PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT BEKERJASAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN SISWA KELAS X

(1)

commit to user

i

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR MATA DIKLAT BEKERJASAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN

SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

(Penelitian Tindakan Kelas)

SKRIPSI

Oleh:

SRI RETNO WULANSARI NIM X7407081

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

ii

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR MATA DIKLAT BEKERJASAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN

SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

(Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh:

SRI RETNO WULANSARI NIM X7407081

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Juli 2011

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Dra.C Dyah SI,M. Pd NIP. 19611122 198903 2 001

Susantiningrum, S. Pd, SE, M.AB NIP. 19761229 200501 2 002


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v

SRI RETNO WULANSARI. X7407081. PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT BEKERJASAMA dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatkan hasil belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa kelas X Administrasi Perkantoran SMK Kristen 1 Surakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Obyek penelitian ini adalah siswa kelas X Adminstrasi Perkantoran 1 SMK Kristen 1 Surakarta yang berjumlah 34 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara guru kelas, peneliti dan melibatkan siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi, angket dan tes. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1) pengenalan masalah, (2) persiapan tindakan, (3) penyusunan rencana tindakan, (4) implementasi tindakan, (5) pengamatan, dan (6) penyusunan laporan. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, masing-masing siklus selama 6 x 45 menit.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK Kristen 1 Surakarta dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut : (1) Metode pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pekerjaan

siswa pada siklus pertama diketahui bahwa sebanyak 25 siswa atau sebesar 73,52% sudah memenuhi KKM dan sebanyak 31 siswa atau sebesar 91,17% pada siklus yang kedua. Terjadi peningkatan sebanyak 17,65%. (2) Metode pembelajaran tipe Numbered

Heads Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Hal ini

ditunjukkan dengan peningkatan persentase motivasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar 71,14% dan kemudian pada siklus kedua meningkat sebesar 9,7% menjadi 80,84%. (3) Metode pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan partisipasi siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan persentase partisipasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar 60,58% dan kemudian pada siklus kedua meningkat sebesar 13,53% menjadi 74,14%. Peningkatan tersebut terjadi setelah guru melakukan beberapa upaya, antara lain: (1) Guru sudah mengelola kelas dengan baik, (2) Guru menyadari perlunya melakukan suatu evaluasi terhadap proses pembelajaran, agar segala kelemahan yang ada dapat teratasi dengan baik, dan tidak terulang dalam proses pembelajaran berikutnya.


(6)

commit to user

vi

SRI RETNO WULANSARI. X7407081. THE APPLICATION COOPERATIVE LEARNING TYPE OF NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TO IMPROVE THE LEARNING ACHIEVEMENT OF BEING COOPERATIVE WITH COLLEAGUE AND CUSTOMER SUBJECT IN THE OFFICE ADMINISTRATION X GRADERS OF SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, July 2011.

The objective of research is to improve the learning achievement of being cooperative with colleague and customer subject using Numbered Heads Together (NHT) type of cooperative learning in the Office Administration X graders of SMK Kristen 1 Surakarta.

This study is a Classroom Action Research. The object of research was the Office Administration X graders of SMK Kristen 1 Surakarta consisting of 34 students. This research was carried out in the collaboration between the class teacher, researcher and involved the students. Techniques of collecting data used were observation, documentation, questionnaire and test. The research procedure include: (1) problem identification, (2) action preparation, (3) action plan arrangement, (4) action implementation, (5) observation, and (6) report writing. The research process was carried out in two cycles, each of which consisted of four stages: (1) planning, (2) acting, (3) observing and interpreting, and (4) analyzing and reflecting. Each cycle was done in three repetition, with 6 x 45 minutes duration for each cycle.

Considering the result of research, it can be concluded that there is an improvement of learning achievement of XI P 1 graders of SMK Kristen Surakarta using Numbered Heads Together (NHT) type of cooperative learning. It is reflected by the following indicators: (1) Numbered Heads Together (NHT) learning method can improve the student learning achievement. Based on the result of student work in the first cycle, it can be found that 25 students or 73.5% has met the KKM and 31 students or 91.17% in the second cycle. There is an increases by 17.65%. (2) the Numbered Heads Together (NHT) learning method can improve the student achievement motivation. It is indicated by the increase in percentage student learning motivation in the first cycle of 71.14% and then in the second cycle it increases by 9.7% to 80.84%. (3) The Numbered Heads Together (NHT) learning method can improve the student participation. It is indicated by the increase in percentage student learning participation in the first cycle of 60.58% and then in the second cycle it increases by 13.53% to 74.14%. The improvement occurs after teacher takes such attempts as: (1) Teacher has managed the class well, (2) teacher realize the importance of an evaluation on learning process to cope with well any weaknesses, and to prevent the weakness from occurring in the next learning.


(7)

commit to user

vii MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri

(Q. S AR RA’D: 11)

Apa yang anda pikirkan itulah yang akan anda dapatkan

(Peneliti)

Jangan pernah kau gagalkan cita-citamu hanya karna cinta, tapi jadikanlah cinta itu sebagai pendorong cita-cita yang mulia


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan sebagai wujud rasa sayang, cinta kasih peneliti dan terima kasih penulis kepada :

- Ibu dan Ayahku tersayang, yang selalu mendoakan dan menyayangiku dengan sepenuh hati.

- Adik-Adikku tercinta, terima kasih atas doa dan semangatnya. Love you all.

- Dra. C. Dyah S.I, M.Pd dan Susantiningrum S.Pd, S.E, M.AB. terima kasih untuk dorongan dan bimbingannya selama ini.

- Teman seperjuangan di BKK Administrasi Perkantoran 2007.


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta dengan usaha yang sungguh-sungguh, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh peneliti untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hambatan dan kesulitan yang peneliti hadapi dalam menyelesaikan penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.

3. Drs. Ign. Wagimin M.Si, selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dengan bijaksana.

4. Dra. C Dyah SI, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak sekali motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran.

5. Susantiningrum, S.Pd, SE, M.AB, selaku pembimbing II yang telah memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dengan baik.

6. Andre N Rahmanto, S.Sos, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak doa dan bimbingan serta semangat.

7. Drs. Siwi Widi Asmoro, selaku Kepala SMK Kristen 1 Surakarta, yang memberikan ijin penelitian skripsi ini.

8. Magdalena Sri Ara, S. Pd, selaku guru Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan yang membimbing dalam pelaksanaan penelitian ini serta guru dan staff karyawan, dan siswa X AP1 yang membantu penulisan skripsi ini.

9. Ibu Bapak tercinta, yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun spiritual, kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya mengiringi peneliti hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.


