DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT (PKM) BAGI WARGA BELAJAR DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT HARAPAN BANGSA, DESA PETIR, KECAMATAN KALIBAGOR, KABUPATEN BANYUMAS.

(1)

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT (PKM) BAGI WARGA BELAJAR DI PUSAT KEGIATAN

BELAJAR MASYARAKAT HARAPAN BANGSA, DESA PETIR, KECAMATAN KALIBAGOR, KABUPATEN BANYUMAS

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Septi Ningsih NIM 11102241031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

 Ketika anda mampu memperkejakan orang yang lebih pintar dari anda, maka anda telah membuktikan bahwa anda lebih pintar dari mereka (R. H. Grant)

 Sukses itu “menular”, begitu juga dengan kemiskinan pikiran akan menular.

Untuk itu, bergaulah dengan orang-orang hebat dan sukses agar “menular” pada anda (Ir. Hendro)

 Tidak ada yang tidak mungkin bagi mereka yang percaya dirinya bisa melakukan hal-hal yang besar (Penulis)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini adalah karya saya sendiri dan dengan rahmat Allah SWT, karya ini saya persembahkan untuk:

1. Ayahanda, Ibunda tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya dan memanjatkan doa-doa yang mulia untuk keberhasilan penulis dalam menyusun karya ini.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu,

pengetahuan dan banyak sekali pengalaman.

3. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kesempatan untuk belajar.


(7)

vii

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN

KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT (PKM) BAGI WARGA BELAJAR DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT HARAPAN BANGSA,

DESA PETIR, KECAMATAN KALIBAGOR, KABUPATEN BANYUMAS

Oleh Septi Ningsih NIM 11102241031

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: (1) Pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat; (2) Hasil pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat; (3) Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat; (4) Dampak pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat bagi warga belajar di PKBM Harapan Bangsa, Desa Petir, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah penyelenggara program, tutor, dan warga belajar program PKM di PKBM Harapan Bangsa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu dengan pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah display data, reduksi, dan penarikan kesimpulan. Trianggulasi sumber dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dari berbagai narasumber dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Program pendidikan kewirausahaan masyarakat di PKBM Harapan Bangsa dilakukan dengan 5 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan pendampingan; (2) Hasil dari pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat yaitu warga belajar mempunyai kemampuan untuk berwirausaha; (3) Faktor pendukung pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat, yaitu: ketersediaan modal, dukungan dari lembaga, motivasi dan semangat warga belajar yang tinggi, serta dukungan dari keluarga dan masyarakat sekitar. Faktor penghambatnya, yaitu: terbatasnya lahan, dan terbatasnya warga belajar yang dilatih serta anggaran dana pelatihan; (4) Dampak pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat bagi warga belajar secara ekonomi,yaitu: mempunyai usaha sendiri, meningkatnya pendapatan ekonomi, dan tercukupinya kebutuhan rumah tangga. Dampak psikologis, yaitui: meningkatnya rasa percaya diri, dan kerja keras dalam berwirausaha. Dampak sosial, yaitu: meningkatnya partisipasi aktif warga belajar dalam organisasi masyarakat, penambahan relasi, dan peningkatan kemampuan untuk membagikan pengetahuan cara budidaya ikan lele kepada orang lain.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga pada kesempatan yang baik ini saya dapat menyelesaikan skripsi guna memperoleh gelar sarjana pendidikan, di Universitas Negeri Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas kerjasama, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya berjalan lancar. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan kelancaran di

dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Yoyon Suryono, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.

5. Ketua dan pengurus PKBM Harapan Bangsa beserta warga belajar lulusan program pendidikan kewirausahaan masyarakat atas izin penelitian yang diberikan

6. Bapak dan ibu tercinta terimakasih untuk setiap doa, perih, dan keringat yang beliau relakan demi kelancaran penyusunan skripsi ini. Adik-adik ku tersayang, terima kasih untuk setiap semangat yang telah kalian berikan.


(9)

ix

7. Topo Bidiyanto yang telah memberikan doa, motivasi, dan masukannya untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

8. Sahabatku tercinta yaitu Nuansa, Irma, Ferry, Intan, Tyas, dan Rina yang telah memberikan masukan, motivasi, dan persahabatannya.

9. Teman-teman Jurusan Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2011 terimakasih telah berbagi cerita, cinta, dan doa.

10.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu saya dalam penyelesaian studi dan skripsi ini.

Dengan segenap kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas segala bantuan, doa, bimbingan dan dukungan yang telah diberikan kepada saya. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 24 Agustus 2015


(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ..………... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 11

1. Pendidikan Luar Sekolah ... a. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah ... 11 11 b. Peran Pendidikan Luar Sekolah ... c. Program Pendidikan Luar Sekolah ... 12 14 d. Asas Pendidikan Luar Sekolah ... 14


(11)

xi

2. Manajemen dan Dampak Program ... 16

a. Pengertian Manajemen Program ... 16

b. Fungsi Manajemen Program ... 16

c. Pengertian Dampak Program ... 18

d. Dampak Program terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat ... 21

3. Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat ... a. Pendidikan ... 1) Pengertian Pendidikan ... 2) Tujuan Pendidikan ... 3) Ciri Umum Pendidikan ... 4) Faktor-faktor Pendidikan ... 23 23 23 24 25 25 b. Kewirausahaan ... 26

1) Pengertian Kewirausahaan ... 26

2) Sikap Kewirausahaan ... 26

3) Tujuan Kewirausahaan ... 28

4) Manfaat Kewirausahaan ... 28

5) Asas Kewirausahaan ... 29

c. Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat ... 29

1) Pengertian Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat ... 29

2) Tujuan Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat ... 29

3) Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat ... 30

4) Proses Belajar Mengajar Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat ... 30

4. Kajian tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 31 a. Pengertian PKBM ...

b. Tujuan PKBM ... c. Fungsi PKBM ... d. Azas PKBM ...

31 32 33 35 B. Penelitian yang Relevan ...


(12)

xii

C. Kerangka Berpikir ... 36

D. Pertanyaan Penelitian ... 38

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 40

B. Penentuan Subjek Penelitian ... 41

C. Setting, Waktu dan Tempat Penelitian ... 41

D. Metode Pengumpulan Data ... 42

1. Observasi ... 42

2. Wawancara ... 43

3. Dokumentasi ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Teknik Analisis Data ... 46

G. Keabsahan Data ... 47

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 49

1. Deskripsi Lembaga PKBM Harapan Bangsa ... 49

2. Visi dan Misi Lembaga PKBM Harapan Bangsa ... 51

3. Tujuan Lembaga PKBM Harapan Bangsa ... 52

4. Sasaran Lembaga PKBM Harapan Bangsa ... 52

5. Program Lembaga PKBM Harapan Bangsa ... 52

6. Struktur Organisasi PKBM Harapan Bangsa ... 53

7. Susunan Pengurus PKBM Harapan Bangsa ... 54

8. Tata Tertib PKBM Harapan Bangsa ... 54

9. Sarana dan Prasarana PKBM Harapan Bangsa ... 56

B. Data Hasil Penelitian ... 57

1. Pelaksanaan Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat di PKBM Harapan Bangsa ... 57

a. Perencanaan pembelajaran program yang dilakukan oleh PKBM Harapan Bangsa ... 58


(13)

xiii

b. Pelaksanaan pembelajaran program yang dilakukan oleh PKBM Harapan Bangsa ...

63

c. Monitoring program yang dilakukan oleh PKBM Harapan

Bangsa ... 71 d. Penilaian program yang dilakukan oleh PKBM Harapan

Bangsa ... 72 e. Pendampingan ... 75 2. Hasil Pelaksanaan Program Pendidikan Kewirausahaan

Masyarakat di PKBM Harapan Bangsa ... 76 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program

Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat di PKBM Harapan

Bangsa ... 77 4. Dampak Pelaksanaan Program Pendidikan Kewirausahaan

Masyarakat di PKBM Harapan Bangsa ... 82 C. Pembahasan ... 92

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 101 B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

105 107


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data ... 45

Tabel 2. Susunan Pengurus PKBM Harapan Bangsa ... 54

Tabel 3. Sarana dan Prasarana PKBM Harapan Bangsa ... 56

Tabel 4. Jadwal Penyelenggaraan Program ... 62

Tabel 5. Standar kompetensi dan kompetensi dasar program kewirausahaan 64 Tabel 6. Daftar Warga Belajar Pengembangan Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat... 67


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Rangkaian Fungsi Manajemen ... Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir ... Gambar 3. Peta Administrasi Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyuma... Gambar 4. Struktur Organisasi PKBM Harapan Bangsa ...

18 38 49 53


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 107

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 108

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ... 109

Lampiran 4. Catatan Lapangan ... 118

Lampiran 5. Display, Reduksi, dan Kesimpulan Wawancara ... 138

Lampiran 6. Hasil Dokumentasi Foto ... 150

Lampiran 7. Profil Lembaga PKBM Harapan Bangsa ... 154


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan manusia di Indonesia, karena dengan pendidikan yang berkualitas maka akan dapat mencerdaskan suatu bangsa, oleh karena itu pendidikan di Indonesia sangat perlu untuk dikembangkan. Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Menurut UU No. 20 tahun 2003, “pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, ketrampilan, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Undang -Undang RI, 2003: 3).

