KINERJA KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPN)KARYA BINA SEJAHTERA UNIVERSITAS UDAYANA.
1
KINERJA KOPERASI PEGAWAI NEGERI
(KPN)KARYA BINA SEJAHTERA UNIVERSITAS
UDAYANA
(Pendekatan
Balanced Scorecard
)
OLEH
DRS. I KETUT RANTAU, MSI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2016
(2)
ii
LAPORAN PENELITIAN
KINERJA KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPN) KARYA
BINA SEJAHTERA UNIVERSITAS UDAYANA
(PENDEKATAN
BALANCED SCORECARD
)
Oleh:
Drs. I Ketut Rantau, M.Si NIP. 195611301981031001
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2016
(3)
iii ABSTRACT
Economic development in Indonesia is carried out by three sectors: through the state government sector, private sector and cooperatives. In general, the performance of a cooperative is measured from a financial perspective. Balanced scorecard is used to measure the performance and that a balance between financial and non-financial side, between short term and long term. Balanced scorecard is a comprehensive measurement that includes four perspectives: financial, customer, business process / internal, and learning-growth. The purpose of this study is to investigate the performance of KPN Bina Karya Sejahtera UNUD through four balanced scorecard perspectives. Performance KPN Bina Karya Sejahtera UNUD through balanced scorecard approach in the year 2008 until 2012 obtained result; (1) financial perspective as measured by total assets to debt ratio considered unhealthy, while liquidity ratios and profitability ratios measured healthy; (2) customer growth perspective measured poorly, and the level of customer satisfaction provides an average perception quite satisfied; (3) internal business process perspective have been efficient; and (4) learning and growth perspective is measured using employee productivity is measured good, employee retention rate is measured good, and employee satisfaction levels provide an average perception of positive or satisfied.
(4)
iv ABSTRAK
Pembangunan perekonomian di Indonesia dilaksanakan oleh tiga sektor yaitu, sektor pemerintah melalui BUMN, sektor swasta, dan koperasi. Pada umumnya kinerja suatu koperasi diukur dari perspektif keuangan. Balanced scorecard digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non keuangan, antara jangka pendek dan jangka panjang. Balanced scorecard merupakan pengukuran yang komprehensif yang mencakup 4 perspektif yaitu: keuangan, customer, proses bisnis/internal, dan pembelajaran-pertumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD melalui 4 persepektif balanced
scorecard. Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD melalui pendekatan
balanced scorecard pada tahun 2008 s/d 2012 diperoleh hasil: (1) persepektif keuangan yang diukur dengan total assets to debt ratio dinilai tidak sehat, sedangkan rasio likuiditas dan rasio rentabilitas dinilai sehat; (2) perspektif pertumbuhan pelanggan dinilai kurang baik, dan tingkat kepuasan pelanggan memberikan persepsi rata-rata cukup puas; (3) perspektif proses bisnis internal dinilai telah berjalan dengan efisien; dan (4) persepektif pembelajaran dan pertumbuhan diukur dengan mengunakan produktifitas karyawan dinilai baik, tingkat retensi karyawan dinilai baik, dan tingkat kepuasan karyawan memberikan persepsi rata-rata positif atau puas.
(5)
v
RINGKASAN
Pembangunan perekonomian di Indonesia dilaksanakan oleh tiga sektor yaitu, sektor pemerintah melalui BUMN, sektor swasta, dan koperasi. Ketiga sektor ini diharapkan mampu berjalan sejajar dan berdampingan dalam memajukan perekonomian di Indonesia. Namun sampai kini sektor swasta masih mendominasi sektor perekonomian di Indonesia dan sektor koperasi kontribusinya terhadap perekonomian di Indonesia masih berada di lini terakhir (Rupa, 2009). Koperasi merupakan satu-satunya bentuk perusahaan yang paling sesuai dengan demokrasi ekonomi Indonesia seperti yang terkandung dalam Undang Undang Dasar tahun 1945 pasal 33 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian.
Pada umumnya kinerja suatu koperasi diukur dari perspektif keuangan. Pengukuran kinerja dalam perspektif keuangan untuk koperasi berpedoman pada prinsip otonomi dan kemandirian yang tercantum dalam pedoman penilian klasifikasi koperasi Nomor 129/Kepmen/KUKM/XI/2002 yang terdiri dari rasio rentabilitas modal sendiri, return on asset, asset turn over, profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan modal sendiri. Model akuntansi keuangan seharusnya dikembangkan dengan mengikutsertakan penilaian atas aktiva intelektual dan tak berwujud perusahaan, seperti produk dan jasa yang bermutu, pekerja yang memiliki motivasi dan kemampuan serta loyalitas, proses internal yang efektif dan pelanggan yang terpusatkan dan loyal terhadap perusahaan.
Benturan antara kinerja jangka pendek dengan membangun kapabilitas kompetitif jangka panjang dari model akuntansi keuangan biaya historis, telah menciptakan sebuah sintesis yang disebut dengan balanced scorecard. Balanced
(6)
vi
scorecard digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non keuangan, antara jangka pendek dan jangka panjang serta melibatkan faktor internal dan eksternal. Hasil studi tersebut disimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja masa depan, diperlukan pengukuran yang komprehensif yang mencakup 4 perspektif yaitu: keuangan, customer, proses bisnis/internal, dan pembelajaran-pertumbuhan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Karya Bina Sejahtera Universitas Udayana ditinjau dari empat persepektif balanced scorecard yaitu; persepektif keuangan, persepektif pelanggan, persepektif proses bisnis internal, dan persepektif pembelajaran dan pertumbuhan, dan mengetahui kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD secara keseluruhan dari keempat persepektif balanced scorecard dari tahun 2008 s.d 2012. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Karya Bina Sejahtera Universitas Udayana yang terletak di Kampus Sudirman dari bulan Mei sampai Juli 2013. Dalam penelitian ini, penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan type non probability sampling, yaitu metode sampling insidental. Ukuran sampel anggota KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin.
Berdasarkan rumus diatas jumlah pelanggan anggota di KPN Karya Bina Sejahtera UNUD pada tahun 2012 sejumlah 2.134 orang dengan batas kesalahan 10 persen, maka jumlah sampelnya sebesar 95,43 atau dibulatkan menjadi 95 orang, sedangkan pemilihan responden karyawan dipilih secara sensus sampling dimana seluruh populasi dijadikan sebagai sampel dalam penelitian dengan jumlah total karyawan sebanyak 18 orang.
(7)
vii
Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ditinjau dari persepektif keuangan tahun 2008 s.d 2012 diperoleh rata-rata Rasio Likuiditas (current ratio) sebesar 272,13%, Rasio Solvabilitas (total debt to
total assets) sebesar 75,25%, dan Net Profit Margin sebesar 21,26%. Kinerja
persepektif keuangan pada rasio Likuiditas dan Rentabilitas dianggap sehat, sedangan untuk rasio Solvabilitas dianggap tidak sehat. Ditinjau dari persepektif pelanggan, tingkat pertumbuhan anggota dari tahun 2008 s.d 2012 diperoleh hasil sebesar -0,04% menunjukan bahwa kinerja pertumbuhan anggota kurang baik. Tingkat kepuasan anggota dari lima dimensi pembentuk kepuasan pelanggan yang dipergunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan tetap yaitu; bukti langsung dengan skor rata 68,80 atau sama dengan puas, keandalan dengan skor rata-rata 68,51 atau sama dengan puas, daya tanggap dengan skor rata-rata-rata-rata 69,26 atau sama dengan puas, jaminan dengan skor rata-rata 68,80 atau sama dengan puas, dan empati dengan skor rata-rata 67,66 atau sama dengan cukup puas.
Ditinjau dari persepektif proses bisnis internal efisiensi penyelesaian transaksi simpanan 1,39 dan permohonan kredit 1,11. Ditinjau dari persepektif proses pembelajaran dan pertumbuhan, tingkat produktifitas karyawan memperoleh rata-rata sebesar Rp. 42.915.049,67, tingkat retensi karyawan memperoleh rata-rata sebesar 1,33%, dan tingkat kepuasan karyawan berkerja diukur dalam lima dimensi pembentuk kepuasan karyawan yaitu; kerja secara mental dengan skor rata-rata 75,78 atau sama dengan puas, ganjaran dengan skor rata-rata 73,33 atau sama dengan puas, kondisi kerja dengan skor rata-rata 76,44 atau sama dengan puas, rekan kerja dengan skor rata-rata 74,89 atau sama dengan puas, dan kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan dengan skor rata-rata 74,00 atau sama dengan puas. Berdasarkan metode balanced scorecard dengan empat persepektif yaitu; keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran
(8)
viii
dan pertumbuhan dinailai secara umum kinerja Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Karya Bina Sejahera Universitas Udayana menunjukan kinerja yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang penulis dapat berikan adalah; (1) perlunya penyaluran aktiva lancar yang melebihi batas standar koperasi berprestasi ke unit lain sehingga harta atau asset yang dimiliki koperasi tidak melebihi batas koperasi berprestasi. Rasio solvabilitas dinilai tidak sehat karena modal yang dimiliki koperasi lebih kecil daripada hutang koperasi jadi tingkat solvabilitas dapat dipertinggi hanya dengan jalan menambahkan modal sendiri dengan alternatif: (a) Menambah aktiva tanpa menambah hutang atau menambah aktiva relatif lebih besar daripada menambahkan hutang; (b) Mengurangi hutang tanpa mengurangi aktiva atau mengurangi hutang relatif besar daripada berkurangnya aktiva, (2) KPN Karya Bina Sejahtera UNUD harus lebih mendekatkan diri pada pelanggan anggota di setiap Fakultas sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pelanggan anggota, agar anggota dapat merasakan keuntungan menjadi anggota KPN Karya Bina Sejahtera UNUD, (3) KPN Karya Bina Sejahtera UNUD harus tetap mempertahankan proses pelayanan transaksi simpanan dan permohonan kredit, karena dengan proses yang cepat dan tepat akan meningkatkan kepuasan pelanggan, (4) Berdasarkan penilaian persepektif proses pembelajaran dan pertumbuhan, pihak pengurus sebaiknya meningkatkan usaha-usaha yang selama ini dapat menciptakan kepuasan karyawan, yaitu dengan meningkatkan komunikasi antara manajer, pengurus, dan karyawan.
