Modul Diklatpim Tk. IV Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
107 108
Jati Diri
TNI mempunyai jati diri, yaitu:
1. Tentara Rakyat, yaitu tentara yang anggotanya dari WNI; 2. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan
NKRI dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya;
3. Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi kepentingan negara dan di atas kepentingan
daerah, suku, ras dan golongan agama; 4. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik,
diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya serta mengikuti
kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentraman hukum
nasional, dan hukum internasional yang telah diratifikasi.
Peran, tugas, susunan dan kedudukan TNI secara pokok-pokoknya diatur dalam TAP No. VIMPR2000 tentang Pemisahan Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia; TAP No. VIIMPR2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan
Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan kemudian diatur Undang-Undang No.34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia.
G. Kepolisian Negara RI POLRI
Peran, tugas, susunan dan kedudukan POLRI, sebagaimana TNI secara pokok-pokoknya diatur dalam TAP No. VIMPR2000 dan
TAP No. VIIMPR2000. Kemudian diatur dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Peran dan tugas POLRI
1. POLRI merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,
memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. 2. Selain tugas pokok tersebut di atas, POLRI juga melaksanakan
tugas bantuan: a. dalam keadaan darurat memberikan bantuan kepada TNI
yang diatur dengan undang-undang; b. turut secara aktif dalam tugas-tugas penanggulangan
kejahatan internasional sebagai anggota International Criminal Police Organization-Interpol;
c. membantu secara aktif tugas pemeliharaan perdamaian dunia peace keeping operation di bawah bendera PBB.
Susunan dan Kedudukan POLRI:
1. POLRI merupakan Kepolisian Nasional yang organisasinya disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai tingkat daerah;
2. POLRI berada di bawah Presiden; 3. POLRI dipimpin oleh Kepala Kepolisian Negara RI
KAPOLRI yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR;
4. Anggota POLRI tunduk pada kekuasaan peradilan umum.
Lembaga Kepolisian Nasional
1. Presiden dalam menetapkan arah kebijakan Kepolisian Negara RI dibantu oleh lembaga kepolisian nasional, yang dibentuk oleh
Presiden yang diatur dengan undang-undang. 2. Lembaga Kepolisian Nasional memberikan pertimbangan kepada
Presiden dalam pengangkatan dan pemberhentian KAPOLRI.
Modul Diklatpim Tk. IV Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
109 110
H. BadanLembaga Ekstra Struktural
BadanLembaga Ekstra Struktural pada dasarnya adalah badan lembaga yang bersifat penunjang danatau pelengkap tatanan
organisasi pemerintahan yang melaksanakan fungsi-fungsi khusus di bidang tertentu untuk menunjang pelaksanaan urusan
pemerintahan. BadanLembaga ini secara organik tidak termasuk dalam struktur organisasi Kementerian Negara Kementerian
Koordinator, Departemen, Kementerian Negara danatau LPND. BadanLembaga Ekstra Struktural dapat dipimpin atau diketuai oleh
Menteri, bahkan Presiden atau Wakil Presiden. BadanLembaga ini mempunyai karakteristik yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Perbedaan yang signifikan terletak pada dasar hukum pembentukannya. Nomenklatur yang digunakan juga beragam
seperti : Dewan, Badan, Komisi, Komite, Lembaga, dan Tim. BadanLembaga Ekstra Struktural yang terbentuk:
1. Dewan, antara lain: Dewan Ketahanan Pangan, Dewan Maritim
Indonesia, Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah;
2. Badan, antara lain: Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi BAKORNAS PBP, Badan Koordinasi Penempatan Tenaga
Kerja Indonesia BKPTKI, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi
NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, Badan Pertimbangan dan Pendidikan Nasional;
3. Komisi, antara lain: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
Komnas HAM, Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi KPK, Komisi Pemilihan Umum KPU, Komisi Ombudsman,
Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU;
4. Komite, antara lain: Komite Kebijakan Sektor Keuangan,
Komite Nasional Keselamatan Transportasi, Komite Olah Raga Nasional Indonesia, Komite Standar Nasional Untuk Satuan
Ukuran;
5. Lembaga, antara lain: Lembaga Sensor Film, Lembaga
Koordinasi Pangan Dalam Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat.