Permasalahan pendidikan masih mewarnai berbagai daerah di Indonesia. Permasalahan tersebut meliputi tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah, kurangnya akses pendidikan, banyak masyarakat putus sekolah, dan kesenjangan pendidikan. Permasalah pendidikan tersebut mengakibatkan timbulnya masalah-masalah sosial yang lain seperti pengangguran karena masyarakat tidak mampu untuk ikut bersaing di dunia kerja dengan bekal pendidikan yang rendah. Jawa Tengah merupakan suatu provinsi yang ada di Indonesia dengan jumlah pengangguran terbuka sebesar 1,1 juta jiwa dari total jumlah angkatan kerja sebesar 17,76 juta jiwa (BPS Provinsi Jawa Tengah, 2014)


(18)

2

Data BPS Kabupaten Banyumas, menunjukan bahwa setiap tahun angka pengangguran di wilayah Kabupaten Banyumas terus meningkat. Data dari Pemerintah Kabupaten Banyumas Jawa Tengah pada tahun 2011 menyebutkan 127 ribu jiwa masih menganggur. Meski tergolong tinggi, jumlah tersebut tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya yang pernah mencapai 152 ribu jiwa (BPS Kabupaten Banyumas, 2011). Cara mengatasi pengangguran di daerah-daerah di Indonesia memang tidak mudah, butuh kerjasama antara pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan. Pemerintah telah melakukan beberapa cara untuk dapat mengatasi pengangguran, yaitu dengan memberikan pendidikan gratis bagi masyarakat kurang mampu, dengan pendidikan maka akan memperoleh pengetahuan yang lebih banyak sehingga lebih mudah dalam mencari pekerjaan. Dengan mendirikan tempat-tempat pelatihan keterampilan seperti kursus menjahit, atau pelatihan membuat kerajinan tangan, sehingga orang yang tidak berpendidikan tinggi bisa bekerja dengan modal keterampilan yang sudah dimiliki.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah pengangguran adalah dengan mengembangkan program-program pendidikan kewirausahaan bagi masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan. “Suatu negara bisa menjadi makmur bila ada entrepreneur sedikitnya 2% sekitar 4,7 juta jiwa dari jumlah penduduk, namun kenyataannya di Indonesia hanya ada 1,56 % sekitar 3,7 juta jiwa” (Suryana, 2010: 14). Maka tidak mengherankan kalau kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih tertinggal jika dibandingkan dengan Negara-negara lain. Hal ini


(19)

3

karena warga Indonesia lebih suka bekerja pada perusahaan milik orang lain, dari pada berwirausaha.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya sebagai penunjang program pendidikan kewirausahaan, termasuk diantaranya dalam kebijakan program pendidikan non formal melalui pendidikan kewirausahaan masyarakat.

“Pendidikan kewirausahaan masyarakat merupakan program pelayanan pendidikan kewirausahaan dan keterampilan usaha yang diselenggarakan oleh lembaga kursus dan pelatihan (LKP), atau satuan PNF lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan peluang usaha yang ada di masyarakat” (Dirjen PAUDNI, 2013). Hal tersebut dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 5 yang menyebutkan bahwa: “Pelatihan dan kursus diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”. Penyelenggaraan program ini adalah satuan pendidikan non formal seperti lembaga kursus dan pelatihan (LKP), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), kelompok belajar dan satuan pendidikan non formal yang sejenis. Selain itu program tersebut dapat dilaksanakan oleh Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) serta yayasan sosial lainnya.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan salah satu lembaga yang dapat mengadakan program pendidikan kewirausahaan


(20)

4

masyarakat. Menurut UNESCO dalam Mustofa Kamil (2011: 85), bahwa PKBM merupakan:

“Sebuah lembaga pendidikan yang dilaksanakan di luar sistem pendidikan formal, diarahkan untuk masyarakat pedesaan dan perkotaan dengan dikelola oleh masyarakat itu sendiri serta memberi kesempatan kepeda masyarakat untuk dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan masyarakat supaya dapat meningkatkan kualitas

hidupnya.”

Di kota Banyumas sendiri tidak semua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) mempunyai program pendidikan kewirausahaan masyarakat dalam upaya untuk mengatasi pengangguran dikalangan masyarakat desa. PKBM Harapan Bangsa yang mampu mewujudkan tujuan dari program Pemerintah terutama dalam bidang pendidikan non formal, melalui program pendidikan kewirausahaan masyarakat, yaitu berupa pelatihan keterampilan yang bertujuan untuk memberikan modal pengetahuan dan keterampilan kepada keluarga menengah ke bawah.

PKBM Harapan Bangsa di Kabupaten Banyumas berada di desa Petir, kecamatan Kalibagor yang merupakan daerah pedesaan. Mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah buruh, tani dan pedagang. Tingkat pendidikan dari warga masyarakatnya adalah lulusan SD dan SMP atau sederajat bahkan ada yang tidak tamat sekolah dasar sehingga kurang mempunyai bekal ketrampilan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan hidup. Menurut data BPS Kabupaten Banyumas (2013), warga masyarakat desa Petir sebagian besar tidak tamat sekolah dasar yaitu sekitar 687 jiwa, warga masyarakat yang tamat SD ada 378 jiwa dan yang tamat SMP ada 378 jiwa. Masyarakat di desa Petir sebagian masih banyak masyarakat yang kurang


(21)

5

mampu atau miskin, oleh karena itu perlu adanya keterampilan baru yang dapat membantu mengentaskan kemiskinan pada masyarakat yang kurang mampu. Masih adanya masyarakat yang berada pada tingkatan belum sejahtera maka program pendidikan kewirausahaan masyarakat di PKBM Harapan Bangsa melalui pelatihan budidaya ikan lele pada tahun 2014 bagi masyarakat di wiliyah tersebut dimaksud untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat dengan memfasilitasi keterampilan.

Proses pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat melalui pelatihan budidaya ikan lele di PKBM Harapan Bangsa masih dirasa kurang berhasil karena dari sepuluh jumlah warga belajar hanya tujuh yang membuat usaha mandiri. Dalam pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat, ada kekhawatiran bahwa program ini akan bernasib sama dengan program-program kewirausahaan lain yang diluncurkan pemerintah namun keberhasilannya meragukan. Pengalaman program yang gagal, tentu akan berimbas pada keberlangsungan program itu sendiri. Pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat melalui pelatihan budidaya ikan lele masih mengalami berbagai kendala seperti analisis kebutuhan yang tidak sesuai antara jenis keterampilan, proses pembelajaran, serta masih sulitnya mengubah pola pikir masyarakat.

Tanggung jawab PKBM sebagai lembaga penyelenggara program tidak hanya berhenti setelah warga belajar selesai mengikuti program pelatihan, tetapi tetap melakukan pendampingan program pasca program pelatihan selesai. Pendampingan tersebut berupa pendampingan oleh tutor dan pihak


(22)

6

penyelenggara kepada kelompok usaha mandiri, serta layanan konsultasi untuk warga belajar apabila menemui kendala dalam kegiatan praktik atau pemasaran. Program pendidikan kewirausahaan masyarakat di PKBM Harapan Bangsa melalui pelatihan budidaya ikan lele telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan November 2014. Tujuan dari program pelaksanaan pendidikan kewirausahaan masyarakat pelatihan budidaya ikan lele adalah untuk memberikan bekal keterampilan kepada warga belajar agar dapat membuat usaha secara mandiri.

Program pendidikan kewirausahaan masyarakat sampai saat ini belum menunjukkan dampak yang jelas bagi warga belajar baik dari segi ekonomi, psikologis, maupun sosial. Begitu juga pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat di PKBM Harapan Bangsa sampai saat ini belum ada data mengenai berhasil atau tidaknya PKBM dalam melaksanakan program. Dengan demikian penulis ingin mengkaji dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat melalui pelatihan budidaya ikan lele yang diselenggarakan oleh PKBM Harapan Bangsa, sehingga dapat diketahui manfaat dari pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat bagi warga belajar di PKBM Harapan Bangsa.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mengambil judul “Dampak Pelaksanaan Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat bagi Warga Belajar di PKBM Harapan Bangsa, Desa Petir, Kecamatan Kalibagor,


(23)

7 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Dilihat dari data BPS Banyumas jumlah angka pengangguran di Banyumas masih tinggi yaitu 127 ribu jiwa.

2. Masih adanya warga masyarakat di daerah PKBM Harapan Bangsa yang berada di tingkatan masyarakat yang belum sejahtera.

3. Tingkat pendidikan dari warga masyarakat di desa Petir adalah lulusan SD dan SMP atau sederajat yang kurang mempunyai bekal ketrampilan. 4. Pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat melalui

pelatihan budidaya ikan lele di PKBM Harapan Bangsa masih dirasa kurang tepat, karena sulitnya mengubah pola pikir masyarakat.

5. Program pendidikan kewirausahaan masyarakat melalui pelatihan budidaya ikan lele di PKBM Harapan Bangsa masih dirasa kurang berhasil.

