Ekstraksi HASIL DAN PEMBAHASAN

30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4. Isolasi dan Pemurnian Senyawa

4.4.1. Analisa Awal Ekstrak Menggunakan KLT dan GCMS

Identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis KLT dilakukan untuk mendeteksi keberagaman kandungan senyawa yang terdapat di dalam suatu ekstrak dan kemungkinan kemudahan dari kandungan senyawa tersebut untuk diisolasi. Kromatografi lapis tipis menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam terdiri dari silika gel 60 dan fase geraknya merupakan pengembang yang terdiri dari beberapa tingkatan kepolaran. Analisa awal ini menggunakan pengembang dengan perbandingan n-heksan dan etil asetat 4:1 kemudian perbandingan ini bisa dinaikkan jika dibutuhkan. Berdasarkan pola bercak pada plat KLT ini dapat dideteksi keberagaman senyawa yang terdapat dalam setiap fraksi, baik fraksi n- heksan, fraksi etil asetat, maupun fraksi metanol. Standar senyawa yang digunakan yaitu standar etil p-metoksisinamat EPMS. Standar ini digunakan karena EPMS ini ditemukan dalam Kaempferia galanga L. dan merupakan senyawa yang memiliki aktivitas antiinflamasi. Perbandingan hasil KLT dapat dilihat dalam gambar 4.1. A B C D Gambar 4.1. Hasil KLT setiap fraksi dengan eluen n-heksan : etil asetat 4:1 A : Fraksi n-heksan B : Fraksi etil asetat 31 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta C : Fraksi metanol D : EPMS Hasil kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki senyawa yang dapat diisolasi dengan mudah karena terlihat bercak yang sudah terpisah. Hasil analisa menggunakan GCMS, fraksi etil asetat mempunyai senyawa yang terdeteksi dengan GCMS dengan jumlah senyawa paling sedikit namun ada beberapa diantaranya yang memiliki persentasi yang cukup dominan selain EPMS Lihat Lampiran 4. Berdasarkan hasil analisa menggunakan KLT dan GCMS, fraksi etil asetat diambil untuk diisolasi lebih lanjut.

4.4.2. Pemisahan Kristal

Fraksi etil asetat banyak mengandung kristal yang merupakan kristal EPMS, sehingga diambil langkah untuk memisahkan kristal tersebut dari fraksi etil asetat. Hal ini dilakukan karena kandungan dari rimpang kencur adalah senyawa etil p-metoksisinamat EPMS yang bisa mencapai sampai 87,4 yang berbentuk kristal. Proses kristalisasi senyawa tersebut sangat mudah, sehingga kristal dapat dipisahkan terlebih dahulu dari fraksi etil asetat, untuk mempermudah proses isolasi selanjutnya. Pemisahan dilakukan dengan penyaringan vacuum dan kristal dianalisa menggunakan kromatografi lapis tipis dengan tujuan untuk memastikan bahwa kristal tersebut merupakan senyawa EPMS. Setelah dilakukan pengecekan menggunakan kromatografi lapis tipis, kristal tersebut merupakan senyawa EPMS karena memiliki Rf yang sama dengan senyawa EPMS standar. 32 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.2. Profil KLT EPMS dan kristal hasil pemisahan

4.4.3. Kromatografi Kolom Fraksi Etil Asetat

Kromatografi kolom dilakukan untuk proses fraksinasi dengan menggunakan silika gel 60 sebagai fase diam dan pelarut organik nonpolar n-heksan, semipolar etil asetat, dan polar metanol sebagai fase gerak. Saat proses fraksinasi ini, senyawa akan terpisah berdasarkan pada kepolarannya. Identifikasi awal terhadap hasil fraksinasi dilakukan dengan melihat pola bercak pada plat KLT dan kemudian digolongkan berdasarkan pola bercak yang muncul. Kolom yang digunakan yaitu berdiameter 3 cm dan tinggi 75 cm. Jumlah ekstrak fraksi etil asetat yaitu sebanyak 22,87 gram. Silika gel 60 yang digunakan sebanyak 657,49 gram. Sistem fase gerak dibuat dengan menggunakan sistem gradien dari perbandingan pelarut nonpolar n- heksan, semipolar etil asetat, dan polar metanol, sebagai berikut : a. n-heksan 100 b. n-heksan:etil asetat kenaikan perbandingan 20 - perbandingan 8:2 - perbandingan 6:4 - perbandingan 4:6 - perbandingan 2:8 c. etil asetat 100 d. etil asetat:metanol kenaikan perbandingan 20 - perbandingan 8:2 - perbandingan 6:4