(10)

commit to user

x

11. Mas Chandra yang selalu menemani dalam suka dan duka.

12. Umi, Tri, Wiwin, Yuni, Tika, Wika, yang selalu memberikan semangat, pengertian, dan bantuan.

13. Semua teman-teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi BKK PAP’07, terima

kasih buat senyum dan doanya.

14. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.

Surakarta, Juli 2011


(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. LANDASAN TEORI ... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together .... 9

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 10

b. karakteristik pembelajaran kooperatif ... 12

c. tujuan pembelajaran kooperatif ... 13

d. model- model pembelajaran kooperatif ... 14

e. Metode Numbered Heads Together ... 15

2. Motivasi Berprestasi ... 17

3. Partisipasi Siswa ... 18

a. Pengertian Partisipasi Siswa ... 18

b. Manfaat Partisipasi ... 19


(12)

commit to user

xii

a. Pengertian Belajar ... 20

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ... 21

c. Hasil Belajar ... 22

e. Hasil Belajar bekerjasama dengan kolega dan pelanggan. 24

B. Penelitian Yang Relevan ... 19

C. Kerangka Berpikir ... 25

D. Hipotesis Tindakan ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 30

C. Jenis Penelitian ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Prosedur Penelitian ... 36

F. Proses Penelitian ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42

B. Identifikasi Masalah Pembelajaran bekerjasama dengan kolega dan pelanggan Kelas X AP 1 di SMK Kristen 1 Surakarta ... 47

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 50

1. Siklus I ... 50

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 50

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 54

c. Observasi dan Interpretasi ... 57

d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I ... 58

2. Siklus II ... 60

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 60

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 63

c. Observasi dan Interpretasi ... 66

d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II ... 67


(13)

commit to user

xiii

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 76

A. Simpulan ... 76

B. Implikasi ... 77

1. Implikasi Teoretis... 77

2. Implikasi Praktis ... 77

C. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir ... 26

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 32

Gambar 3. Prosedur penelitian ... 37


(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa ... 39

Tabel 3. Nilai Kemampuan Awal Siswa ... 50

Tabel 4. Penerapan Metode Numbered Heads Together ... 69

Tabel 5. Motivasi Belajar Siswa ... 69

Tabel 6. Partisipasi Belajar Siswa ... 70

Tabel 7. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 70


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian 84

Lampiran 2 : Catatan Lapangan 1 85

Lampiran 3 : Lembar Observasi Penerapan Metode Numbered Heads

Together 87

Lampiran 4 : Angket Penilaian Motivasi 90

Lampiran 5 : Lembar Observasi Partisipasi 92

Lampiran 6 : Lembar Perolehan Hasil Belajar peserta didik 95

Lampiran 7 : Daftar Nama Kelompok 97

Lampiran 8 : Daftar Nama Siswa Kelas X AP 1 98

Lampiran 9 : Catatan Lapangan 2 100

Lampiran 10 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 104

Lampiran 11 : Lampiran Materi 114

Lampiran 12 : Lembar Observasi Penerapan Metode NHT siklus 1 118

Lampiran 13 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 123

Lampiran 14 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 125

Lampiran 15 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 127

Lampiran 16 : Lembar Penerapan metode NHT terhadap Motivasi

Belajar Siswa 129

Lampiran 17 : Lembar Observasi Partisipasi Siswa siklus 1 133

Lampiran 18 : Lembar Perolehan Hasil Belajar peserta didik Siklus 1 137

Lampiran 19 : Foto Siklus 1 140

Lampiran 20 : Catatan Lapangan 3 141

Lampiran 21 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 145

Lampiran 22 : Lampiran Materi 161

Lampiran 23 : Lembar Observasi Penerapan Metode NHT siklus 2 165

Lampiran 24 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 170

Lampiran 25 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 172


(17)

commit to user

xvii

Lampiran 27 : Lembar Penerapan metode NHT terhadap Motivasi Belajar

Siswa 176

Lampiran 28 : Lembar Observasi Partisipasi Siswa siklus 2 180

Lampiran 29 : Lembar Perolehan Hasil Belajar peserta didik Siklus 2 182

Lampiran 30 : Foto Siklus 2 186


(18)

commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh siswa dengan tujuan mengembangkan hasil belajar yang dimiliki siswa. Pembelajaran hendaknya tidak lagi menempatkan siswa dalam posisi pasif sebagai penerima materi pembelajaran, tetapi sebagai subjek yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah, mengurai, menggabung, menyimpulkan, dan menyelesaikan masalah. Senada dengan pendapat Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 93) yang menyatakan bahwa, “Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa”. Bahan ajar dipilih, disusun, dan disajikan kepada siswa sesuai dengan kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa akan pemenuhan ilmu pengetahuan harus didukung oleh beberapa faktor, antara lain: peran guru mata pelajaran selama pembelajaran, penerapan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa baik hasil belajar kognitif maupun hasil belajar afektif dan psikomotorik, penggunaan media pembelajaran yang sesuai, dan pengelolaan situasi belajar yang kondusif.

Guru mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif untuk mendukung pemahaman materi pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Peran ini dapat dilaksanakan dengan baik apabila guru menguasai materi pembelajaran, memahami karakteristik dan kebutuhan siswa, serta memberikan motivasi kepada siswa untuk menemukan jawaban dari suatu masalah. Guru harus menyadari bahwa adanya interaksi dalam proses pembelajaran dapat berlangsung dua arah, baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa yang lain.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah media pembelajaran. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2005: 30), “Pemanfaatan media pembelajaran sangat erat kaitannya dengan peningkatan

kualitas pembelajaran.” Pemanfaatan media pembelajaran menciptakan


(19)

commit to user

siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, serta memperkaya pengalaman belajar siswa. Penerapan media pembelajaran yang tepat diharapkan mampu mengubah suasana belajar dari siswa yang pasif menunggu menjadi siswa yang aktif berdiskusi. Penggunaan media pembelajaran juga dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Selama proses pembelajaran guru harus mampu memanfaatkan media pembelajaran dan mampu dalam mengelola kelas, jadi siswa menjadi lebih semangat dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran sehingga suasana belajar di kelas menjadi nyaman.

