ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN PRODUK BANK KONVENSIONAL DI PT. BRI PERSERO CABANG SEDATI (STUDI KASUS MENGENAI KEPUTUSAN NASABAH).

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN PRODUK BANK KONVENSIONAL DI

PT. BRI PERSERO CABANG SEDATI

(STUDI KASUS MENGENAI KEPUTUSAN NASABAH)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Ekonomi

Oleh :

Wahyudi Ruwianto

0411010214 / FE / IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN “

JAWA TIMUR


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN PRODUK

BANK KONVENSIONAL DI PT. BRI PERSERO CABANG SEDATI (STUDI KASUS MENGENAI KEPUTUSAN NASABAH)

Oleh :

Wahyudi Ruwianto

Abstraksi

Dalam dunia perbankan di Indonesia pada saat sekarang ini, perbankan merupakan kebutuhan masyarakat. Hal ini didukung dengan kinerja dan kontribusi dunia perbankan terhadap perkembangan perekonomian di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini dan akan berlanjut sampai pada tahun-tahun berikkutnya. Kinerja ini semakin nyata ketika badai krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Perbankan Konvensional banyak yang terpuruk tapi tidak sedikit yang bertahan bahkan mampu menunjukkan perkembangannya. Perkembangan suatu banj tidak lepas dari kepercayaan masyarakat terhadap sistem kerja yang ditawarkan bank tersebut kepada nasabahnya. Atas dasar pemikiran tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang membuat masyarakat tetap memilih bank konvensional untuk memenuhi kebutuhan transaksi keuangannya

Peneliti ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan meyebarkan 140 kuisioner kepada nasabah PT. BRI Persero Cabang Sedati Sidoarjo. Tahnik penentuan sampel menggunakan metode accidential sampling yaitu teknik penentuan berdasarkan kebetulan, maksudnyya siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dipilih sebagai sampel. Skala pengukuran untuk indikator-indikator empiris dari setiap variabel adalah skala semantic differential dangan nilai skala interval sebesar 1 sampai 7. analisis data pengujian hipotesis menggunakan teknik Structural Equation Modelling (SEM) dengan program AMOS 4.0.

Hasil penelitian menunjukkan faktor Suku Bunga, beberapa dimensi dari Bauran Pemasaran dan Kaulitas jasa berudimensi dangan preferensi masyarakat dalam menggunakan produk bank tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor Suku Bunga dan Faktor Bauran Pemasaran berpengaruh positif terhadap tingkat preferensi masyarakat terhadap penggunaan produk bank konvensional di PT. BRI Persero Cabang Sedati Sidoarjo


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 6

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1 Pengertian Bank ... 9

2.2.2. Jenis Bank ... 10

2.2.3. Tugas dan Fungsi Pokok bank ... 15

2.2.4. Sumber-sumber Dana Bank ... 16

2.2.5. Tabungan Masyarakat ... 18

2.2.6. Deposito ... 21


(4)

2.3. Jasa ... 25

2.3.1. Defenisi Jasa ... 25

2.3.2. Karakteristik Jasa ... 26

2.4. Pemasaran ... 27

2.4.1. Defenisi pemasaran ... 27

2.4.2. Pemasaran bank ... 29

2.4.3. Tujuan pemasaran bank ... 30

2.5. Perilaku Konsumen ... 31

2.6. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 43

2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi Nasabah ... 47

2.7.1. Pendapatan Masyarakat ... 47

2.7.1.1. Pengertian Pendapatan ... 47

2.7.1.2. Pengertian Pendapatan Perkapita ... 48

2.7.2. Tingkat Suku Bunga ... 51

2.7.2.1 Fungsi Tingkat Bunga Dalam Perekonomian . 52 2.7.2.2. Determinan Tingkat Bunga ... 53

2.7.2.3. Metode Penentuan Tingkat Bunga ... 55

2.7.2.4. Tingkat Bunga Riil dan Nominal ... 57

2.7.3. Inflasi ... 59

2.7.3.1. Jenis Inflasi ... 59

2.7.3.2. Efek Inflasi ... 63


(5)

2.7.4. Marketing Mix ... 66

2.7.4.1. Produk ... 67

2.7.4.2. Harga ... 72

2.7.4.3. Lokasi ... 76

2.7.4.4. Promosi ... 80

2.7.5. Kualitas jasa ... 84

2.7.5.1. Tangibles ... 85

2.7.5.2. Responsivitas ... 85

2.7.5.3. Assurance ... 86

2.7.5.4. Reabillitas ... 86

2.7.5.5. Empati ... 87

2.8. Kerangka Pikir ... 88

2.9. Hipotesis ... 94

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Defenisi konsep ... 95

3.2. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 98

3.3. Teknik Penentuan Sampel ... 101

3.3.1. Populasi ... 101

3.3.2. Sampel ... 101

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 102

3.4.1. Jenis Data ... 102

3.4.2. Sumber Data ... 103


(6)

3.5. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 104

3.5.1. Structural Equation Modeling (SEM) ... 104

3.5.2. Asumsi Model [Structural Equation Modeling] ... 105

3.5.3. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 108

3.5.4. Evaluasi Model ... 108

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 110

4.1.1 Sejarah Singkat PT. Bank Rakyat Indonesia ... 110

4.1.2 Gambaran Perbankan Di Sidoarjo ... 113

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 113

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 114

4.3.1. Uji Reabilitas ... 114

4.3.2. Uji Validitas Instrumen Kuisioner ... 115

4.3.3. Uji Construk Rability dan Variance Extract ... 116

4.3.4. Uji Outliers Multivariate ... 117

4.3.5. Uji Normalitas ... 119

4.3.6. Evaluasi Multicollinearity dan Singularity ... 120

4.4. Evaluasi Model SEM dan Pengujian Hipotesis ... 120

4.4.1. Evaluasi Model One-Step Approach to SEM – Base Model ... 120

4.4.2. Evaluasi Model One Step Approach to SEM – Eliminasi ... 122


(7)