(9)
ix
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Kinerja Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Karya Bina Sejahtera Universitas Udayana (Pendekatan Balanced
Scorecard)”
Penyusunan penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat pengisian BKD staf pengajar di lingkungan Fakultas Paertanian Universitas Udayana. Selama penyusunan penelitian ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan dorongan baik berupa moril, materiil yang tidak dilupakan
Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka melalui kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan dimasa mendatang. Semoga penelitian ini ada manfaatnya.
Denpasar, Oktober 2015
(10)
x
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
ABSTRACT ... iii
ABSTRAK ... iv
RINGKASAN ... v
KATA PENGANTAR ... xiii
DAFTAR ISI ... xv
DAFTAR TABEL ... xix
DAFTAR GAMBAR ... xxi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Koperasi ... 9
2.1.1 Pengertian Koperasi ... 9
2.1.2 Landasan, Azas, Tujuan, dan Prinsip Koperasi ... 10
2.2 Kinerja Perusahaan ... 11
2.2.1 Pengertian Kinerja ... 11
2.2.2 Penilaian Kinerja ... 12
2.2.3 Pengukuran Kinerja ... 13
(11)
xi
2.3.1 Pengertian Balanced Scorecard ... 13
2.3.2 Manfaat Penggunaan Balanced Scorecard ... 15
2.3.3 Keunggulan dan Kelemahan Balanced Scorecard ... 16
2.4 Empat Persepektif Balanced Scorecard ... 18
2.4.1 Persepektif Keuangan ... 19
2.4.2 Persepektif Pelanggan... 20
2.4.3 Persepektif Proses Bisnis Internal ... 21
2.4.4 Persepektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ... 21
2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 23
III. METODE PENELITIAN ... 25
3.1 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25
3.2 Jenis dan Sumber Data... 25
3.2.1 Jenis data ... 25
3.2.2 Sumber data ... 26
3.3 Metode Pengumpulan Data... 26
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
3.5 Variabel dan Pengukuran Variabel ... 29
3.6 Batasan Operasional Variabel... 29
3.7 Metode Analisis Data ... 31
3.7.1 Penilaian kinerja persepektif keuangan ... 31
3.7.2 Penilaian kinerja persepektif pelanggan ... 34
3.7.3 Penilaian kinerja persepektif proses bisnis internal ... 35
3.7.4 Penilaian kinerja persepektif pembelajaran dan pertumbuhan 36 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 38
4.1 Sejarah KPN Karya Bina Sejahtera UNUD... 38
(12)
xii
4.3 Bidang Usaha ... 46
4.3.1 Unit simpan pinjam (USP) ... 46
4.3.2 Unit non simpan pinjam ... 47
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
5.1 Kinerja KPN dari Persepektif Keuangan ... 48
5.1.1 Rasio likuiditas ... 49
5.1.2 Rasio solvabilitas ... 51
5.1.3 Rasio rentabilitas ... 53
5.1.4 Rekapitulasi kinerja KPN ... 55
5.2 Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD dari Persepektif Pelanggan ... 56
5.2.1 Pertumbuhan anggota KPN Karya Bina Sejahtera UNUD .... 56
5.2.2 Penilaian kepuasan pelanggan anggota KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ... 58
5.3 Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD dari Persepektif Proses Bisnis Internal ... 66
5.4 Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD dari Persepektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ... 70
5.4.1 Produktifitas karyawan ... 70
5.4.2 Retensi karyawan ... 72
5.4.3 Kepuasan karyawan ... 73
5.5 Kinerja Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Karya Bina Sejahtera UNUD secara Komprehensif Berdasarkan Empat Persepektif Balanced Scorecard ... 81
(13)
xiii
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 84
6.1 Kesimpulan ... 84
6.2 Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 87
(14)
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman 1.1 Perkembangan Keuangan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ... 5 3.1 Variabel, Indikator, dan Pengukuran Kinerja KPN Karya Bina
Sejahtera UNUD Berdasarkan Pendekatan Balanced Scorecard ... 28 3.2 Standar Pengukuran Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, dan
Rasio Rentabilitas ... 33 3.3 Kategori Tingkat Kepuasan Anggota KPN Karya Bina Sejahtera
UNUD ... 35 3.4 Kategori Tingkat Kepuasan Karyawan KPN Karya Bina
Sejahtera UNUD ... 37 5.1 Hasil Analisis Rasio-rasio Keuangan KPN Karya Bina Sejahtera
UNUD dari Tahun 2008 s.d 2012 ... 49 5.2 Rekapitulasi Kinerja Persepektif Keuangan KPN Karya Bina
Sejahtera UNUD Tahun 2008 s.d 2012 ... 56 5.3 Jumlah Anggota KPN Karya Bina Sejahtera UNUD dari Tahun
2008 s.d 2012 ... 57 5.4 Pertumbuhan Anggota KPN Karya Bina Sejahtera UNUD dari
Tahun 2008 s.d 2012 ... 57 5.5 Persentase Responden Kepuasan Pelanggan Anggota dari Bukti
Langsung KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ... 60 5.6 Persentase Responden Kepuasan Pelanggan Anggota dari
Keandalan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ... 61 5.7 Persentase Responden Kepuasan Pelanggan Anggota dari Daya
Tanggap KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ... 63 5.8 Persentase Responden Kepuasan Pelanggan Anggota dari
Jaminan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ... 64 5.9 Persentase Responden Kepuasan Pelanggan Anggota dari
Empati KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ... 66 5.10 Perbandingan Waktu Standar dan Waktu Realisasi Proses
(15)
xv
5.11 Perbandingan Waktu Standar dan Waktu Realisasi Proses
Permohonan Kredit ... 69 5.12 Produktifitas Karyawan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD
Tahun 2008 s.d 2012 ... 71 5.13 Retensi Karyawan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ... 72 5.14 Persentase Responden Kepuasan Karyawan dari Kerja Secara
Mental KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ... 74 5.15 Persentase Responden Kepuasan Karyawan dari Ganjaran KPN
Karya Bina Sejahtera UNUD ... 75 5.16 Persentase Responden Kepuasan Karyawan dari Kondisi Kerja
KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ... 77 5.17 Persentase Responden Kepuasan Karyawan dari Rekan Kerja
KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ... 78 5.18 Persentase Responden Kepuasan Karyawan dari Kesesuaian
Kepribadian dengan Pekerjaan KPN Karya Bina Sejahtera
UNUD ... 80 5.19 Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD Tahun 2008 s.d
2012 Secara Komprehensif Berdasarkan Empat Persepektif
(16)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Toritis Analisis Kinerja KPN Karya Bina
Sejahtera UNUD ... 24 4.1 Struktur Organisasi KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ... 42
(17)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1 Laporan Neraca KPN Karya Bina Sejahtera UNUD
Tahun 2008 s.d 2012 ... 90 2 Laporan Perhitungan Sisa Hasil Usaha (SHU) KPN Karya Bina
Sejahtera UNUD Tahun 2008 s.d 2012 ... 92 3 Hasil Perhitungan Analisis Masing-masing Rasio KPN Karya
Bina Sejahtera UNUD Tahun 2008 s.d 2012 ... 93 4 Kuesioner Penilaian Kepuasan Anggota KPN Karya Bina
Sejahtera UNUD ... 95 5 Kuesioner Penilaian Kepuasan Karyawan KPN Karya Bina
(18)
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan perekonomian di Indonesia dilaksanakan oleh tiga sektor yaitu, sektor pemerintah melalui BUMN, sektor swasta, dan koperasi. Ketiga sektor ini diharapkan mampu berjalan sejajar dan berdampingan dalam memajukan perekonomian di Indonesia. Sampai kini sektor swasta masih mendominasi sektor perekonomian di Indonesia dan sektor koperasi kontribusinya terhadap perekonomian di Indonesia masih berada di lini terakhir (Rupa, 2009).
Koperasi merupakan satu-satunya bentuk perusahaan yang paling sesuai dengan demokrasi ekonomi Indonesia seperti yang terkandung dalam Undang Undang Dasar tahun 1945 pasal 33 ayat 1, yang menyebutkan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian menyebutkan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi sekaligus sebagai gerakan rakyat berdasarkan atas asas kekeluargaan. Oleh karena itu, sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi diharapkan mampu menjadi soko guru perekonomian Indonesia (Karni, 2011).
Sebagai bagian integral dari tata perekonomian nasional, koperasi memiliki kedudukan dan peran yang sangat strategi dalam menumbuh kembangkan potensi ekonomi rakyat. Oleh karena itu, koperasi secara bersama dan berdampingan dengan pelaku usaha lain harus mampu tumbuh menjadi badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan dan penggalang ekonomi rakyat serta memiliki jaringan usaha dan daya saing yang tangguh guna mengantisipasi berbagai peluang dan tantangan pada masa yang akan datang (Nasution, 2002).
