Importance Performance Analysis IPA

47 6 Teknik Observasi. Dalam penelitian ini, teknik pengukuran reliabilitas yang digunakan adalah teknik Cronbach. Uji reliabilitas dilakukan dengan software SPSS 17,0. Reliabilitas suatu variabel atribut dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel dengan judul Reliability Statistics. Menilai reliabel atau tidaknya masing-masing atribut dapat dilihat pada nilai Alpha. Indikator reliabilitas atribut-atribut adalah sebagai berikut Nugroho 2005: a Alpha 0,00-0,20 = tidak reliabel b Alpha 0,21-0,50 = kurang reliabel c Alpha 0,51-0,60 = cukup reliabel d Alpha 0,61-0,80 = reliabel e Alpha 0,81-1,00 = sangat reliabel Jika tidak reliabel, maka atribut yang memiliki nilai Cronbach’s Alpha if Item Deleted terbesar harus dihilangkan dan tidak ditanyakan kepada responden pada saat pengambilan data dalam penelitian. Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua atribut produk Madu Pramuka PT Madu Pramuka dapat dikatakan sangat reliabel karena memiliki nilai Alpha = 0,862. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua atribut tersebut sudah konsisten pada pengukurannya dalam penelitian ini. Hasil uji reliabilitas tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.6.4. Importance Performance Analysis IPA

Konsep Importance Performance Analysis IPA merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengukur tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari atribut produk Madu Pramuka yang telah diformulasikan dengan memetakan atribut-atribut pada kuadran yang memiliki interpretasi berbeda. Tingkat kinerja menunjukkan atribut aktual yang dirasakan oleh konsumen, sedangkan tingkat kepentingan atribut menunjukkan seberapa penting atribut tersebut bagi konsumen. Penilaian tingkat kinerja dan kepentingan digunakan skor yang ditunjukkan pada Tabel 8. 48 Tabel 8. Skor Penilaian Tingkat Kinerja dan Kepentingan Skor Kinerja Kepentingan Skor 1 Sangat Tidak Baik Sangat Tidak Penting Skor 2 Tidak Baik Tidak Penting Skor 3 Cukup Baik Cukup Penting Skor 4 Baik Penting Skor 5 Sangat Baik Sangat Penting Total penilaian tingkat kinerja dan kepentingan diperoleh dengan cara menjumlahkan skor penilaian yang diberikan oleh responden. Hasil perhitungan tersebut akan digambarkan dalam diagram IPA. Masing-masing atribut diposisikan dalam diagram tersebut berdasarkan skor rata-rata, dimana skor rata- rata penilaian kinerja X menunjukkan posisi suatu atribut pada sumbu X. Sedangkan atribut pada sumbu Y ditunjukkan oleh skor rata-rata tingkat kepentingan Y. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: ∑ ∑ Keterangan: X = Skor rata-rata tingkat kinerja Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan n = Jumlah responden Diagram IPA merupakan suatu ruang yang dibagi atas empat bagian dan masing-masing bagian dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik a,b. Titik tersebut diperoleh dari rumus: ∑ ∑ Keterangan: a = Batas sumbu X tingkat kinerja b = Batas sumbu Y tingkat kepentingan k = Banyaknya atribut yang diteliti 49 Hubungan antara tingkat kinerja X dan kepentingan Y yang diperoleh dari responden dapat diinterpretasikan oleh Diagram Importance Performance Analysis yang ditunjukkan pada Gambar 8. Y Penting Kepentingan Kurang Penting X Kurang Baik Kinerja Baik Gambar 8. Diagram Importance and Performance Analysis Sumber: Rangkuti 2006 Masing-masing kuadran pada gambar menunjukkan keadaan yang berbeda: 1 Kuadran I Prioritas Utama Kuadran I memuat atribut yang dinilai penting namun pelaksanaan kinerja atribut masih rendah. Pada kuadran ini, tingkat kepuasan konsumen masih rendah sehingga perusahaan perlu meningkatkan kinerja dari atribut produk. Atribut pada kuadran I memiliki prioritas utama untuk diperbaiki kinerjanya oleh perusahaan. 