I. Aparatur Pemerintah Daerah
Sesuai dengan amanat UUD 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu, melalui otonomi luas, daerah
diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan
kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam Sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah pemerintah daerah dan DPRD. Penyelenggaraan pemerintahan daerah secara
konstitusional didasarkan pada Pasal 18, 18A dan 18B dalam Undang- Undang Dasar 1945. Kemudian secara rinci, penyelenggaraan
pemerintahan daerah saat ini diatur berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Derah.
1. Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
Modul Diklatpim Tk. IV Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
111 112
a. Kepala Daerah
Setiap daerah dipimpin oleh Kepala Pemerintah Daerah yang disebut Kepala Daerah.
Gubernur, sebagai Kepala Daerah Provinsi, Bupati sebagai Kepala Daerah Kabupaten, dan Walikota sebagai Kepala
Daerah Kota. Dalam pelaksanaan tugasnya Kepala Daerah dibantu oleh Wakil Kepala Daerah, yang masing masing
disebut sebagai Wakil Gubernur untuk Provinsi, Wakil Bupati untuk Kabupaten, dan Wakil Walikota untuk Kota.
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat yang persyaratan dan tata caranya
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Saat ini peraturan perundangan yang mengatur tentang pemilihan
Kepala dan Wakil Kepala Daerah adalah Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2005 tentang Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Pasangan Calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dapat dicalonkan baik oleh partai politik atau gabungan partai
politik peserta Pemilu, dengan memperhatikan sejumlah kursi tertentu dalam DPRD dan atau memperoleh dukungan
suara dalam Pemilu Legislatif dalam jumlah tertentu.
b. Perangkat Daerah
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah
dibantu oleh perangkat daerah. Secara umum perangkat daerah terdiri dari unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan
dan koordinasi, diwadahi dalam Lembaga Sekretariat. ¾ Unsur pendukung Tugas Kepala Daerah dalam
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat
spesifik, diwadahi dalam Lembaga Teknis Daerah. ¾ Unsur pelaksana urusan daerah, yang diwadahi dalam
lembaga dinas daerah. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi
adalah adanya urusan pemerintahan yang perlu ditangani. Namun, tidak berarti bahwa setiap penanganan
urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah
sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor:
kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan,
jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah
yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, sarana dan prasarana penunjang tugas. Dengan demikian
kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing- masing daerah tidak selalu sama atau seragam.
Secara singkat dalam Pasal 120 ayat 1 dan 2, pada Undang-Undang No.32 Tahun 2004 disebutkan bahwa:
¾ Perangkat Daerah Provinsi terdiri atas: Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah dan
Lembaga Teknis Daerah;
¾ Perangkat Daerah KabupatenKota terdiri atas:
Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan
Kelurahan.
Tata cara atau prosedur, persyaratan, kriteria pembentukan suatu organisasi perangkat daerah ditetapkan dalam
peraturan daerah yang mengacu pada pedoman yang ditetapkan Pemerintah Catatan : Saat ini pedoman yang
mengatur perangkat daerah adalah PP No.8 Tahun 2003
Modul Diklatpim Tk. IV Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
113 114
tentang Pedoman Penyusunan Perangkat Daerah. Namun karena ada berbagai kendala dalam pelaksanaannya, PP No.8
Tahun 2003-saat ini tengah dalam proses revisi oleh Tim yang anggotanya dari berbagai DepartemenInstansi.
c. Keuangan Daerah
Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal, apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan
diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada Undang-
Undang tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah UU No.33 Tahun 2004, di
mana besarnya disesuaikan dan disalurkan dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Daerah.
Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber
keuangan daerah. Daerah diberi hak untuk mendapatkan sumber keuangan.
Dalam mengatur keuangan daerah, pada dasarnya Pemerintah
menerapkan prinsip “uang mengikuti fungsi” money
follow function. Pengaturan pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan daerah melekat dan menjadi satu dengan
pengaturan pemerintahan daerah, yaitu dalam Undang- Undang mengenai Pemerintahan Daerah.
d. Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah
Penyelenggara pemerintahan daerah dalam melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban, dan tanggung jawabnya serta
atas kuasa peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dapat menetapkan kebijakan daerah yang dirumuskan antara lain dalam peraturan daerah, peraturan kepala
daerah, dan ketentuan daerah lainnya. Kebijakan daerah ini tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi dan kepentingan umum serta peraturan Daerah lain.