Pengelolaan situasi belajar atau iklim kelas menjadi kondusif juga merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Menurut Depdiknas (2005: 33), “Situasi belajar adalah suasana yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung, atau lebih luas lagi yaitu interaksi antara guru dengan siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas karena belajar akan berlangsung secara efektif dalam situasi yang kondusif.” Situasi belajar yang mendukung akan memunculkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan merasa nyaman untuk bertanya, mengerjakan tugas, mengungkapkan pendapat, maupun merespon pembelajaran dari guru.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa :

”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Konteks pembaruan pendidikan, ada tiga unsur utama yang perlu disoroti, yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pendidikan, dan penggunaan metode pembelajaran. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan mengadakan pembaharuan kurikulum. Melalui pembaharuan kurikulum diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya. Selain pembaharuan kurikulum hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di


(20)

Indonesia adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran di kelas memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam hal ini guru memegang peranan yang sangat penting akan keberhasilan proses pembelajaran tersebut disamping ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Selain itu, dalam mengajar guru hendaknya lebih kreatif dalam memilih metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan serta kondisi lingkungan di mana dia mengajar. Pemilihan dan penentuan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan diharapkan akan memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut. Selain itu siswa bisa lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar.

Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi pribadi antara siswa satu dengan siswa lain, interaksi antara guru dengan siswa, serta interaksi antara siswa dengan lingkungan. Dalam Proses belajar mengajar sebaiknya bersumber pada pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan itu ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa. Guru sebagai pengajar juga harus berusaha untuk mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, sehingga siswa tidak pasif di dalam kelas. Selama ini siswa selalu terkondisikan untuk menerima informasi dari guru saja, sehingga siswa cenderung pasif dan menunggu diberi informasi tanpa berusaha menemukan informasi tersebut. Hal tersebut juga menyebabkan siswa hanya mampu untuk menghafal tanpa memahami materi yang telah diterima dalam belajar di kelas. Oleh karena itu guru harus selalu berusaha untuk memotivasi siswa agar bersemangat dalam mengikuti pelajaran, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai yang salah satu indikatornya adalah tinggi rendahnya hasil belajar yang diraih siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Tinggi rendahnya hasil belajar akan memberikan sumbangan dalam mencapai kesuksesan siswa di masa depan.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilkukan oleh peneliti menunjukkan bahwa: 1) metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar belum bervariasi, masih didominasi oleh guru sehingga siswa cenderung bosan, 2) motivasi siswa dalam proses pembelajaran rendah, hal ini bisa dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak siswa


(21)

commit to user

yang tidak memperhatikan, 3) siswa kurang aktif dan kurang terlibat dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan siswa jarang bertanya pada guru, 4) hasil belajar yang rendah untuk mata pelajaran bekerjasama dengan kolega dan pelanggan rendah, 5) sumber belajar siswa terbatas pada LKS, tidak semua siswa mempunyai buku paket/pegangan dan jarang memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar untuk menambah pengetahuan. Apabila dilihat dari hasil belajar siswa, nilai Ujian Akhir Semester (UAS) untuk Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega Dan Pelanggan pada semester pertama menunjukkan hasil yang kurang maksimal. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 73, hanya sebesar 57% (16 siswa dari 34 siswa) yang lulus dan sisanya masih berada di bawah KKM. Bersumber dari beberapa permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang menjadi permasalahan utama adalah hasil belajar yang belum optimal, yang disebabkan rendahnya motivasi berprestasi siswa dan kurangnya partisipasi siswa dalam belajar.

Motivasi belajar yang rendah mengakibatkan melemahnya kegiatan belajar. Dimyati Dan Mudjiono ( 2006:80 ) menyatakan bahwa “Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya”. Motivasi berprestasi merupakan motivasi yang paling utama kaitanya dengan proses belajar siswa. Sedangkan partisipasi belajar siswa dapat berupa kehadiran dan keaktifan siswa baik secara fisik maupun psikis seperti hadir, bertanya, dan atau menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Kurangnya partisipasi siswa dalam belajar mengakibatkan pemahaman dan penguasaan yang kurang atau tidak sempurna terhadap materi yang diberikan.

Hasil belajar siswa di kelas X SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/ 2011 dapat ditingkatkan dengan penerapan sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan iklim kelasnya, yaitu pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT ). Peneliti memilih pembelajaran kooperatif karena pembelajaran tersebut berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar sehingga tujuan belajar masing-masing siswa dapat tercapai. Sugiyanto (2008: 37-38) mengungkapkan bahwa, “Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan interaksi


(22)

yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning

Community), yaitu siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama

siswa”, sehingga pembelajaran kooperatif akan meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab siswa kepada diri sendiri dan teman satu timnya.

Berdasarkan permasalahan yang timbul maka lahirlah gagasan dalam upaya mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tersebut yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif khususnya metode pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Slavin (2008: 4)

mendefinisikan ”Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. cara pengelompokannya secara heterogen. Pembelajaran dengan menggunakan metode NHT membuat siswa dapat mengembangkan dirinya yaitu; 1) motivasi, adanya motivasi berprestasi yang tinggi dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik; 2) daya ingat, siswa menggunakan daya ingatnya dalam mengingat materi yang disampaikan guru maupun materi yang diperoleh dari hasil diskusi dengan temannya; 3) pemusatan perhatian dan partisipasi siswa, didalam kelas siswa memiliki kesempatan untuk aktif berpartisipasi, mengutarakan pendapatnya, saling bertanya dan menyelesaikan masalah atau tugasnya dalam diskusi kelompok. Sehingga perhatian siswa juga terpusat pada tugas dalam diskusi kelompok masing-masing; 4) komunikasi, saat diskusi pada masing-masing kelompok siswa telah mengembangkan potensi atau kemampuan berkomunikasi antar teman atau sesama anggota kelompok, siswa akan terlatih dalam berbicara dan berani menyampaikan gagasan dan pendapatnya; 5) bekerjasama, semangat kerjasama siswa dalam kelompok untuk belajar dan menggali informasi berkembang dengan baik. Siswa saling membantu dan bekerjasama dalam mengatasi kesulitan belajar dan memecahkan masalah dalam diskusi. Siswa saling berinteraksi mengembangkan pikirannya dan anggota kelompok lainnya akan saling melengkapi.

Pemilihan metode NHT dikarenakan memiliki kelebihan antara lain siswa menjadi lebih siap karena guru tidak memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan


(23)

commit to user

mewakili kelompoknya, siswa berdiskusi dengan sungguh-sungguh untuk memastikan semua anggota kelompok menguasai tugas yang telah diberikan, dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Metode NHT yang digunakan sebagai metode pembelajaran dikelas mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian diatas maka dilaksanakan penelitian dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

(NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan

Kolega dan Pelanggan Pada Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi yaitu:

Apakah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Kolega Belajar Mata Diklat

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan Pada Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan yang ingin dicapai adalah:

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Dapat Meningkatkan Hasil Kolega Belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan Pada Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.