4.4.3. Evaluasi Model One Step Approach to

SEM – Modifikasi ... 124 4.5. Pengujian Hipotesis ... 125 4.5.1. Pengujian Hipotesis Kausalitas ... 125 4.5.2. Pengujian Hipotesis Unidimensi First Order

Faktor Suku Bunga (X2) ... 127 4.5.3. Pengujian Hipotesis Unidimensi First Order

Faktor Bauran Pemasaran (X4) ... 128 4.5.4. Pengujian Hipotesis Unidimensi First Order

Faktor Kualitas Jasa (X5) ... 129 4.5.5. Pengujian Hipotesis Modifikasi Second Order ... 130 4.6. Pembahasan ... 130 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 132 5.2 Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Permasalahan pembangunan berkembang seiring dengan berkembangnya jaman. Permasalahan-permasalahan pembangunan dikaji dari berbagai sudut pandang guna merumuskan langkah-langkah pemecahannya. Berbagai kebijakan ditentukan dalam hal pemecahan masalah pembangunan dengan mendukung potensi berkembangnya masyarakat melalui peningkatan peran, serta produktivitas rakyat dengan tujuan menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi, alokasi sumber-sumber ekonomi yang lebih optimal, distribusi manfaat yag lebih merata, peningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraan. Peningkatan kesejahteraan akan menghasilkan surplus, yang dapat diarahkan pada akumulasi modal yang diperoleh dari peningkatan pendapatan, meningkatkan tabungan, meningkatkan pembentukan modal serta mendorong produktivitas.

Dalam proses akumulasi modal, secara teoritis masyarakat memerlukan modal guna meningkatkan produksinya. Modal tersebut dapat diperoleh dari kredit yang merupakan dana penghimpunan dari dana tabungan. Yang diperoleh dari surplus pendapatan dikurangi dengan konsumsi. Tabungan yang dialokasikan sebagai kredit atau bentuk pinjaman lain dapat ditingkatkan menjadi investasi dan digunakan sebagai


(9)

pembentukan modal. Dengan modal inilah kegiatan ekonomi bisa meningkat, pendapatanpun jadi terangkat, surplus meningkat, investasipun meningkat dan seterusnya. Sehingga tabungan harus senantiasa dikembangkan dan ditingkatkan.

Berdasarkan pada hal inilah, mengapa bank sebagai badan perantara keuangan sangatlah penting. Dari waktu ke waktu kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan semakin meningkat dan beragam, maka peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada dinegara maju maupun dinegara berkembang

Tingginya tingkat kesadaran masyarakat terhadap peran dan fungsi bank, merupakan faktor pendorong berkembangnya industri perbankan. Ditandai dengan semakin merata keberadaannya yang tersebar mencapai keseluruh daerah. Selain luas penyebarannya, indikasi lain adalah semakin bertambahnya rasio jumlah bank pada suatau area tertentu. Fasilitas yang mendukung layanan produk seperti keberadan Automatic Teller Machine (ATM), credit card, mobile banking, hingga sistem on line atau internet banking, semakin menambah dukungan kemajuan teknologi terhadap inovasi layanan produk dari suatu bank. Kesemuanya itu adalah bentuk dari jasa-jasa bank yang mempunyai tujuan untuk mendukung dan memperlancar kedua kegiatan perbankan, yaitu kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan kegiatan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/ atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat (UU No. 10 tahun 1998).


(10)

Sedangkan tujuan dari perbankan Indonesia adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilits nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak

Untuk meningkatkan gairah masyarakat dalam menabung perlu peran aktif perbankan dengan mengambil langkah-langkah atau kebijakan-kebijakan yang sekiranya dapat mendorong jumlah tabungan masyarakat. Beberapa langkah yang diambil oleh perbankan untuk menarik minat masyarakat dalam menabung meliputi berbagai hal, dari peningkatan suku bunga, penyediaan fasilitas dan perbaikan sistem pelayanan serta hal lain dengan tujuan menambah jumlah nasabahnya.

Keadaan Indonesia yang tidak stabil karena selalu diwarnai oleh kebijakan pemerintah yang tiba-tiba, situasi politik yang kian panas dan faktor-faktor lain, akan melahirkan hal-hal yang bersifat menyeluruh terhadap masyarakat Indonesia, seperti inflasi dan distribusi pendapatan. Tapi disamping itu semua banyak hal yang mempengaruhi keputusan manusia sebagai individu dalam menggunakan produk perbankan. Dan, hal-hal inilah yang berusaha digunakan semaksimal mungkin oleh pihak perbankan agar dapat memberikan pengaruh yang optimal melalui berbagai variabel.

Kita ambil contoh dari tabungan, berdasarkan data pada BPS Jawa Timur tahun 2006, jumlah tabungan masyarakat mengalami fluktuasi. Dimana kenaikan terjadi pada tahun 1999 yaitu sebesar Rp. 8.186.164 juta


(11)

atau mengalami perkembangan sebesar 115,90% dari tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 1998 jumlah tabungan masyarakat sebesar Rp. 3.791.608 juta. Sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar Rp. 9.787.257 juta atau mengalami penurunan sebesar -24,51% dari tahun sebelumnya dimana pada tahun 2000 jumlah tabungan masyarakat sebesar Rp. 12.965.064 juta.

Berdasarkan fenomena yang terdapat pada latar belakang tersebut. Maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Preferensi Nasabah Terhadap Penggunaan Produk Bank Konvensional di PT. BRI Persero Cabang Sedati (studi kasus mengenai keputusan nasabah)” khususnya yang berkaitan dengan suku bunga bank, inflasi, pendapatan masyarakat, bauran pemasaran dan kualitas jasa

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:

 Apakah ada hubungan antara suku bunga bank, inflasi, pendapatan masyarakat, bauran pemasaran dan kualitas jasa terhadap keputusan nasabah PT. BRI Persero Cabang Sedati dalam menggunakan produk bank konvensional?