6. Penyelenggaraan program pendidikan kewirausahaan masyarakat belum terkait dengan peningkatan ekonomi warga belajar karena program pendidikan kewirausahaan masyarakat belum banyak.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada hasil identifikasi masalah diatas dengan keterbatasan peneliti yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah pada dampak pelaksanaan program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (PKM) bagi Warga Belajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Harapan Bangsa, Desa Petir, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas.


(24)

8 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Harapan Bangsa, Desa Petir, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas?

2. Bagaimana hasil dari pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Harapan Bangsa, Desa Petir, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas?

3. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Harapan Bangsa, Desa Petir, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas?

4. Bagaimana dampak pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat bagi warga belajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Harapan Bangsa, Desa Petir, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang jelas tentang:

1. Mendiskripsikan pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Harapan Bangsa, Desa Petir, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas.


(25)

9

2. Mendiskripsikan hasil dari pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Harapan Bangsa, Desa Petir, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas

3. Mendiskripsikan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Harapan Bangsa, Desa Petir, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas.

4. Mendiskripsikan bagaimana dampak pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat bagi warga belajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Harapan Bangsa, Desa Petir, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Pengembangan keilmuan pendidikan non formal khususnya pendidikan luar sekolah.

b. Memperkaya kajian tentang dampak pelaksanaan program khususnya program pendidikan kewirausahaan masyarakat.

c. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi pendorong atau bahan kajian bagi penelitian-penelitian berikutnya.


(26)

10 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

1) Penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan dibidang pendidikan kewirausahaan masyarakat sebagai upaya memberi pengalaman baru agar dapat berguna bagi kemampuan diri sendiri.

2) Memberikan suatu gambaran tentang program pendidikan kewirausahaan masyarakat di PKBM.

b. Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah

1) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pengetahuan tentang Pendidikan Luar Sekolah khususnya pada Program pendidikan kewirausahaan masyarakat.

2) Menjadi sarana program pendidikan kewirausahaan masyarakat. c. PKBM Harapan Bangsa

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dan manfaat bagi PKBM Harapan Bangsa dalam merancang program-program Non Formal.

2) Sebagai bahan masukan dalam menyiapkan perencanaan suatu program yang terkait dengan pendidikan kewirausahaan masyarakat.


(27)

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Pendidikan Luar Sekolah

a. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengubah tingkah laku seseorang. Pendidikan luar sekolah sebenarnya sudah ada sebelum pendidikan formal lahir. Pendidikan luar sekolah (PLS) sesungguhnya bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia.

Pendidikan luar sekolah merupakan usaha sadar yang diarahkan untuk menyiapkan, meningkatkan dan mengembangkan sumberdaya manusia, agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya saing untuk merebut peluang yang ada dengan mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber yang ada di lingkungannya (Umberto Sihombing, 2000: 12). Menurut Djudju Sudjana (2001: 8) pendidikan luar sekolah merupakan:

“Suatu kegiatan yang terorganisasi dan sistematis di luar subsistem pendidikan sekolah, bertujuan untuk membantu peserta didik dan masyarakat untuk selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap, pengetahuan, dan keterampilan fungsional yang diperlukan untuk mengaktualisasi diri dan untuk membangun masyarakat dan bangsa dengan selalu berorientasi pada kemajuan kehidupan di masa depan”.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan luar sekolah yaitu untuk membantu peserta didik dalam mengaktualisasikan potensi diri dalam mengembangkan tingkat pengetahuan, penalaran, keterampilan sesuai dengan usia, dan kebutuhannya. Hasil yang diperoleh dari pendidikan luar sekolah diharapkan dapat bermanfaat bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.


(28)

12 b. Peran Pendidikan Luar Sekolah

Masalah pendidikan dalam pendidikan sekolah menyebabkan pendidikan luar sekolah mengambil peran untuk membantu sekolah dan masyarakat dalam mengurangi masalah tersebut. Djudju Sudjana (2001: 74) mengemukakan peran pendidikan luar sekolah sebagai berikut:

1) Pendidikan luar sekolah sebagai pelengkap pendidikan sekolah

Pendidikan luar sekolah sebagai pelengkap pendidikan ssekolah berfungsi untuk melengkapi kemampuan peserta didik dengan memberikan pengalaman belajar yang tidak diperoleh di pendidikan sekolah. Isi pogram didasarkan atas kebutuhan peserta didik. Program dilakukan oleh para penyelenggara pendidikan dan bekerja sama dengan masyarakat.

2) Pendidikan luar sekolah sebagai penambah pendidikan sekolah

Pendidikan luar sekolah sebagai penambah pendidikan sekolah bertujuan untuk menyediakan kesempatan belajar kepada:

a) Peserta didik yang ingin memperdalam materi pelajaran tertentu yang sudah diperoleh dalam pendidikan sekolah. Kegiatan belajar tambahan ini dilakukan di luar jam pelajaran dengan menggunakan ruang kelas di sekolah yang bersangkutan atau ditempat lain. Materi pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Para pendidik pada umumnya adalah guru-guru mata pelajaran yang bersangkutan sangkutan atau sumber belajar lain yang ada di masyarakat.

b) Alumni suatu jenjang pendidikan sekolah dan masih memerlukan layanan pendidikan untuk memperluas materi pelajaran yang telah diperoleh. Kebutuhan ini berkaitan dengan dua hal, yaitu: Memperluas materi pelajaran yang telah diperoleh untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Kebutuhan ini biasanya dilakukan melalui bimbingan studi, bimbingan tes, kursus-kursus dan kelompok belajar, Menambah pengetahuan tentang materi belajar yang dirasakan penting sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi yang semakin cepat. Kebutuhan ini


(29)

13

dilakukan melalui kursus-kursus, diskusi, seminar lokakarya, penelitian, dan studi kepustakaan.

c) Mereka yang putus sekolah dan memerlukan pengetahuan serta keterampilan yang berkaitan dengan lapangan pekerjaan atau penampilan diri dalam masyarakat. Upaya ini dikaitkan dengan keterampilan kerja dan berusaha.

Pendidikan luar sekolah sebagai penambah ini diarahkan untuk membekali para lulusan dan mereka yang putus sekolah untuk memasuki dunia kerja.

3) Pendidikan luar sekolah sebagai pengganti pendidikan sekolah

Pendidikan luar sekolah sebagai pengganti pendidikan sekolah meyediakan kesempatan belajar bagi anak-anak atau orang dewasa yang karena berbagai alasan tidak memperoleh kesempatan untuk memasuki satuan pendidikan sekolah, umumnya sekolah dasar.

Peran pendidikan luar sekolah menurut Umberto Sihombing (2000: 17), yaitu:

1) Pendidikan luar sekolah membelajarkan mereka yang tidak dibelajarkan oleh sistem persekolahan

2) Pendidikan luar sekolah membuka berbagai jenis dan pola pendidikan dan pengajaran bagi siapapun yang tidak mendapat kesempatan pada jalur pendidikan sekolah

3) Bagi mereka yang walaupun sudah ikut program persekolahan namun masih memerlukan tambahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tidak diperoleh pada jalur sekolah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peran pendidikan luar sekolah adalah sebagai pelengkap, penambah, dan pengganti pendidikan yang tidak diperoleh pada pendidikan formal (pendidikan sekolah) dan pendidikan informal (pendidikan keluarga).


(30)

14 c. Program Pendidikan Luar Sekolah

Umberto Sihombing (2000: 37) mengemukakan beberapa program pendidikan luar sekolah, sebagai berikut:

1) Program pengembangan anak usia dini 2) Program keaksaraan fungsional

3) Program pendidikan dasar (paket A dan paket B) 4) Program pemberdayaan perempuan

5) Program yang diselenggarakan masyarakat (kursus) 6) Program paket C

7) Program magang

d. Asas Pendidikan Luar Sekolah

Dalam membina dan mengembangan pendidikan luar sekolah diperlukan asas yang kuat sehingga setiap program pendidikan didasari oleh kenyataan objektif yang dimiliki individu, masyarakat, dan bangsa serta berorientasi kearah terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa depan. Djudju Sudjana (2001: 175) mengemukakan bahwa ada empat asas dalam pendidikan luar sekolah, antara lain:

1) Asas kebutuhan

Pentingnya kebutuhan dalam penyusunan dan pengembangan suatu program pendidikan luar sekolah didasarkan pada alasan bahwa kebutuhan adalah bagian penting dari kehidupan manusia. Pendidikan luar sekolah akan memperoleh dukungan dari peserta didik apabila program-programnya disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik.

2) Asas pendidikan sepanjang hayat

Pendidikan sepanjang hayat adalah untuk menyiapkan diri dalam mencapai kehidupan yang lebih baik di masa depan. Penerapan asas pendidikan


(31)

15

sepanjang hayat dalam pendidikan luar sekolah menyebabkan adanya tiga ciri umum pada pendidikan luar sekolah, yaitu: pertama, pendidikan luar sekolah memberikan kesempatan belajar secara wajar dan luas kepada setiap orang. Kedua, pendidikan luar sekolah diselenggarakan dengan melibatkan peserta didik dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses, hasil dan dampak program. Ketiga, pendidikan luar sekolah memiliki tujuan-tujuan ideal yang terkandung dalam proses pendidikannya.