(24)

D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pendidikan khususnya mengenai pemilihan medel pengajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan hasil belajar.

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru

Memotivasi guru untuk menghasilkan output yang berkualitas dengan menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT ).

b. Bagi siswa

Penelitian ini bermanfaat bagi siswa yang bermasalah di dalam kelas supaya siswa berusaha meningkatkan aktivitas belajar mereka sehingga hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan.

c. Bagi peneliti

Agar dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman mengenai penggunaan model pembelajaran koopertatif untuk meningkatkan hasil belajar.


(25)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) a. Model Pembelajaran

Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari strategi, metode, atau prosedur. Pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan situasi kelas yang dihasilkan dari kerja sama antara guru dan siswa. Arends dalam Trianto (2007: 5-6) menyatakan bahwa, “The term teaching model refers to a particular aprroach to instruction that includes its goals,

syntax, environment, and management system.” Artinya model pembelajaran

mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Yang dimaksud dengan sintaks dari suatu model pengajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang disertai serangkaian kegiatan pembelajaran. Hal tersebut senada dengan pendapat Asep Jihad dan Abdul Haris (2009: 26) yang menyatakan, “model-model pengajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan: tujuan pembelajaran, pola urutan, dan sifat lingkungan belajar.”

Sukamto dalam Trianto (2007: 5) mengemukakan:

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Bersumber dari pendapat-pendapat tersebut di atas yang dimaksud dengan model pembelajaran pada penelitian ini adalah sebuah kerangka konseptual atau pola dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan belajar siswa.

Isjoni (2009: 49) mengemukakan, “Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena


(26)

masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda.” Hal tersebut senada dengan pendapat Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 41) yang mengungkapkan, “Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style).” Pendapat tersebut menjelaskan bahwa penerapan model pembelajaran perlu memperhatikan kebutuhan siswa dan apa yang dimiliki guru agar pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif.

Hasan dalam Isjoni (2009: 50) berpendapat, untuk memilih model yang tepat perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran. Dalam praktiknya semua model pembelajaran bisa dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa, maka hal itu semakin baik;

2) Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik;

3) Sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan; 4) Dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru; dan

5) Tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi, dan proses belajar yang ada.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas yang dimaksud dengan model pembelajaran dalam penelitian ini yaitu sebuah model pembelajaran memiliki konsep masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan dengan menjadikan siswa sebagai pelaku utama aktivitas belajar dalam sebuah proses pembelajaran.

Pendapat tersebut senada dengan yang diungkapkan Trianto (2007: 9): Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan saran atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Pendapat tersebut menjelaskan bahwa pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan gaya belajar siswa, gaya mengajar guru, kondisi pembelajaran dan iklim pembelajaran di dalam kelas, dan faktor-faktor lain


(27)

commit to user

yang mendukung terjadinya pembelajaran. Hal tersebut tidak kalah penting karena pemilihan metode pembelajaran yang sesuai juga akan memotivasi siswa untuk berkembang.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka secara sederhana yang di maksud dengan model pembelajaran adalah suatu pola yang dirancang dalam merencanakan sebuah pembelajaran terutama aktivitas belajar mengajar yang dipertimbangkan dari gaya belajar siswa, gaya mengajar guru, dan beberapa faktor pendukung yang ada agar tujuan belajar siswa dapat tercapai.

b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Sugiyanto (2008: 35) mengemukakan bahwa, “Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.” Hal senada juga diungkapkan oleh Isjoni (2009: 16) yang menyatakan bahwa, “Cooperative Learning is the instructional use of small groups that allows students to work together to

maximize their own and each other as learning.” Artinya pembelajaran

kooperatif mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dari kelompok-kelompok kecil yang dibentuk dalam sebuah kelas.

Nurhadi (2003: 60) menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait”. Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran

cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok

lain. Anita Lie (2005: 29) mengemukakan “Pembelajaran kooperatif mempunyai anggota kelompok bersifat heterogen artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan latar belakang, etnik, ras, agama, status sosial ekonomi, serta kemampuan akademik”.

Nurhadi (2003: 60) mengemukakan bahwa “Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif terdiri dari: 1) saling ketergantungan positif, 2)


(28)

interaksi tatap muka, 3) Akuntabilitas individual, 4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi”. Pembelajaran kooperatif mengharuskan guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan yang positif. Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok, dan perlu disadari oleh setiap anggota kelompok bahwa keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota.

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan tersebut menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.

Slavin (2009: 4) mendefinisikan ”Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam


(29)

commit to user

mempelajari materi pelajaran”. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat ini dan menutup kesenjangan pemahaman mereka. Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Antara lain keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide, dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, dan tidak mendominasi orang lain. Menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga sesama siswa.

c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin dalam Isjoni (2009: 21) terdapat tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu dalam menciptakan hubungan antarpersonal yang saling mendukung.

2) Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam proses pembelajaran. Hal ini akan melatih kemandirian siswa ketika mengerjakan tugas secara individu. Motivasi siswa juga akan tumbuh dan siswa tidak takut untuk bersaing secara sehat dan jujur.

3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh


(30)

siswa dari yang sebelumnya. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. Secara tidak langsung siswa akan termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi kelompok mereka, karena masing-masing anggota kelompok dapat menyumbangkan nilai untuk kelompok.

Berdasarkan pendapat yang telah diungkapkan tersebut secara sederhana bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah: (1) adanya penghargaan kelompok; (2) adanya tanggung jawab individu; dan (3) adanya kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan.

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Stahl dalam Isjoni (2009: 24) mengemukakan bahwa, “melalui model

cooperative learning siswa dapat memperoleh pengetahuan, kecakapan

sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan berpartisipasi sosial. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh Zaltman et al dalam Isjoni (2009: 24) yang berpendapat bahwa, “siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan persahabatan yang akrab, yang terbentuk di kalangan siswa, ternyata sangat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara individual.”

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, seperti yang dirangkum oleh Ibrahim dalam Isjoni (2009: 27-28) yaitu:

1) Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif mencakup beragam tujuan sosial, baik untuk memperbaiki prestasi siswa ataupun tugas akademik penting yang lain. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Di samping itu, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama demi tugas-tugas akademik.