(12)

5

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, didasarkan pada permasalahan yang dikaji yaitu :

 Untuk mengetahui pengaruh suku bunga bank, inflasi, pendapatan masyarakat, bauran pemasaran dan kualitas jasa terhadap keputusan nasabah dalam menggunakan produk bank konvensional di PT. BRI Persero Cabang Sedati.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai adalah :

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dalam rangka mengetahui tingkat preferensi nasabah terhadap produk bank konvensional yang dikaji melalui sudut pandang nasabah

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengungkap hal-hal dominan, yang dapat mempengaruhi nasabah suatu bank konvensional dalam menggunakan produknya


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dan referensi, berikut ini adalah penelitian terdahulu dengan konsep dan tujuan yang hampir sama walaupun metode pengumpulan datanya yang berbeda

2.1.1. Rachmawati Churniasari : 2007

“Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi tabungan masyarakat di Surabaya pasca krisis moneter”

Menyatakan bahwa : secara simultan, keseluruhan dari faktor bebas yaitu pendapatan perkapita (X1), tingkat suku bunga (X2), inflasi (X3), jumlah kantor bank (X4), marginal propensity to consume/ MPC (X5) berpengaruh secara nyata terhadap tabungan masyarakat di Surrabaya. Sedangkan secara parsial diperoleh kesimpulan bahwa Pendapatan Perkapita (X1), Inflasi (X3), Jumlah Kantor Bank (X4) dan Marginal Propensity to Consume/ MPC (X5) berpengaruh secara nyata terhadap tabungan masyarakat di Surabaya pasca krisis moneter, sedangkan Tingkat Suku Bunga (X2) tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel Y

2.1.2. Faris Firmansyah : 2007

“Beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah tabungan masyarakat pada bank umum nasional di Surabaya”


(14)

Menyatakan bahwa : hipotesis pertama, faktor pendapatan Perkapita (X1), Jumlah Kantor Bank (X2), Tingkat Suku Bunga (X3) dan Inflasi (X4) berpengaruh secara nyata jumlah tabungan masyarakat pada bank umum nasional di Surabaya. Ternyata tidak secara keseluruhan yang dapat berpengaruh secara nyata terhadap Variabel Y karena hanya Pendapatan perkapita(X1) dan Jumlah Kantor Bank (X2) yang dapat terbukti secara nyata. Pada hipotesis kedua, Pendapatan perkapita (X1) dianggap paling berpengaruh terhadap Variabel Y. Tapi hipotesis tersebut tidak dapat diterima karena Jumlah Kantor Bank (X2), dapat berpengaruh lebih nyata

2.1.3. Hari Syamsu Nugroho : 2007

“Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi penghimpunan tabungan Mudharabah pada PT. BRI Syariah (Persero) Tbk. Kantor cabang Surabaya”

Menyatakan bahwa : secara simultan Nisbah bagi hasil (X1), Likuiditas Bank BRI Syariah (X2), Tingkat Inflasi (X3), dan tingkat suku bunga tabungan BRI Konvensional (X4) berpengaruh secara nyata terhadap penghimpunan tabungan Mudharabah pada BRI Syariah. Sedangkan secara parsial, Nisbah Bagi Hasil (X1) tidak berpengaruh secara positif terhadap Variabel terikat. Dan, Likuiditas Bank BRI Syariah (X2), Tingkat Inflasi (X3), dan tingkat suku bunga tabungan BRI Konvensional (X4) berpengaruh negatif terhadap penghimpunan tabungan Mudharabah pada PT. BRI Syariah (Persero) Tbk. Kantor cabang Surabaya


(15)

2.1.4. Wene Saputro : 2006

“Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi dana tabungan masyarakat yang dihimpun pada bank swasta di Jawa Timur”

Menyatakan bahwa : berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data yang dilakukan, maka diketahui bahwa Tingkat Suku Bunga (X1), Inflasi (X2), pendapatan Perkapita (X3) dan Jumlah Kantor Bank (X4) berpengaruh secara nyata terhadap dana tabungan masyarakat yang dihimpun pada bank swasta di Jawa Timur. Dan, dari semua Variabel bebas yang mempunyai pengaruh paling dominan adalah pendapatan perkapita (X3)

2.1.5. Reni Dina Maulani : 2006

“Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi dana tabungan masyarakat yang dihimpun pada bank umum di Jawa Timur”

Menyatakan bahwa : secara simultan, faktor bebas yaitu pendapatan perkapita (X1), tingkat suku bunga (X2), inflasi (X3), jumlah kantor bank (X4) berpengaruh secara nyata terhadap tabungan masyarakat di Surabaya. Sedangkan secara parsial diperoleh kesimpulan bahwa Inflasi (X3), tidak berpengaruh secara nyata tapi, Pendapatan Perkapita (X1), Tingkat Suku Bunga (X2) dan Jumlah Kantor Bank (X4) berpengaruh secara nyata terhadap tabungan masyarakat yang dihimpun pada bank umum di Jawa Timur


(16)

2.2. Landasan Teori

Landasan teori atau tinjauan pustaka ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menemukan dasar secara teoritis guna membantu memecahkan masalah

2.2.1 Pengertian Bank

Fungsi sering dihubungkan dengan pelayanan kebutuhan pembiayaan dan mekanisme sistem pembayaran bagi seluruh sektor perekonomian melalui berbagai jasa perbankan yang dimiliki oleh setiap bank. Para penulis buku-buku perbankan tidak selalu sama memberikan pendapat dan defenisi akan bank itu sendiri. Terdapat beberapa pengertian tentang bank, seperti yang dinyatakan oleh beberapa penulis sebagai berikut :

1. Undang-undang pokok perbankan No. 14 Tahun 1967, bank adalah

lembaga keuangan yang usaha pokoknya ialah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang

2. Undang-undang pokok perbankan No. 7 Tahun 1992, bank adalah

badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan pada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

3. Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998

tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan


(17)

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka menigkatkan taraf hidup rakyat banyak” (Kasmir,2004:23)

Dari berbagai pengertian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan defenisi bank adalah sebagai berikut :