3) Asas relevansi dengan pembangunan masyarakat

Asas relevansi dengan pembangunan masyarakat mengandung dua makna. Pertama, bahwa kehadiran pendidikan luar sekolah didasarkan atas kebutuhan masyarakat dan muncul karena tuntutan pembangunan masyarakat. Kedua, program-program pendidikan luar sekolah berfungsi menggarap pengembangan sumber daya manusia yang menjadi pelaku utama dan penerima pengaruh dari pembangunan masyarakat.

4) Asas wawasan ke masa depan

Pendidikan luar sekolah, sebagai bagian dari pendidikan nasional yang programnya berkaitan dengan berbagai sektor pembangunan yang berorientasi pada perubahan masyarakat yang mungkin terjadi di masa depan. Tugas dari pendidikan luar sekolah perlu untuk dikembangkan. Pertama, membelajarkan peserta didik agar memiliki dan mengembangkan keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai untuk dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan perubahan di masa depan. Kedua, membelajarkan peserta didik agar mampu


(32)

16

melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan taraf hidupnya yang berorientasi pada kemajuan di masa depan.

Pendidikan luar sekolah perlu memantapkan peranan, fungsi dan tugasnya dengan menerapkan asas kebutuhan, pendidikan sepanjang hayat, relevansinya dengan pembangunan masyarakat dan wawasan ke masa depan.

2. Manajemen dan Dampak Program a. Pengertian Manajemen Program

Menurut Djudju Sudjana (2000:52), “manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan”. Sedangkan Umberto Sihombing (2000: 52) mengemukakan “manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur sumber daya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Fungsi Manajamen Program

Djudju Sudjana (2004: 57) mengatakan bahwa dalam manajemen program pendidikan luar sekolah ada enam fungsi yang berurutan, yaitu:

1) Perencanaan (planning)

Perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam pengembilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.


(33)

17 2) Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian pendidikan luar sekolah adalah usaha mengintegrasikan sumber daya manusia dan non manusia yang diperlukan ke dalam satu kesatuan untuk melaksanakan kegiatan yang telah dirancang dalam mencapai tujuan.

3) Penggerakan (motivating)

Penggerakan merupakan upaya yang dilakukan untuk menggerakkan seseorang dengan menumbuhkan dorongan untuk melakukan kegiatan yang telah diberikan sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan.

4) Pembinaan (conforming)

Pembinaan merupakan upaya memelihara atau membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya terlaksana.

5) Penilaian (evaluating)

Penilaian dilakukan terhadap seluruh atau sebagian unsur-unsur program serta terhadap pelaksanaan program.

6) Pengembangan (developing)

Pengembangan dilakukan setelah suatu program dilaksanakan dan dievaluasi.

Sedangkan menurut Umberto Sihombing (2000: 56), ada lima fungsi manajemen program, yaitu:

1) Perencanaan

Perencanaan dalam pendidikan luar sekolah yaitu menentukan tujuan yang harus dicapai, menentukan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menentukan tenaga dan biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah dibuat oleh penyelenggara pendidikan.

2) Pengorganisasian

Pengorganisasian dalam pendidikan luar sekolah biasanya diwujudkan dalam bentuk struktur organisasi. Sasaran program pendidikan luar sekolah sering diwarnai dengan beberapa kendala antara lain, sasaran program yang dikategorikan miskin (baik miskin ilmu, miskin harta, dan miskin informasi) tetapi mempunyai keinginan untuk belajar, tempat tinggal sasaran yang tidak


(34)

18

mudah untuk dijangkau, dan sasaran dari program pendidikan luar sekolah tidak mudah untuk diajak belajar. Oleh karena itu pengorganisasian program pendidikan luar sekolah perlu dikaji dengan benar agar masalah-masalah diatas dapat diatasi dengan baik.

3) Pelaksanaan

Pelaksanaan sebagai salah satu fungsi dalam manajemen bukan hanya mengelola pelaksanaan program namun mencakup bagian yang luas, seperti manusia, uang, material, dan waktu. Dalam pelaksanaan suatu program pendidikan luar sekolah harus melibatkan masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan program

4) Koordinasi

Koordinasi merupakan suatu usaha untuk bekerjasama antara beberapa unsur dalam melaksanakan suatu kegiatan. Koordinasi harus menjadi kata kunci dalam penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah baik dalam bentuk kelompok belajar, pelatihan, atau kursus. Program pendidikan luar sekolah menyangkut peningkatan kesejahteraan hidup melalui pendidikan, karena itu harus menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat, meskipun dalam pelaksanaannya selalu disesuaikan dengan keadaan warga belajar.

5) Pengawasan

Pengawasan dalam program pendidikan luar sekolah bahwa tujuan harus dicapai secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan. Permasalahan dan kendala yang dialami harus dapat segera diketahui penyebabnya. Pengawasan dalam pendidikan luar sekolah ada dua


(35)

19

macam yaitu pengawasan internal yang dilakukan oleh struktur organisasi pemerintah dan pengawasan eksternal yang dilakukan oleh masyarakat.

Fungsi manajemen menurut Manullang (2005: 8) terdiri dari sepuluh fungsi, yaitu:

1) Forecasting

Forecasting merupakan kegiatan meramalkan, memproyeksikan, atau mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti dilakukan.

2) Planning termasuk budgeting

Fungsi planning termasuk budgeting yaitu fungsi manajemen dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai, menetapkan peraturan dan pelaksanaan yang harus dilakukan, dan menetapkan biaya yang diperlukan serta pemasukan dana.

3) Organizing

Organisasi dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokkan warga belajar serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

4) Pelaksanaan (Staffing)

Pelaksanaan (Staffing) merupakan salah satu fungsi dalam manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu pelatihan atau pendidikan mulai dari merekrut warga belajar, dan merekrut tutor.


(36)

20 5) Pengarah (Directing)

Directing adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah, atau instruksi dalam melaksanakan tugas masing-masing agar dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

6) Pemeran (Leading)

Pemeran (Leading) berkaitan dengan pengambilan keputusan, komunikasi, memberikan semangat, inspirasi, dan dorongan kepada warga belajar agar bertindak.

7) Pengkoordinasian (Coordinating)

Pengkoordinasian (Coordinating) merupakan fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan, dan menyelaraskan kegiatan warga belajar.

8) Motivating

Motivating merupakan fungsi manajemen berupa pemberian semangat dan dorongan agar warga belajar bersedia untuk mengikuti pelaksanaan pembelajaran dengan sungguh-sungguh.

9) Controlling

Controlling adalah salah satu dari fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian atau koreksi sehingga dalam pelaksanaan program dapat diarahkan sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan.


(37)

21 10)Pelaporan (Reporting)

Pelaporan (Reporting) merupakan fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan, hasil kegiatan, pemberian keterangan mengenai segala hal yang berkaitan dengan tugas dan juga fungsi.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi manajemen dalam pendidikan luar sekolah terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring, penilaian, dan pendampingan. Fungsi manajemen pendidikan luar sekolah harus dilakukan berkesinambungan dan berurutan.

Gambar 1. Rangkaian Fungsi Manajemen (Djudju Sudjana, 2004: 53) c. Pengertian Dampak Program

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 234), “dampak berarti benturan, pengaruh kuat yang mendatangkan akibat negatif maupun positif”.

Pendapat lain menyatakan bahwa, “dampak adalah pengaruh yang dialami warga belajar atau lulusan setelah memperoleh dukungan dari masukan lain”

Perencanaan

Penilaian

Pengembangan Pengorganisasian

n

Penggerakan


(38)

22

(Djudju Sudjana, 2006: 95). Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dampak merupakan akibat atau pengaruh yang dialami oleh warga belajar baik positif ataupun negatif. Dalam hal ini adalah pengaruh positif dari pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat yang berakibat pada peningkatan kehidupan warga belajar di PKBM Harapan Bangsa, Desa Petir, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas.

Sedangkan program merupakan serangkaian kegiatan yang telah direncanakan dan pelaksanaanya berkesinambungan. Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 3), program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. “Program pendidikan luar sekolah yaitu suatu kegiatan yang disusun secara terencana dan memiliki tujuan, sasaran, isi, dan jenis kegiatan, pelaksanaan kegiatan, proses kegiatan, waktu, fasilitas, alat-alat, biaya, dan sumber-sumber pendukung lainnya” (Djudju Sudjana, 2006: 4).

Berdasarkan pengertian dampak dan program yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan pengertian dari dampak program. Dampak program merupakan suatu perubahan yang terjadi sebagai bentuk akibat baik negatif maupun positif yang dialami warga belajar, dengan perubahan sikap perilaku, pengetahuan, keterampilan, atau status sosial sebagai hasil telah mengikuti program dan mendapatkan dukungan dari pihak lain.


(39)

23

Menurut Djudju Sudjana (2006: 95) dampak program dapat dilihat dalam tiga aspek kehidupan, yaitu:

1) Peningkatan taraf atau kesejahteraan hidup dengan indikator memiliki pekerjaan atau usaha, pendapatan, kesehatan, dan pendidikan.

2) Upaya membelajarkan orang lain baik kepada perorangan, kelompok atau komunitas.

3) Keikutsertaan dalam kegiatan sosial atau pembangunan masyarakat seperti partisipasi dalam bentuk pemikiran, tenaga, keterampilan atau harta benda.