(31)

commit to user

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,

kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif

memberi-kan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang untuk bekerja sama pada tugas-tugas akademik. Struktur penghargaan kooperatif juga akan menjadikan siswa belajar saling menghargai dan saling menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan sosial pada dasarnya penting dimiliki oleh siswa, sebab saat ini banyak anak muda yang masih kurang dalam keterampilan sosial.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut maka yang dimaksud tujuan pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah mengembangkan kemampuan siswa baik dari aspek pengetahuan maupun dari sikap dan keterampilan sosialnya.

e. Model-model Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa variasi model yang dapat diterapkan dalam

cooperative learning, diantaranya :

a) Student Teams-Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu

pendekatan kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi yang pertama kali menggunakan pendekatan kooperatif. STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

b) Jigsaw. Pendekatan kooperatif dengan metode jigsaw pertama kali

dikembangkan oleh Elliot Arronson di Universitas Texas dan merupakan salah satu metode pembelajaran yang berhasil dikembangkan oleh Robert E. Slavin. Pendekatan kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung


(32)

jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

c) Grup Investigation (Kelompok Investigasi). Dalam metode ini para siswa

dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini

menjadi tugas-tugas pribadi dan melakukan kegiatan untuk

mempersiapkan laporan kelompok.

d) Rotating Trio Exchange. Pada model ini kelas dibagi ke dalam beberapa

kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas di tata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainnya di kiri dan di kanannya.

e) Group resume. Model ini akan menjadikan interaksi antar siswa lebih baik,

kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-6 orang siswa, kemudian guru memberikan penekanan bahwa mereka adalah kelompok yang bagus, baik bakat maupun kemampuannya di dalam kelas dan yang terakhir kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.

f) Numbered heads together. model ini dikembangkan dengan melibatkan

para siswa dalam mereview bahan yang dicakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa mengenai isi pelajaran tersebut

Berdasar uraian macam- macam metode pembelajaran kooperatif di atas maka metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode

Numbered Heads Together (NHT).

f. Metode NumberedHeadsTogether (NHT)

Metode berasal dari bahasa inggris method yang berarti cara. Menurut Sanjaya (2006: 125) menyatakan bahwa “Metode adalah cara yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan”. Lain lagi dengan Gulo yang berpendapat bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran”.


(33)

commit to user

Metode Numbered Heads Together termasuk dalam metode

struktural. Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992), metode sruktural ini menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Struktur-struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja sama saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Ada struktur yang memiliki tujuan umum (goal) untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada pula struktur yang tujuannya untuk mengajarkan keterampilan sosial. Nurhadi (2004: 121) mendefinisikan “Think Pair Share dan Numbered Heads

Together adalah struktur yang digunakan untuk meningkatkan penguasaan

akademik, sedangkan struktur Active Listening dan Time Tokens adalah struktur yang digunakan untuk mengajarkan untuk mengajarkan keterampilan sosial”.

Nurhadi (2003: 66) berpendapat bahwa “Metode Numbered Heads

Together dikembangkan dengan melibatkan para siswa dalam mereview

bahan yang dicakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa mengenai isi pelajaran tersebut”. Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur 4 langkah sebagai berikut: 1) Penomoran (Numbering) yaitu guru memberikan para siswa menjadi

beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 sampai 5 orang dan memberikan mereka nomor sehingga setiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda;

2) Pengajuan pertanyaan (Questioning) yaitu guru mengajukan pertanyaan kepada siswa;

3) Berpikir Bersama (Heads Together) yaitu para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap anggota mengetahui jawaban tersebut;

4) Pemberian jawaban (Answering) yaitu guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.


(34)

Nur (2005: 78) mengemukakan bahwa “Ciri khas metode Numbered

Heads Together adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili

kelompok tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya itu”. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa, cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individu dalam diskusi kelompok. Anita Lie (2005: 59) mengemukakan bahwa “Numbered Heads Together adalah suatu teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Semua metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, tak terkecuali dengan metode Numbered Heads Together ini. Kelebihan metode ini antara lain: 1) Siswa menjadi lebih siap, karena guru tidak akan memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya; 2) Siswa melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh untuk memastikan semua anggota kelompoknya menguasai tugas yang telah diberikan; 3) siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Sedangkan kelemahannya antara lain: 1) Kemungkinan nomor yang telah dipanggil, dipanggil lagi oleh guru; 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

2. Motivasi Berprestasi

Hamzah uno ( 2007 : 1 ) menyatakan bahwa “Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku”. Poerwadarminta (1995: 207) menyatakan bahwa “Motivasi adalah usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan dengan pekerjaannya”.

Winkel (1991) menyatakan bahwa “Motivasi berprestasi atau


(35)

commit to user

mencapai taraf prestasi belajar setinggi mungkin demi penghargaan kepada diri sendiri”. Di dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan sebagai seluruh daya penggerak dalam diri siswa yang dapat menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kegiatan dalam belajar dan memberi arah sehingga siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain dengan adanya motivasi berprestasi yang tinggi pada diri siswa dapat melahirkan hasil belajar yang baik.

Mc. Donald dalam Sardiman mendefinisikan bahwa “Motivasi adalah perubahan energi pada diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.

Orang-orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi memiliki tiga macam ciri umum sebagai berikut:

a. Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan yang moderat.

b. Suka situas-situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran. c. Mereka menginginkan lebih banyak umpan balik tentang keberhasilan

dan kegagalan mereka. (Winardi, 2002: 85)

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan dari dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan proses belajar untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini Hermans yang dikutip oleh W. S. Winkel menyatakan bahwa siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi menunjukkan ciri-ciri sebagai berkut:

a. Kecenderungan mengerjakan tugas-tugas belajar yang menantang, namun tidak berada diluar batas kemampuannya.

b. Keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri serta menemukan penyelesaian sendiri tanpa disuapi terus menerus oleh guru. c. Keinginan kuat untuk maju dan mencari taraf keberhasilan yang

sedikit di atas taraf yang telah dicapai sebelumnya.

d. Orientasi pada masa depan. Kegiatan belajar dipandang sebagai jalan menuju realisasi cita-cita.


(36)

e. Pemilihan teman kerja atas dasar kemampuan teman itu untuk menyelesaikan tugas belajar bersama, bukan atas dasar simpatik atau perasaan senang terhadap teman itu.

f. Keuletan dalam belajar biarpun menghadapi rintangan. W.S. Winkel (1991: 97) Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi indikator motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah keulatan, kemandirian, mepertahankan pendapat, memecahkan masalah, ketekunan, antusias, dan tidak cepat puas.

3. Partisipasi Siswa a. Pengertian Partisipasi Siswa

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Kata partisipasi mempunyai pengertian yang luas. Suryosubroto (1997: 278) mendefinisikan “Partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut”.