2 Kuadran II Pertahankan Prestasi Kuadran II memuat atribut yang dinilai penting dan kinerja atribut yang sesuai dengan yang dirasakan oleh konsumen. Pada kuadran ini, tingkat kepuasan konsumen dinilai relatif tinggi sehingga perusahaan perlu mempertahankan atribut yang ada pada kuadran II. I Prioritas Utama II Pertahankan Prestasi III Prioritas Rendah IV Berlebihan 50 3 Kuadran III Prioritas Rendah Kuadran III memuat atribut yang kurang penting dengan pelaksanaan yang tidak terlalu baik. Pada kuadran ini, peningkatan variabel perlu diperhatikan kembali karena pengaruhnya yang tidak terlalu besar terhadap kepuasan konsumen. Atribut yang berada pada kuadran III memiliki prioritas rendah untuk diperbaiki kinerjanya oleh perusahaan. 4 Kuadran IV Berlebihan Kuadran IV memuat atribut yang dianggap kurang penting pengaruhnya bagi konsumen, akan tetapi kinerjanya dinilai berlebihan. Selain itu, atribut yang berada pada kuadran ini dapat dikurangi sehingga perusahaan dapat menghemat biaya. 4.6.5. Customer Satisfaction Index CSI Metode Customer Satisfaction Index digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh dengan melakukan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut yang diukur. Metode pengukuran CSI meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1 Menentukan Mean Importance Score MIS, nilai ini berasal dari rata-rata kepentingan tiap responden. ∑ Keterangan : n = Jumlah responden Yi = Nilai kepentingan atribut Y ke-i 2 Weight Factors WF, adalah fungsi dari Mean Importance Score atau nilai dari rata-rata tingkat kepentingan MIS-i per atribut terhadap total MIS seluruh atribut yang diuji. Dimana p merupakan atribut kepentingan ke-p. ∑ 3 Membuat Weight Score WS, bobot ini merupakan perkalian antara Weight Factor WF dengan rata-rata tingkat kepuasan atau Mean Satisfaction Score MSS. 51 4 Menghitung Customer Satisfaction Index, yaitu jumlah Weight Average WA dibagi dengan Highest Scale HS atau yang dinyatakan dalam bentuk persen. Skala maksimum diperoleh dari ukuran Skala Likert yang digunakan dalam pembobotan tingkat kepentingan dan kinerja. Maka dalam penelitian ini skala maksimum yang digunakan yaitu lima. Tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan konsumen berdasarkan kriteria pada Tabel 9. Tabel 9. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index Angka Indeks Interpretasi 0,00 - 0,20 Sangat tidak puas 0,21 - 0,40 Tidak puas 0,41 - 0,60 Cukup puas 0,61 - 0,80 Puas 0,81 – 1,00 Sangat puas Indeks kepuasan pelanggan menggunakan rentang skala untuk menunjukkan tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk. Rentang skala kepuasan pelanggan berkisar antara 0 – 100 persen. Rumus rentang skala yang digunakan adalah sebagai berikut: Keterangan: RS = rentang skala m = skor tertinggi n = skor terendah b = jumlah kelas dalam penelitian ini digunakan skala maksimal lima 4.7. Definisi Operasional 52 1. Responden adalah orang dengan usia ≥ 17 tahun yang pernah mengkonsumsi Madu Pramuka dan berperan dalam pembelian dan konsumsi langsung Madu Pramuka. 2. Atribut produk adalah keunikan yang dimiliki oleh suatu produk yang dalam kasus ini adalah produk Madu Pramuka terdiri atas rasa, harga, kemasan, pilihan rasa, informasi pada produk, aroma, kekentalan, warna, manfaat, merek, volume, keaslian, iklan dan promosi serta kemudahan memperoleh produk. 3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir responden pada saat penelitian dilakukan. 4. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima responden selama satu bulan berdasarkan pekerjaan yang dijalani. 5. Rasa madu adalah karakteristik Madu Pramuka yang dirasakan oleh indera pengecap berupa rasa manis dan asam yang dipersepsikan oleh responden. 6. Aroma adalah karakteristik Madu Pramuka yang dapat dirasakan oleh indera penciuman. 7. Informasi pada produk adalah informasi berupa kejelasan tanggal kadaluarsa, izin BPOM RI, label halal pada Madu Pramuka, manfaat khusus madu, ketentuan penyimpanan, dan cara mengkonsumsi madu yang benar. 