(19)
2
Saat ini diakui bahwa dunia usaha di Indonesia memang diwarnai oleh perusahaan skala UMKM, dan sudah tentu memerlukan upaya pemberdayaan sekaligus pengukuran kinerja dengan alat analisis yang berlaku umum/global, sehingga kelak UMKM itu mampu berkumandang dalam tatanan nasional maupun internasional (Sinaga, 2004). Begitu pula halnya dengan koperasi, kemandirian suatu koperasi dinilai dengan menggunakan “13 kriteria KUD Mandiri” salah satunya dari sisi keuangan dengan penilaian sistem RLS yaitu Rentabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas.
Umumnya kinerja suatu koperasi diukur dari perspektif keuangan. Pengukuran kinerja dalam perspektif keuangan untuk koperasi berpedoman pada prinsip otonomi dan kemandirian yang tercantum dalam pedoman penilian klasifikasi koperasi Nomor 129/Kepmen/KUKM/XI/2002 yang terdiri dari rasio rentabilitas modal sendiri, return on asset, asset turn over, profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan modal sendiri. Pengukuran dengan metode ini mempunyai banyak kelemahan karena tidak cukup mewakili kinerja keseluruhan perusahaan di luar aspek keuangan. Rasio-rasio keuangan hanya menunjukkan posisi keuangan perusahaan dalam jangka pendek. Agar pengukuran kinerja dapat menghasilkan informasi yang berguna, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu sistem pengukuran harus sesuai dengan tujuan organisasi, menggambarkan aktivitas-aktivitas kunci dari manajemen, dapat dimengerti para pegawai, mudah diukur dan dievaluasi, serta dapat digunakan oleh organisasi secara konsisten. Dalam mengoperasikan visi dan misi suatu organisasi usaha, perlu upaya melalui indikator kinerja tertentu (Susanti, 2010).
(20)
3
Model akuntansi keuangan seharusnya dikembangkan dengan mengikut sertakan penilaian atas aktiva intelektual dan tak berwujud perusahaan, seperti produk dan jasa yang bermutu, pekerja yang memiliki motivasi dan kemampuan serta loyalitas, proses internal yang efektif dan pelanggan yang terpusatkan dan loyal terhadap perusahaan. Benturan antara kinerja jangka pendek dengan membangun kapabilitas kompetitif jangka panjang dari model akuntansi keuangan biaya historis, telah menciptakan sebuah sintesis yang disebut dengan balanced scorecard.
Balanced scorecard dimulai dan diperkenalkan pada awal tahun 1990 di USA oleh David P Norton dan Robert Kaplan melalui suatu riset tentang “Mengukur Kinerja Organisasi Masa Depan” yang dipimpin oleh David Norton dan Robert Kaplan dalam upaya mengembangkan suatu model pengukuran kinerja yang baru (Kaplan dan Norton, 2000). Balanced scorecard digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non keuangan, antara jangka pendek dan jangka panjang serta melibatkan faktor internal dan eksternal. Dari hasil studi tersebut disimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja masa depan, diperlukan pengukuran yang komprehensif yang mencakup empat perspektif yaitu: keuangan, customer, proses bisnis/internal, dan pembelajaran-pertumbuhan. Menggunakan balanced
scorecard dimungkinkan untuk menterjemahkan visi dan strategi organisasi ke
dalam tujuan-tujuan yang detail dengan pengukuran kinerja yang terbagi ke dalam empat perspektif penting, sehingga pimpinan organisasi dapat mempertimbangkan semua ukuran-ukuran operasional yang penting secara simultan.
(21)
4
Koperasi selaku badan usaha yang tergolong organisasi modern dalam aktivitasnya diharapkan telah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, pengembangan organisasi, pengelolaan aktiva, pengembangan pemasaran, dan pengelolaan keuangan serta pengembangan kemitraan. Dengan demikian pengukuran kinerja dengan balanced scorecard tersebut pada hakekatnya dapat dilakukan modifikasi sesuai dengan karakter organisasi koperasi sebagai badan usaha dan kumpulan orang yang disebut anggota. Selanjutnya di dalam implementasinya terhadap koperasi perlu ditentukan variabel pengukuran kinerja yaitu aspek keorganisasian, aspek keanggotaan, aspek keuangan, dan aspek kemitraan, serta aspek pemasaran/pelayanan.
Koperasi Pegawai Negeri Universitas Udayana merupakan salah satu Koperasi Pegawai Negeri yang berada di Kota Denpasar, dan juga merupakan KPN yang sudah berstatus KPN Mandiri. Awal terbentuknya Koperasi Pegawai Negeri Universitas Udayana di mulai dari tanggal 26 Oktober 1979. Saat itu UNUD mendirikan Perkumpulan Koperasi Pegawai Negeri Kantor Pusat Universitas Udayana. Koperasi UNUD sendiri terdaftar pada Kantor Wilayah Koperasi Provinsi Bali pada tanggal 8 Februari 1982 dengan badan hukum nomor: 945/BH/VIII, dengan nama Koperasi Pegawai Negeri Kantor Pusat UNUD. Melalui Lokakarya KORPRI unit Universitas Udayana diputuskan untuk mendirikan Koperasi Universitas Udayana, maka dibentuk panitia persiapan pendirian koperasi di Universitas Udayana dengan SK Rektor No. 316/PT.17/UM.19/1986 tanggal 4 Februari 1986. Sejak berdirinya sampai sekarang koperasi ini telah mengalami perubahan yaitu melalui RAT X KPN
(22)
5
Karya Bina Sejahtera UNUD menjadi nomor: 127/BH/PAD/KWK.22/III/1997 pada tanggal 31 Maret 1997.
Jumlah anggota KPN Karya Bina Sejahtera UNUD sampai saat ini sebanyak 2.134 orang. Unit usaha KPN Karya Bina Sejahtera UNUD adalah Simpan Pinjam, Waserda (Warung Serba Ada), dan Jasa (transfer uang, pembayaran listrik, dan telepon). Dalam mengelola aktivitas KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ini dilengkapi dengan bidang organisasi yang terdiri dari: pengurus lima orang, badan pengawas tiga orang, dan satu orang manajer dibantu 18 orang karyawan. Perkembangan keuangan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD dari tahun 2008 s.d 2012 disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Perkembangan Keuangan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD Tahun 2008 s.d 2012
Tahun Total Aktiva (Rp)
Perkem bangan
(%)
Modal (Rp)
Perkem bangan
(%)
Sisa Hasil Usaha (Rp)
Perkem bangan
(%) 2008 8.599.644.205,59 - 2.350.490.219 - 491.386.013,20 - 2009 11.504.089.694,70 33,77 2.761.282.565 17,48 601.660.953,90 22,44 2010 12.969.360.268,71 12,74 3.180.692.714 15,19 700.114.720,28 16,36 2011 15.221.800.035,00 17,37 3.672.934.808 15,48 830.303.426,45 18,60 2012 18.440.070.740,78 21,14 4.379.517.101 19,24 831.415.641,01 0,13 Sumber: KPN Karya Bina Sejahtera UNUD
Berdasarkan Tabel 1.1 perkembangan total aktiva tahun 2008 s/d 2009 merupakan yang paling tinggi dari lima tahun yaitu sebesar 33,77%, sedangkan tahun berikutnya yaitu tahun 2009 s/d 2010 merupakan yang paling rendah yaitu sebesar 12,74%. Perkembangan modal KPN Karya Bina Sejahtera UNUD pada tahun 2011 s/d 2012 merupakan perkembangan modal yang tertinggi yaitu sebesar 19,24%, sedangkan perkembangan modal terendah terjadi pada tahun 2009 s/d
(23)
6
2010 yaitu sebesar 15,19%. Perkembangan sisa hasil usaha (SHU) yang tertinggi terjadi pada tahun 2008 s/d 2009 sebesar 22,44%, sedangkan perkembangan nilai sisa hasil usaha (SHU) yang terendah terjadi pada tahun 2011 s/d 2012 yaitu sebesar 0,13% (KPN Karya Bina Sejahtera UNUD 2008 s/d 2012).
Secara finansial perkembangan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan yang cukup baik, namun sebagaimana diuraikan sebelumnya, perkembangan finansial suatu badan usaha tidak cukup untuk menilai kinerja suatu badan usaha. Analisis yang lebih komprehensif dibutuhkan agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil keputusan secara cermat dalam kaitannya dengan kepentingan mereka terhadap badan usaha tersebut. Analisis kinerja dengan balanced scorecard diharapkan mampu untuk menjawab kinerja secara komprehensif yaitu aspek kinerja perspektif keuangan, perspektif pelanggan, persepektif proses bisnis internal, dan persepektif pembelajaran dan pertumbuhan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ditinjau dari perspektif keuangan?
2. Bagaimana kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ditinjau dari perspektif pelanggan?
3. Bagaimana kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ditinjau dari perspektif proses bisnis internal?
4. Bagaimana kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ditinjau dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan?
(24)
7
5. Bagaimana kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD secara keseluruhan dari keempat persepektif balanced scorecard?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui:
1. Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ditinjau dari perspektif keuangan.
2. Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ditinjau dari perspektif pelanggan.
3. Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ditinjau dari perspektif proses bisnis internal.
4. Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ditinjau dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
5. Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD secara keseluruhan dari keempat persepektif balanced scorecard?
1.4 Manfaat Penelitian
Dari rumusan dan tujuan penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi bagi pengambil kebijakan yaitu para pengelola dalam upaya meningkatkan kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD.
2. Menambah wawasan pengetahuan peneliti untuk menilai kinerja, khususnya kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD.
3. Penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa mengenai kinerja perusahaan melalui balanced scorecard.
(25)
8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini membahas mengenai pengukuran kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD. Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD diukur dengan menggunakan balanced scorecard yang meliputi empat perspektif yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
(26)
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koperasi
2.1.1 Pengertian koperasi
Koperasi berasal dari kata “co” yang berarti bersama dan “operation” yang berarti bekerja. Jadi koperasi dapat diartikan sama-sama bekerja. Perkumpulan yang diberi nama koperasi adalah perkumpulan kerjasama dalam mencapai tujuan. Dalam koperasi tidak sebagian bekerja dan sebagian berpangku tangan, semuanya bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Namun, tidak semua bentuk kerjasama adalah koperasi (Siwijatno, 1982).
Menurut Sumarni dan Soeprihanto (1995) koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan, menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.
Dari definisi tersebut maka di dapat adanya unsur-unsur yang terkandung dalam koperasi, antara lain:
1. Berazaskan kekeluargaan atau bersifat gotong royong.
2. Bertujuan mengembangkan kesejahteraan anggotanya, kesejahteraan masyarakat dan daerah.
3. Keangotaan koperasi bersifat sukarela atas dasar kekeluargaan 4. Pembagian sisa hasil usaha didasarkan atas keseimbangan jasa. 5. Kekuasaan tertinggi dalam koperasi terdapat pada rapat anggota.
6. Koperasi berusaha mendidik anggotanya kearah kesadaran berkoperasi, menyelenggarakan salah satu atau beberapa usaha dalam lapangan perekonomian dan mewajibkan serta mengiatkan anggotanya untuk menyimpan secara teratur.
(27)
10
2.1.2 Landasan, azas, tujuan, dan prinsip koperasi
Koperasi Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta berdasarkan atas azas kekeluargaan. Tujuan koperasi adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992).
Fungsi koperasi sendiri adalah sebagai berikut; a) Sebagai urat nadi kegiatan perekonomian Indonesia; b) Sebagai upaya mendemokrasikan sosial ekonomi Indonesia; c) Untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara indonesia; dan d) Memperkokoh perekonomian rakyat indonesia dengan jalan pembinaan koperasi.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi:
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional, yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi
(28)
11
Prinsip`koperasi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi. Dengan melaksanakan keseluruhan prinsip tersebut koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatakan sosial. Adapun prinsip koperasi tersebut adalah keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, dan kemandirian. Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi, seperti pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar koperasi (Depkop dan PPK, 1996).
2.2 Kinerja Perusahaan 2.2.1 Pengertian kinerja
Menurut Bastian (2001), kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.
Gorda (2004) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang disumbangkan seorang karyawan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya kepada organisasi (perusahaan) yang didasarkan atas kecerdasan spiritual, intelegensia, emosional, dan kecerdasan mengubah kendala menjadi peluang serta keterampilan fisik yang diarahkan kepada pemanfaatan sumber daya yang disediakan oleh organisasi/perusahaan. Sedangkan, kinerja menurut Effendi
(29)
12
(2002) adalah hasil kerja yang dihasilkan karyawan atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi. Kinerja pegawai merupakan suatu hal yang sangat penting dalam usaha organisasi untuk mencapai tujuannya sehingga berbagai kegiatan harus dilakukan organisasi untuk meningkatkannya, salah satunya adalah melalui penilaian kinerja. Menurut pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan karyawan atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi yang didasarkan atas kecerdasan spiritual, intelegensia, emosional, dan kecerdasan mengubah kendala menjadi peluang dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi.
2.2.2 Penilaian kinerja
Menurut Sikula (1998) pengertian penilaian kinerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan untuk pembangunan. Yuwono (2004) menyatakan bahwa penilaian kinerja merupakan sarana bagi manajemen untuk mengetahui sejauh mana tujuan perusahaan telah tercapai, menilai prestasi bisnis, manajer, divisi, dan individu dalam perusahaan, serta memprediksi harapan-harapan perusahaan pada masa yang akan datang. Mulyadi (2005) juga mengemukakan bahwa penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya.
(30)
13 2.2.3 Pengukuran kinerja
Pengukuran kinerja memberikan suatu alat untuk menetapkan ”angka sebutan” untuk pembanding sepanjang waktu. Pengukuran kinerja merupakan suatu cara mengukur arah dan kecepatan perubahan, yang dapat diibaratkan seperti alat ukur pengukur kecepatan dari sebuah mobil (Prijambodo, 2012).
Pada dasarnya terdapat tiga langkah dalam mendefinisikan pengukuran untuk suatu program balanced scorecard, yaitu: langkah I: Mendefinisikan pengukuran untuk setiap tujuan strategis. Setiap tujuan strategis dari setiap perspektif dalam program balanced scorecard harus paling sedikit memilki satu pengukuran kinerja; langkah II: Mendefinisikan sumber-sumber untuk pengukuran (identifikasi menggunakan tanda periksa V); dan langkah III: mendefinisikan bagaimana pengukuran itu diturunkan (dihasilkan) dan dilaporkan (Prijambodo, 2012)
2.3 Balance Scorecard
2.3.1 Pengertian balanced scorecard
Untuk menunjang kebutuhan suatu organisasi dalam mencapai suatu keberhasilan di masa mendatang dengan suatu strategi bersaing, maka perlu dikembangkan suatu analisis dalam melakukan pengukuran terhadap kinerjanya. Dalam hal ini akuntansi manajemen mengembangkan suatu metode yaitu balanced scorecard. Balanced scorecard menurut Mulyadi (2001) terdiri dari dua kata yaitu: balance (seimbang) dan scorecard (kartu skor). Kata balance menunjukkan bahwa kinerja diukur secara berimbang dari aspek keuangan dan nonkeuangan, jangka panjang dan jangka pendek serta intern dan ekstern
(31)
14
sedangkan kata scorecard adalah kartu yang digunakan untuk mencatat nilai hasil kinerja.
Pendekatan balanced scorecard melibatkan identifikasi komponen-komponen kunci dari operasi, menetapkan tujuan bagi mereka, dan kemudian menggali cara-cara untuk mengukur kemajuan pencapaian tujuan tersebut. Secara bersamaan, tindakan-tindakan yang memberikan pandangan holistik tentang apa yang terjadi baik di dalam maupun di luar perusahaan atau tingkat operasional, sehingga memungkinkan setiap konstituen dari perusahaan untuk melihat bagaimana kegiatan mereka berkontribusi terhadap pencapaian misi keseluruhan perusahaan (Kaplan dan Norton, 2000)
Menurut Kaplan dan Norton (2000), balanced scorecard merupakan suatu konsep yang berusaha menterjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran yang menyeluruh yang memberikan kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen strategis. Balanced scorecard melengkapi seperangkat ukuran keuangan kinerja masa lalu dengan ukuran pendorong (drivers) kinerja masa depan. Tujuan dan ukuran scorecard diturunkan dari visi dan strategi. Tujuan dan ukuran memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif, yaitu:
1) Perspektif pelanggan 2) Perspektif keuangan
3) Perspektif proses bisnis internal
4) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Cohen (2011) mengatakan, wawasan penting dari balanced scorecard adalah keseimbangan harus disimpan dalam semua dimensi dalam rangka
(32)
15
mengelola keberhasilan. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa balanced scorecard adalah suatu sistem pengukuran kinerja yang mampu menjabarkan misi dan visi suatu organisasi ke dalam seperangkat ukuran kinerja dengan suatu pendekatan efektif yang seimbang antara empat perspektif untuk organisasi nirlaba yaitu: 1) perspektif pelanggan, 2) perspektif keuangan, 3) perspektif proses bisnis internal, 4) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
2.3.2 Manfaat penggunaan balanced scorecard
Menurut Pratiwi (2010) manfaat penggunaan balanced scorecard adalah: 1) Keseimbangan antara pengukuran internal yang terdiri dari proses bisnis
internal, yaitu proses belajar dan pertumbuhan serta pengukuran eksternal yang ditujukan untuk pemilik badan usaha dan pelanggan.
2) Keseimbangan antara outcomes measures (pengukuran keluaran) yang merupakan hasil dari masa lalu dan performance driver (pemicu kerja) di masa akan datang.
3) Keseimbangan antara unsur obyektivitas berkaitan dengan pengukuran hasil masa lalu dan unsur subyektivitas berkaitan dengan pengukuran pemicu kinerja masa akan datang yang membutuhkan pertimbangan.
Simpayung (2009) mengatakan, bahwa balanced scorecard lebih dari sekedar sistem pengukuran taktis atau operasional. Perusahaan yang inovatif menggunakan scorecard sebagai sebuah sistem manajemen strategis, untuk mengelola strategi jangka panjang. Perusahaan menggunakan fokus pengukuran scorecard untuk menghasilkan berbagai proses manajemen penting seperti: 1) Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi.
(33)
16
3) Merencanakan, menetapkan sasaran dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis
4) Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.
2.3.3 Keunggulan dan kelemahan balanced scorecard
Menurut Mulyadi (2005), keunggulan balanced scorecard dalam perencanaan strategik dan pengukuran kinerja memiliki empat karakteristik yaitu sebagai berikut.
1) Komprehensif
Balanced Scorecard memperluas perspektif yang sebelumnya terbatas pada keuangan meluas ketiga perspektif lain yaitu: pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan perspektif ini menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang, serta memampukan perusahaan memasuki lingkungan bisnis yang kompleks.
2) Koheren
Balanced scorecard mewajibkan personel membangun hubungan
sebab-akibat diantara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh masing-masing perspektif. Dengan kekoherenan tersebut personel dimotivasi untuk mencari inisiatif strategik yang memiliki manfaat bagi perwujudan sasaran strategik di keempat perspektif yaitu: perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. 3) Seimbang
Keseimbangan disini adalah seimbang antara perspektif keuangan dan nonkeuangan, jangka panjang dan jangka pendek, intern dan ekstern.