Keith Davis dalam Suryosubroto (1997: 279) menyatakan bahwa

“Participation is defined as a mental and emotional involed at a person in a group situation which encourager then contribut to group goal and share

responsibility in them”. Disini partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan

mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam definisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosional individu. Menurut Suharto dan Iryanto (1999), “Pengertian partisipasi adalah hal turut berperan serta di suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta” (http: //library.usu.ac.id, diakses tanggal 3 februari 2010). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa partisipasi tersebut sama dengan peran serta.

Dimyanti dan Mudjino (1994: 26) menyatakan ”Partisipasi mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu


(37)

commit to user

kegiatan”. Berdasarkan pendapat tersebut, partisipasi memiliki aspek-aspek yaitu kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi atau keterlibatan dalam suatu kegiatan. Kegiatan yang dimaksud disini adalah kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Secara lebih terperinci ciri-ciri siswa yang aktif, yaitu:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam pemecahan masalah.

3) Bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.

8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang

diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

(Nana Sudjana, 2009: 61) Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi indikator partisipasi dalam penelitian ini dalah interaksi dalam apersepsi, kerjasma kelompok dalam diskusi, mengemukakan pendapat, mengajakukan pertanyaan, dan mengerjakan soal/ tugas.

b. Manfaat Partisipasi

Suryosubroto (1997: 282) mengemukakan manfaat prinsipil dari partisipasi yaitu:

1) Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan pemikiran

2) Pengembangan potensi diri dan kreativitas

3) Adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan

4) Melatih untuk bertanggung jawab serta mendorong untuk membangun kepentingan bersama

Heidjrachman dalam Suryosubroto (1997: 282) mengemukakan “Dengan dijalankannya partisipasi akan bisa diperoleh beberapa manfaat seperti bisa dibuatnya keputusan yang lebih baik (karena banyaknya sumbangan pikiran), adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah


(38)

yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan”. Partisipasi dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan potensi diri dan kreativitas siswa, serta dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses dan hasil belajar yang dijalaninya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya partisipasi siswa dalam pembelajaran akan memberikan peranan yang penting bagi keberhasilan tujuan dari proses pembelajaran yang terkait.

4. Hasil Belajar Bekerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan a. Pengertian Belajar

Didalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dekat dengan apa yang disebut belajar. Belajar adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Arief Sardiman (1995: 5) mengungkapkan “Belajar adalah suatu aktivitas secara sadar untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang bersifat pengetahuan (kognitif), nilai dan sikap (afektif)

maupun yang menyangkut keterampilan (psikomotorik), secara integral dan

tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan”. Winkel (1996: 53)

mengungkapkan pula bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”.

Menurut Sumadi Suryabrata (1995: 249), ada beberapa hal pokok belajar, yaitu:

1)Bahwa belajar itu membawa perubahan

2)Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.

3)Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.

Dari berbagai definisi di atas, maka yang dimaksudkan dengan belajar dalam penelitian ini adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek afektif), keterampilan (aspek


(39)

commit to user

psikomotorik), dimana perubahan tersebut terjadi karena usaha sadar dari

individu yang sedang belajar.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan pada diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, suatu keberhasilan dan kegagalan merupakan suatu masalah yang selalu akan dihadapi oleh subyek belajar. Keberhasilan dan kegagalan ini sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Muhibbin Syah (2009: 132) menyatakan bahwa “Faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam”. Faktor- faktor tersebut adalah:

1)Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Terdiri dari dua aspek yaitu:

(a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) - Tonus jasmani

- Mata dan telinga (b)Aspek psikologis

- Intelegensi - Sikap - Minat - Bakat - Motivasi

2)Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Terdiri dua macam, yaitu:

(a) Lingkungan sosial

- Keluarga

- Guru dan staf

- Teman

(b)Lingkungan nonsosial

- Rumah


(40)

- Peralatan

- Alam

3)Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

c. Hasil Belajar

Cronbach dalam Sardiman A.M. (2007: 20) menyatakan bahwa,

Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.”

Artinya belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Hal ini senada dengan pendapat Slameto dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2009: 2) yang mengungkapkan bahwa, “Belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Yasyin (1997: 202) mendefinisikan “Hasil adalah sesuatu yang menjadi akibat dari usaha”. Sedangkan belajar adalah perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Ada juga yang berpendapat bahwa hasil belajar sama dengan prestasi belajar.

Abdurrahman dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2009: 14) berpendapat bahwa, “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.” Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Juliah dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2009: 15) bahwa, “Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.”

“Setelah melalui proses belajar maka siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar” (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2009: 15), yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar. Oleh karena itu, proses belajar perlu dilalui untuk


(41)

commit to user

mencapai tujuan belajar yaitu hasil belajar yang dicapai oleh siswa sehingga proses belajar yang dilakukan oleh siswa akan mempengaruhi hasil belajar.

Nana Sudjana (2005: 3) mengungkapkan “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris”. Syaodih (2003: 179) menyatakan ”Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis dan memecahkan masalah”. Menurut Bloom dalam Angkowo dan Kosasih (2007: 53) mendefinisikan ”Hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik”.

1) Ranah kognitif

Ranah kognitif ada enam aspek: pengetahuan yaitu mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan; pemahaman yaitu mencakup kemampuan untuk makna dan arti dari bahan yang dipelajari; penerapan yaitu mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus yang konkret dan baru; analisa yaitu mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur organisasinya dapat dipahami dengan baik; sintesa yaitu mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru; dan evaluasi yaitu mencakup kemampuan untuk membentuk sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat tersebut dengan kriteria tertentu.

2) Ranahafektif

Ranah afektif ada lima aspek: penerimaan yaitu mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu; partisipasi yaitu mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan; penilaian yaitu mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu; organisasi yaitu mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan; dan pembentukan pola hidup yaitu mencakup


(42)

kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan yang nyata dalam kehidupan.

3) Ranahpsikomotor

Ranah psikomotorik meliputi; kesiapan yaitu kesediaan untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu: meniru; yaitu kemampuan untuk melakukan sesuai dengan contoh yang dilihat walaupun belum tahu maknanya; membiasakan yaitu mampu melakukan modifikasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan; dan menciptakan yaitu mampu membuat sendiri suatu karya.

Jadi hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Aspek - aspek yang digunakan untuk mengukur kentutasan hasil belajar dalam penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran Numbered Heads Together, motivasi berprestasi dan partisipasi belajar siswa.

d. Hasil Belajar Bekerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan tes

atau evaluasi. Alat evaluasi yang obyektif, menyeluruh dan

berkesinambungan sangat diperlukan dalam kegiatan evaluasi hasil belajar. Jadi hasil belajar bekerjasama dengan kolega dan pelanggan adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran bekerjasama dengan kolega dan pelanggan yang mengakibatkan perubahan pada diri siswa berupa pengetahuan, pemahaman, kecakapan baru yang ditunjukkan dengan nilai.