Peraturan daerah dibuat oleh DPRD bersama-sama Pemerintah Daerah. Prakarsa pembuatan peraturan daerah
dapat berasal dari DPRD maupun dari Pemerintah Daerah. Khusus peraturan daerah tentang APBD rancangannya
disiapkan oleh Pemerintah Daerah yang telah mencakup kewenangan DPRD, untuk dibahas bersama DPRD.
Peraturan daerah dan ketentuan Daerah lainnya yang bersifat mengatur diundangkan dengan menempatkannya dalam
Lembaran Daerah. Peraturan daerah tertentu yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD, perubahan
APBD, dan Tata Ruang, berlakunya setelah melalui tahapan evaluasi oleh Pemerintah.
e. Kepegawaian Daerah
Kepegawaian Daerah adalah suatu sistem dan prosedur yang diatur dalam peraturan perundang-undangan sekurang-
kurangnya meliputi perencanaan, persyaratan, pengangkatan, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penggajian,
pemberhentian, pensiun, pembinaan, kedudukan, hak, kewajiban, tanggung jawab, larangan, sanksi, dan penghargaan
merupakan sub sistem dari sistem kepegawaian secara nasional. Sejalan dengan kebijakan desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan, maka ada sebagian kewenangan di bidang kepegawaian daerah untuk di
serahkan kepada daerah yang dikelola dalam sistem kepegawaian daerah. Dengan demikian kepagawaian daerah
Modul Diklatpim Tk. IV Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
115 116
merupakan suatu kesatuan jaringan birokrasi dalam kepegawaian nasional.
f. Pembinaan dan Pengawasan Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan atau Gubernur selaku Wakil Pemerintah di daerah untuk
mewujudkan tercapainya Tujuan Penyelenggaraan Otonomi Daerah. Dalam rangka pembinaan oleh Pemerintah,
Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen melakukan pembinaan sesuai dengan fungsi dan kewenangan
masing-masing yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri untuk pembinaan dan pengawasan provinsi serta oleh
Gubernur untuk pembinaan dan pengawasan KebupatenKota.
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pengawasan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan utamanya terhadap peraturan daerah dan peraturan Kepala
Daerah.
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD
Susunan dan Kedudukan DPRD diatur dalam undang-Undang No. 22 tahun 2003 tentang Susunan dan kedudukan DPRD
merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.
a. Fungsi DPRD
DPRD mempunyai fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.
b. Tugas dan Wewenang DPRD
DPRD mempunyai tugas dan wewenang seperti: 1
Membentuk Perda yang dibahas dengan Kepala daerah untuk mendapatkan persetujuan bersama;
2 Membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang
APBD bersama Kepala daerah; 3
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan
kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan
kerjasama internasional di daerah; 4
Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerahwakil kepala daerah kepada Presiden melalui Menteri
Dalam Negeri bagi DPRD dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD KabupatenKota;
5 Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi
kekosongan jabatan wakil kepala daerah; 6
Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian
internasional di daerah; 7
Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah;
8 Meminta laporan keterangan pertanggung jawaban kepala
daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;
Modul Diklatpim Tk. IV Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
117 118
9 Membentuk panitia pemilihan kepala daerah;
10 Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah;
11 Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama antar daerah dan dengan pihak ketiga yang membebani
masyarakat dan daerah.
c. Alat kelengkapan DPRD:
Alat kelengkapan DPRD terdiri atas: 1 Pimpinan;
2 Komisi; 3 Panitia Musyawarah;
4 Panitia Anggaran; 5 Badan Kehormatan, dan
6 Alat Kelengkapan lain yang diperlukan.
d. Keanggotaan 1 DPRD Provinsi yang beranggotakan 35 orang sampai
dengan 75 orang membentuk empat komisi. DPRD Provinsi yang beranggotakan lebih dari 75 orang
membentuk lima komisi;
2 DPRD KabupatenKota yang beranggotakan 20 orang sampai dengan 35 orang membentuk tiga komisi.
DPRD KabupatenKota yang beranggotakan lebih dari 35 orang membentuk empat komisi.
