IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN DI KELAS V SD NEGERI MARGOMULYO 1 MRIYAN MARGOMULYO SEYEGAN SLEMAN YOGYAKARTA.

(1)

i

IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN DI

KELAS V SD NEGERI MARGOMULYO 1 MRIYAN MARGOMULYO SEYEGAN

SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Gizela Sovi Utami NIM 11108241100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Disiplin adalah jembatan antara goal dan penyampaiannya” (Jim Rohn)

“Ketika Anda mematuhi aturan-aturan yang berlaku, Anda sedang menciptakan perubahan bagi sekitar Anda”


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Sebuah karya terbaik ini sebagai ungkapan pengabdian cinta yang tulus dan penuh kasih untuk:

 Allah SWT yang telah memberi anugerah sepanjang hidupku dan senantiasa mencurahkan rahmat serta hidayah-Nya.

 Ibu tercinta (Agnes Kurniati), terimakasih atas segala doa dan dukungan yamg telah diberikan, semoga jerih payah yang diberikan membuahkan keberhasilan dan kebahagiaan untukku.

 Almamater UNY tercinta.  Tanah airku INDONESIA.


(7)

vii

IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN

DI KELAS V SD NEGERI MARGOMULYO 1 MRIYAN MARGOMULYO SEYEGAN

SLEMAN YOGYAKARTA Oleh

Gizela Sovi Utami NIM 11108241100

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikanimplementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V SD Negeri Margomulyo 1 Mriyan Margomulyo Seyegan Sleman Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilaksanakan di kelas V, SD Negeri Margomulyo 1 Mriyan Margomulyo Sleman Yogyakarta pada bulan Januari 2015-Januari 2016. Penentuan subyek penelitian dilakukan secara purposive sampling dimana penentuannya dilakukan dengan pertimbangan tertentu, sehingga didapat guru kelas V, guru mata pelajaran umum, dan siswa kelas V sebagai subyek penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian menggunakan model Miles dan Huberman. Teknik analisis dilakukan dengan mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Teknik pengujian keabsahan data dengan triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan cross check.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin oleh guru kelas V terhadap siswa kelas V dilakukan secara konsisten. Guru mengimplementasikan metode pembiasaan melaluikegiatan rutin, kegiatan spontan maupun kegiatan dengan keteladanan baik di dalam maupun di luar proses pembelajaran. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh guru diantaranya pembiasaan memulai dan mengakhiri kegiatan belajar dengan berdoa dan mengucapkan salam, juga pembiasaan mengikuti kegiatan rutin yang sudah terjadwal, seperti upacara dan senam. Kemudian, kegiatan spontan yang dilakukan oleh guru diantaranya pembiasaan mengacungkan jari terlebih dahulu ketika akan bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru, juga pembiasaan dalam hal berpakaian sampai pembiasaan dalam hal meletakkan sepeda. Selanjutnya, kegiatan dengan keteladanan oleh guru diantaranya pembiasaan dalam hal sopan santun, seperti cara berpakaian dan cara berbicara dengan bahasa yang baik dan benar.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan keteguhan hati sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN DI KELAS V SD NEGERI MARGOMULYO 1 MRIYAN MARGOMULYO SEYEGAN SLEMAN YOGYAKARTA”. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan meski dengan kekurangan dan keterbatasan pengalaman.

Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan doa, dukungan, motivasi, bantuan, perhatian, arahan serta nasehat kepada penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan segala fasilitas pendidikan.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Ketua Jurusan PSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin serta tanda tangan dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Wuri Wuryandani, M. Pd. dan Safitri Yosita Ratri, M. Pd, M. Ed. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dukungan, motivasi serta nasehat dengan penuh keikhlasan dan kesabaran selama proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen PGSD yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat selama perkuliahan sebagai bekal di masa sekarang dan yang akan datang.

6. Suwarni, S. Pd.SD. selaku Kepala SD Negeri Margomulyo 1 yang telah memberikan ijin melakukan penelitian serta memberikan dukungan.


(9)

ix

7. Anik Rohani, S. Pd.SD. selaku Guru Kelas V SD Negeri Margomulyo 1 yang telah menerima peneliti secara baik, terbuka, dan kooperatif.

8. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mendoakan, mendidik, dan memperjuangkan cita-cita dan kesuksesan saya.

9. Kakak pertama (Felix Dexano A.K.) dan kakak kedua (Lucia Kissia C) tercinta yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan motivasi.

10. Sahabat saya Ikhsan Nur Riva’i P. yang senantiasa memberikan doa, motivasi, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Keluarga besar kelas b PGSD UNY angkatan 2011 yang telah berbagi pengetahuan serta pengalaman selama perkuliahan.

12. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Sebagai hasil karya manusia, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.


(10)

x DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL . ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Fokus Penelitian ... 10

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 12

2. Tujuan & Fungsi Pendidikan Karakter ... 15

3. Karakter yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter ... 17

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 19

5. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 20


(11)

xi C. Karakter Disiplin

1. Pengertian Karakter Disiplin ... 25

2. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin ... 28

D. Perkembangan Moral Masa Kanak- kanak Akhir ... 31

E. Pertanyaan Penelitian ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Setting Penelitian ... 38

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Observasi ... 40

2. Wawancara ... 41

3. Dokumentasi ... 41

E. Instrumen Data ... 42

1. Pedoman Observasi ... 42

2. Pedoman Wawancara ... 45

3. Pedoman Dokumentasi ... 47

F. Teknik Pengujian Keabsahan Data ... 48

G. Teknik Analisis Data ... 48

1. Reduksi Data ... 49

2. Penyajian Data ... 49

3. Kesimpulan ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

1. Kondisi Fisik Sekolah ... 50

2. Potensi/ Jumlah Siswa ... 54

3. Potensi/ Jumlah Guru ... 54

4. Fasilitas KBM di Sekolah ... 55

5. Visi dan Misi Sekolah ... 56

6. Ekstrakurikuler ... 57


(12)

xii

C. Hasil Penelitian ... 59 1. Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di Dalam Proses Pembelajaran ... 59

2. Implementasi Metode Pembiasaan untuk

MengembangkanKarakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di Luar Proses Pembelajaran ... 61 3. Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan Spontan di Dalam Proses Pembelajaran ... 66 4. Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di Luar Proses Pembelajaran ... 67 5. Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan dengan Keteladanan di Dalam Proses Pembelajaran ... 72 6. Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan dengan Keteladanan di Luar Proses Pembelajaran ... 74 D. Pembahasan ... 76

1. Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan Karakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di Dalam Proses Pembelajaran ... 77 2. Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di Luar Proses Pembelajaran ... 79 3. Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan Spontan di Dalam Proses Pembelajaran ... 83 4. Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di Luar Proses Pembelajaran ... 85 5. Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan dengan Keteladanan di Dalam Proses Pembelajaran ... 89


(13)

xiii

6. Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan Karakter Disiplin melalui Kegiatan dengan Keteladanan di

Luar Proses Pembelajaran ... 90

E. Keterbatasan Penelitian ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Karakter yang Dikembangkan di Sekolah ... 18

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Observasi ... 43

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Wawancara ... 46

Tabel 4. Kondisi Siswa SD Negeri Margomulyo 1 ... 54

Tabel 5. Kondisi Guru SD Negeri Margomulyo 1 ... 55

Tabel 6. Visi, Misi dan Tujuan SD Negeri Margomulyo 1 ... 56

Tabel 7. Daftar Hafalan Surat dan Doa ... 60


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Tahapan Analisis Data ... 49

Gambar 2. Lokasi Penelitian ... 180

Gambar 3. Tata Tertib Tertulis SD N Margomulyo 1 ... 180

Gambar 4. Guru & Siswa Memulai Kegiatan Belajar dengan Berdoa dan Salam, dilanjutkan Tadarus Bersama ... 180

