muhammadiyah 1 Ketelan

0 3 10

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE PEMBELAJARAN ROTATING TRIO EXCHANGE PADA Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Pembelajaran Rotating Trio Exchange Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Delanggu Kecamatan Delanggu

0 2 18

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE PEMBELAJARAN ROTATING TRIO EXCHANGE PADA Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Pembelajaran Rotating Trio Exchange Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Delanggu Kecamatan Delanggu

0 3 17

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE TERHADAP HASIL BELAJAR IPS DI SD

0 1 11