3. Istilah-istilah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah disamping istilah- istilah yang sudah disebutkan dari uraian di atas, ada beberapa
istilah-istilah lain yang sering digunakan untuk memperjelas tentang Pemerintahan Daerah itu sendiri, antara lain seperti:
a. Otonomi daerah, adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
b. Daerah Otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat memuat prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Sistem Negara
Republik Indonesia.
c. Desentralisasi, adalah penyerahan wewenang pemerintahan
oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam Sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
d. Dekonsentrasi, adalah pelimpahan wewenang pemerintahan
oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah danatau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
e. Tugas Pembantuan, adalah penugasan dari Pemerintah kepada
daerah danatau desa, dari Pemerintah provinsi kepada KabupatenKota danatau desa, serta dari pemerintah Kabupaten
Kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
f. Desa atau yang disingkat dengan nama lain, selanjutnya
disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan
Modul Diklatpim Tk. IV Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
119 120
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Selain hal-hal yang telah dikemukakan di atas tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan UU No.32
Tahun 2004, dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dikenal pula adanya daerah-daerah otonomi khusus yang
masing-masing diatur dengan peraturan perundang-undangan tersendiri, seperti DKI diatur dengan Undang-Undang No. 34 Tahun
1999; Daerah Istimewa Yogyakarta diatur dengan UU No.44 Tahun 1999, Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam diatur dengan UU No. 18 Tahun 2001 dan Otonomi Khusus, Papua yang diatur dengan UU No.21 Tahun 2001.
1 Aparatur Perekonomian Negara
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa aparatur pemerintah pengertiannya mencakup perusahaan milik negara,
dan perusahaan milik daerah selaku aparatur perekonomian negara. Dengan demikian aparatur perekonomian negara mencakup:
a. Perusahaan Negara PN atau Badan Usaha Milik Negara BUMN;
b. Perusahaan Daerah PD atau Badan Usaha Milik Daerah BUMD.
Badan Usaha Milik Negara BUMN
BUMN saat ini diatur dengan UU No.19 Tahun 2003. BUMN yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam Sistem Perekonomian Nasional,
disamping usaha swasta dan koperasi. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, BUMN, Swasta dan Koperasi melaksanakan
peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi. Dalam sistem perekonomian nasional BUMN ikut berperan
menghasilkan barang danatau jasa yang dipasarkan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat.
Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati usaha
swasta. Disamping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang
kekuatan-kekuatan swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecilkoperasi.
BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak,
dividen dan hasil privatisasi. 1 Maksud dan Tujuan Pendirian BUMN
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 UU No.19 Tahun 2003, maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah:
a Memberikan sumbangan bagi perkembangan per- ekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan
negara pada khususnya; b Mengejar keuntungan;
c Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa pengen- dalian barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan
memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak; d Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum
dapat diselesaikan oleh sektor swasta dan koperasi; e Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
Modul Diklatpim Tk. IV Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
121 122
2 Organ BUMN Organ BUMN adalah Direksi. Selaku organ BUMN, Direksi
ditugasi melakukan pengawasan tunduk pada semua peraturan yang berlaku terhadap BUMN dan tetap berpegang pada penerapan
prinsip-prinsip good corporate governance yang meliputi: a Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai
perusahaan;
b Kemandirian, yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola
secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruhtekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
c Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggung jawaban organ sehingga pengolahan perusahaan terlaksana secara efektif;
d Pertanggung jawaban, yaitu kesesuaian didalam
pengolahan perusahaan terhadap peraturan perundang- undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
e Kewajaran, yaitu kesesuaian didalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
Sedangkan pengawasan BUMN dilakukan oleh Komisaris dan Dewan Pengawas.
3 Jenis BUMN BUMN terdiri dari : Perusahan Perseroan Persero dan
Perusahaan Umum Perum. a Perusahaan Perseroan Persero adalah BUMN yang
berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima
puluh satu persen. Sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar
keuntungan;
Perusahaan Perseroan Terbuka yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal
dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum
yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip- prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana
diatur dalam UU No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan terbatas.
Maksud dan Tujuan Pendirian Persero adalah
¾ menyediakan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat;
¾ Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.
Organ Persero adalah : Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, Direksi, dan Komisaris.
b Perusahaan Umum Perum adalah BUMN yang seluruh
modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip
pengolahan perusahaan.
Modul Diklatpim Tk. IV Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Maksud dan Tujuan pendirian Perum adalah untuk
kemanfaatan umum berupa pengendalian barang danatau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat berdasarkan prinsip pengolahan perusahaan yang sehat.