Dengan demikian program pendidikan luar sekolah dikatakan lengkap apabila menyangkut semua komponen-komponen program dan berlangsung secara berkesinambungan.

d. Dampak Program terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat

Suatu program dalam pendidikan luar sekolah yang sebagian besar dilaksanakan di lingkungan masyarakat karena asas pendidikan luar sekolah meliputi, dari masyarakat, untuk masyarakat, dan oleh masyarakat. Program yang telah selesai dilaksanakan akan memberikan hasil dan dampak yang bermacam-macam bagi warga belajar ataupun bagi masyarakat luas. Dampak dari suatu program tidak hanya dilihat pada segi ekonomi saja melainkan meliputi beberapa aspek dalam kehidupan. Hasil dari suatu program pelatihan berjalan dengan baik atau tidak tergantung pada pelaksanaan dan respon dari masyarakat itu sendiri. Sedangkan dampak yang ditimbulkan sangat beragam baik berupa dampak positif maupun negatif. Dampak program dapat dilihat dalam aspek kehidupan masyarakat, yaitu:


(40)

24 1) Dampak ekonomi

“Dampak ekonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pengaruh suatu penyelenggaraan kegiatan terhadap perekonomian” (Depdiknas, 2005: 234). Sesuatu bernilai ekonomi apabila dapat menambah penghasilan dari suatu keterampilan yang dimiliki kemudian mendapatkan uang sehingga mengalami peningkatan kesejahteraan ekonomi. Kesejahteraan ekonomi adalah suatu kondisi dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, papan, dan kesehatan (Ainur, 2012: 31).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dampak ekonomi pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat adalah pengaruh perubahan perilaku, keterampilan, pengetahuan, sikap, status atau perubahan kehidupan terhadap perekonomian warga belajar berupa sandang, pangan, papan, dan kesehatan. Keikutsertaan warga belajar pada pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat, maka dari keterampilan dan pengetahuan yang sudah dimiliki, warga belajar mampu membuka usaha secara mandiri atau berwirausaha sendiri sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga belajar serta masyarakat sekitar.

2) Dampak sosial

“Dampak sosial merupakan konsekuensi sosial yang timbul akibat adanya suatu kegiatan pembangunan maupun penerapan suatu kebijaksanaan dan program, serta merupakan perubahan yang terjadi pada masyarakat yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan” (Haryati Roebyantho, dkk, 2011: 49). Dampak sosial dari sebuah program dapat dilihat pada partisipasi aktif


(41)

25

masyarakat terhadap organisasi yang ada di lingkungannya baik itu sumbangan pemikiran, tenaga, keterampilan dan harta benda. Dampak sosial berkaitan erat dengan kecakapan sosial seseorang, kemampuan yang dibutuhkan dalam hidup bermasyarakat, bersosialisasi dan bekerjasama dalam pemecahan masalah di masyarakat.

Kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerjasama dan tanggung jawab sosial Kecakapan berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi komunikasi dengan empati.

“Berkomunikasi melalui tulisan juga merupakan hal yang sangat penting dan sudah menjadi kebutuhan hidup yaitu menuangkan gagasan melalui tulisan yang mudah dipahami orang lain” (Anwar, 2006:30). Kecakapan berkomunikasi sangat diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain di lingkungan masyarakat khususnya untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. “Kecakapan bekerjasama bukan sekedar “bekerja bersama” tetapi kerjasama yang disertai dengan saling pengertian, saling menghargai, dan saling membantu” (Tim Broad Based Education, 2002: 11). Kerjasama dapat dikembangkan dalam berbagai kegiatan seperti dalam berorganisasi di masyarakat, pada dasarnya semua manusia merupakan makhluk sosial dan dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu membutuhkan bekerjasama dengan masyarakat lain.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpilkan bahwa dampak sosial dari pelaksanaan program berkaitan erat dengan kecakapan sosial


(42)

26

seseorang yang terdiri dari kecakapan berkomunikasi dan kecakapan untuk bekerjasama di dalam lingkungan masyarakat.

3) Dampak Psikologis

“Dampak dari sebuah program adalah meningkatnya rasa percaya diri, memiliki kemandirian dan keberanian dalam menjalankan hidupnya” (Aulia Syahrani, 2013: 14). Dampak psikologis dapat dilihat pada rasa percaya diri warga belajar atau motivasi warga belajar dalam mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dimiliki setelah mengikuti pelaksanaan suatu program. Dampak Psikologis berkaitan erat dengan kecakapan personal seseorang. Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam memahami atau mengenal diri dan kecakapan berpikir rasional. Menurut Tim Broad Based Education (2002:10), kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sekaligus sebagai modal dalam meningkatkan diri sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bawha dampak psikologis dari suatu program berkaitan dengan kecakapan personal dari warga belajar yang meliputi memahami atau mengenal diri dan kecakapan berpikir rasional. Warga belajar yang sudah memiliki kecakapan personal biasanya memiliki motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kualitas dirinya dengan terus belajar.


(43)

27

Pengukuran keberhasilan program dapat dilihat dari indikator keberhasilan, salah satunya adalah berkurangnya tingkat kemiskinan dan pengangguran di masyarakat dengan memanfaatkan potensi lokal atau sumber daya yang ada di masyarakat untuk dijadikan sumber usaha atau wirausaha, dan dengan bekerja sesuai dengan keterampilan yang sudah dimiliki setelah mengikuti program yang ada di lembaga masyarakat.

3. Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat a. Pendidikan

1) Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator utama dalam pembangunan dan kualitas sumber daya manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan:

“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar warga belajar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Pengertian pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut menjelaskan bahwa pendidikan sebagai proses seseorang belajar untuk mengetahui, mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah laku lainnya untuk menyesuaikan dengan lingkungan hidupnya.

Menurut Redja Mudyahardjo (2010: 11) pengertian pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu: pengertian maha luas, sempit dan luas terbatas. Pengertian pendidikan maha luas, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang


(44)

28

berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pengertian pendidikan secara sempit, pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pengertian pendidikan secara luas terbatas, pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup di masa yang akan datang.

2) Tujuan Pendidikan

Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945, yang mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini kemudian dirumuskan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

“Pendidikan nasional berupaya mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.”

Mengamati dari tujuan pendidikan yang ada dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut dapat dikemukakan bahwa pendidikan merupakan tempat terbentuknya masyarakat yang dapat membangun serta meningkatkan martabat dan kecerdasan bangsa. Pendidikan juga merupakan salah satu bentuk investasi manusia yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Tujuan pendidikan menurut Binti Maunah (2009: 9) adalah


(45)

29

perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan pada tingkah laku individu, kehidupan pribadi individu maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu itu hidup.

3) Ciri Umum Pendidikan

Menurut Fuad Ihsan (2008: 6) ciri atau unsur umum dalam pendidikan ada tiga, sebagai berikut:

a) Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang mempunyai kemampuan untuk berkembang sehingga dapat bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.

b) Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha-usaha yang disengaja dan terencana untuk memilih materi, strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai.

c) Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, pendidikan formal, informal, dan non formal.

4) Faktor-faktor Pendidikan

Dalam aktivitas pendidikan ada enam faktor pendidikan yang dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi. Menurut Fuad Ihsan (2008: 7) enam faktor pendidikan tersebut yaitu:

a) Faktor tujuan b) Faktor pendidik c) Faktor peserta didik

d) Faktor isi/ materi pendidikan e) Faktor metode pendidikan f) Faktor situasi lingkungan


(46)

30 b. Kewirausahaan

1) Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan memiliki peran penting dalam kehidupan dan pembangunan suatu bangsa. Kewirausahaan harus hadir dalam semua aspek kehidupan. Menurut Basrowi (2011: 2) kewirausahaan merupakan:

“Proses kemanusiaan (human procces) yang berkaitan dengan kreativitas dan inovasi dalam memahami peluang, mengorganisasi sumber-sumber, mengelola, sehingga peluang itu dapat terwujud menjadi suatu usaha yang mampu menghasilkan laba untuk jangka

waktu yang lama.”

Mardiyatmo (2005: 2) mengemukakan, “kewirausahaan adalah tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan yang membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif”.

Artinya kewirausahaan adalah suatu tindakan kreatif dari seseorang yang membuat sesuatu yang tidak bernilai menjadi bernilai. Kewirausahaan memerlukan tekad dan komitmen untuk memimpin orang lain, kewirausahaan juga mempunyai keberanian untuk mengambil resiko yang sudah diperhitungkan sebelumnya, serta kewirausahaan mempunyai keberanian untuk menghadapi tantangan.

2) Sikap kewirausahaan

Sikap kewirausahaan yang harus dikembangkan, meliputi: a) Pencapaian orientasi dan ambisi

b) Percaya diri c) Tekun

d) Otonom/ mandiri

e) Berorintasi pada tindakan f) Belajar sambil bekerja


(47)

31

g) Kerja keras, tekad yang kuat (Ditdiknas dalam Yoyon Suryono, 2012: 101)

Sedangkan sikap wirausaha menurut Meredith dalam Basrowi (2011: 27), sebagai berikut:

a) Percaya diri (self confidence): percaya diri merupakan keyakinan seseorang dalam menghadapi pekerjaan, yang bersifat internal, sangat relatif dan dinamis. Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, dan kegairahan berkarya.

b) Berorientasi tugas dan hasil: seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan, dan kerja kera.

c) Keberanian mengambil resiko: wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan. Kemampuan untuk mengambil resiko tergantu dari keyakinan pada diri sendiri, kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang, dan kemampuan untuk menilai situasi resiko secara realitis. d) Kepemimpinan: seorang wirausaha harus memiliki sifat kepemimpinan,

kepeloporan, dan keteladanan.

e) Berorientasi ke masa depan: wirausaha harus memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

f) Kreativitas dan inovasi: kewirausahaan adalah berpikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru.