Gambar 5. Guru Membiasakan Siswa Mengacungkan Jari Terlebih Dahulu Ketika Bertanya maupun Menjawab Pertanyaan dari Guru ... 180

Gambar 6. Guru Menciptakan Pembelajaran yang Menarik ... 180

Gambar 7. Guru Memantau Siswa dengan selalu Berkeliling Kelas ... 180

Gambar 8. Guru dan Siswa Menutup Pembelajaran dengan Doa dan Salam Penutup ... 181

Gambar 9. Guru Memantau Seragam Siswa ketika Baris-berbaris ... 181

Gambar 10. Guru Membiasakan Siswa Melaksanakan Piket Kelas setelah Pulang Sekolah ... 181

Gambar 11. Guru Membiasakan Siswa Meletakkan Kursi di Atas Meja setelah KBM Selesai ... 181

Gambar 12. Guru Membiasakan Siswa Menggunakan Seragam Putih-Merah dan Atribut Lengkap ketika Mengikuti Upacara Bendera Rutin ... 181

Gambar 13. Siswa Membuang Sampah pada Tempatnya ... 181

Gambar 14. Siswa Mengikuti Senam Rutin setiap Hari Jumat ... 182

Gambar 15. Guru Membiasakan Siswa Kelas Tinggi Berbaris di Paling Depan 182 Gambar 16. Siswa Melaksanakan Kerja Bakti setelah Selesai Senam ... 182

Gambar 17. Pembiasaan Mengirim Sura t Ijin jika Siswa Tidak Bisa Masuk Sekolah ... 182

Gambar 18. Siswa Memakai Seragam Olahraga ketika Pelajaran Penjaskes ... 182

Gambar 19. Guru Membiasakan Siswa Mencuci Tangan ... 183

Gambar 20. Siswa Mengikuti Upacara Bendera Rutin setiap Hari Senin ... 183

Gambar 21. Siswa Berjabat Tangan dengan Semua Guru ... 183

Gambar 22. Guru Membiasakan Siswa Meletakkan Sepeda pada Tempatnya ... 183

Gambar 23. Guru menjadi Teladan dalam Mencuci Tangan ... 183


(16)

xvi

Gambar 25. Guru Menciptakan Suasana Belajar Kondusif dengan Tata

Letak Meja dan Kursi yang Variatif ... 183

Gambar 26. Bentuk Perhatian Guru terhadap Siswa ... 184

Gambar 27. Guru Membiasakan Siswa Makan dan Minum sambil Duduk ... 184

Gambar 28. Guru Membiasakan Siswa Baris-berbaris dan Menyanyikan Lagu Wajib Nasional setiap Pagi ... 184

Gambar 29. Guru Membiasakan Siswa Memajang Hasil Karya di Papan Kelas ... 184

Gambar 30. Guru Membiasakan Siswa Berjabat Tangan ketika Pulang Sekolah ... 184

Gambar 31. Guru menjadi Teladan dalam Menjaga Kebersihan Ruang ... 184

Gambar 32. Guru Membiasakan Siswa Membeli Jajanan di Kantin Sekolah .... 185

Gambar 33. Sekolah Memberi Jasa Penyeberangan bagi Siswa ... 185

Gambar 34. Poster mengenai Disiplin ... 185

Gambar 35. Poster mengenai Disiplin ... 185

Gambar 36. Guru Menggunakan Metode yang Menarik ... 185

Gambar 37. Guru Menguasai Kelas dengan Baik ... 185

Gambar 38. Siswa Terkondisikan Mencuci Tangan ketika Tangan Kotor ... 186


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Instrumen Wawancara Siswa... 98

Lampiran 2. Instrumen Wawancara Guru ... 101

Lampiran 3. Instrumen Observasi ... 104

Lampiran 4. Hasil Reduksi Wawancara Siswa ... 107

Lampiran 5. Hasil Reduksi Wawancara Guru... 115

Lampiran 6. Triangulasi Sumber dari Guru Kelas V, Guru Mata Pelajaran Umum, dan Siswa ... 123

Lampiran 7. Hasil Observasi ... 133

Lampiran 8. Catatan Lapangan ... 144

Lampiran 9. Triangulasi Teknik terdiri dari Hasil Wawancara, Hasil Obervasi, dan Dokumentasi ... 151

Lampiran 10. Jadwal terjun lapangan ... 174

Lampiran 11. Jadwal Piket Kelas V ... 176

Lampiran 12. Jadwal Petugas Upacara ... 177

Lampiran 13. Jadwal Piket WC ... 178

Lampiran 14. Jadwal Kunjung Perpustakaan ... 179

Lampiran 15. Dokumentasi ... 180

Lampiran 16. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan ... 187

Lampiran 17. Surat Rekomendasi Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa Kabupaten Sleman ... 188

Lampiran 18. Surat Ijin Penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman ...189


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman terjadi tuntutan perubahan yang besar dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu aspek tersebut ialah aspek pendidikan, pendidikan menjadi kebutuhan pokok bagi setiap manusia untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Melalui proses pendidikan, manusia diharapkan menjadi insan yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.

Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dinyatakan bahwa pengertian pendidikan adalah sebagai berikut.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pengertian yang lain dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Dwi Siswoyo (2007: 18) bahwa pendidikan merupakan tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak. Pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Selain itu, Driyarkara dalam Dwi Siswoyo (2007: 19) menjelaskan bahwa pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda, sehingga pendidikan merupakan pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang sadar dan terencana yang didalamnya terdapat komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan.


(19)

2

Pendidikan menjadi tumpuan hidup manusia dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki agar lebih berkembang dan dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendidikan juga diharapkan dapat menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang berkualitas serta dapat berpartisipasi aktif dalam proses perubahan di masa mendatang yang lebih baik lagi. Hal ini sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia yang tertuang dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 menyebutkan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab”.

Selain mengembangkan aspek pengetahuan, pendidikan juga memperhatikan aspek sikap maupun aspek keterampilan agar terjadi keseimbangan dalam meningkatkan insan yang berkualitas. Melalui proses pendidikan yang menyeimbangkan ketiga aspek tersebut, pendidikan diharapkan dapat menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang berilmu serta berkepribadian baik yang tercermin dalam berbagai karakter.

Karakter yang dimiliki bangsa Indonesia kini sedang dikembangkan dalam dunia pendidikan melalui pendidikan karakter. Menurut Rahardjo dalam Syamsul Kurniawan (2013: 30) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah sebagai berikut.

Pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai pondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.


(20)

3

Sementara itu, Agus Wibowo (2012: 36) juga mendefinisikan pendidikan karakter sebagai berikut.

Pendidikan karakter sebagai pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik sehingga mereka memiliki karakter luhur tersebut, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya, baik dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga negara.

Pernyataan tersebut selaras dengan pendapat Fakry Gaffar dalam Dharma Kesuma dkk (2011: 5) yang menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai, 2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pokok dari pendidikan karakter adalah bentuk pengarahan dan bimbingan supaya seseorang mempunyai tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan keberagaman. Pendidikan karakter ini diharapkan dapat menciptakan generasi-generasi yang berkepribadian baik dan menjunjung asas-asas kebajikan dan kebenaran di setiap langkah kehidupan. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah berpijak pada nilai-nilai karakter dasar, kemudian dikembangkan menjadi nilai-nilai yang sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekitar. Megawangi dalam Mulyasa (2011: 5), pencetus pendidikan karakter di Indonesia mengungkapkan 9 pilar karakter mulia yang selayaknya menjadi acuan dalam pendidikan karakter, baik di sekolah maupun di luar sekolah, yaitu: (1) cinta kepada Allah dan


(21)

4

kebenaran; (2) tanggung jawab; (3) disiplin dan mandiri; (4) amanah, hormat dan santun; (5) kasih sayang, peduli, dan kerja sama; (6) percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah; (7) adil dan berjiwa kepemimpinan; (8) baik dan rendah hati; dan (9) toleran dan cinta damai.