Organ Perum adalah : Menteri, Direksi, dan Dewan Pengawas.
c Badan Usaha Milik Daerah
Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004; Pasal 177 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah dapat memiliki
BUMD yang pembentukan penggabungan, pelepasan kepemilikan, danatau pembubarannya ditetapkan dengan
Peraturan Daerah yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Perusahaan Daerah dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 51992 tentang Perusahaan Daerah dan yang dimaksud
adalah semua perusahaan yang modal seluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan,
kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang- undang. Perusahaan Daerah didirikan dengan Peraturan
Daerah. Pembinaan umum terhadap Perusahaan Daerah dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri.
Agar pengelolaan Perusahaan Daerah dapat diselenggara- kan secara efisien, efektif dan produktif, sehingga benar-
benar dapat menunjang perwujudan Otonomi seluas- luasnya, maka sambil menunggu berlakunya undang-undang
yang baru tentang Perusahaan Daerah, sudah diterbitkan instruksi Menteri Dalam negeri No. 5 Tahun 1990 tentang
Perubahan Bentuk Badan Usaha Milik Daerah kedalam dua bentuk, yaitu Perumda dan Perseroda.
1 Perumda Perusahaan Umum Daerah-Publik
CorporationService. Didirikan dengan maksud, tujuan dan sifat usahanya
adalah mengutamakan penyelenggaraan pelayanan umum publik service disamping mencari keuntungan
sebagai sumber pendapatan asli daerah, dengan tetap berpegang teguh pada: 1 syarat-syarat efisiensi dan
efektivitas, 2 prinsip-prinsip ekonomi perusahaan dan 3 pelayanan yang baik pada masyarakat.
2 Perseroda Perusahaan Perseroan Daerah.
Maksud dan tujuan usaha Perseroda adalah untuk memupuk keuntungan dalam arti baik pelayanan dan
pembinaan organisasinya harus secara efektif dan efisien dengan orientasi bisnis.
J. LatihanDiskusi
1. Tugas pokok aparatur pemerintah adalah menyelenggarakan tugas umum pemerintahan dan tugas pembangunan. Jelaskan
maksud pernyataan ini. 2. Apa saja fungsi-fungsi yang umumnya dimiliki oleh Departemen?
Mengapa seperti itu? 3. Sebutkan fungsi Menteri Koordinator dan Menteri Negara?
Mengapa seperti itu? 4. Bagaimana pendapat saudara dengan banyaknya muncul
lembaga-lembaga ekstra struktural seperti Komisi, Badan, dan lain-lain dalam penyelenggaraan pemerintahan negara kita?
5. Penyelenggaraan pemerintahan daerah terakhir diatur berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Sebutkan apa yang dimaksud dengan pemerintah daerah, perangkat daerah dalam Undang-undang tersebut?
123 124
Modul Diklatpim Tk. IV Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
BAB V KOORDINASI DAN HUBUNGAN KERJA
Setelah membaca Bab V, peserta Diklat diharapkan mampu menjelaskan koordinasi dan hubungan kerja
Dalam penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan, setiap aparatur pemerintah bertugas melaksanakan
sebagian tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang masing-masing. Namun demikian tujuan dan sasaran yang harus dicapai
oleh Pemerintah selalu menyangkut kegiatan-kegiatan atau tugas lebih dari satu aparatur pemerintah. Oleh karena itu dalam pencapaian tujuan
atau sasaran tersebut perlu dilakukan pendekatan multi fungsional. Artinya bahwa setiap persoalan harus ditinjau dari berbagai fungsi
aparatur pemerintah yang terkait, baik antara dan antar instansi di tingkat Pusat maupun antara dan antar instansi di tingkat Pusat dan Daerah.
Dengan demikian setiap pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan wajib melibatkan berbagai aparatur pemerintah yang
terkait sebagaimana dimaksud di atas. Sehubungan dengan itu baik dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas umum
pemerintahan maupun dalam rangka menggerakkan dan memperlancar pelaksanaan pembangunan, kegiatan aparatur pemerintah perlu dipadukan,
diserasikan dan diselaraskan satu sama lain untuk mencegah timbulnya tumpang tindih, perbenturan, kesimpangsiuran dan atau kekacauan.
6. Sebutkan jenis-jenis BUMN menurut UU No.32 Tahun 2004 dan jelaskan dengan singkat masing-masing jenis BUMN tersebut.
7. Apa maksud dan tujuan didirikannya BUMN. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Good Corporate Governance.
K. Rangkuman