(48)

32 3) Tujuan Kewirausahaan

Menurut Basrowi (2011: 7) ada beberapa tujuan dari kewirausahaan, yaitu:

a) Meningkatkan jumlah wirausaha yang berkualitas

b) Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat

c) Membudayakan semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan kewirausahaan dikalangan masyarakat yang mampu, andal dan unggul

d) Menumbuh kembangkan kesadaran dan orientasi kewirausahaan yang tangguh dan kuat terhadap masyarakat

4) Manfaat Kewirausahaan

Mardiyatmo (2005: 6) mengemukakan manfaat dari berwirausaha, yaitu:

a) Berusaha memberikan bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial sesuai dengan kemampuannya.

b) Menambah daya tampung tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran.

c) Memberikan contoh bagaimana harus bekerja keras, tekun, tetapi tidak melupakan perintah agama.

d) Menjadi contoh bagi anggota masyarakat sebagai pribadi unggul yang patut diteladani.

e) Sebagai generator pembangunan lingkungan, pribadi, distrIbusi, pemeliharaan lingkungan, dan kesejahteraan.

f) Berusaha mendidik karyawannya menjadi orang yang mandiri, disiplin, tekun, dan jujur dalam menghadapi pekerjaan.

g) Berusaha mendidik masyarakat agar hidup secara efisien, tidak berfoya-foya, dan tidak boros.

Menurut Rusdiana (2012: 58), manfaat yang dapat diperoleh melalui berwirausaha adalah:

a) Memiliki kebebasan untuk mengaktualisasi potensi yang dimiliki.

Banyak wirausaha yang berhasil mengelola usahanya karena menjadikan keterampilan atau hobi yang dimiliki menjadi suatu pekerjaan.


(49)

33

b) Memiliki peluang untuk berperan bagi masyarakat.

Dengan berwirausaha seseorang memiliki kesempatan untuk berperan bagi masyarakat dengan menciptakan produk yang dibutuhkan masyarakat. c) Dapat menjadi motivasi tersendiri untuk memulai berwirausaha.

Kesuksesan dan ketidaksuksesan seseorang dalam karier sangat bergantung pada motivasi untuk menjalankan kariernya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat dari kewirausahaan adalah berusaha memberikan bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial sesuai dengan kemampuannya, menambah daya tampung tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran, dan memberikan motivasi bagaimana harus bekerja keras dan tekun dalam berwirausahan.

5) Asas Kewirausahaan

Asas kewirausahaan menurut Mardiyatmo (2005: 5), yaitu:

a) Kemampuan untuk berkarya dalam kebersamaan berlandasan etika bisnis yang sehat

b) Kemampuan bekerja secara tekun, teliti dan produktif

c) Kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara sistematis, termasuk keberanian mengambil resiko

d) Kemampuan berkarya dengan semangat kemandirian e) Kemampuan berpikir dan bertindak kreatif dan inovatif

e. Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat

1) Pengertian Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat

Pendidikan kewirausahaan merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang dihadapi (Daryanto, 2012:4). Kewirausahaan dahulu hanya dapat dilakukan melalui


(50)

34

pengalaman langsung di lapangan, namun sekarang kewirausahaan bukan hanya urusan lapangan tetapi merupakan ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan.

Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (PKM) adalah program pelayanan pendidikan kewirausahaan dan keterampilan usaha yang diselenggarakan oleh lembaga kursus dan pelatihan (LKP), atau satuan PNF lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan peluang usaha yang ada di masyarakat (Direktorat Jenderal PAUDNI, 2014: 7). Program pendidikan kewirausahaan masyarakat untuk mendidik warga masyarakat agar menjadi wirausahawan, sehingga selain dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya juga memberikan lapangan kerja bagi lingkungannya.

2) Komponen Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat

Pendidikan kewirausahaan masyarakat termasuk dalam pendidikan luar sekolah yang berupa pendidikan dan pelatihan. Keberhasilan pelatihan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran berupa dampak yang dapat dilihat setelah kegiatan pelatihan berlangsung. Munculnya dampak terhadap warga belajar dari pelaksanaan pelatihan pendidikan kewirausahaan masyarakat di PKBM Harapan Bangsa yaitu berupa perilaku berwirausaha warga belajar pasca pelatihan, tentunya tidak terlepas dari hubungan antara komponen-komponen pelatihan yang saling keterkaitan, sebagai salah satu bentuk dari satuan pendidikan nonformal maka pelatihan pun mempunyai beberapa komponen yang saling berhubungan.


(51)

35

Menurut Djudju Sudjana (2006: 4), “komponen-komponen pendidikan luar sekolah terdiri atas masukan lingkungan (environmental input), masukan sarana (instrumental input), masukan mentah (raw input), proses (processes), keluaran (output), masukan lain (other input), dan pengaruh (outcome)”. Komponen-komponen program pendidikan luar sekolah tersebut merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Masukan lingkungan (environmental input) meliputi lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, dan kelembagaan. Lingkungan alam terdiri dari lingkungan alam hayati (flora dan fauna), lingkungan alam non hayati (tanah, air, dan cuaca), dan lingkungan buatan (pemukiman, sarana dan alat transportasi, pasar, dan lain sebagainya). Lingkungan sosial budaya meliputi kondisi kependudukan dengan berbagai potensinya seperti tradisi, pendidikan, agama, komunikasi, kesenian, bahasa, kesehatan, mata pencaharian, ideologi dan politik, keamanaan, kebutuhan, dan aspirasi masyarakat. Lingkungan kelembagaan terdiri atas instansi-instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang terkait dengan program.

Masukan sarana (instrumental input) meliputi kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta biaya. Kurikulum mencakup tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan alat evaluasi hasil belajar. Tenaga kependidikan terdiri dari pendidik, pengelola lembaga, pimpinan lembaga, pengawas dan penilik, penguji, pustakawan, serta peneliti dan pengembang pendidikan luar sekolah.


(52)

36

Sarana dan prasarana pembelajaran meliputi lokasi pembelajaran, panti pembelajaran, gedung dan perlengkapan pembelajaran. Pembiayaan berkaitan dengan sumber dana yang tersedia, anggaran, dan pengelolaan biaya.

Masukan mentah (raw input) adalah peserta didik yang terdiri atas warga belajar, peserta pelatihan, dan peserta penyuluhan. Proses pendidikan melalui pembelajaran merupakan interaksi edukatif antara masukan sarana, terutama pendidik dengan peserta didik melalui kegiatan pembelajaran, bimbingan, penyuluhan, dan pelatihan. Keluaran (output) adalah lulusan pendidikan luar sekolah yang terdiri dari kuantitas dan kualitas lulusan program setelah mengalami proses pembelajaran. Masukan lain (other input) adalah sumber-sumber yang memungkinkan lulusan dapat menerapkan hasil belajar dalam kehidupannya. Masukan lain dapat digolongkan ke dalam bidang dunia usaha, pekerjaan, dan aktivitas kemasyarakatan. Pengaruh (outcome) merupakan dampak yang dialami warga belajar setelah memperoleh dukungan dari masukan lain.

Komponen-komponen pendidikan menurut Tatang S. (2012: 219),

terdiri dari: “dasar pendidikan, tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, materi pendidikan, metode pendidikan, alat, dan lingkungan pendidikan”. a) Dasar Pendidikan

Pendidikan sebagai proses timbal balik antara pendidik dan warga belajar dengan melibatkan berbagai faktor pendidikan lainnya, diselenggarakan guna mencapai tujuan pendidikan dengan didasari oleh nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai itulah yang disebut dasar pendidikan. Dasar pendidikan


(53)

37

kewirausahaan masyarakat menurut Direktorat Jenderal PAUDNI (2014: 3) yaitu:

(1) Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(2) Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah

(3) Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif

(4) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun

2013 tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial. b) Tujuan Pendidikan

Tujuan merupakan sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam melakukan suatu kegiatan. Tujuan dari pendidikan kewirausahaan masyarakat adalah untuk menciptakan wirausahaan baru melalui pelatihan, menanamkan sikap wirausaha pada warga belajar, memberikan bekal pengetahuan kepada warga belajar, memberi bekal keterampilan, dan melatih keterampilan berwirausaha.

c) Pendidik

Pendidik pada pendidikan kewirausahaan masyarakat harus memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keterampilan dan materi yang diajarkan, memiliki pengalaman berwirausaha, serta mampu melaksanakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap dan kepribadian warga belajar.

d) Peserta didik

Peserta didik program pendidikan kewirausahaan masyarakat adalah warga masyarakat yang putus sekolah, menganggur, dan tidak mampu di sekitar