8. Kekentalan adalah tingkat konsistensi Madu Pramuka yang dirasakan oleh responden yaitu tekstur halus seperti tidak ada endapan, tidak lengket di lidah sehingga lebih mudah dikonsumsi. 9. Pilihan rasa adalah banyaknya variasi rasa Madu Pramuka yang terdiri dari berbagai rasa berdasarkan pakan lebah madu pada saat proses budidaya. 10. Harga adalah sejumlah nilai uang yang ditukarkan responden untuk mendapat manfaat dari Madu Pramuka. 11. Kemasan adalah bentuk pelindung yang dimiliki Madu Pramuka yang dapat menjadi pembanding dengan produk lainnya. 12. Warna adalah atribut madu yang dapat dilihat secara langsung yang menunjukkan asal madu dan kualitas madu. 13. Manfaat adalah nilai yang diperoleh responden setelah mengkonsumsi Madu Pramuka dengan biaya yang telah mereka keluarkan sebesar harga produk. 53 14. Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi semuanya yang digunakan untuk mengidentifikasi produk sehingga dapat dibedakan terhadap produk pesaing dan juga menggambarkan persepsi konsumen terhadap kualitas dan image berupa penilaian dan keyakinan baik positif atau negatif. 15. Keaslian adalah kondisi madu yang tidak tercampur dengan zat lain sehingga manfaatnya terjaga dan kualitasnya baik. 16. Volume adalah banyaknya isi Madu Pramuka dalam satu kemasan. Penilaian atribut ini menggambarkan kesesuaian antara banyaknya variasi volume yang disediakan oleh PT Madu Pramuka dengan kebutuhan konsumen. 17. Iklan dan promosi adalah serangkaian cara yang digunakan untuk mengenalkan dan memasarkan Madu Pramuka agar konsumen tertarik untuk mengkonsumsinya. 18. Kemudahan memperoleh produk adalah cara yang tidak menyulitkan konsumen dalam pembelian produk. 54 V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Pusat Perlebahan Apiari Pramuka didirikan atas gagasan dari Sekjen Kwartir Nasional Kwarnas yaitu Mayjen TNI Purn Dr. Azis Saleh pada tahun 1970. Gagasan tersebut dipicu oleh keinginan untuk menerapkan kegiatan budidaya lebah secara modern di Indonesia, mengingat masyarakat Indonesia pada waktu itu masih menggunakan cara yang tradisional. Pihak pemerintah maupun swasta seperti Massito Apiaries dan Lembaga Apikultur Indonesia sudah mencoba budidaya lebah secara modern namun usaha tersebut tidak memberikan hasil yang memuaskan. Hal inilah yang menarik perhatian Gerakan Pramuka untuk membantu pemerintah dalam merintis kembali budidaya lebah secara modern. Gagasan pembentukan Pusat Perlebahan Apiari Pramuka diungkapkan dalam workshop peternakan lebah di Jakarta yang diselenggarakan pada tanggal 28 Mei 1970. Salah satu hasil workshop tersebut yaitu pembentukan suatu badan untuk menampung segala aktivitas peternakan lebah di lingkungan Gerakan Pramuka. Kemudian terbentuklah unit usaha Pramuka yang dinamakan Pusat Perlebahan Apiari Pramuka. Pada awal tahun 2004, Kepala Unit Pusat Perlebahan Apiari Pramuka mengusulkan kepada Ketua Kwarnas untuk mengubah status unit usahanya menjadi perusahaan. Usulan tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan kontrak kerjasama dengan perusahaan lain. Maka pada tanggal 5 Januari 2005 Pusat Perlebahan Apiari Pramuka resmi menjadi perusahaan dengan nama PT Madu Pramuka dan diresmikan oleh Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yaitu Prof. Dr. dr. H. Azrul Azwar, MPH. Perubahan status tersebut dicatat pada Akta Pendirian Perusahaan nomor 6. Setelah resmi menjadi perusahaan, PT Madu Pramuka membuat Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP- Kecil dengan nomor SIUP 0196613-1.824.51 yang dikeluarkan pada tanggal 15 Agustus 2005. Dalam SIUP tersebut yang menjadi penanggung jawab perusahaan adalah Kepala Unit Pusat Perlebahan Apiari Pramuka sebagai Direktur PT Madu Pramuka. Perluasan usaha PT Madu Pramuka pernah dilakukan dengan membuka kedai sebagai cabang usaha di Bali, Serang, Bandung Timur, Tangerang,