Selain itu, berdasarkan sumber tujuan nasional pendidikan, terdapat sejumlah 18 karakter yang dapat diidentifikasi yaitu 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) bersahabat/ komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial, dan 18) tanggung jawab. Berbagai karakter ini terintegrasi di dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran di sekolah.

Karakter yang dikembangkan dalam pendidikan karakter tersebut diidentifikasi berasal dari empat sumber. Pertama, agama. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang beragama, sehingga segala bentuk kehidupan manusia didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Kedua, Pancasila. Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara. Ketiga, budaya. Suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat


(22)

5

tersebut. Posisi budaya sedemikian penting dalam kehidupan sehingga mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa. Empat, Tujuan Pendidikan Nasional. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab”.

Salah satu karakter yang termasuk dalam proses pendidikan karakter di atas adalah karakter disiplin. Menurut Agus Wibowo (2012: 40) disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Sedangkan Fakry Gaffar dalam Dharma Kesuma dkk (2011: 15) menjelaskan disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban.

Kedisiplinan sangat penting ditanamkan sejak dini dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, bahkan lingkungan masyarakat agar aspek-aspek kehidupan menjadi lebih tertata dengan baik. Menurut Mulyasa (2011: 26) disiplin diri bertujuan untuk membantu menemukan diri, mengatasi, dan mencegah timbulnya masalah-masalah disiplin, serta berusaha menciptakan suasana aman dan nyaman. Membiasakan diri berperilaku disiplin dapat menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih mudah mengatur kegiatan-kegiatan


(23)

6

yang akan dilakukannya. Selain itu, karakter disiplin dapat menghasilkan kenyamanan bagi diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.

Karakter disiplin di sekolah dapat dikembangkan melalui berbagai metode pendidikan karakter. Salah satunya dengan metode pembiasaan. Menurut Mulyasa (2013: 166) menjelaskan bahwa metode pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu tersebut dapat menjadi kebiasaan. Melalui pembiasaan (habituasi) dari semua warga sekolah diharapkan akan tercipta suatu budaya sekolah (school culture). Adapun pelaksanaan metode pembiasaan dapat dilakukan melalui kegiatan rutin, spontan, dan kegiatan dengan keteladanan. Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Sedangkan kegiatan spontan merupakan kegiatan yang dilakukan secara spontan saat itu juga. Dan kegiatan dengan keteladanan merupakan perilaku dan sikap kepala sekolah, guru, dan karyawan dalam memberikan contoh tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan dapat menjadi panutan bagi peserta didik. Sehingga guru sangat berperan dalam implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter yang berlangsung di sekolah.

Hal tersebut di atas, didukung oleh pendapat Agus Wibowo (2012: 45) yang menjelaskan bahwa agar implementasi pendidikan karakter di sekolah dapat berhasil, maka syarat utama yang harus dipenuhi, diantaranya: (1) teladan dari guru, karyawan, pimpinan sekolah, dan para pemangku kebijakan di sekolah; (2) pendidikan karakter dilakukan secara konsisten dan secara terus-menerus; dan (3) penanaman karakter-karakter yang utama. Maka, guru sangat berperan dalam


(24)

7

pengembangan karakter peserta didik di sekolah melalui metode pendidikan karakter yang diterapkan.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di SD Negeri Margomulyo 1, SD Negeri Margomulyo 1 sudah mengimplementasikan metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter, terutama karakter disiplin. Metode pembiasaan ini dilakukan oleh para guru kelas maupun tenaga pendidik lain di sekolah karena sejatinya metode pembiasaan ini membutuhkan kerjasama antara kepala sekolah, guru, maupun tenaga pendidik yang lain agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Kegiatan-kegiatan yang merupakan metode pembiasaan di SD Negeri Margomulyo 1 ini meliputi kegiatan rutin seperti pembiasaan upacara bendera dan senam serta baris-berbaris dan menyanyikan lagu wajib nasional sebelum masuk kelas setiap paginya, kegiatan spontan seperti pembiasaan membuang sampah pada tempatnya, serta kegiatan dengan keteladanan seperti guru yang menerapkan senyum, salam, sapa.

Namun implementasi metode pembiasaan karakter disiplin yang berlangsung di SD Negeri Margomulyo 1 belum sepenuhnya terlaksana secara maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan masih dijumpainya siswa yang belum terbiasa membuang sampah pada tempatnya. Didapati pula siswa yang belum terbiasa memanfaatkan waktu dengan baik seperti terlambat datang ke sekolah. Selain itu, juga masih dijumpai siswa yang bersikap acuh tak acuh ketika berpapasan dengan guru maupun tenaga pendidik yang lain. Fakta-fakta tersebut menjadi bukti bahwa implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di SD Negeri Margomulyo 1 belum terlaksana secara maksimal.


(25)

8

Peneliti melihat peran guru dalam mengimplementasikan metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin juga belum merata. Ada guru kelas yang masih peduli, ada guru kelas yang kadang-kadang masih peduli, adapula guru kelas yang acuh tak acuh terhadap implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin ini. Hal ini menyebabkan perbedaan karakter disiplin yang tercermin pada siswa. Siswa yang memiliki guru kelas yang peduli terhadap implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin sudah terkondisikan disiplin terhadap aturan yang berlaku di sekolah, namun sebaliknya, siswa yang memiliki guru kelas yang acuh tak acuh terhadap implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin masih sering melanggar aturan yang berlaku.

Namun selama observasi yang berlangsung di SD N Margomulyo 1 ini, peneliti juga mendapati seorang guru kelas yang paling konsisten dibandingkan dengan guru kelas yang lain, yaitu guru kelas V dalam mengimplementasikan metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin. Guru kelas V ini mengimplementasikan metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, maupun kegiatan dengan keteladanan bagi siswa kelas V baik di dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran yang dilakukan secara berulang-ulang dengan konsisten. Guru kelas V juga menerapkan denda dalam mengimplementasikan metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin ini apabila mendapati siswa yang kurang disiplin. Dengan pembiasaan denda ini diharapkan siswa kelas V


(26)

9

menjadi jera melanggar aturan yang sudah ditentukan oleh sekolah maupun guru kelas.

Oleh karena guru kelas V yang paling konsisten dalam mengimplementasikan metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin, maka peneliti hanya memfokuskan meneliti tentang: ”Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan Karakter Disiplin di Kelas V SD Negeri Margomulyo 1”. Dengan meningkatkan metode pembiasaan di kelas maupun di sekolah ini diharapkan siswa dapat membiasakan serta membudayakan karakter disiplin baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, sehingga dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasi permasalahan yaitu sebagai berikut.

1. Implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di SD Negeri Margomulyo 1 belum terlaksana secara maksimal.

2. Peran guru dalam mengimplementasikan metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di SD Negeri Margomulyo 1 belum merata. 3. Perbedaan karakter disiplin siswa yang memiliki guru kelas yang peduli serta

acuh tak acuh terhadap implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin.

4. Perlunya konsistensi semua guru kelas dalam implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin.


(27)

10 C. Fokus Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti memfokuskan masalah penelitian pada peran guru kelas V yang konsisten dalam implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V SD Negeri Margomulyo 1.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus masalah yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah yaitu: “Bagaimana implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V SD Negeri Margomulyo 1?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V SD Negeri Margomulyo 1.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini: 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini digunakan untuk mengembangkan keilmuan dan wawasan dalam kegiatan ilmiah. Pengembangan keilmuan ini dengan meneliti bagaimana implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karaketr disiplin di kelas V SD Negeri Margomulyo 1.

b. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi penelitian yang sejenis pada masa mendatang.