(54)

38

lokasi kegiatan yang memiliki minat dan motivasi untuk berwirausaha setelah selesai mengikuti program.

e) Materi Pendidikan

Bahan ajar program pendidikan kewirausahaan masyarakat mengacu pada modul-modul kewirausahaan yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan yang mencakup: membangun pola pikir dan meningkatkan sikap perilaku kewirausahaan, manajemen usaha, perencanaan usaha, dan keterampilan atau vokasi.

f) Metode Pendidikan

Keberhasilan proses pendidikan dalam mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan, tidak terlepas dari peranan metode yang digunakan. Metode adalah cara yang digunakan dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. Metode pendidikan yang tidak tepat akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar.

g) Alat

Alat pendidikan yaitu segala sesuatu yang digunakan oleh penyelenggara program untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan dibagi menjadi dua macam, yaitu: alat fisik (sarana dan fasilitas) dan alat non fisik (kurikulum, pendekatan, dan metode).

h) Lingkungan Pendidikan

Proses pendidikan selalu dipengaruhi oleh lingkungan yang ada di sekitarnya, baik lingkungan itu menunjang maupun menghambat proses pencapaian tujuan pendidikan. Lingkungan yang mempengaruhi proses


(55)

39

pendidikan, yaitu: lingkungan sosial (lingkungan keluarga, lembaga pendidikan dan masyarakat), lingkungan keagamaan (nilai-nilai agama yang hidup dan berkembang di lembaga pendidikan), lingkungan budaya (nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang di lembaga pendidikan), dan lingkungan alam (keadaan iklim maupun geografis).

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen dalam pendidikan kewirausahaan masyarakat terdiri dari peserta didik, pendidik, materi pendidikan, metode pendidikan, sarana dan prasarana, serta lingkungan alam, sosial, budaya dan kelembagaan.

3) Tujuan Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat

Tujuan penyelenggaraan Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (PKM) menurut Direktorat Jenderal PAUDNI (2014: 5) sebagai berikut:

a) Mendorong dan menciptakan wirausahawan baru melalui kursus dan pelatihan yang di dukung oleh dunia usaha dan industri, mitra-mitra usaha dan instansi terkait, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja atau usaha baru.

b) Menanamkan sikap dan etika berwirausaha kepada warga belajar. c) Memberikan bekal pengetahuan kewirausahan kepada warga belajar. d) Memberi bekal keterampilan di bidang produksi barang atau jasa kepada

warga belajar.

e) Melatih keterampilan berwirausaha kepada warga belajar melalui praktik berwirausaha.


(56)

40 4) Kurikulum

Menurut Direktorat Jenderal PAUDNI (2014: 16) kurikulum dan bahan ajar program PKM untuk jenis keterampilan terstruktur dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Mengacu pada jenis keterampilan yang sudah ada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan.

b) Mengacu pada modul-modul kewirausahaan yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan.

Kurikulum program pendidikan kewirausahaan menurut BP-PAUDNI (2015: 12) terdiri dari:

a) Membangun pola pikir kewirausahaan

b) Manajemen usaha (mencari peluang usaha, tata cara merintis usaha kecil, administrasi usaha pemasaran, pengelolaan keuangan, strategi persaingan, dan jaringan kerja)

c) Keterampilan, yakni satu keterampilan yang akan dirintis oleh peserta didik sebagai usaha kecil.

d) Membangun dan meningkatkan sikap dan perilaku wirausaha.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum pendidikan kewirausahaan masyarakat harus mengacu pada yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan yang mencakup: membangun pola pikir kewirausahaan, manajemen usaha, keterampilan atau vokasi, dan membangun dan meningkatkan sikap perilaku wirausaha.


(57)

41 5) Proses Belajar Mengajar

Menurut Direktorat Jenderal PAUDNI (2014: 17) proses belajar mengajar program pendidikan kewirausahaan masyarakat meliputi:

a) Teori

(1) Penguatan pengetahuan yang terkait dengan bidang keterampilan dan kewirausahaan.

(2) Pemahaman terkait dengan alat, bahan, dan prosedur teknis sesuai bidang keterampilan.

(3) Pemahaman yang terkait dengan teori tentang sikap, perilaku dan pola pikir sebagai seorang wirausahawan.

b) Praktek

(1) Praktik keterampilan yang diajarkan di lembaga dan merujuk pada kemampuan kerja.

(2) Praktik manajerial sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berwirausaha.

c) Pembentukan Karakter

Pembiasaan sikap, perilaku, etos kerja, bekerjasama dalam kelompok, kepemimpinan, kepribadian, disiplin, menjunjung tinggi penegakan hukum, kejujuran, budaya bersih, tanggung jawab, dan sebagainya.

6) Evaluasi Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat

Evaluasi program sebagai proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan


(58)

42

informasi tentang implementasi rancangan program yang telah disusun untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya (Eko Putro Wijoyoko, 2009: 10). Lembaga penyelenggara program pendidikan kewirausahaan masyarakat wajib melakukan evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik yang dapat dilakukan oleh lembaga penyelenggara program atau bersama dengan lembaga/pihak lain yang kompeten (Direktorat Jenderal PAUDNI, 2014:19). Evaluasi program pembelajaran dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan keefektifan program sekaligus untuk mengetahui kelemahan dari program karena pada dasarnya program pelatihan tidak selamanya efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk itu evaluasi program dilakukan agar kelemahan yang ada pada program dapat di perbaiki dan tidak terulang pada program selanjutnya.

Eko Putro Wijoyoko (2009: 11) mengungkapkan bahwa “tujuan dilakukan evaluasi program adalah mengomunikasikan program pada publik, menyediakan informasi bagi pembuat keputusan, penyempurnaan program

yang ada, dan meningkatkan partisipasi”.

a) Mengomunikasikan Program pada Publik

Masyarakat memiliki kepentingan terhadap program yang dilaksanakan oleh suatu lembaga pendidikan, untuk itu lembaga memiliki kewajiban untuk mengkomunikasikan efektivitas program kepada masyarakat agar terjadi kerjasama yang baik dan masayarakat akan memberikan dukungan dalam pelaksanaan program pendidikan di sebuah lembaga pendidikan baik formal maupun non formal.


(59)

43

b) Menyediakan Informasi bagi Pembuat Keputusan

Berguna untuk setiap tahapan dalam manajemen sebuah lembaga mulai dari hasil evaluasi yang menjadi dasar bagi pembuatan keputusan sehingga keputusan tersebut lebih valid dari pada sekedar intuisi

c) Penyempurnaan Program

Evaluasi program dimaksudkan sebagai upaya dalam rangka menyempurnakan jalannya program pendidikan atau pelatihan sehingga lebih efektif.

d) Meningkatkan Partisipasi

Dengan adanya evaluasi program pendidikan atau pelatihan, maka masyarakat akan terpanggil untuk berpartisipasi dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan atau pelatihan di suatu lembaga.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi program pendidikan kewirausahaan masyarakat oleh lembaga penyelenggara program atau bersama dengan lembaga/pihak lain yang kompeten dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan keefektifan program sekaligus untuk mengetahui kelemahan dari program.

4. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

a. Pengertian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Pendidikan non formal membutuhkan sebuah wadah atau lembaga yang disebut satuan pendidikan untuk menjalankan fungsi dan pelayanan kegiatan pendidikan. Salah satu satuan pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan non formal adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).


(60)

44

Menurut Mustofa Kamil (2011: 86) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), adalah sebuah lembaga pendidikan yang dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat serta diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal dengan tujuan untuk memberikan kesempatan belajar kepada masyarakat agar mereka mampu membangun dirinya secara mandiri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. “PKBM merupakan suatu wadah yang menyediakan informasi dan kegiatan belajar sepanjang hayat bagi setiap masyarakat agar mereka lebih berdaya” (Umberto Sihombing, 2000:6). PKBM dapat menyelenggarakan berbagai macam kegiatan seperti pembelajaran, peningkatan kualitas hidup, pembangunan masyarakat, pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya.

PKBM merupakan salah satu mitra kerja pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan masyarakat melalui program-program pendidikan non formal, sehingga diharapkan mampu menumbuhkan masyarakat belajar yang akhirnya akan meningkatkan kemandirian dalam mencari berbagai informasi baru dalam rangka meningkatkan kehidupannya. PKBM berperan sebagai tempat pembelajaran masyarakat terhadap berbagai pengetahuan atas keterampilan dengan memanfaatkan sarana, prasarana dan potensi yang ada di sekitar lingkungannya (desa atau kota) agar masyarakat memiliki keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup.

b. Tujuan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Secara umum tujuan dari PKBM adalah untuk memberdayakan masyarakat agar mempunyai kemampuan agar dapat meningkatkan kualitas


(61)

45

hidupnya melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran. Menurut Mustofa Kamil (2011: 87) ada tiga tujuan penting dalam PKBM, yaitu:

1) Memberdayakan masyarakat agar mampu mandiri (berdaya)

2) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat baik dari segi sosial maupun ekonomi

3) Meningkatkan kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi di lingkungannya sehingga mampu memecahkan permasalahan

Sedangkan menurut Umberto Sihombing (1999: 53) tujuan penting dari PKBM adalah:

1) Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah yang diarahkan pada keswadayaan masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan perekonomian keluarga dan masyarakat.