(34)
17
Keseimbangan dalam empat perspektif tersebut penting untuk mewujudkan kinerja yang sesungguhnya yang berlipat ganda dan berjangka panjang.
4) Terukur
Keterukuran strategik dalam empat perspektif tersebut menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik. Balanced scorecard mengukur sasaran strategik di perspektif nonkeuangan yang merupakan sasaran yang tidak mudah diukur, namun dengan pendekatan Balanced scorecard sasaran di ketiga perspektif nonkeuangan tersebut ditentukan ukurannya agar dapat dikelola. Keterukuran tersebut menjanjikan perwujudan berbagai sasaran strategik nonkeuangan yang merupakan pendorong kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang.
Menurut Ronchetti (2006) satu keuntungan organisasi menggunakan pendekatan balanced scorecard adalah pendekatan ini mengurangi informasi yang berlebihan oleh kondensasi data penting yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Balanced scorecard juga memenuhi kebutuhan manajerial dari variasi tindakan yang tidak terkait dari berbagai bidang dalam perusahaan menjadi satu laporan dan memastikan bahwa manajer melihat semua tindakan di operasi. Selain peningkatan kinerja keuangan dan keuntungan materi lain, balanced scorecard juga telah ditemukan untuk memimpin ke hasil yang lebih bersifat kualitatif (Yu, 2008).
Sedangkan kelemahan yang terdapat pada balanced scorecard menurut Tunggal (2000), antara lain:
(35)
18
1) Tolak ukur kinerja harus konsisten dengan strategi perusahaan, karena bila tolak ukur kinerja tidak konsisten dengan strategi perusahaan, maka karyawan akan bekerja saling tumpang tindih.
2) Balanced scorecard seharusnya tidak mempunyai terlalu banyak tolak
ukur kinerja, karena mengakibatkan terjadinya kurang fokus dan kebingungan.
Menurut Sisdyani (2007), kesulitan dalam penilaian kinerja dengan metode balanced scorecard adalah ketika metode ini digunakan untuk membandingkan kinerja dua atau lebih unit bisnis. Penilai kinerja mungkin akan menghadapi masalah common-measure bias. Common-measure bias bisa terjadi ketika penilai hanya menaruh perhatian pada ukuran-ukuran yang sama yang terdapat pada semua unit yang dievaluasi, dan mengabaikan ukuran-ukuran yang bersifat unik bagi setiap unit bisnis. Keadaan ini akan menyesatkan penilai dalam merumuskan kesimpulan mengenai kinerja unit-unit yang dibandingkan dan dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang tidak benar, seperti kebijakan kompensasi.
2.4 Empat Perspektif Balanced Scorecard
Kaplan dan Norton (2000) mengemukakan, bahwa Balanced Scorecard terdiri dari 4 (empat) perspektif, yakni 1) perspektif pelanggan, 2) perspektif keuangan, 3) perspektif proses bisnis internal, 4) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Penjabaran lebih rinci dari empat perspektif di atas adalah sebagai berikut.
(36)
19 2.4.1 Perspektif keuangan
Persepektif keuangan tetap menjadi hal yang sangat diperhatikan karena keuangan suatu ikthisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil. Ukuran kinerja keuangan menunjukan apakah strategik, sasaran strategik, inisiatif strategik, dan implementasinya mampu memberikan kontribusi dalam menghasilkan laba rugi perusahaan. Kaplan dan Norton (2000) mengidentifikasikan tiga tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu sebagai berikut.
1. Growth (bertumbuh). Tahapan awal siklus kehidupan perusahaan, dalam
hal ini perusahaan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung jaringan global, serta membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan.
2. Sustain (bertahan). Setelah melalui tahap pertumbuhan perusahaan akan
berada dalam tahap bertahan. Situasi ini dimana unit bisnis masih memiliki daya tarik bagi penanam investasi dan investasi ulang, tetapi diharapkan mampu menghasilkan pengembalian modal yang cukup tinggi. Pada tahap ini, perusahaan mencoba untuk mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya jika memungkinkan.
3. Harvest (menuai). Pada tahap ini perusahaan benar-benar menuai hasil
investasi di tahap-tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi melakukan lebih jauh kecuali hanya untuk pemeliharaan peralatan dan perbaikan
(37)
20
fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi/membangun suatu kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas yang masuk ke perusahaan.
2.4.2 Persepektif pelanggan
Pada perspektif pelanggan, para manajer mengidentifikasikan pelanggan dan segmen pasar dimana unit bisnis tersebut akan bersaing dan berbagai ukuran kinerja unit bisnis didalam segmen pasar. Ukuran utama tersebut terdiri dari kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan baru, profitibilitas pelanggan, dan pangsa pasar di segmen sasaran (Koplan dan Norton, 2000).
Kepuasan pelanggan sebagai salah satu alat ukur penilaian kinerja perspektif pelanggan, sangat bergantung pada persepsi pelanggan. Jika apa yang diharapkan pelanggan sesuai dengan kinerja yang diberikan, maka pelanggan akan terpuaskan. Menurut Tjiptono (2000) ada lima dimensi pokok yang menentukan kualitas jasa, yaitu:
a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, pelengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.
b. Keandalan (reliability), adalah kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
c. Daya tanggap (responsiveness), adalah keinginan para staf dan karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
d. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
e. Empati (empathy), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami pelanggan.
(38)
21 2.4.3 Persepektif proses bisnis internal
Menurut Kaplan dan Norton (2000) dalam perspektif proses bisnis internal, para eksekutif mengidentifikasikan berbagai proses bisnis internal penting yang harus dikuasai dengan baik oleh perusahaan. Proses ini memungkinkan unit bisnis untuk memberikan proposisi nilai yang akan menarik perhatian dan mempertahankan pelanggan dalam segmen pasar dan memenuhi harapan keuntungan finasial yang tinggi para pemegang saham. Rantai nilai proses bisnis internal terdiri dari tiga proses bisnis utama, yaitu.
a. Proses inovasi, merupakan pengidentifikasian kebutuhan pelanggan masa kini, masa datang serta mengembangkan solusi baru untuk kebutuhan pelanggan meliputi: peluncuran produk baru, dan mempercepat penyerahan produk ke pasar.
b. Proses operasi, merupakan gelombang pendek penciptaan nilai dalam perusahaan. Proses operasi menitik beratkan kepada penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan secara efisien, konsisten, dan tepat waktu. c. Proses pelayanan purna jual, tahap ini adalah nilai rantai internal. Proses
ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk/jasa tersebut dijual. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelayanan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan dengan menggunakan pengukuran yang bersifat waktu, mutu, dan biaya.
2.4.4 Persepektif pembelajaran dan pertumbuhan
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mengidentifikasikan infrastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam menciptakan kinerja jangka panjang. Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, ukuran yang
(39)
22
berorientasi kepada pekerja terdiri atas gabungan ukuran hasil generik/kepuasan, tingkat retensi, pelatihan dan keahlian pekerja ditambah dengan faktor pendorong ukuran generik ini (Kaplan dan Norton, 2000).
Tujuan yang ditetapkan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan infrastruktur yang memungkinkan agar tiga perspektif lainnya dapat tercapai. Tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif yaitu keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal. Kelompok pengukuran utama untuk menilai kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yaitu.
a. Kepuasan karyawan, dimana tujuan kepuasan karyawan menyatakan bahwa moral karyawan dan kepuasan kerja secara keseluruhan saat ini dipandang sangat penting oleh sebagian besar perusahaan. Oleh karena itu perusahaan ingin mencapai tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi, perlu memiliki pelanggan yang dilayani oleh pekerja yang terpusatkan oleh perusahaan.
b. Retensi karyawan, dimana tujuannya adalah memperhatikan selama mungkin para karyawan yang diminati oleh perusahaan karena mereka merupakan modal intelektual khusus organisasi dan aktiva non keuangan yang bernilai bagi perusahaan. Tingkat perputaran karyawan merupakan tolak ukur umum untuk menentukan tingkat loyalitas karyawan yang diukur dengan persentase orang yang keluar setiap tahun di lingkungan perusahaan.
(40)
23
c. Produktivitas karyawan, adalah salah satu ukuran hasil, dampak keseluruhan usaha peningkatan moral keahlian pekerja, inovasi, proses internal, dan kepuasan karyawan. Tujuannya adalah membandingkan kelancaran yang dihasilkan oleh para pekerja dan jumlah pekerja yang dikerahkan untuk menghasilkan keluaran tersebut.
2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis
KPN Karya Bina Sejahtera UNUD merupakan Koperasi Pegawai Negeri yang berdiri pada tanggal 26 Oktober 1979. Untuk mengetahui keberhasilan dan untuk mewujudkan akutanbilitas publik khususnya pertanggungjawaban terhadap anggota KPN Karya Bina Sejahtera UNUD, perlu melakukan pengukuran atas kinerja organisasinya. Penelitian ini dilakukan di KPN Karya Bina Sejahtera UNUD yang dilakukan secara komprehensif dengan menggabungkan antara teori
balanced scorecard, teori bisnis, teori laporan keuangan, dan teori kepuasan
pelanggan. Dari pengabungan teori balanced scorecard didapatkan empat persepektif dalam balanced scorecard yaitu: 1) persepektif keuangan yang dihitung dengan rasio likuiditas menggunakan current ratio, rasio profitabilitas menggunakan net profit margin, dan rasio solfabilitas menggunakan total debt to total assets; 2) persepektif pelanggan yang dihitung dengan pertumbuhan pelanggan dan kepuasan pelanggan anggota; 3) persepektif proses bisnis internal yang dihitung dengan Manufacturing cycle efficiency (MCE); dan 4) persepektif pembelajaran dan pertumbuhan yang dihitung dengan produktifitas karyawan, tingkat retensi karyawan, dan tingkat kepuasan karyawan. Hasil analisis tersebut akan direkomendasikan kepada KPN Karya Bina Sejahtera UNUD.