“Bank merupakan suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang moneter (keuangan) dengan tugas pokok adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui kredit atau berbagai bentuk lain serta melayani barbagai kebutuhan jasa yang berkaitan dengan lalu lintas pambayaran dan peredaran uang dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”

2.2.2 Jenis Bank

Di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan seperti yang diatur dalam Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang-undang No. 14 Tahun 1967, maka terdapat beberapa perbedaan. Namun kegiatan utama atau pokok dari bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana, tidak berbeda satu sama lainnya. Bahkan bertambah padat dan berkembang


(18)

Menurut Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 (Kasmir,2004:18) maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari :

a. Bank Umum

Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pambayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan aeluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan keluar negeri

(cabang). Bank umum sering disebut bank komersil (commersial bank)

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR),

Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prisip syariah. Dalam kegiatqannya BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran . artinya, jasa-jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum

Dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut yang dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank tersebut, adalah (Kasmir,2004:19):


(19)

a. Bank milik pemerintah

Di mana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula

b. Bank milik swasta nasional

Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula

c. Bank milik koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

d. Bank milik asing

Bank jenis ini merupakan cadangan dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Jelas kepemilikannyapun dimiliki oleh pihak luar negeri

e. Bank milik campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.

Jika dilihat dari segi status, artinya jenis ini dilihat dari segi kemampuannya melayani masyarakat, terutama bank umum. Pembagian


(20)

jenis ini disebut juga pambagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Sebagai berikut (Kasmir,2004:22) :

a. Bank devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

b. Bank nondevisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebgagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa

Dalam menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli. Saat ini bank terbagi kedalam 2 kelompok besar. (Kasmir,2004:23) Yaitu :

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

Bank yang dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu :

- Menetapkan bunga sebagai harga, untuk produk simpanan seperti

giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berddasarkan tingkata suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dekenal dengan istilah

spread based

- Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional


(21)

nomunal atau persentase tertentu. Sistem pengenann biaya ini

dikenal dengan istilah fee based

b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah

Bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam menentukan harga periodiknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Perbedaanya terletak pada :

1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudhrabah)

2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah)

3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah)

4. Pembiyaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan

(ijarah)

5. Atau, dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang

yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)

Dan apabila jika ditinjau dari segi penciptaan uang, bank dapat dibedakan dalam 2 jenis :

a. Bank primer

Bank primer adalah bank yang dapat menciptakan uang giral, yang tergolong dalam bank primer yaitu bank sirkulasi (bank sentral)


(22)

b. Bank sekunder

Bank sekunder adalah bank yang bertugas sebagai perantara dalam menyalurkan kredit, yang tergolong dalam bank yang tidak dapat menciptakan uang giral

2.2.3 Tugas dan Fungsi Pokok bank

Tugas dan fungsi bank itu sendiri tidak terlepas dari kegiatan yang

dilakukan yaitu : Funding, Lending dan Services. Jadi pada intinya bank

mempunyai tugas pokok antara lain :

a. Menghimpun dana dari masyarakat yang merupakan dana sisa atau

dana lebih dari kebutuhan sehari-hari, dalam bentuk rekening koran, simpanan deposito, tabungan dan lain-lain

b. Memberikan kredit pada orang atau badan usaha yang membutuhkan

uang. Pemberian kredit ini dapat ditujukan untuk kegiatan-kegiatan produktif dan bukan untuk kegiatan konsumtif

c. Memberikan jasa-jasa dalam bentuk lalu lintas pembayaran dan

peredaran uang yang berbentuk pengeluaran cek, pengiriman atau transfer uang, sebagai media tukar menukar valuta asing dan lain sebagainya

d. Memberikan jaminan keselamatan dan keamanan uang masyarakat dari

resiko kehilangan, kebakaran dan lain sebagainya.

Sedangkan fungsi bank dalam suatu negara dapat dikatakan luas, karena bank merupakan alat pemerintah untuk menjaga stabillitas ekonomi


(23)

moneter dan keuangan. Antara tugas dan fungsi pokok perbankan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Selain mempunyai fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, bank juga mempunyai fungsi sebagai agen pembangunan Nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Pertumbuhan ekonomi dan stabilitas Nasional dapat menuju kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak

2.2.4 Sumber-sumber Dana Bank

Yang dimaksud dengan sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dan untuk membiayai operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsinya bahwa bank adalah lembaga keuangan dimana kegiatan sehari-harinya adalah dalam bidang jual-beli uang. Tentu saja sebelum menjual uang (memberikan pinjaman) bank harus lebih dulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank mencari keuntungan.

Adapun sumber-sumber dana bank itu sendiri adalah (Kasmir,2004:36):

1. Dana pihak pertama

Atau dana yang bersumber dari bank itu sendiri. Yang dimaksud disini adalah modal setoran dari para pemegang saham. Secara garis besar dana dari pihak pertama terdiri dari:


(24)

- Cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan laba tahun lalu yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan ditahun yang akan datang

- Laba ditahan, merupakan laba yang memang belum dibagikan pada

tahun yang bersangkutan sehigga dapat dimanfaatkan sebagi modal untuk sementara waktu

2. Dana pihak kedua

Pada dasarnya adalah dana yang berasal dari tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan ketiga. Pencarian dari sumber dana ini relatif lebiih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Perolehan dana dari sumber ini dapat diperoleh dari :

- Kredit likuiditas dari BI, merupakan kredit yang diberikan oleh

Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan yang menyangkut kelikuiditasannya.

- Pinjaman antar bank (call money) biasanya pinjaman diberikan

kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring didalam lembaga kliring. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga relatif tinggi

- Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang


(25)

- Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjual belikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non-keuangan

3. Dana pihak ketiga

Atau biasa juga dikenal dengan sumber dana yang berasal dari masyarakat luas. Sumber dana ini merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya dan pencarian dana dari sumber ini paling dominan dan terbanyak. Karena sebagian besar dana yang digunakan dalam menjalankan kegiatan operasional bank berasal dari sumber pihak ketiga ini.