(28)

11 2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

1) Membiasakan siswa disiplin dalam mentaati peraturan yang ditentukan, secara khusus di sekolah.

2) Mengembangkan karakter disiplin siswa baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat.

b. Bagi guru

1) Guru dapat lebih inovatif dalam mengimplementasikan metode pembiasaan bagi para siswa.

2) Guru dapat menjalankan peran sebagai suri teladan perilaku disiplin bagi para siswa.


(29)

12 BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Istilah pendidikan karakter, kini sedang populer di kalangan masyarakat Indonesia terlebih pada dunia pendidikan. Sejak terjadi banyak kasus penyimpangan sosial yang dikarenakan moral manusia yang rendah, Pemerintah Indonesia menggalakkan pendidikan karakter dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan moral Bangsa Indonesia.

Pendidikan karakter diambil dari dua suku kata yang berbeda, yaitu pendidikan dan karakter. Kedua kata ini memiliki makna yang berbeda, yaitu pendidikan yang lebih merujuk pada kata kerja, sedangkan karakter lebih merujuk pada kata sifat. Artinya, melalui proses pendidikan diharapkan dapat menghasilkan sebuah karakter yang baik.

Lengeveld dalam Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu Khorida (2014: 18) berpendapat bahwa pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing kepada yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Manusia dewasa yang dimaksud adalah seorang pendidik, guru, atau pembimbing. Sedangkan manusia yang belum dewasa yang dimaksud adalah peserta didik, siswa, atau yang terbimbing. Dengan demikian, proses pendidikan dimaksudkan untuk mendewasakan anak.

Dwi Siswoyo (2007: 17) juga menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya jiwanya (akal, rasa, dan kehendak),


(30)

13

sosialnya dan moralitasnya. Dengan kata lain, pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam mempengaruhi kemampuan, kepribadian, dan kehidupan individu dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesama dan dunia, serta dalam hubungannya dengan Tuhan.

Sedangkan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 tentang Sisdiknas disebutkan pendidikan sebagai berikut.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dari beberapa pengertian pendidikan yang telah dijelaskan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu bentuk pembimbingan dan pengembangan potensi peserta didik supaya terarah dan mampu tertanam menjadi pribadi yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk bimbingan dan pengembangan yang dilakukan dapat secara sadar, terencana, dan sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.

Sementara itu, makna kata karakter menurut Thomas Lickona dalam Agus Wibowo (2012: 32) karakter merupakan sifat alami seseorang dalam menanggapi situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanisfestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Sedangkan menurut Zainal Aqib (2011: 30) karakter merupakan aktualisasi potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai moral dari luar menjadi bagian kepribadiannya. Berdasarkan beberapa pengertian karakter tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan perilaku manusia yang


(31)

14

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Setelah mengkaji makna pendidikan dan karakter secara terpisah, penulis akan menyajikan dan mengkaji beberapa pendapat tentang makna pendidikan karakter secara utuh sebagai berikut. Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona dalam Heri Gunawan (2012: 23) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlibat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Fakry dalam Gaffar Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu Khorida (2014: 22) menjelaskan pendidikan karakter adalah suatu proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Pendidikan karakter dapat diartikan pula sebagai usaha sadar untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara obyektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, melainkan untuk masyarakat secara keseluruhan.

Selain itu, Agus Wibowo (2012: 36) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah sebagai berikut.

Pendidikan karakter merupakan program pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur, dan menerapkan serta mempraktikkan dalam


(32)

15

kehidupannya, baik di lingkungan keluarga, warga masyarakat, maupun warga negara.

Dari beberapa pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa pokok dari pendidikan karakter adalah suatu bentuk pengarahan dan bimbingan supaya seseorang mempunyai tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan keberagaman. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik yang meliputi komponen; kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik kepada Allah Tuhan Yang Maa Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan sehingga menjadi manusia sempurna sesuai dengan kodratnya. Pendidikan karakter ini diharapkan dapat menciptakan generasi-generasi yang berkepribadian baik dan menjunjung asas-asas kebajikan dan kebenaran di setiap langkah kehidupan.

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

Setiap kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah pastilah memiliki tujuan atau hasil yang ingin dicapai. Begitu pula dengan pelaksanaan pendidikan karakter yang diimplementasikan sejak tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Menurut Heri Gunawan (2012: 30) pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.


(33)

16

Kemendiknas dalam Sri Narwanti (2011: 17) juga menjelaskan bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi karakter-karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Jika mempersempit sudut pandang pada tingkatan institusi, pelaksanaan pendidikan karakter mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar.

Selain memiliki tujuan yang ingin dicapai, pendidikan karakter juga memiliki fungsi sebagai berikut. Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.

Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa (2010: 4) pembangunan karakter bangsa secara fungsional memiliki tiga fungsi utama sebagai berikut. a. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi

Pembangunan karakter bangsa berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.


(34)

17 b. Fungsi perbaikan dan penguatan

Pembangunan karater bangsa berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah, untuk ikut berpartisipasi dan bertanggungjawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. c. Fungsi penyaring

Pembangunan karakter bangsa berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

3. Karakter yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter

Karakter yang dikembangkan dalam pendidikan karakter disesuaikan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Klasifikasi karakter yang dikembangkan dalam pendidikan karakter, diantaranya menurut Indonesian Heritage Foundation (IHF) dalam Majid (Heri Gunawan, 2012: 32) merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter, yaitu (1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya; (2) tanggungjawab; (3) jujur; (4) hormat dan santun; (5) kasih sayang, peduli, dan kerjasama; (6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; (7) keadilan dan kepemimpinan; (8) baik dan rendah hati; (9) toleransi, cinta damai, dan persatuan.

Sementara itu, Kemendiknas dalam Agus Wibowo (2012: 43-44) menjelaskan secara ringkas karakter-karakter yang harus ditanamkan kepada siswa, berikut deskripsinya.


(35)

18

Tabel 1. Karakter yang Dikembangkan di Sekolah

No Karakter yang Dikembangkan Deskripsi Perilaku

1. Karakter dalam hubungannya

dengan Tuhan Yang Maha Esa (Religius)

Berkaitan dengan nilai ini, pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai keTuhanan dan atau ajaran agamanya.

2. Karakter dalam hubungannya

dengan diri sendiri yang

meliputi:

Jujur Merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya

menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat

dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

Bertanggung jawab Merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan YME.

Bergaya hidup sehat Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang

baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

Disiplin Merupakan suatu tindakan yang menunjukkan

perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

Kerja keras Merupakan suatu perilaku yang menunjukkan

upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

Percaya diri Merupakan sikap yakin akan kemampuan diri

sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

Berjiwa wirausaha Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau

berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

Mandiri Suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah

tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

Cinta ilmu Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan

penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

3. Karakter dalam hubungannya


(36)

19

No Karakter yang Dikembangkan Deskripsi Perilaku

Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik atau hak diri sendiri dan orang lain serta tugas atau kewajiban diri sendiri serta orang lain.

Patuh pada aturan- aturan sosial Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan

berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi

masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

Santun Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata

bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

4. Karakter dalam hubungannya

dengan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

5. Karakter kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Nasionalis Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan

penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

Menghargai keberagaman Sikap memberikan respect atau hormat terhadap

berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

Sumber: Kemendiknas dalam Agus Wibowo (2012: 43-44)

Karakter-karakter tersebut adalah karakter Bangsa Indonesia yang perlu dikembangkan sejak dini melalui proses pendidikan secara khusus pendidikan karakter dari taman kanak-kanak bahkan hingga perguruan tinggi, sehingga tercetaklah generasi-generasi penerus bangsa yang berilmu serta berkepribadian baik.