(41)
24 Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis Analisis Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD
KPN Karya Bina Sejahtera UNUD
Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD
1. Pertumbuhan pelanggan 2. Kepuasan pelanggan anggota Manufacturing cycle efficiency (MCE) 1. Produktivitas karyawan 2. Tingkat retensi
karyawan 3. Tingkat kepuasan karyawan Perspektif keuangan Perspektif pelanggan Perspektif proses bisnis internal Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan 1. Rasio likuiditas:
Current ratio 2. Rasio profitabilitas: Net profit margin, 3. Rasio solvabilitas: Total assets to debt ratio
Hasil Analisis
Rekomendasi
KPN Karya Bina Sejahtera UNUD secara komperhensif
− Teori Balanced scorecard
− Teori Bisnis
−Teori Laporan keuangan
(42)
25
III. METODE PENELITIAN
3.1 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di KPN Karya Bina Sejahtera UNUD yang berlokasi di Kampus UNUD Denpasar, Bali dari bulan Mei sampai Juli 2013. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan metode purposive, yaitu pemilihan lokasi penelitian secara sengaja didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dasar pertimbangan penentuan lokasi penelitian di KPN Karya Bina Sejahtera UNUD, adalah sebagai berikut.
1. KPN Karya Bina Sejahtera UNUD dalam menjalankan unit usahanya masih menggunakan tolok ukur yang hanya berfokus pada perspektif keuangan.
2. Pihak manajemen bersikap terbuka sehingga data dalam penelitian mudah diperoleh.
3. KPN Karya Bina Sejahtera UNUD merupakan koperasi pertama yang berdiri di Universitas Udayana sehingga perlu peninjauan kinerja.
3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis data
Berdasarkan sifatnya, data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu sebagai berikut.
1. Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka – angka atau data yang dapat dihitung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca tahun 2008 s.d 2012, laporan laba rugi tahun 2008 s.d 2012, dan jumlah karyawan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD .
(43)
26
2. Data kualitatif yaitu data yang tidak dapat dihitung atau tidak berupa angka melainkan keterangan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Data kualitatif dalam penelitian ini mencakup: struktur organisasi, gambaran umum KPN Karya Bina Sejahtera UNUD, dan sejarah berdirinya.
3.2.2 Sumber data
Berdasarkan sumber dan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dan di catat untuk pertama kalinya. Data primer yang dimaksud adalah hasil penjelasan dari struktur organisasi, sejarah perusahaan, kegiatan, dan unit usaha.
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung diperoleh dari sumber literatur yang relevan, penelitian sebelumnya, data yang diakses dari internet, dan dokumen yang relevan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode yang dipergunakan dalam memperoleh data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara mendalam (in-depth interview), yaitu prosedur pengumpulan data dengan jalan mengadakan tanyajawab secara langsung terhadap pihak-pihak terkait, serta menggunakan koesioner mengenai kepuasan karyawan dan pelanggan dengan pihak KPN Karya Bina Sejahtera UNUD. Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan pihak staf yang ditunjuk langsung oleh
(44)
27
pengurus KPN Karya Bina Sejahtera UNUD dan manajernya dengan menggunakan pedoman (interview guide). Wawancara mendalam (in-depth
interview) dapat juga digunakan untuk mengetahui data yang ingin diperoleh
seperti struktur organisasi, job description, sejarah koperasi, dan jenis usahanya.
2. Observasi, yaitu merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas KPN Karya Bina Sejahtera UNUD.
3. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat catatan atau dokumen seperti dengan melihat laporan keuangan, neraca, dan perhitungan hasil usaha KPN Karya Bina Sejahtera UNUD dari tahun 2008 sampai 2012, serta literatur lainnya yang mendukung.
4. Wawancara, yaitu merupakan penyebaran kuesioner kepada pelanggan anggota yang datang ke KPN Karya Bina Sejahtera UNUD, menyangkut tingkat kepuasan yang diperoleh pelanggan dari pelayanan yang diberikan oleh KPN Karya Bina Sejahtera UNUD. Metode ini digunakan untuk menyaring pendapat dan persepsi pelanggan dengan pertanyaan yang jawabannya pilihan, sehingga responden secara cepat dapat menyilang pilihan.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu (Sugiyono, 2009).
(45)
28
Populasi pelanggan dalam penelitian ini adalah pelanggan yang telah menjadi anggota dari KPN Karya Bina Sejahtera UNUD. Jumlah anggota KPN Karya Bina Sejahtera UNUD pada tahun 2012 berjumlah 2.134 orang. Populasi karyawan adalah jumlah seluruh karyawan yang bekerja pada KPN Karya Bina Sejahtera UNUD sampai dengan 2012 sebesar 18 orang yang terdiri dari 11 orang karyawan tetap dan 7 orang karyawan tidak tetap.
Ukuran sampel anggota KPN ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Husein, 2003) yaitu:
n =
2 Ne 1
N
Keterangan:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = batas kesalahan
Berdasarkan rumus diatas jumlah pelanggan anggota di KPN Karya Bina Sejahtera UNUD pada tahun 2012 sejumlah 2.134 orang dengan batas kesalahan 10 persen, maka jumlah sampelnya sebesar 95,43 atau dibulatkan menjadi 95 orang. Jumlah sampel sebanyak 95 orang terdiri dari semua fakultas yang ada di Universitas Udayana.
Semula ditetapkan jumlah sampel sebesar 95 orang dengan rumus slovin, dengan keadaan di lapangan penarikan sampel menggunakan kuota sebesar 7 responden di tiap perwakilan Fakultas/pegawai, setelah penelitian di lapangan kuota sampel sebesar tujuh orang pencapaiannya dipadukan dengan metode purposive dalam penentuan responden. Saat penelitian calon responden tidak sesuai dengan kuota sampling sebesar tujuh orang setiap Fakultas/Unit kerja,
(46)
29
maka penarikan sampel yang kurang di alihkan ke Fakultas/Unit kerja yang lebih respon pada penelitian ini.
3.5 Variabel dan Pengukuran Variabel
Adapaun variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Variabel, Indikator dan Pengukuran Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD Berdasarkan Pendekatan Balanced Scorecard
Konsep Persepektif Variabel Indikator Pengukuran
Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD 1. Persepektif Keuangan
1. Rasio Likuiditas Current Rasio Kuantitatif 2. Rasio
Profitabilitas
Net Profit Margin Kuantitatif 3. Rasio
Solvabilitas
Total Debt to Total Assets Kuantitatif 2. Persepektif Pelanggan 1. Pertumbuhan Pelanggan Jumlah pelanggan periode sekarang dan lalu
Kuantitatif 2. Kepuasan
Pelanggan
- Bukti langsung
Skala Skor / Likert - Keandalan
- Daya Tanggap - Jaminan - Empati 3. Persepektif
Proses Bisnis Internal
Efisiensi Waktu Manufacturing Cycle Efficiency Kuantitatif 4. Persepektif Pembelajaran dan Pertumbuhan 1. Produktifitas Karyawan Laba bersih/Jumlah karyawan Kuantitatif 2. Retensi Karyawan
Jumlah karyawan keluar Kuantitatif 3. Kepuasan
Karyawan
- Kerja secara mental
Skala Skor / Likert - Ganjaran
- Kondisi kerja - Rekan kerja
- Kesesuaian kepribadian
3.6 Batasan Operasional Variabel
Batasan operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Metode balanced scorecard merupakan metode ukuran kinerja yang
(47)
30
perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
2. Laporan keuangan yaitu neraca dan laporan rugi laba KPN Karya Bina Sejahtera UNUD dari tahun 2008 s.d 2012 yang selanjutnya digunakan sebagai data based analisis keuangan.
3. Rasio likuiditas yaitu perbandingan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendek dari tahun 2008 s.d 2012 dengan current ratio.
4. Rasio profitabilitas yaitu perbandingan yang digunakan untuk mengukur kemampuan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD dalam menghasilkan profit dari tahun 2008 s.d 2012 yang meliputi: net profit margin.
5. Rasio solvabilitas yaitu kemampuan koperasi untuk membayar semua kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang, yang akan dihitung dengan total assets to debt ratio.
6. Pertumbuhan pelanggan antara jumlah pelanggan periode sekarang dikurangi jumlah pelanggan periode tahun lalu.
7. Tingkat kepuasan pelanggan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD akan diukur dengan menggunakan skala skor.
8. Data kepuasan pelanggan yang digunakan adalah berupa kuesioner yang merupakan data/informasi dari pelanggan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD.
9. Perspektif proses bisnis internal adalah perspektif yang menjabarkan ukuran kinerja karyawan dalam menjalankan proses bisnis KPN Karya Bina Sejahtera UNUD dari tahun 2008 s.d 2012 yang meliputi: proses
(48)
31
pembukuan rekening, pelayanan kreditur, proses permohonan kredit dan pencarian dana kredit melalui manufacturing cycle efficiency (MCE). 10. Produktivitas karyawan yaitu perbandingan antara laba bersih dan jumlah
karyawan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD dari tahun 2008 s.d 2012. 11. Tingkat retensi karyawan yaitu perbandingan antara jumlah karyawan
yang keluar dengan jumlah karyawan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD dari tahun 2008 s.d 2012.
12. Tingkat kepuasan karyawan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD akan diukur dengan menggunakan skala skor.