(43)

commit to user

B. Penelitian Yang Relevan

1. Denistina Fajarrina (2009) Dalam Penelitiannya Yang Berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Islam Batu Tahun Ajaran 2008/2009, menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, keaktifan siswa dalam pembelajaran dan pada akhirnya dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa. ( www. karya-ilmiah.um.ac.id) 2. Endah Kusuma Dewi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul

Penerapan Pembelajaran Kooperatif NHT (Numbered Head Together)

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Di Kelas VII E SMP Negeri 10 Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008, menyimpulkan bahwa

pembelajaran dengan metode Numbered Heads Together dapat

meningkatkan hasil belajar biologi siswa dalam proses pembelajaran. (www.digilib.uns.ac.id ).


(44)

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan arah penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah, serta didasarkan pada kajian teoritis untuk dapat sampai kepada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan, dapat dijabarkan dalam gambar berikut ini:

Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir Penelitian Tindakan Kelas

Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu input (masukan) dan proses. Diantara keduanya, proses pembelajaran menjadi hal yang penting untuk menentukan keberhasilan dalam pembelajaran. Peran dari beberapa komponen (siswa, guru, kondisi atau situasi belajar, metode pembelajaran, dan media pembelajaran) dalam sebuah pembelajaran tidak dapat dipandang sebelah mata. Oleh karena itu input dari sekolah asal, kondisi kelas yang acuh, motivasi belajar siswa yang rendah, terlalu mendominasinya metode ceramah, partisipasi siswa yang kurang, serta hasil belajar siswa yang rendah adalah permasalahan yang perlu ditingkatkan secara bertahap.

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT)Pada mata pelajaran bekerjasama dengan kolega dan pelanggan

Motivasi Berprestasi siswa meningkat

Hasil belajar siswa meningkat Partisipasi siswa meningkat


(45)

commit to user

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses yang dilakukan oleh siswa dan didukung oleh guru yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan siswa, baik dari aspek ilmu pengetahuan maupun aktivitas sosial siswa. Pembelajaran hendaknya mengutamakan kebutuhan siswa akan ilmu pengetahuan dan pengembangan kemampuan siswa dalam aspek lain, seperti diskusi, memahami dan menerima pendapat teman lain, bekerja sama dalam tim, setia kawan, dan berani mengemukakan pendapat. Apabila hal tersebut dapat dipenuhi, maka kualitas pembelajaran secara tidak langsung akan meningkat. Guru juga perlu menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan berkualitas.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together

(NHT ) Metode yang dapat digunakan sebagai variasi adalah Numbered

Heads Together. Langkah-langkahnya adalah Penomoran (Numbering) yaitu

guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim dengan anggota 3-5 orang dan memberikan mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor berbeda; pengajuan pertanyaan (Questioning) yaitu guru mengajukan pertanyaan kepada siswa; berpikir bersama (Heads

Together) yaitu para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan

meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut; pemberian jawaban (Answering) yaitu guru menyebut salah satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Pembelajaran kooperatif dapat menjadikan siswa lebih mudah memahami dan menemukan jawaban atas kesulitan-kesulitan yang dialami melalui diskusi mengenai masalah dengan teman-teman kelompoknya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam kerja kelompok sehingga keaktifan belajar siswa, rasa percaya diri, dan tanggung jawab siswa akan meningkat. Siswa akan mendapatkan poin kemajuan individu yang diperoleh dengan mengerjakan kuis atau tes pada akhir pembelajaran. Siswa terpacu untuk memperoleh hasil yang maksimal dan tanggung jawab siswa akan terbentuk.


(46)

Oleh karena itu, motivasi siswa dan partisipasi siswa pada Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan akan meningkat sehingga hasil pembelajaran Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan akan mengalami

peningkatan. Dengan penerapan metode Numbered Heads Together

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan siswa kelas X dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami kompetensi dasar secara kelompok dan individu.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan pendapat atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan dan masih diuji kebenarannya. Berdasarkan uraian sebelumnya maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa “Model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan siswa kelas X AP 1 SMK Kristen 1 Surakarta”.


(47)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Kristen 1 Surakarta khususnya di kelas X AP 1, yang beralamat di Jalan Ahmad Yani No.2 Solo.

Adapun alasan yang mendasari pelaksanaan penelitian di lokasi ini adalah:

a. SMK Kristen 1 Surakarta memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian serta bersedia memberikan data yang diperlukan.

b. Dari pengamatan awal peneliti di kelas X AP 1 menunjukkan bahwa motivasi berprestasi dan partisipasi belajar siswa rendah, akibatnya hasil belajar siswa kurang optimal.

c. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang menarik sehingga siswa cenderung bosan.

d. Sekolah belum pernah digunakan penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang.

e. Antara peneliti dengan pihak sekolah sudah ada hubungan baik. Peneliti pernah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah ini

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan untuk kegiatan penelitian ini adalah pada bulan Januari sampai bulan Juni 2011. Waktu tersebut meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan laporan penelitian.


(48)

commit to user

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah adalah siswa kelas X AP 1 semester genap di SMK Kristen 1 Surakarta sebanyak 31 siswa.

2. Obyek Penelitian

Objek penelitian merupakan berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya proses belajar mengajaryang terdiri dari:

a. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Pengukuran hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan melalui metode pembelajaran tipe Numbered Heads Together.

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam Bahasa Inggris adalah Classroom Action

Research (CAR) yang mengandung pengertian suatu kegiatan penelitian yang

dilakukan kelas. Pengertian kelas di sini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, namun sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Sarwiji Suwandi (2008: 16) mengungkapkan bahwa “Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif”. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur. Hal penting dalam PTK adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan guru (dan bersama pihak lain) untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan dapat di ukur tingkat keberhasilannya dalam pemecahan masalah tersebut. Jika ternyata program tersebut belum dapat memecahkan masalah yang ada, maka perlu dilakukan siklus


(1)

commit to user

78

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Dari setiap tindakan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini yaitu penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan siswa kelas X AP 1 SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.

Hal tersebut terrefleksi dari beberapa indikator berikut ini:

1. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 17,65%. Peningkatan tersebut di ketahui hasil evaluasi yang dikerjakan siswa pada siklus pertama diketahui bahwa sebanyak 25 siswa atau sebesar 73,52% sudah memenuhi KKM dan sebanyak 31 siswa atau sebesar 91,17% pada siklus yang kedua. 2. Motivasi berprestasi siswa meningkat sebesar 9,7%. Hal ini ditunjukkan

dengan persentase motivasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar 71,14% dan kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 80,84%.