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Pelaksanaan pendidikan karakter tidak semudah yang kita bayangkan, diperlukan persiapan-persiapan serta tenaga pendidik yang berkompeten, profesional, dan berkepribadian baik. Selain itu, dalam upaya melaksanakan


(37)

20

pendidikan karakter secara maksimal ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan.

Character Education Quality Standars dalam Dharma Kesuma dkk (2011: 68-69) merekomendasikan 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, yaitu sebagai berikut.

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter

b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk membangun karakter

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian

e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang, yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para peserta didik

h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang sama

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter

j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun pendidikan katakter

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik Prinsip-prinsip tersebut berfungsi sebagai acuan dasar dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Prinsip ini menjadi pegangan bagi kepala sekolah dalam monitoring kinerja staf-stafnya, perkembangan, dan dinamikanya. Sehingga setiap masalah dapat terdeteksi dan dicarikan solusinya secara praktis.

5. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter

Jamal Ma’mur Asmani (2011: 54-56) menjelaskan keberhasilan pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian beberapa indikator berikut:


(38)

21

a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja.

b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri. c. Menunjukkan sikap percaya diri.

d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas.

e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional.

f. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif.

g. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

h. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

i. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

j. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial.

k. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggungjawab.

l. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

m. Menghargai karya seni dan budaya nasional.

n. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya. o. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu

luang dengan baik.

p. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.

q. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; menghargai adanya perbedaan pendapat.

r. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana. s. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis

dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sederhana.

t. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah.

u. Memiliki jiwa kewirausahaan.

Secara umum pada tingkatan sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut. Berikut beberapa indikator yang menunjukkan pencapaian keberhasilan pendidikan karakter secara khusus karakter disiplin, yakni 1) mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam


(39)

22

lingkungan yang lebih luas; 2) menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman; dan 3) memanfaatkan waktu luang dengan baik serta berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.

B. Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan Karakter Disiplin

Menurut Heri Gunawan (2012: 90) menjelaskan bahwa metode (method), secara harafiah berasal dari dua suku kata, yaitu meta dan hodos, meta berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Metode diartikan sebagai cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode juga diartikan sebagai cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.

Berkaitan dengan metode implementasi pendidikan karakter anak khususnya dalam penerapan di sekolah, harus disesuaikan dengan perkembangan anak demi pencapaian peningkatan kemajuan anak didik. Ada beberapa metode implementasi pendidikan karakter yang dapat diterapkan oleh pendidik di sekolah, diantaranya metode keteladanan, metode pembiasaan, metode bermain, metode bernyanyi, dan metode karyawisata.

Salah satu metode yang telah disebutkan di atas, yaitu metode pembiasaan. Menurut Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu Khorida (2013: 172), metode pembiasaan adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berpikir, bersikap, bertindak sesuai dengan ajaran yang baik. Metode ini sangat praktis dalam pembinaan dan pembentukan karakter anak dalam meningkatkan pembiasaan-pembiasaan dalam melaksanakan suatu kegiatan di sekolah.


(40)

23

Memperkuat pendapat tersebut, Mulyasa (2013: 166) juga menjelaskan bahwa pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan dalam pendidikan hendaknya dimulai sedini mungkin karena pembiasaan akan membangkitkan internalisasi nilai dengan cepat. Sehingga dapat memaksimalkan mencetak manusia-manusia yang berkepribadian baik lebih banyak lagi.

Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang. Ivan Pavlov dan B.F. Skinner menjelaskan bahwa bentuk karakter yang menjadi kebiasaan baik mempunyai ciri, yaitu: 1) perilaku tersebut relatif menetap; 2) umumnya tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi, misalnya untuk dapat mengucapkan salam cukup fungsi berpikir berupa mengingat; 3) bukan sebagai hasil dari proses kematangan, tetapi sebagai akibat atau hasil pengalaman atau belajar; 4) tampil secara berulang-ulang sebagai respons terhadap stimulus yang sama.

Proses pembiasaan berawal dari peniruan, selanjutnya dilakukan pembiasaan di bawah bimbingan orang tua dan guru sehingga akan semakin terbiasa. Bila sudah menjadi kebiasaan yang tertanam jauh di dalam hatinya, maka orang tersebut kelak akan sulit untuk berubah dari kebiasaan itu. Pada intinya, pembiasaan adalah pengulangan. Dalam pembinaan sikap, metode pembiasaan sangat efektif digunakan karena akan melatih kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak sejak dini. Pembiasaan merupakan penanaman kecakapan-kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu, agar cara-cara yang tepat dapat dikuasai oleh


(41)

24

anak. Pembiasaan pada hakikatnya mempunyai implikasi yang lebih mendalam daripada penanaman cara-cara berbuat dan mengucapkan.

Kebiasaan terbentuk karena sesuatu yang dibiasakan, sehingga kebiasaan dapat diartikan sebagai perbuatan atau keterampilan secara terus-menerus, secara konsisten untuk waktu yang lama, sehingga perbuatan dan keterampilan itu benar-benar bisa diketahui dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Kebiasaan dapat juga diartikan sebagai gerak perbuatan yang berjalan dengan sendirinya. Perbuatan ini awalnya dikarenaka pikiran yang melakukan pertimbangan dan perencananaan, sehingga nantinya menimbulkan perbuatan yang apabila perbuatan ini diulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan.

Menurut Heri Gunawan (2012: 95), adapun kegiatan pembiasaan yang dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut.

1. Kegiatan rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan secara terjadwal, seperti upacara bendera, senam, memelihara kebersihan diri sendiri, dan lain sebagainya. 2. Kegiatan yang dilakukan secara spontan, yaitu pembiasaan yang dilakukan tidak terjadwal dalam kejadian khusus, seperti pembentukan perilaku memberi salam ketika berpapasan, membuang sampah pada tempatnya, melakukan antri, dan lain sebagainya.

3. Kegiatan dengan keteladanan, yaitu pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari-hari, seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik dan santun, datang ke sekolah dengan tepat waktu, dan lain sebagainya.

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, pembiasaan peserta didik akan lebih efektif jika ditunjang dengan keteladanan dari tenaga pendidik dan tenaga


(42)

25

kependidikan lainnya. Oleh karenanya metode ini dalam pelaksanaannya tidak akan terlepas dari metode keteladanan. Kebiasaan yang dilakukan secara terus-menerus ini yang dalam teori pendidikan akan membentuk karakter.

Dalam konteks ini, pelaksanaan metode pembiasaan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida (2013: 178-179) mengungkapkan beberapa kelebihan dan kekurangan tersebut ialah sebagai berikut.

a. Kelebihan Metode Pembiasaan

1) dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik

2) pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriah, tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniah

3) pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian peserta didik

b. Kekurangan Metode Pembiasaan

1) apabila telah tertanam kebiasaan buruk, sulit untuk dihilangkan

2) memerlukan pengawasan, supaya kebiasaan yang dilakukan tidak menyimpang

3) membutuhkan stimulus atau rangsangan, supaya anak dapat melakukan kebiasaan baiknya secara continue

C. Karakter Disiplin

1. Pengertian Karakter Disiplin

Disiplin berasal dari Bahasa Latin discere yang berarti belajar. Muncul pula kata disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Disiplin berasal dari


(43)

26

Bahasa Inggris yaitu disciple yang berarti pengikut atau murid. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), menyatakan bahwa disiplin adalah:

a. Tata tertib (di sekolah, di kantor, dan lain sebagainya) b. Ketaatan (kepatuhan) pada tata tertib

c. Bidang studi yang memiliki obyek dan sistem tertentu

Karakter disiplin merupakan salah satu karakter yang sedang ditransformasikan pada siswa melalui pendidikan karakter di sekolah-sekolah. Lebih lanjut, disiplin merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Ngainun Naim (2012: 142) yang menjelaskan bahwa disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah, dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih.

Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban. Kedisiplinan dapat ditanamkan sejak dini didalam keluarga, sekolah, dan kemudian di masyarakat dengan berbagai metode. Menurut Susilowati (2005: 34-35) individu yang berkarakter disiplin memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Ketaatan yaitu suatu sikap atau perilaku individu yang mengikuti apa-apa yang menurut dirinya perintah atau aturan yang harus dijalani dengan terlebih dahulu mempertimbangkan kebenaran perintah itu.

b. Kepatuhan yaitu sikap atau perilaku individu yang tunduk atas segala perintah dan aturan tanpa mengkaji terlebih dahulu benar tidaknya perintah itu.


(44)

27

c. Kesetiaan yaitu sikap atau perilaku individu yang dengan continue melaksanakan aturan atau perintah tanpa terpengaruh hal-hal yang menghalangi dirinya dalam melaksanakan aturan atau perintah itu.

d. Keteraturan yaitu sikap atau perilaku individu yang dalam melaksanakan aturan atau perintah mengikuti berulang secara tetap.

e. Ketertiban yaitu sikap atau perilaku individu yang dalam menjalankan aturan atau perintah urutan dan tahapan yang benar.

f. Komitmen yaitu sikap rasa tanggung jawab.

g. Konsisten yaitu sikap atau perilaku individu yang dalam menjalankan aturan atau perintah tidak tergoyahkan oleh gangguan atau teguh pendirian.

Ngainun Naim (2012: 146) dalam konteks pembelajaran di sekolah, ada beberapa bentuk kedisiplinan. Pertama, hadir di ruangan tepat pada waktunya. Kedisiplinan hadir di ruangan pada waktunya akan memacu kesuksesan dalam belajar. Kedua, tata pergaulan di sekolah. Sikap untuk berdisiplin dalam tata pergaulan di sekolah ini bisa diwujudkan dengan tindakan-tindakan menghormati semua orang yang bergabung di dalam sekolah, menghormati pendapat mereka, menjaga diri dari perbuatan-perbuatan dan sikap yang bertentangan dengan agama, saling tolong-menolong dalam hal yang terpuji serta harus selalu bersikap terpuji. Ketiga, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler juga merupakan sederetan program sekolah, peserta didik juga dituntut berdisiplin atau aktif mengikutinya dengan mencurahkan segala potensi yang mereka miliki, baik bersifat fisik, mental, emosional, dan intelektual. Keempat, belajar di rumah. Dengan kedisiplinan belajar di rumah peserta didik menjadi lebih ingat terhadap pelajaran yang akan dihadapi atau yang akan diberikan oleh gurunya sehingga peserta didik akan lebih paham terhadap suatu pelajaran.


(45)

28

2. Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Siswa

Unaradjan (2003: 46-56) mengemukakan pembentukan disiplin pada peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal dan faktor eksternal adalah:

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang datang dari individu sendiri dan tidak perlu adanya rangsangan dari luar, karena dalam diri seseorang sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu yang baik dan keinginan untuk melakukan suatu pelanggaran. Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku peserta didik, bagaimana peserta didik memandang dirinya akan tercermin dari keseluruhan perilakunya. Konsep diri terbentuk melalui proses belajar yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa.

Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan konsep diri peserta didik. Perilaku menyimpang di kalangan remaja merupakan suatu perbuatan atau tingkah laku yang bertentangan dan melanggar ketentuan-ketentuan, aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat serta perbuatan tersebut dianggap bisa mengganggu dan merugikan diri sendiri dan orang lain.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu atau disebut dengan lingkungan dimana anak itu tumbuh dan berada. Menurut Fitts dalam


(46)

29

Agustiani (2006: 39) konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut.

1) Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga.

2) Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain.

3) Aktualisasi diri atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang sebenarnya.

Adapun yang termasuk faktor eksternal adalah lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial masyarakat.

1) Keluarga

Keluarga sebagai tempat anak bersosialisasi tentunya sangat berperan dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Gunarsa (2002: 16) mengemukakan bahwa kemampuan pengendalian tingkah laku diri sendiri akan terbentuk melalui pendidikan yang dimulai dalam keluarga. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa keluarga (orang tua) sangat berperan dalam membentuk tingkah laku anak, sejak kecil anak harus diajarkan mengenai batas-batas dari tingkah lakunya sampai sejauhmana anak boleh melakukan sesuatu serta tidak melanggar hak temannya dan orang lain.

2) Sekolah

Sekolah sebagai salah satu tempat mempersiapkan generasi muda menjadi manusia dewasa dan berbudaya, tentunya akan berpengaruh terhadap pembentukan perilaku peserta didik, khususnya perilaku disiplin. Pembentukan perilaku peserta didik untuk berdisiplin memang tidaklah mudah mengingat


(47)

30

keanekaragaman karakter yang dimiliki oleh setiap peserta didik yang berbeda-beda menyebabkan anak melakukan pelanggaran yang berberbeda-beda pula. Mulyasa (2011: 46) mengemukakan bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam hal pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memulai dari dirinya sendiri dalam menanamkan karakter disiplin pada siswa melalui berbagai tindakan dan perilakunya.

3) Lingkungan Sosial Masyarakat

Selain lingkungan keluarga dan sekolah, lingkungan sosial masyarakat pun memiliki peran dalam pembentukan disiplin seseorang. Jika seseorang sudah terbiasa dalam mematuhi peraturan yang ditetapkan di keluarga dan sekolah, maka cenderung akan mematuhi peraturan di lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat memiliki aturan yang harus ditaati oleh setiap warganya oleh karena itu masyarakat memberikan pengaruh terhadap kedisiplinan seseorang, tetapi proses pengaruh ini berlangsung dalam proses yang lama dan dinamis mengikuti kemajuannya. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa faktor lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang melatarbelakangi proses dan hasil belajar peserta didik. Pengalaman dan perlakuan individu di dalam dan oleh lingkungan masyarakat akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan kepribadian individu termasuk didalamnya kecakapan-kecakapan, pengertian, sikap, penghargaan, kebiasaan dan sebagainya. Faktor lingkungan sosial masyarakat merupakan faktor yang berpengaruh dalam konsep diri. Konsep


(48)

31

diri tidak terbentuk secara instan melainkan karena berkembang dengan adanya hubungan lingkungan sekitar dalam berinteraksi yang akan memberikan gambaran tentang diri seseorang.

D. Perkembangan Moral Masa Kanak-kanak Akhir

Masa kanak-kanak akhir sering disebut juga sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak pada usia 6 tahun sampai masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada awal masuk sekolah sebagian anak mengalami gangguan keseimbangan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah, oleh karena itu guru atau pendidik perlu memahami semua siswa yang memiliki kebutuhan bervariasi. Kebutuhan siswa bervariasi sesuai dengan tahapan perkembangannya, meski pada umumnya meliputi kebutuhan fisik, kognitif, emosi, sosial, dan intelektual.

Rita Eka Izzaty dkk (2008: 103) menjelaskan tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir adalah:

1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain

2. Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri

3. Belajar bergaul dengan teman sebaya

4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita

5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung

6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari

7. Mengembangkan kata batin, moral, dan skala nilai

8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga 9. Mencapai kebebasan pribadi

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Lingkungan keluarga, sekolah, dan bahkan lingkungan teman sebaya secara bersama-sama akan mewarnai penyelesaian tugas perkembangan anak. Salah satu perkembangan


(49)

32

yang dialami oleh anak pada masa kanak-kanak akhir adalah perkembangan moral. Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat. Hurlock (2012: 110) mengungkapkan perilaku moral dikendalikan konsep-konsep moral peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok.