Adapun sumber-sumber dana dari msyarakat luas dapat dilakukan dalam bantuk :

- Simpanan Giro

- Simpanan Tabungan

- Simpanan Deposito

2.2.5 Tabungan Masyarakat

Pengertian tabungan menurut Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan


(26)

menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau lainnya yang dipersamakan dengan itu. Namun beberapa teori mengenai tabungan menyatakan hal-hal sebagai berikut :

a. Keynes dalam Winardi (1999 : 65)

Tabungan didefenisikan sebagai pendapatan yang dikurangi pengeluaran-pengeluaran konsumtif baik tabungan secara individu maupun bagi tabungan masyarakat secara keseluruhan

b. Djoyohadikusumo (1995 : 65)

Tabungan adalah sebagai kemampuan dan kesediaan untuk memahami hawa nafsu konsumsi selama beberapa waktu supaya dimasa depan terbuka kemungkinan konsumsi yang lebih memuaskan

c. Dumairy (1997 : 125)

Tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak dibelanjakan dan tidak dikeluarkan untuk dikonsumsi

d. Rosyidi (1994 : 142)

Tabungan masyarakat adalah apabila seseorang, pendapatan dari hasil bekerja maka iapun akan segera merencanakan untuk membelanjakan pendapatannya itu setelah dikurangi dengan segala kewajibannya

e. Sukirno (1995 : 353)

Tabugan masyarakat dibedakan dalam 2 pengertian yaitu :

- kesanggupan untuk menabung (ability to save) atau disebut sebagai


(27)

masyarakat untuk mengerahkan tabungan dalam negeri. Kemampuan untuk menabung terutama tergantung pada tingkat pendapatan masyarakat, jumlah penduduk, distribusi pendapatan dan kesanggupan sektor perusahaan untuk menabung

- kemampuan untuk menabung (willingness to save) atau disebut

juga sebagai tingkat tabungan riil. Kemampuan untuk menabung ditentukan oleh tingkat perkembangan badan-badan keuangan atas tabungan yang dilakukan masyarakat dan sikap masyarakat terhadap kegiatan menabung

Tabungan masyarakat akan mempunyai pengaruh cukup besar apabila dialokasikan untuk kegiatan masyarakat itu sendiri. Bagi bank, tabungan masyarakat merupakan dana yang sangat diperlukan bagi kelangsungan serta perkembangan bank sedangkan bagi masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk kredit untuk melaksanakan kegiatan produktif maupun untuk membiayai berbagai pengeluaran konsumtif pada saat yang akan datang. Maka secara teknis dapat dituliskan dengan :

Y = C + S

Atau dengan lebih jelasnya pendapatan sama dengan konsumsi ditambah dengan tabungan. Atau, pendapatan dikurangi dengan konsumsi adalah tabungan.

Y = C + S maka S = Y – S atau C = Y – S

Dengan demikian, dapat pula tabungan dirumuskan yaitu S = F (Y) atau S (Y) yaitu tabungan adalah fungsi atau tergantung kepada pendapatan,


(28)

dimana yang dimaksud adalah pendapatan yang dihasilkan oleh masyarakat

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tabungan adalah simpanan yang pengambilannya dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan perjanjian antara pihak bank dengan pihak nasabah. Ini merupakan tabungan yang merupakan hutang bank terhadap nasabah dalam jangka pendek

2.2.6 Deposito

Simpanan deposito (time deposit) merupakan simpanan yang berbeda dengan bentuk penyimpanan lainnya yaitu Giro dan Tabungan. Dimana simpanan deposito mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo) lebih panjang dan tidak dapat ditarik setiap saat atau setiap hari.

Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian penyimpanan dengan bank. Adapun jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia dewasa ini adalah :

a. Deposito Berjangka

Merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu. Yang diterbitkan atas nama perorangan maupun lembaga.

b. Sertifikat Deposito

Merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu tertentu pula hanya saja sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk


(29)

sertifikat dan dapat diperjualbaelikan atau dipindah tangankan kepada pihak lain

c. Deposito On Call

Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7 hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam jumlah besar

Merupakan salah satu bentuk tabungan masyarakat yang dapat dipakai sebagai sumber alternatif bagi dana bank. Hal tersebut karena besarnya dana yang dibutuhkan oleh bank untuk diputar dalam bentuk kegiatan yang produktif.

Beberapa motivasi masyarakat menabung dalam bentuk deposito adalah sebagai berikut :

- Tingkat bunga yang menarik dan menguntungkan

- Resiko simpanan deposito yang relatif kecil

- Fasilitas yang memuaskan

- Mendidik hidup hemat

Dana dalam bentuk deposito salain bermanfaat dan turut berperan membantu pemerintah dalam pengeluaran sumber dana pembangunan khususnya bagi pembiayaan investasi didalam negeri. Usaha yang dilakukan untuk menghimpun dan simpanan deposito antara lain :

1. Mempertahankan kepercayaan baik dari masyarakat maupun


(30)

2. Memberikan pelayanan yang memuaskan kepada para nasabah. Kepercayaan yang didapat dari masyarakat harus selalu diimbangi dangan fasilitas dan palayanan yang memuaskan sehingga dapat menarik minat masyarakat untuk menyalurkan dan menyimpan dananya pada bank

3. Memberikan suku bunga dan perangsang bagi nasabah baru yang

berupa hadiah, bonus dan lain-lain. Sehingga menarik minat masyarakat untuk menabung atau menyimpan uangnya dalam bentuk simpanan deposito

2.2.7 Giro

Simpanan giro atau yang biasa dikenal dengan demand deposit

menurut Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 menjelaskan bahwa giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan

Ada 3 hal yang dapat atau harus kita perhatikan dari pengertian giro, yaitu:

1. Simpanan pihak ketiga

Simpanan pihak ketiga berupa penyimpanan seejumlah uang pada bank dalam bentuk giro, rekening koran. Simpanan ini dapat dilakukan atas kesepakatan atau perjanjian antar pihak nasabah dengan pihak lain


(31)

2. Penarikannya dapat dilakukan setiap saat

Maksudnya jika ada nasabah yang menyetor pada pagi hari, maka nasabah tersebut, dapat melakukan penarikan kapanpun

3. Cara penarikan

Instrumen yang sering digunakan dalam penarikan melalui cek bilyet giro. Namun, dengan batas-batas tertentu penarikan dalam bentuk lain seperti dangan surat perintah atau kuasa. Dan, pemindahbukuan dapat dilakukan.