13. Data kepuasan karyawan yang digunakan adalah berupa kuesioner yang merupakan data/informasi dari karyawan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD.
3.7 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode balanced scorecard yang terdiri dari empat perspektif yaitu:
3.7.1 Penilaian kinerja perspektif keuangan
Teknik analisis data yang dipergunakan untuk menilai kinerja perspektif keuangan adalah menilai rasio keuangan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD, dalam hal ini terdapat tiga rasio, yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka pendeknya. Posisi likuiditas yang baik memungkinkan perusahaan memperoleh kesempatan investasi dan memenuhi kebutuhan operasional. Rasio
(49)
32
likuiditas mengukur sebaik apa perusahaan dapat memenuhi kewajibannya (Riyanto, 2001).
Current ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar yang dinyatakan dalam persentase. Rumus yang digunakan adalah:
Current ratio = Aktiva lancar X 100%
Hutang lancar 2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi (Igit, 2009).
Total debt to total assets adalah perbandingan antara utang lancar ditambah utang jangka panjang (total hutang) dengan jumlah modal sendiri (total aktiva) yang dinyatakan dalam persentase (Riyanto, 2001 dan Gasperz, 2005). Rumus yang digunakan adalah:
Total Debt to Total Assets = Total hutang X 100%
Total aktiva 3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas ini juga disebut rasio rentabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Syafri, 2008).
Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan kekayaan bersih. Rumus yang digunakan adalah.
(50)
33
Net profit margin = Sisa Hasil Usaha (SHU) X 100%
Kekayaan bersih
Adapun standar pengukuran rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas/ rentabilitas berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor 06/Per/M.KUKM/V/2006 tanggal 1 Mei 2006 tentang pedoman penilaian koperasi berprestasi/koperasi award dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2
Standar pengukuran rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas
No Jenis Rasio Standar Kriteria
1 Rasio Likuiditas
- Current Ratio 200% s/d 250% Sehat
175% - <200% Cukup sehat 150% - <175% Kurang sehat 125% - <150% Tidak sehat <125% Sangat tidak sehat 2 Rasio Solvabilitas
- Total debt to total assets ≤40% Sehat
>40% s/d 50% Cukup sehat >50% s/d 60% Kurang sehat >60% s/d 80% Tidak sehat >80% Sangat tidak sehat 3 Rasio Profitabilitas/Rentabilitas
- Net Profit Margin ≥15% Sehat
10% s/d <15% Cukup sehat 5% s/d <10% Kurang sehat 1% s/d <5% Tidak sehat
(51)
34 3.7.2 Penilaian kinerja perspektif pelanggan a. Pertumbuhan pelanggan
Pertumbuhan pelanggan adalah untuk mengukur tingkat pertumbuhan pelanggan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD dari tahun 2008 s.d 2012 dengan membandingkan jumlah periode sekarang dengan pelanggan periode lalu.
Pertumbuhan pelanggan =
jumlah pelanggan periode sekarang - jumlah pelanggan periode lalu
x 100% jumlah pelanggan periode lalu
b. Tingkat kepuasan anggota
Tingkat kepuasan anggota mengenai pelayanan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD, maka akan diukur dengan menggunakan skala likert. Analisis ini dihasilkan dari penilaian jawaban kuesioner, dimana setiap jawabannya telah diberi bobot tertentu. Setiap jawaban akan dikelompokkan lalu ditabulasikan dan kemudian dijumlahkan sehingga dapat diketahui skor total dari seluruh responden. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu (Siregar, 2011).
Dengan skala ini, responden diminta menjawab setiap pernyataan dengan memilih satu dari lima pilihan dimana satu menunjukkan tingkat yang paling rendah dan lima menunjukkan tingkat yang paling tinggi. Ketentuan yang dipakai untuk menilai kisaran skor dapat dirumuskan oleh Effendi dan Singarimbun (1989) sebagai berikut.
I = Jarak = 100 – 20 = 16
(52)
35 Dimana:
I : Interval kelas
Jarak : Nilai data tertinggi dikurangi nilai data terendah Jumlah kelas : Jumlah kategori yang ditentukan
Dengan menggunakan interval kelas tersebut, maka masing-masing kelas dapat diketahui nilainya. Nilai dari masing-masing kelas diformulasikan dengan menggunakan skor. Kategori ini dapat dilihat pada Tabel 3.3 sebagai berikut.
Tabel 3.3
Kategori Tingkat Kepuasan Anggota KPN Karya Bina Sejahtera UNUD
Skor Interval Skor Kategoti
1 20 s/d 36 Sangat Tidak Puas
2 > 36 s/d 52 Tidak Puas
3 > 52 s/d 68 Cukup Puas
4 > 68 s/d 84 Puas
5 > 84 s/d 100 Sangat Puas
3.7.3 Penilaian kinerja perspektif proses bisnis internal
Teknik analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan MCE (manufacturing cycle efficiency) pada transaksi simpanan dan permohonan pinjaman. Tolok ukur yang digunakan dalam analisis ini adalah manufacturing cycle efficiency (MCE), menurut Kaplan dan Norton (2000) yaitu:
MCE = Waktu pengolahan Waktu penyelesaian
Dalam hal ini waktu standar sesuai dengan yang diterapkan oleh pihak manajemen dan waktu penyelesaian adalah waktu sebenarnya yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap transaksi. Ukuran kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD dalam penelitian ini meliputi waktu penyelesaian jasa transaksi simpanan dalam bentuk tabungan dan deposit, dan permohonan pinjaman yaitu waktu yang
(53)
36
diperlukan karyawan dalam menyelesaikan suatu transaksi keuangan dengan anggota atau pelanggan sampai dengan jasa tersebut diserahkan.
3.7.4 Penilaian kinerja pembelajaran dan pertumbuhan
Indikator yang digunakan untuk menilai kinerja dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah dengan menghitung tingkat produktivitas karyawan, retensi karyawan dan kepuasan karyawan dari tahun 2008 s.d 2012, yaitu:
a. Tingkat produktivitas karyawan
Tolok ukur yang dipakai adalah retensi karyawan yaitu persentase perbandingan antara jumlah karyawan dengan laba operasional pada periode bersangkutan.
Tingkat produktivitas karyawan = Laba bersih Jumlah karyawan b. Tingkat retensi karyawan
Tolok ukur yang dipakai adalah rasio retensi karyawan yaitu persentase perbandingan antara jumlah karyawan yang keluar dengan jumlah karyawan pada periode bersangkutan.
Tingkat retensi karyawan = Jumlah karyawan yang keluar x 100% Jumlah karyawan
c. Tingkat kepuasan karyawan
Untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD, maka akan diukur dengan menggunakan skala likert. Analisis ini dihasilkan dari penilaian jawaban kuesioner, dimana setiap jawabannya telah diberi bobot tertentu. Setiap jawaban akan dikelompokkan lalu ditabulasikan dan
(54)
37
kemudian dijumlahkan sehingga dapat diketahui skor total dari seluruh responden. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu (Siregar, 2011).
Dengan skala likert ini, responden diminta tanggapan setiap pertanyaan dengan memilih satu dari lima pilihan dimana 1 menunjukkan tingkat yang paling rendah dan 5 menunjukkan tingkat yang paling tinggi. Ketentuan yang dipakai untuk menilai kisaran skor dapat dirumuskan oleh Effendi dan Singarimbun (1989: 111) sebagai berikut.
I = Jarak = 100 – 20 = 16
Jumlah Kelas 5
Dimana:
I : Interval kelas
Jarak : Nilai data tertinggi dikurangi nilai data terendah Jumlah kelas : Jumlah kategori yang ditentukan
Dengan menggunakan interval kelas tersebut, maka masing-masing kelas dapat diketahui nilainya. Nilai dari masing-masing kelas diformulasikan dengan menggunakan skor. Kategori ini dapat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut.
Tabel 3.4
Kategori Tingkat Kepuasan Karyawan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD
Skor Interval Skor Kategoti
1 20 s/d 36 Sangat Tidak Puas
2 > 36 s/d 52 Tidak Puas
3 > 52 s/d 68 Cukup Puas
4 > 68 s/d 84 Puas
(55)
38
IV. GAMBARAN UMUM
4.1 Sejarah KPN Karya Bina Sejahtera UNUD
Cikal bakal terbentuknya Koperasi Pegawai Negeri Universitas Udayana dimulai dari tanggal 26 Oktober 1979. Pada waktu itu UNUD mendirikan Perkumpulan Koperasi Pegawai Negeri Kantor Pusat Universitas Udayana. Atas kuasa pembentukan waktu itu ditanda tangani oleh:
1. Dr. Ida Bagus Oka (Rektor Universitas Udayana)
2. Drs. Pt. Kuna Winaya (Pembantu Rektor II Universitas Udayana)
3. Drs. N. Wista Darmada (Kepala Biro Akademis dan
Kemahasiswaan)
4. I Ketut Tama, BA (Karo BAU Universitas Udayana) 5. Drs. Ida Bagus Pt. Purwitha (Kepala Bag. Pengajaran UNUD)
Terdaftar pada Kantor Wilayah Koperasi Provinsi Bali pada tanggal 8 Februari 1982 dengan Badan Hukum nomor: 945/BH/VIII, dengan nama Koperasi Pegawai Negeri Kantor Pusat UNUD. Selanjutnya melalui Lokakarya KORPRI unit Universitas Udayana diputuskan untuk mendirikan Koperasi Universitas Udayana, maka dibentuk panitia persiapan pendirian koperasi di Universitas Udayana dengan SK Rektor No. 316/PT.17/UM.19/1986 tanggal 4 Februari 1986. Adapun susunan panitia tersebut sebagai berikut:
Pelindung : Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. I G N Putu Adnyana Ketua : Ayu Putu Nantri, SH
Wakil Ketua : dr. I G N Anom Murdhana Sekretaris : Drs. I Gst Putu Suwindia
(56)
39 Anggota : Ir. R. Suwoto
Drs. Nyoman Cakra Griadi
Pada tanggal 3 Mei 1986 panitia mengadakan rapat yang dihadiri oleh seluruh perwakilan fakultas yang ada di Universitas Udayana dengan menghasilkan keputusan:
1. Sepakat membentuk koperasi Universitas Udayana dengan Badan Hukum Nomor: 945a/BH/VIII (melanjutkan Badan Hukum Koperasi Kantor Pusat Universitas Udayana yang sebelumnya telah ada)
2. Pengesahan pengangkatan pengurus dengan Ketua Ir. Gede Sepatika (Fakultas Peternakan)
3. Kegiatan usaha: Simpan Pinjam, Toko Koperasi, dan Penyalur Beras PNS. 4. Masa kepengurusan pengurus tersebut berlangsung dalam periode
1986/1987-1989, 1989-1991, dan 1991-1993.