3. Partisipasi siswa meningkat sebesar 13,56%. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan persentase partisipasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar 60,58% dan kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 74,14%.

Penerapan metode pembelajaran tipe Numbered Heads Together secara rinci telah dapat meningkatkan motivasi belajar, partisipasi aktif siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran. Dengan variasi pembelajaran yang terdiri dari penomoran, pengajuan masalah, berfikir bersama dan pemberian jawaban membuat siswa merasakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan materi yang disajikan dalam bentuk masalah yang harus dipecahkan menjadi lebih mudah dipahami siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa.


(2)

commit to user

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti kemukakan di atas, maka dapat dikaji implikasinya, baik implikasi teoretis maupun implikasi praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Implikasi Teoretis

Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat bekerjasama dengan kolega dan pelanggan siswa kelas X AP SMK Kristen 1 Surakarta. Hasil belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan dalam penelitian ini dipengaruhi dari partisipasi / keaktifan siswa selama pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa. Dengan demikian ada suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa. Faktor dari guru antara lain kemampuan guru dalam mengelola kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung, kemampuan guru dalam mengembangkan dan menjelaskan suatu materi. Faktor yang lainnya yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan model dan metode pembelajaran, serta kemampuan guru dalam meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan faktor yang berasal dari siswa antara lain minat dan antusias belajar siswa serta keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

2. Implikasi Praktis

Penelitian ini memberikan gambaran secara jelas bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat bekerjasama dengan kolega dan pelanggan. Hasil penelitian tersebut menjadikan guru mata diklat bekerjasama dengan kolega dan pelanggan termotivasi untuk melakukan peningkatan hasil pembelajaran di kelas lain dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Oleh karena itu pembelajaran dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang sederhana dan mudah diterapkan dalam bentuk kelompok-kelompok yang dibagi


(3)

commit to user

secara heterogen dan pemberian nomor kepala pada setiap siswa dalam masing- masing kelompok. Selain itu, guru mata diklat bekerjasama dengan kolega dan pelanggan juga menjadi lebih optimis dalam melakukan perbaikan dari metode pembelajaran yang selama ini diterapkan. Menjadikan ceramah sebagai sebuah sarana dan bukan yang utama dalam memberikan pemahaman materi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi siswa :

a. Pada saat proses pembelajaran di dalam kelas, apbila siswa belum pahan dengan penjelasan guru hendaknya siswa bertanya, mengemukakan pendapat secara aktif selama proses pembelajaran.

b. Hilangkan perasaan malu dan takut untuk presentasi didepan kelas serta memiliki motivasi internal untuk terus berkembang dan menjadi lebih baik dari sebelumnya

c. Siswa harus dapat mengembangkan berkomunikasi yang positif dalam mengerjakan soal pada diskusi kelompok, sehingga semua siswa dalam kelompok itu saling bekerjasama tidak hanya dikerjakan seorang siswa saja dan yang lain berpangku tangan.

d. Siswa hendaknya lebih mempersiapkan diri dengan membaca materi sebelum dijelaskan oleh guru ketika dikelas sehingga mereka akan semakin menguasai materi.

e. Siswa diharapkan lebih meningkatkan ketrampilan berkomunikasi, terutama keberanian siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan presentasi, dimana hal ini pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi siswa terutama dalam meningkatkan rasa percaya diri.

2. Bagi Guru:

a. Guru diharapkan dapat selalu mengembangkan motivasi dan semangat siswa selama mengikuti pembelajaran Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega


(4)

commit to user

dan Pelanggan yaitu dengan memberi penguatan, misalnya dengan memberi pujian, sentuhan, dan hadiah kepada siswa agar siswa merasa mampu dan percaya diri dengan materi pembelajaran yang siswa pelajari.

b. Guru hendaknya menggunakan metode Numbered Heads Together pada Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan karena telah terbukti bawa metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa. c. Guru hendaknya dapat memilih penerapan pembelajaran yang tepat dalam

proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

d. Guru diharapkan selalu mengembangkan pengetahuan tentang model pembelajaran yang lebih inovatif agar pembelajaran dapat dikemas menjadi lebih menarik bagi siswa dan proses pembelajaran di dalam kelas.

e. Guru perlu meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan kelas sehingga pembelajaran apapun yang akan diterapkan dapat berjalan dengan baik dan lancar.

3. Bagi Kepala Sekolah :

a. Kepala Sekolah hendaknya lebih memberikan kesempatan kepada guru-guru mata pelajaran untuk mengikuti workshop yang berhubungan dengan model dan metode pembelajaran inovatif.

b. Kepala sekolah hendaknya menyediakan fasilitas – fasilitas yang digunakan untuk media pembelajaran yang lengkap, agar guru dapat termotivasi untuk menggunakan metode – metode pembelajaran yang menarik pada saat mengajar.

c. Kepala Sekolah hendaknya lebih mengintefsifkan dalam mendiskusikan permasalahan dalam pendidikan dan pembelajaran dalam Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) pada tingkat sekolah yang kaitannya dengan penggunakaan model pembelajaran.

d. Kepala Sekolah hendaknya lebih mengusahakan fasilitas berupa buku-buku dan sumber referensi lain yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar.


(5)

commit to user

82

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2008. Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Asep Jihad dan Abdul Haris. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta : Bumi Aksara.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Sisdiknas. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran.

Jakarta: Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Endah Kusuma Dewi. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif NHT

(Numbered Head Together) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Di Kelas VII E SMP Negeri 10 Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008

Isjoni. 2009. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar

Berkelompok. Bandung: Penerbit Alfabeta

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Grasindo.

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.

Bandung: PT. Refika Aditama

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Nurhadi, Yasin, B dan Senduk, AG. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan

Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Press.

Slavin. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research and Practice. Boston: Allyn and Bacon Publisher.

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumadi Suryabrata. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Graffindo Persada. Sugiyanto. 2008. Model- Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia


(6)

commit to user

Syaodih, N. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik

Konsep Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher.

Uno,Hamzah.2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara Winardi. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT.

Grafindo Persada.

Winkel, W. S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Wiriatmadja, Rochiati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Penerapan modal pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) dalam upaya meningkatkan hasil belajar kimia siswa

1 5 88

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS.

0 0 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 45

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (nht) untuk meningkatkan partisipasi belajar dan hasil belajar siswa kelas x SMA Negeri 2 Klaten pada mata pelajaran ekonomi.

0 0 2

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI.

0 0 11