Adapun keuntungan-keuntungan yangn diperoleh bagi para pemegang simpanan giro adalah :

1. Adanya balas jasa berupa jasa giro

2. Pembayaran dengan cek akan lebih mudah dan cepat

3. Tidak perlu membawa uang dalam jumlah besar untuk pembayaran

transaksi

4. Kemudahan malakukan transaksi jual belinya menggunakan cek bilyet

giro

5. Rahasia dan keamanan nasabah terjamin

Untuk menarik minat masyarakat agar menyimpan uang dalam bentuk simpanan giro maka bank akan memberikan suatu imbalan pada nasabah (girant) yang berupa jasa giro (bunga) yang besarnya cukup menarik dan dihitung berdasarkan perhitungan saldo terendah setiap bulan dengan tarif yang besarnya ditetapkan oleh bank


(32)

2.3. Jasa

Dalam penelitian ini terdapat indikasi bahwa faktor jasa yang ditawarkan oleh pihak perbankan memegang peranan penting dalam mempengaruhi variabel terikat. Yang tidak kalah pentingnya dengan produk barang perbankan. Karena nasabah juga mengkonsumsi jasa untuk mendapatkan kepuasan.

2.3.1. Defenisi Jasa

Produk dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, salah satunya adalah mengklasifikasikannya berdasarkan pada berwujud atau tidaknya produk tersebut. Dengan kriteria ini, produk dapat diklasifikasikan sebagai barang yang tahan lama (durable goods), barang tidak tahan lama (nondurable goods) dan jasa (service). Akan tetapi, membedakan antara barang dan jasa sering sukar dilakukan, misalnya karena pembelian suatu barang sering dilengkapi dengan jasa-jasa atau sebaliknya., pembellian jasa sering melibatkan barang-barang.

Menurut Philip Kotler yang dikutip oleh Husein Umar (2003:3) Jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menhasilkan kepemilikan sesuatu. Produk jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak


(33)

Menurut William J. Stanton yang dikutip oleh Buchari Alma (2004:243) jasa adalah sesuatu yang dapat diidentifikasi secara terpisah, tidak berwujud, ditawarkan unmutk memenuhi kebutuhan, jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan benda-benda berwujud atau tidak

Valarie A. Zeithaml dan Mary Jo Bitner yang dikutip oleh Buchari Alma (2004:243) menyatakan bahwa jasa adalah suatu kegiatan okonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kepuasan, kenikmatan, hiburan, santai dan sehat) bersifat tidak berwujud

Jadi pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa jasa adalah sesuatu yang tidak berwujud yang dapat diperoleh secara terpisah atau bersamaan dari suatu barang yang dapat memberikan kepuasan dan tidak berwujud

2.3.2. Karakteristik Jasa

Terdapat delapan aspek mendasar yag membedakan jasa dengan barang fisik, yang menurut Lovelock yang dikutip oleh Husein Umar (2003:4), yaitu bahwa:

1. Produk jasa yang dikonsumsi tidak dapat dimiliki oleh

konsumen


(34)

3. Dalam proses produksi jasa, konsumen memiliki peran yang lebih besar untuk serta pengolahannya dibandingkan dengan produk barang fisik

4. Orang-orang yang terlibat dalam proses jasa berperan sedikit

banyak dalam pembentukan atau mendesain jasa

5. Dalam hal operasionalisasi masukan dan keluaran, produk jasa

lebih bervariasi

6. Produk jasa tertentu sulit dievaluasi oleh konsumen

7. Jasa tidak dapat disimpan

8. Faktor waktu dalam proses jasa dan komunikasi jasa relatif

lebih diperhatikan

2.4. Pemasaran

Selama ini pengertian pemasaran oleh berbagai pihak dan organisasi sering disalah artikan. Tidak sedikit yang beranggapan dan menyebutkan pemasaran sama dengan promosi, atau periklanan dan penjualan. Sehingga kegiatan pemasaran terbatas dalam ketiga kegiatan tersebut. Sesungguhnya pemasaran itu sendiri jauh dari defenisi tersebut.

2.4.1. Defenisi pemasaran

Menurut Kotler dalam kutipan Kasmir (2004:61) pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan


(35)

menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.

Menurut Lamb, Hair dan Mcdaniel (2005:6) Pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa unutk memnciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi

Menurut Teguh Budiarto dan Fandy Ciptono (2002:1) pemasaran merupakan proses yang bertujuan untuk memuaskan

kebutuhan dan keiginan konsumen. Sebagai revenue generating

process, pemasaran berkaitan erat dengan aktivitas produksi yang

bersifat cost generating process dalam rangka menciptakan nilai

bagi pelanggan dan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

Menurut Yazid (2003:13) pemasaran adalah penghubung antara organisasi dengan konsumennya. Pera penghubung ini akan berhasil bila semua upaya pemasaran diorientasikan kepada pasar

Menurut Alma (2000:1) pamasaran adalah sesuatu yang didalamnya tercakup berbagai kegiatan seperti membeli, menjual, dengan segala macam cara, mengangkut barang, menyimpan, mensortir dan sebagainya.

Pentingnya pemasaran dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat akan suatu produk atau jasa.