Kohlberg (2012: 88-96) menyatakan adanya enam tahap perkembangan moral. Keenam tahap tersebut terjadi pada tiga tingkatan, yakni tingkatan:

a. Tingkat I; Pra-konvensional, yang terdiri dari stadium 1 dan 2

Penalaran Prakonvensional adalah tingkat terendah dari penalaran moral menurut Kohlberg. Pada tingkat ini, baik dan buruk diinterpetasikan melaui reward (imbalan) dan punishment (hukuman) eksternal.

Pada stadium 1. Moralitas heteronom adalah tahap pertama pada tingkat penalaran prakonvensional. Anak berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman. Anak menganggap baik atau buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya. Anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Ia harus menurut atau kalau tidak, akan memperoleh hukuman.

Pada stadium 2. Individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran adalah tahap kedua dari penalaran prakonvensional. Berlaku prinsip Relativistik-Hedonism. Pada tahap ini, anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada di luar dirinya, atau ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian mempunyai beberapa segi. Jadi, ada relativisme.


(50)

33

Relativisme ini artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan seseorang (hedonistik).

b. Tingkat II; Konvensional, yang terdiri dari stadium 3 dan 4

Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau menengah dalam teori perkembangan Kohlberg. Pada tingkat ini, individu memberlakukan standar tertentu, tetapi standar ini ditetapkan oleh orang lain, misalnya orang tua atau pemerintah.

Stadium 3. Ekspektasi interpersonal mutual, hubungan dengan orang lain, dan konformitas interpersonal. Tahap ini menyangkut orientasi mengenai anak yang baik. Pada stadium ini, anak memasuki unsur belasan tahun, di mana anak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain.

Stadium 4. Moralitas sistem sosial adalah tahap keempat menurut Kohlberg. Pada tahap ini, individu mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas. Pada stadium ini perbuatan baik yang diperlihatkan seseorang bukan hanya agar dapat diterima oleh lingkungan masyarakatnya, melainkan bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan-aturan atau norma-norma sosial. Jadi perbuatan baik merupakan kewajiban untuk ikut melaksanakan aturan-aturan yang ada, agar tidak timbul kekacauan.

c. Tingkat III; Pasca konvensional, yang terdiri dari stadium 5 dan 6

Penalaran pascakonvensional adalah tingkatan tertinggi dalam Teori Kohlberg. Pada tingkatan ini, individu menyadari adanya jalur moral alternatif, mengeksplorasi pilihan ini, atau memutuskan berdasarkan kode moral personal.


(51)

34

Stadium 5. Kontrak atau utilitas sosial dan hak individu. Tahap ini merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Pada stadium ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial, dengan masyarakat. Seseorang harus memperlihatkan kewajibannya, harus sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial karena sebaliknya, lingkungan sosial atau masyarakat akan memberikan perlindungan kepadanya.

Stadium 6. Tahap ini disebut Prinsip Universal. Pada tahap ini ada norma etik di samping norma pribadi dan subyektif. Dalam hubungan dan perjanjian antara seseorang dengan masyarakatnya ada unsur-unsur subyektif yang menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak baik. Subyektivisme ini berarti ada perbedaan penilaian antara seorang dengan orang lain. Dalam hal ini, unsur etika akan menentukan apa yang boleh dan baik dilakukan atau sebaliknya.

Sesuai dengan pernyataan di atas, bahwa perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin yang mana erat kaitannya dengan aturan, norma, dan etika tanpa terkecuali aturan, norma, dan etika yang berlaku di sekolah.

E. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(52)

35

1. Bagaimana implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin melalui kegiatan rutin di kelas V SD Negeri Margomulyo 1?

a. Apa sajakah yang dilakukan guru kelas V dalam implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin melalui kegiatan rutin di dalam proses pembelajaran kelas V SD Negeri Margomulyo 1?

b. Apa sajakah yang dilakukan guru kelas V dalam implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin melalui kegiatan rutin di luar proses pembelajaran di kelas V SD Negeri Margomulyo 1?

2. Bagaimana implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin melalui kegiatan spontan di kelas V SD Negeri Margomulyo 1?

a. Apa sajakah yang dilakukan guru kelas V dalam implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin melalui kegiatan spontan di dalam proses pembelajaran kelas V SD Negeri Margomulyo 1?

b. Apa sajakah yang dilakukan guru kelas V dalam implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin melalui kegiatan spontan di luar proses pembelajaran di kelas V SD Negeri Margomulyo 1?

3. Bagaimana implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin melalui kegiatan dengan keteladanan di kelas V SD Negeri Margomulyo 1?

a. Apa sajakah yang dilakukan guru kelas V dalam implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin melalui kegiatan dengan keteladanan di dalam proses pembelajaran kelas V SD Negeri Margomulyo 1?


(53)

36

b. Apa sajakah yang dilakukan guru kelas V dalam implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin melalui kegiatan dengan keteladanan di luar proses pembelajaran di kelas V SD Negeri Margomulyo 1?


(54)

37 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Andi Prastowo (2010: 24) menjelaskan penelitian dengan pendekatan kualitatif sebagai berikut.

Penelitian dengan pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang sistematis untuk mengkaji atau meneliti suatu obyek pada latar belakang ilmiah tanpa ada manipulasi didalamnya dan tanpa ada pengujian hipotesis dengan metode-metode ilmiah serta diharapkan bukan berdasarkan generalisasi berdasarkan ukuran kualitas-kualitas, namun makna dari fenomena yang diamati.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif karena peneliti akan mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia mengenai implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V SD Negeri Margomulyo 1. Peneliti bertujuan untuk mengetahui dan memberikan gambaran secara apa adanya mengenai implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang telah dilakukan.

Sugiyono (2008: 8) berpendapat bahwa penelitian kualitatif sering disebut juga metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.


(55)

38

Fokus dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan secara detail dan mendalam mengenai implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin. Hal yang diteliti dalam penelitian berkaitan dengan kegiatan rutin, kegiatan spontan, serta kegiatan dengan keteladanan yang dilakukan guru kelas V dalam implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin.

B. Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Margomulyo 1. Alamat: Mriyan, Margomulyo, Seyegan, Sleman, Yogyakarta. Hal ini dikarenakan SD Negeri Margomulyo 1 ini sudah menerapkan metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin, kemudian difokuskan di kelas V karena diantara guru kelas yang lain, guru kelas V paling konsisten dalam menerapkan metode pembiasaan ini sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui proses implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin yang dilakukan oleh guru kelas V terhadap siswa kelas V di SD Negeri Margomulyo 1 ini.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 1 tahun, yakni mulai bulan Januari 2015- Januari 2016.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan subyek dan obyek yang digunakan untuk memperoleh data.