2) PKBM mengembangkan program serta melibatkan dan memanfaatkan potensi masyarakat.

3) Memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi langsung dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

4) Potensi yang ada dimasyarakat yang selama ini tidak tergali akan dapat digali, ditumbuhkan, dan dimanfaatkan melalui pendekatan persuatif.

5) Program yang dilaksanakan diarahkan pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan pengetahuan kebutuhan masyarakat sehingga mampu meningkatkan ekonomi keluarga.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan PKBM adalah untuk menggali, menumbuhkan, mengembangkan, memanfaatkan seluruh potensi yang ada di dalam masyarakat, untuk pemberdayaan masyarakat dan pengembangan pengetahuan serta keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.

c. Fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Sebagai salah satu lembaga pendidikan non formal di masyarakat tentunya PKBM memiliki fungsi dalam meningkatkan pendidikan di


(62)

46

masyarakat. Menurut Mustofa Kamil (2011: 89) PKBM mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1) Sebagai tempat masyarakat belajar (learning society), PKBM merupakan tempat masyarakat memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dan bermacam ragam keterampilan fungsional yang sesuai dengan kebutuhan

2) Sebagai tempat tukar belajar (learning exchange), PKBM mempunyai fungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran berbagai informasi (pengalaman), ilmu pengetahuan dan keterampilan antar warga belajar

3) Sebagai pusat informasi atau taman bacaan masyarakat (perpustakaan) masyarakat. PKBM harus mampu berfungsi sebagai tempat menyimpan berbagai informasi pengetahuan dan keterampilan secara aman dan kemudian disalurkan kepada seluruh masyarakat atau warga belajar yang membutuhkan.

4) Sebagai sentra pertemuan berbagai lapisan masyarakat, fungsi PKBM tidak hanya sebagai tempat pertemuan antara pengelola dengan sumber belajar dan warga belajar, akan tetapi PKBM berfungsi sebagai tempat berkumpulnya seluruh komponen masyarakat.

Secara umum PKBM merupakan tempat belajar yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat dengan tujuan membelajarkan masyarakat agar mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap yaitu dengan melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Umberto Sihombing (1999: 110) fungsi-fungsi dari PKBM adalah:

1) Sebagai wadah pembelajaran

2) Sebagai tempat pusaran semua potensi masyarakat 3) Sebagai pusat dan sumber informasi

4) Sebagai ajang tukar menukar keterampilan dan pengalaman 5) Sebagai sentra pertemuan antar pengelola dan sumber belajar 6) Sebagai loka belajar yang tidak pernah kering

7) Sebagai tempat pembelajaran yang dapat digunakan oleh berbagai departemen dan lembaga pemerintah serta lembaga-lembaga bukan pemerintah/swasta

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fungsi dari PKBM dalam masyarakat adalah sebagai tempat berlangsungnya proses kegiatan belajar yang


(63)

47

bersifat non formal untuk memudahkan masyarakat dalam memperoleh pengetahuan, pengalaman, keterampilan, sumber informasi, sebagai wadah belajar masyarakat, dan sebagai tempat bertemunya semua lapisan di masyarakat.

d. Azas-Azas Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Menurut Umberto Sihombing, (1999: 109) Azas yang dianut PKBM dapat diidentifikasi menjadi tujuh azas, yaitu:

1) Azas kemanfaatan, setiap kehadiran PKBM harus benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kehidupannya.

2) Azas kebermaknaan, PKBM dengan segala potensinya harus mampu memberikan dan menciptakan program yang bermakna dan dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat sekitar.

3) Azas kebersamaan, PKBM merupakan lembaga yang dikelola secara bersama-sama, digunakan bersama, dan untuk kepentingan bersama.

4) Azas kemandirian, PKBM dalam pelaksanaan dan pengembangan kegiatan harus mengutamakan kekuatan diri sendiri.

5) Azas keselarasan, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh PKBM harus sesuai dan selaras dengan kondisi serta situasi masyarakat sekitar.

6) Azas kebutuhan, setiap kegiatan atau program pembelajaran yang dilaksanakan oleh PKBM harus dimulai dengan kegiatan pembelajaran yang benar-benar mendesak dan dIbutuhkan oleh masyarakat.

7) Azas tolong-menolong, PKBM merupakan arena atau ajang belajar dan pembelajaran masyarakat yang didasarkan atas rasa saling asah, saling asih, dan saling asih di antara sesama warga masyarakat itu sendiri.

Azas yang sudah ada dapat dikembangkan lagi sesuai dengan visi dan misi lembaga PKBM dan tidak bertentangan dengan program yang dilaksanakan.


(64)

48 B. Penelitian yang Relevan

Penelitian berikut ini merupakan hasil penelitian yang dinilai relevan dengan penelitian yang mengangkat masalah mengenai dampak program. 1. Hasil penelitian oleh Aulia Syahrani (2013) mengenai dampak program

keaksaraan usaha mandiri terhadap peningkatan pendapatan warga belajar menunjukkan bahwa pelaksanaan program keaksaraan usaha mandiri (KUM) dilakukan dengan tiga tahap, yaitu: perencanaan, proses pembelajaran, dan evaluasi. Pasca program keaksaraan usaha mandiri (KUM) di PKBM Handayani memberikan dampak positif berupa peningkatan pendapatan warga belajar, tetapi dampak yang diperoleh belum signifikan dalam meningkatkan pendapatan sehari-hari seluruh warga belajar kelompok Al- Ahsan yang berjumlah 10 (sepuluh) warga belajar, hanya 6 (enam) warga belajar atau 60 % dari jumlah warga belajar yang mengalami peningkatan kesejahteraan, yaitu: (1) pemenuhan kebutuhan pokok pangan; (2) terpenuhinya kebutuhan papan dan sandang; dan (3) kepemilikan barang (perhiasan, kendaraan serta tabungan).

Penelitian ini hanya mengkaji dampak program keaksaraan usaha mandiri (KUM) pada aspek ekonomi dan pendapatan keluarga dari warga belajar. Sedangkan pada penelitian yang akan peneliti laksanakan yaitu tentang dampak pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat (PKM) yang tidak hanya mengkaji pada aspek ekonomi saja namun mengkaji dampak program pada aspek ekonomi, aspek psikologis,


(65)

49

dan aspek sosial dari warga belajar. Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan mengkaji lebih dalam mengenai dampak program dari tiga aspek. 2. Hasil penelitian oleh Puspita Handayani (2013) mengenai dampak penyelenggaraan program keaksaraan usaha mandiri bagi warga belajar menunjukan bahwa: (1) Dampak penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan usaha mandiri bagi warga belajar di PKBM Ngudi Makmur secara ekonomi yaitu peningkatan kegiatan berwirausaha, peningkatan penghasilan ekonomi keluarga, pemenuhan kebutuhan hidup, peningkatan kemampuan menabung, dan peningkatan kesejahteraan ekonomi; (2) Dampak penyelenggaraan program pendidikan kaksaraan usaha mandiri bagi warga belajar di PKBM Ngudi Makmur secara sosial yaitu peningkatan status sosial, peningkatan partisipasi aktif warga belajar dalam organisasi masyarakat, peningkatan kepedulian sosial, peningkatan relasi, dan peningkatan kemampuan membelajarkan ilmu kepada orang lain.

Penelitian ini hanya mengkaji dampak program keaksaraan usaha mandiri (KUM) pada aspek ekonomi dan sosial warga belajar program. Sedangkan pada penelitian yang akan peneliti laksanakan yaitu tentang dampak pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masyarakat (PKM) tidak hanya mengkaji pada aspek ekonomi saja namun mengkaji dampak program pada aspek ekonomi, aspek psikologis, dan aspek sosial dari warga belajar. Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan mengkaji lebih dalam mengenai dampak program dari tiga aspek.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Respon Masyarakat Desa Sitio Ii Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

2 59 107

DAMPAK FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PROGRAM KEJAR PAKET C DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT CAHAYA KURNIA BANGSA DESA BANJARWARU KABUPATEN LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 18

Dampak Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Pada Program Kejar Paket C Di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Cahaya Kurnia Bangsa Desa Banjarwaru Kabupaten Lumajang Tahun Pelajaran 2011/2012;

0 11 18

MOTIVASI WARGA BELAJAR DALAM MENGIKUTI PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM KELOMPOK BELAJAR PAKET C DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT TUNAS BANGSA BREBES

2 21 160

PROSES PEMBELAJARAN PROGRAM PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT (PKM) BIDANG TATA RIAS KECANTIKAN RAMBUT BAGI KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA WARGA BELAJAR.

0 1 14

PENGELOLAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) MANDIRI KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL.

1 10 209

STUDI EKSPLORASI PELAKSANAAN PROGRAM PAKET C DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) KECAMATAN KERTEK KABUPATEN WONOSOBO.

0 6 199

PROSES PEMBELAJARAN PROGRAM PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT (PKM) BIDANG TATA RIAS KECANTIKAN RAMBUT BAGI KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA WARGA BELAJAR - repository UPI S PLS 1104703 Title

0 0 3

IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) PADA PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT DI SURAKARTA

0 0 10

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT (PKM)

0 0 53