(36)

Pemasaran semakin penting dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat

Bagi dunia perbankan yang merupakan badan usaha yang berorientasi profit, kegiatan pemasaran sudah merupakan suatu kebutuhan utama dan sudah merupakan suatu keharusan untuk dijalankan. Karena juga akan menentukan seberapa besar minat konsumen untuk menggunakan produk barang atau jasa yang ditawarkan oleh pihak bank

2.4.2. Pemasaran bank

Pengertian pemasaran bagi setiap perusahaan tidak ada perbedaan. Hanya yang menjadi masalah adalah penerapan pemasaran untuk setiap jenis perusahaan memiliki karakteristik tersendiri. Secara umum, pengertian pemasaran bank itu sendiri adalah :

Suatu proses untuk menciptakan dan mempertukarkan produk dan jasa bank yang ditujukan memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah.(Kasmir,2004:63)

Dari pengertian diatas terdapat beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan yaitu:

Produk bank adalah jasa yang ditawarkan kepada nasabah untuk mendapatkan perhatian, untuk dimiliki, digunakan atau dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah


(37)

Permintaan, suatu keinginan manusia yang didukung oleh daya beli. Pertukaran adalah tindakan untuk memperoleh sesuatu barang yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai pengganti. Pasar adalah himpunan nasabah atas suatu produk, baik barang maupun jasa bank

2.4.3. Tujuan pemasaran bank

Segala bentuk usaha pemasaran yang dilakukan oleh bank didasarkan pada tujuan tertentu, antara lain :

a. Memaksimumkan konsumsi atau dengan kata lain

memudahkan dan merangsang konsumsi, sehingga dapat menarik nasabah untuk membeli produk yang ditawarkan bank secara berulang-ulang

b. Memaksimumkan kepuasan pelanggan melalui berbagai

pelayanan yang diinginkan nasabah. Nasabah yang puas akan menjadi ujung tombak pemasaran selanjutnya, karena kepuasan ini akan ditularkan kepada nasabah lain melalui ceritanya (getuk tular)

c. Memaksimumkan pillihan (rgam produk) dalam arti bank

menyediakan berbagai jenis produk bank sehingga nasabah memiliki beragam pilihan pula


(38)

d. Memaksimumkan mutu hidup dengan memberikan berbagai kemudahan kepada nasabah dan menciptakan iklim yang efisien.

Kepuasan pelanggan dalam dunia perbankan harus diartika secara menyeluruh, jangan dipotong-potong. Artinya, nasabah akan merasa sangat puas bila komponen kepuasan tersebut dapat dipenuhi secara lengkap dengan kualitas jasa yang maksimal

2.5. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen mendasari individu tersebut dalam mengambil keputusan. Baik itu dalam hal pembelian dan penggunaan barang dan jasa. Istilah perilaku erat hubungannya dengan obyek yang studinya diarahkan pada parmasalahan manusia. Dalam bidang studi pemasaran, konsep perilaku konsumen secara terus menerus dikembangkan dengan berbagai pendekatan. Menurut J. Setiadi Nugroho (2003:3) perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

Berdasarkan kutipan Husein Umar (2003:11), beberapa defenisi lain mengenai perilaku konsumen adalah sebagai berikut :

Menurut Jhon C. Mowen dan Michael Minor mendefenisikan perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian (buying


(39)

units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang , jasa, pengalaman serta ide-ide.

David L. Louden dan Albert J. Della Bitta mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa

Sementara itu, Nessim Hann dan Richard Wozniak menyatakan, perilaku konsumen merupakan suatu bagian dari aktivitas-aktivits kehidupan manusia, termasuk segala sesuatu yang teringat olehnya akan barang atau jasa yang dapat diupayakan sehingga ia akhirnya menjadi konsumen

Perilaku konsumen adalah dinamis, itu berarti bahwa perilaku seorang konsumen, grup konsumen, ataupun masyakat luas selalu berubah-ubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap studi perilaku konsumen demikian pula dengan pengembangan starategi pemasaran dalam hal studi perilaku konsumen, salah satu implikasinya adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk jangka waktu tertentu, produk dan individu atau grup masyarakat tertentu. Dari defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku konsumen adalah studi tentang baagaimana individu mengambil keputusan untuk membelanjakan dagangan mereka baik berupa uang, tenaga dan waktu kedalam proses konsumsi. Yang termasuk dalam studi ini adalah apa yang dibeli, mengapa dibeli, kenapa dibeli, dimana


(40)

membeli, bagaimana cara membelinya, dan seberapa sering pembelian tersebut dilakukan. Dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam menetukan pilihan. Dalam hal ini dengan hubungannya dengan keputusan menggunakan produk dan jasa perbankan

Dibawah ini adalah faktor-faktor yang merupakan pembentuk perilaku konsumen (Carles W. Lamb Jr. Dkk,2001:201)

1. Faktor-faktor kebudayaan (cultural)

Faktor yang mempengaruh perilaku konsumen dalam mengambil keputusan sangat didasari oleh faktor budaya. Faktor budaya dapat berpengaruh paling luas dan paling dalam, melebihi perilaku konsumen secara pribadi dalam mengambil keputusan.

a. Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Budaya merupakan karakter penting dari suatu sosial yang membedakannya dari kelompok kultur yang lainnya. elemen yang mendasari adalah nilai, bahasa, mitos, adat, ritual dan hukum yang mempertajam perilaku konsumen, atas kultur, sebainya benda-benda yang dimiliki, atau produk-produk tertentu. Budaya atau kultur adalah sesuatu yang fungsional, dinamis dan harus dipelajari


(41)

b. Sub-Budaya

Setiap kebudayaan terdiri dari Sub-budaya yang lebih kecil, yang memberikan identitas dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Pembagian sub-budaya itu sendiri terbagi atas dasar karakteristik demografi, negara geografis, nasional dan latar belakang etnik, keyakinan politik dan keyakinan agama. Suatu sub-budaya adalah suatu kelompok homogen atas sejumlah orang yang membagi elemen dari keseluruhan budaya seperti elemen-elemen budaya yang unik dalam kelompok mereka. Dengan sub-budaya, sikap seseorang, nilai dan keputusan membeli menjadi lebih dikenali dibandingkan dengan mereka yang berada pada budaya yang lebih luas. Perbedaan sub-budaya mungkin menghasilkan variasi pertimbangan dengan suatu budaya dalam apa, bagaimana, kapan dan dimana seseorang membeli produk dan jasa

c. Kelas sosial

Kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat yang tersusun secara heirarki dan keanggotannya mempunyai nilai, minat dan perilaku serupa. Sekelompok orang yang sama-sama mempertimbangkan secara dekat persamaan didalam status atau penghargaan komunitas yang secara terus menerus bersosialisasi diantara mereka sendiri baik secara formal dan informal, dan yang