(56)

39 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang akan diperoleh datanya untuk penelitian. Penelitian ini menentukan subyek dengan teknik pengambilan secara purposive sampling, dimana penentuannya dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan dalam penelitian ini adalah yang berkaitan langsung dengan implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin. Oleh karena itu, subyek dalam penelitian ini berjumlah 3 guru yang mengajar di kelas V yang terdiri dari 1 guru kelas V dan 2 guru mata pelajaran umum, serta siswa-siswi yang dikenai kegiatan dari metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin yaitu 29 siswa-siswi kelas V SD Negeri Margomulyo 1. Adapun tujuan pemilihan guru kelas V dan guru mata pelajaran umum sebagai subyek penelitian yaitu guru berperan sebagai pelaksana metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V, sedangkan tujuan siswa-siswi kelas V SD Negeri Margomulyo 1 sebagai subyek penelitian yaitu siswa-siswi sebagai sasaran dari implementasi kegiatan-kegiatan yang merupakan bagian dari metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah informasi yang didapat dari subyek penelitian. Obyek dalam penelitian ini adalah kegiatan-kegiatan yang merupakan bagian dari metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin yang diterapkan bagi siswa-siswi kelas V SD Negeri Margomulyo 1. Pembiasaan pendidikan karakter disiplin dijadikan obyek penelitian karena pembiasaan ini merupakan salah satu


(57)

40

metode untuk mengembangkan karakter disiplin yang sudah diterapkan di SD Negeri Margomulyo 1, terutama di kelas V.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2008: 224) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Nana Syaodih Sukmadinata (2013: 220-221) observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Beliau juga menjelaskan bahwa sebelum melakukan pengamatan sebaiknya peneliti atau pengamat menyiapkan pedoman observasi. Dalam penelitian kualitatif, pedoman observasi ini hanya berupa garis-garis besar atau butir-butir umum kegiatan yang akan diobservasi. Rincian dari aspek-aspek yang diobservasi dikembangkan di lapangan dalam proses pelaksanaan observasi.

Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung tentang kondisi yang terjadi di lapangan atau pengamatan langsung implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V SD Negeri Margomulyo 1, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman. Melalui teknik observasi ini diperoleh data secara kualitatif mengenai metode pembiasaan untuk mengembangkan


(58)

41

karakter disiplin yang diterapkan oleh guru kelas V di kelas V SD Negeri Margomulyo 1, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman. Dalam observasi ini yang diamati adalah kegiatan-kegiatan yang merupakan implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin yang diterapkan di kelas V SD Negeri Margomulyo 1, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman. Observasi dalam penelitian ini dilakukan kepada guru kelas V, guru mata pelajaran umum, dan siswa-siswi kelas V SD Negeri Margomulyo 1.

2. Wawancara

Nana Syaodih Sukmadinata (2013: 216) wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Adakalanya juga wawancara dilakukan secara kelompok, jika bertujuan untuk menghimpun data dari kelompok seperti kelompok belajar atau kelompok bermain.

Dalam penelitian ini, teknik wawancara dilakukan kepada guru kelas V, guru mata pelajaran dan siswa. Isi dari wawancara sesuai dengan fokus masalah yaitu implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V SD Negeri Margomulyo 1, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, dan kegiatan dengan keteladanan baik di dalam maupun di luar proses pembelajaran.

3. Dokumentasi

Sugiyono (2008: 240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental


(59)

42

dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Melalui teknik dokumentasi ini, peneliti menggunakan dokumentasi foto dan dokumentasi administrasi. Dokumentasi foto berupa foto proses implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin dan obyek lain yang berkaitan dengan metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin. Dokumentasi administrasi berupa pengumpulan dokumen-dokumen administrasi guru dan sekolah yang berhubungan dengan metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V SD Negeri Margomulyo 1 baik secara langsung maupun tidak langsung.

E. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2008: 222) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Adapun jenis-jenis instrumen untuk membantu peneliti dalam pengumpulan data adalah pedoman observasi, pedoman wawancara serta pedoman studi dokumentasi sebagai berikut.

1. Pedoman Observasi

Nasution dalam Sugiyono (2008: 226) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Sedang Marshall juga menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut.

Dalam penelitian ini untuk memperoleh data menggunakan teknik observasi tentang implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter


(60)

43

disiplin. Tempat yang digunakan untuk observasi adalah di dalam kelas maupun di luar kelas, peneliti mengamati pembiasaan yang dilakukan oleh guru kelas V terhadap siswa kelas V. Observasi yang dilakukan termasuk dalam observasi partisipatif moderat karena peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan tetapi tidak semuanya. Berikut ini kisi-kisi observasi yang digunakan peneliti untuk memperoleh data. (instrumen observasi terlampir)

Tabel 2. Kisi-kisi Intrumen Observasi

No. Aspek Sub Aspek Indikator Item

Implementasi Metode Pembiasaan

1. Kegiatan

Rutin

A. Di Dalam

Proses Pembelajaran

1) Memulai kegiatan belajar

dengan doa pembuka

2) Mengucapkan salam pembuka

3) Mengakhiri kegiatan belajar

dengan doa penutup

4) Memberi salam penutup pada guru

1 2 8 9

B. Di Luar

Proses Pembelajaran

1) Memakai seragam sesuai dengan

jadwal yang ditentukan sekolah

2) Melaksanakan piket kelas sesuai

jadwal yang ditentukan

3) Menggunakan sepatu berwarna

hitam ketika upacara rutin

4) Menggunakan topi ketika upacara

rutin

5) Menggunakan sabuk berwarna

hitam ketika upacara rutin

6) Mengikuti senam rutin yang

diadakan sekolah

7) Mengikuti les tambahan dengan

rutin

8) Melaksanakan ibadah sesuai

dengan agama masing- masing

9) Mengikuti upacara rutin yang

diadakan sekolah

10)Mengikuti ekstrakurikuler wajib yang diadakan sekolah

11 14 17 18 19 23 27 28 31 32

2. Kegiatan

Spontan

A. Di Dalam

Proses Pembelajaran

1)Menjawab pertanyaan dengan

mengacungkan jari

2)Menyimak guru ketika menjelaskan

materi

3)Mengacungkan jari ketika ingin

bertanya.

3 4 5


(1)

Gambar 32. Pembiasaan Disiplin melalui Kegiatan Spontan Membeli Jajanan di Kantin

Sekolah

Gambar 33. Pembiasaan Disiplin melalui Kegiatan Rutin Setiap Pagi oleh Sekolah yaitu

Jasa Penyeberangan Siswa-siswi SD Negeri Margomulyo 1

Gambar 34. Pengembangan Karakter Disiplin melalui Poster

Gambar 35. Pengembangan Karakter Disiplin melalui Poster


(2)

Gambar 38. Siswa Terkondisikan Mencuci Tangan yang Kotor


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PERAN DESA DALAM MENGEMBANGKAN SEKTOR EKONOMI MASYARAKAT SAMIN (Studi di Dusun Jepang Desa Margomulyo, Kec. Margomulyo, Kab. Bojonegoro)

0 5 2

IDENTIFIKASI KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN SISWA DI SD NEGERI 01 BOLONG Identifikasi Kegiatan Pramuka Dalam Mengembangkan Karakter Disiplin Siswa Di SD Negeri 01 Bolong Karanganyar.

0 2 14

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LUAS BANGUN DATAR MELALUI ALAT PERAGA DI MIM MARGOMULYO KARANGANYAR ( PTK Kelas V MIM Margomulyo Karanganyar ).

0 1 7

Miskonsepsi IPA Fisika kelas V semester 2 SD Negeri Se-Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman.

0 0 215

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK KELOMPOK B TK ABA MARGOMULYO SEYEGAN SLEMAN.

0 3 172

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LOKASI: SMK NEGERI 1 SEYEGAN Jalan Kebonagung Km. 8 Jamblangan, Margomulyo, Seyegan, Sleman Telp./Fax. (0274) 866442, email: smkn1seyegan@gmail.com.

0 2 136

PENGEMBANGAN KAROPHI (KARAMBOL OPERASI HITUNG) UNTUK KELAS IV SD NEGERI PETE KECAMATAN SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA.

2 9 125

Implementasi metode pembiasaan kegiatan keagamaan untuk mengembangkan nilai-nilai karakter siswa di MTs Negeri Surabaya I.

1 8 164

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN HARGA DIRI ANAK USIA SEKOLAH DI DUSUN JUMENENG MARGOMULYO SEYEGAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009 NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN HARGA DIRI ANAK USIA SEKOLAH DI DUSUN JUMENENG MARGOMULYO SEYEGAN SLE

0 0 18

HUBUNGAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI MARGOMULYO 1 SEYEGAN SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 20112012

0 2 175