2.7.3. Inflasi
Yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus pada periode tertentu. Ini tidak
berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah
bersamaan. Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan index harga.
Beberapa index harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain:
1. Index biaya hidup consumer price index
2. Index harga perdagangan besar wholesale price index
3. GNP deflator
2.7.3.1. Jenis Inflasi
Laju inflasi dapat berbeda antara satu negara denagn negara lain atau dalam satu negara untuk waktu tertentu. Atas dasar besarnya
laju inflasi, inflasi terbagi atas 3 kategori :
a. Inflasi merayap creeping inflation
Biasanya creeping inflation ditandai dengan dengan laju inflasi ygn rendah yaitu kurang dari 10 per tahun. Kenaikan harga berjalan
secara lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
b. Inflasi menengah galloping inflation
Inflasi menengah di tandai dengan kenaikan harga yang cukup besar biasanya doeble digit atau bahkan triple digit dan kadang
kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi
c. Inflasi tinggi hyper inflation
Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali lipat. Masyarakat tidak lagi
berkeinginan berkeinginan unutk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukar dengan barang.
Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya keadan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit
anggaran belanja yang dibelanjai ditutupi dengan mencetak uang. Menurut teori kuantitas sebab utama timbulnya inflasi adalah
kelebihan permintaan yang disebabkan karena pemanbahan jumlah uang beredar.
Jika didasarkan pada penyebabnya, maka inflasi dibagi atas kategori sebagai berikut :
Demand Pull Inflation
Inflasi ini bermula dari danya kenaikan permintaan total agregate demand, sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan
kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping menaikkan harga dapat juga menaikkan hasil produksi output. Pada kondisi full
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
employment, kanaikan permintaan hanya akan menyebabkan kenaikan harga.
Terjadinya demand pull inflation dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 2.2 : Demand pull inflation P
AS Inflation GAP
P
4
P
3
AD
4
2
Sumber : Nopirin, 1990, Ekonomi Moneter, Edisi Kesatu, BPFE,
Bermula dengan harga P1 dan output Q1, kenaikan permintaan total dari AD1 dan AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang
tidak dapat dipenuhi oleh penawaran yang ada. Akibatnya, harga naik menjadi P2 dan output naik menjadi QFE. Kenaikan AD2 selanjutnya
menjadi AD3 menyebebkan harga naik menjadi P3 sedang output tetap pada QFE. Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya inflation gap.
Proses kenaikan harga ini akan berjalan terus sepanjang permintaan total terus naik misalnya menjadi AD4
P
2
AD
3
P
1
AD AD
1
Q
1 FE
Q
Yogyakarta
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Cost Pull Inflation
Cost pull inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga seta penurunan produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi.
Keadaan ini biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total agregate supply sebagai akibat kenaikan biaya-biaya
produksi. Kenaikan biaya ini dapat timbul karena beberapa faktor diantaranya :
a. Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntut kenaikan
upah b.
Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manager dapat menggunakan kekuasaannya dipasar untuk menentukan harga
yang lebih tinggi c.
Kenaikan harga bahan baku industri. Kenaikan harga bahan bakar, biaya produksi naik akibatnya timbul stagflasi, yakni inflasi yang
disertai dengan stagnansi. Gambar 2.3 : Cost pull inflation
P AS
3
AS
2
AS
1
P
3
P
2
P
1
AD
Q
2
Q
1
Q
FE
Sumber : Nopirin, 1990, Ekonomi Moneter, Edisi Kesatu, BPFE, Yogyakarta
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Bermula pada harga P1 dan QFE kenaikan biaya produksi akan menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi AS2.
konsekwensinya harga naik menjadi P2 dan produksi turun menjadi AS3, harga naik dan produksi turun menjadi Q2
2.7.3.2. Efek Inflasi
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi serta produk nasional. Secara jelasnya dapat kita
perhatikan yang berikut ini :
a. Efek terhadap pendapatan Equity Effect