Kemudian kepengurusan koperasi KPN Karya Bina Sejahtera UNUD berturut-turut sebagai berikut:
1. Melalui rapat anggota, 18 Maret 1993 terbentuk kepengurusan baru untuk periode 19993-1995 dengan ketua I Gusti Ngurah Putu Gede, SH (Kantor Pusat). Periode kepengurusan ini berlangsung selama 2 periode yaitu 1993-1995 dan 1993-1995-1997.
2. Melalui RAT X KPN Karya Bina Sejahtera UNUD, tanggal 16 Maret 1997 terbentuk pengurus periode 1997-1999 dengan ketua Drh. K Tono PG,M.Kes. Badan hukum KPN Karya Bina Sejahtera UNUD menjadi nomor: 127/BH/PAD/KWK.22/III/1997, tangal 31 Maret 1997.
(1)
85
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis
balanced scorecardpada koperasi pegawai
negeri (KPN) Karya Bina Sejahtera UNUD yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.
Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ditinjau dari perspektif
keuangan tahun 2008 s/d 2012 menggunakan rasio solvabilitas, yang
diukur dengan total assets to debt ratio dinilai tidak sehat, sedangkan rasio
likuiditas yang diukur dengan
current ratiodan rasio rentabilitas yang
diukur dengan net profit margin pada tahun 2008 s/d 2012 dinilai sehat.
2.
Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ditinjau dari perspektif
pelanggan tahun 2008 s/d 2012 diukur dengan menggunakan tingkat
pertumbuhan pelanggan dinilai kurang baik, dan tingkat kepuasan
pelanggan anggota dihitung dengan kuesioner menggunakan skala skor
memberikan persepsi rata-rata puas.
3.
Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ditinjau dari perspektif proses
bisnis internal diukur dengan menggunakan manufacturing cycle efficiency
(MCE) yaitu, proses transaksi simpanan dan permohonan kredit yang
dinilai telah berjalan dengan efisien.
4.
Kinerja KPN Karya Bina Sejahtera UNUD ditinjau dari perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan diukur dengan mengunakan produktifitas
karyawan dinilai baik, tingkat retensi karyawan dinilai baik, dan tingkat
(2)
86
kepuasan karyawan dihitung dengan kuesioner menggunakan skala skor
memberikan persepsi rata-rata positif atau puas.
5.
Berdasarkan empat perspektif
balanced scorecardyaitu perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, meskipun terdapat tiga aspek
yang menunjukan kinerja kurang baik, namun secara umum kinerja KPN
Karya Bina Sejahtera UNUD menunjukan kinerja yang baik.
6.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan atas penilaian kinerja koperasi pegawai negeri
(KPN) Karya Bina Sejahtera UNUD tahun 2008 s/d 2012 dari konsep
balanced scorecard maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.1.
Berdasarkan penilaian perspektif keuangan untuk memenuhi standar KPN
Karya Bina Sejahtera UNUD dari perhitungan
current ratioperlunya
penyaluran aktiva lancar yang melebihi batas standar koperasi berprestai
ke unit lain sehingga harta, asset yang dimiliki koperasi tidak melebihi
batas koperasi berprestasi. Rasio solvabilitas dinilai tidak sehat karena
modal yang dimiliki koperasi lebih kecil daripada hutang koperasi jadi
tingkat solvabilitas dapat dipertinggi hanya dengan jalan menambahkan
modal sendiri dengan alternatif:
a.
Menambah aktiva tanpa menambah hutang atau menambah aktiva
relatif lebih besar daripada menambahkan hutang.
b.
Mengurangi hutang tanpa mengurangi aktiva atau mengurangi
hutang relatif besar daripada berkurangnya aktiva.
(3)
87
2.
Berdasarkan penilaian perspektif pelanggan, KPN Karya Bina Sejahtera
UNUD harus lebih mendekatkan diri pada pelanggan anggota di setiap
Fakultas sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap
pelanggan anggota, agar anggota dapat merasakan keuntungan menjadi
anggota KPN Karya Bina Sejahtera UNUD.
3.
Berdasarkan penilaian perspektif proses bisnis internal, KPN Karya Bina
Sejahtera UNUD harus tetap mempertahankan proses pelayanan transaksi
simpanan dan permohonan kredit, karena dengan proses yang cepat dan
tepat akan meningkatkan kepuasan pelanggan.
4.
Berdasarkan penilaian perspektif proses pembelajaran dan pertumbuhan,
pihak pengurus sebaiknya meningkatkan usaha-usaha yang selama ini
dapat menciptakan kepuasan karyawan, yaitu dengan meningkatkan
komunikasi antara manajer, pengurus, dan karyawan.
5.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan oleh peneliti lain menyangkut strategi
pengembangan KPN Karya Bina Sejahtera UNUD.
(4)
88
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, I. 2001.
Akuntansi Sektor Publik di Indonesia
. BPFE, Yogyakarta.
Cohen, Y. 2011. A New Technique for Evaluating the Balanced Scorecard
Dashboard Values.
International Journal of Problems and
Perspectives in Management
. Vol.9.
Depkop dan PPK. 1996.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian
. Departemen Koperasi dan
Pembinaan Perusahaan Kecil Direktorat Jendral Pembinaan Koperasi
Perkotaan, Jakarta.
Effendi, M. T. 2002.
Manajemen Sumber Daya Manusia
. Grasindo, Jakarta.
Gaspersz, V. 2005.
Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced
Scorecard Dengan Six Sigma.
Gramedia
,
Jakarta.
Gorda, I G. N. 2004.
Metodologi Penelitian Ilmu Sosial Ekonomi
. Widya
Kriya Gematam, Denpasar.
Husein, Umar. 2003.
Riset Akuntansi
: Panduan Lengkap untuk Membuat
Skripsi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Igit. 2009.
Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas
.
http://igit-10206917.blogspot.com/2009/11/analisis-rasio-likuiditas-solvabilitas.html. Diunduh April 2013.
Kaplan dan Norton (Peter Yosi Pasla: Penerjemah). 2000.
Balanced
Scorecard Menerapkan Strategi Menjadi Aksi
. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Karni, Widya. 2011
. Analisis Kinerja Koperasi Unit Desa (KUD) Setia
Nagari Selayo Kacamatan Kubug Kabupaten Solog
. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.
Mulyadi. 2005.
Balanced Scorecard, Alat Manajemen Kontemporer untuk
Melipat
Ganda Kinerja Perusahaan
. Salemba Empat, Yogyakarta.
Nasution, Muslimin. 2002.
Evaluasi Kinerja Koperasi Metode Sistem
(5)
89
Pratiwi, Umi. 2010. Balanced Scorecard dan Manajemen Strategik.
Jurnal
Manajemen dan Akuntansi
.
Prijambodo, Wiadiaiswara Kementrian Koperasi dan UKM. 2012.
Penerapan
Balanced
Scorecard
(BSC)
pada
Koperasi
.
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&v
iew=file&id=308:balanced-scorecard-bsc-pada-koperasi&Itemid=93. Diunduh Juni 2013
Republik Indonesia. 1992. Pasal 3 UU No 25 Tahun 1992 tentang Tujuan
Koperasi. Lembaran Negara RI Tahun 1992. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Republik Indonesia. 1992. Pasal 4 UU No 25 Tahun 1992 tentang Fungsi
dan Peran Koperasi. Lembaran Negara RI Tahun 1992. Sekretariat
Negara. Jakarta.
Riyanto, B. 2001.
Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi ke-4
.
Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Ronchetti, J. L. 2006. An Integrated Balanced Scorecard Strategic Planning
Model for Nonprofit Organizations.
International Journal of
Practical Consulting
.
Rupa, I Wayan. 2009.
Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alternatif
Penilaian Kinerja Koperasi Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT)
Subak Guama di Tabanan
. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas
Udayana, Denpasar.
Sikula, A. F. 1998.
Personnel Administration and Human Resources
Management.
New York: A. Wiley Trans Edition, by John Wiley &
Sons Inc.
Sinaga, Pariaman. 2004.
Balanced Scorecard Sebagai Pengukuran Kinerja
Koperasi dan UKM, Apa Mungkin?
. Avaible from URL:
http//www.google.com. Diunduh pada 24 maret.
Simpayung, Friska. 2009. Balanced Scorecard:
Pengukuran Kinerja
Perusahaan dan Sistem Manajemen Strategis
. Jurnal Manajemen
Bisnis. Vol.2, No.1: 7-14.
Siregar, Syofian. 2011.
Statistika Deskriptif untuk Penelitian
. Raja
(6)