(42)

membagikan norma-norma perilakunya. Biasanya membagi masyarakat dalam tiga kelas yaitu : kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah

2. Faktor-faktor Sosial

Kebanyakan konsumen lebih suka mencari pendapat (opini) orang lain untuk mengurangi usaha pencarian dan evaluasi atau ketidak pastian, terutama ketika resiko yang dperkirakan atas keputusan meningkat. Para konsumen juga mencari pendapat orang lain sebagai panduan atas produk dan jasa baru, produk-produk dengan atribut—atribut yang berkaitan dengan citra (image), atau karena informasi atriut kurang bahkan tidak informatif. Secara khusus, konsumen berinteraksi sosial dengan kelompok yang memberikan pengaruh, pemimpin opini, dan anggota keluarga untuk memperoleh informasi atas produk dan persetujuan keputusan

a. Kelompok referensi

Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok referensi dapat dikategorikan sangat laus, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kelompok referensi langsung adalah kelompok yang keanggotannya saling bertemu dan terjadi kontak kehidupan secara langsung. Mereka melakukan interaksi secara teratur, informal, perilaku saling bertatap muka, seperti keluarga, teman-teman dan


(43)

teman kantor. Atau melakukan interaksi yang kurang konsiten dan lebih bersifat formal. Kelompok-kelompok seperti klub, organisasi profesional dan kelompok keagamaan. Kelompok referensi juga ada yang tidak langsung, dimana dikala seseorang ingin bergabunga dalam suatu komunitas maka dia sepakat dengan norma-norma yang berlaku dalam kelompok tersebut. Atau pada saat kita membuat untuk tidak bergabung dalam suatu komunitas, dimana kita akan menjaga jarak dengan mereka, dengan tidak mengkonsumsi barang dan jasa yang mengkin menjadi ikon atau item wajib kelompok tersebut.

b. Keluarga

Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli. Yang pertama adalah keluarga orientasi, yang merupakan orang tua seseorang dan yang kedua adalah keluarga prokreasi, yaitu pasangan hidup dan anak-anak. Sebuah keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif. Dalam keluarga terdapat kepala keluarga yang berperan sebagai pemimpin opini, yang mempengaruhi orang-orang yang terdapat dalam keluarganya. Pemimpin opini seringkali merupakan orang pertama yang mencoba produk-produk dan jasa-jasa baru, atau merupakan tempat konsultasi dan penentu keputusan bagi seluruh kelarganya dalam menggunaka produk tertentu. Perbedaan pandangan tiap-tiap


(44)

kepala keluarga memberikan prbedaan dalam mengambil keputusan dalam menggunakan produk yang ditawarka kepada mereka. Baik itu mengenai jumlah, waktu atau alternatif lain dalam penggunaannya. Saat ini anak-anak dapat menjadi petimbangan yang berpengaruh sangat besar terhadap perilaku seseorang dalam menentukan sebuah keputusan.

c. Peran dan status

Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. Peran dan status akan memberikan pandangan seberapa penting keputusan yang harus dia ambil. Jika orang ini berperan sebagai pemimpin opini maka seputusannya dalam berperilaku baik itu dalam konsumsi maupun dalam hal lainnya, akan berpengaruh besar terhadap halayak ramai.

3. Faktor-faktor pribadi

Keputusan seseorang untuk membeli juga dipengaruhi oleh karakteritik pribadi yang unik dari mesing-masing individu, seperti jenis kelamin, umur dan tahapan dalam siklus hidup, kepribadian dan konsep dari, dan gaya hidup. Karakteristik individu umumnya stabil selama dalam siklus hidup seseorang. Misalnya, kebanyakan orang tidak suka merubah jenis kelamin, dan tinddakannya merubah kepribadian atau gaya hidup yang membutuhkan orientasi kembali


(45)

selama satu periode kehidupan. Pada kasus usia dan tahapan siklus hidup, perubahan-peerubahan ini terjadi seara berangsur-angsur sepanjang waktu

a. Umur dan tahapan dalam siklus hidup

Umur dan tahapan siklus hidup keluarga atas seseoantg konsumen dapat mempunyai pangaruh terhadap perilaku konsumen. Berapa usia seorang konsumen biasanya menunjukkan produk apa yang menarik baginya untuk dibeli. Ini ditunjukkan dengan perbedan selera ditiap tahap siklus hidup baik itu masa kecil, remaja, dewasa, dan berusia lanjut.

Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasikan tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya

b. Pekerjaan

Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat diatas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu. Pekerjaan tertentu dan prestige yang diperoleh dari pekerjaan tersebut akan berpengaruh terhadap pola pengambilan keputusan seseorang. Pekerjaan juga menentukan perilaku konsumen dalam membeli dan menggunakan produk, biasanya yang memberikan pengaruh positif terhadap pekerjaannya.


(46)

Pekerjaan juga berdampak pada pembatasan penggunaan beberapa produk yang dapat menurunkan produktivitas kerjanya.

c. Keadaan ekonomi

Yang dimaksud keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan harta, kemampuan unutk meminjam dan sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung. Hukum ekonomi berbunyi, semakin besar pendapatan maka makin besar pengeluaran. Maka tingkat pendapatan seseorang akan memberikan pengaruh terhadap perilaku seseorang dalam menggunakan pendapata tersebut.

d. Gaya hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu diballik kelas sosial seseorang. Karena gaya hidup diidentifikasikan melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Gaya hidup melalui Psikografis sebagai teknik analisis dapat digunakan untuk menguji gaya hidup dan mengelompokkan konsumen tadi.

e. Kepribadian dan konsep diri

Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap leingkungan


(47)

yang relatif konsisten. Merupakan suatu keonsep yang luas dan dapat diartikan sebagai suatu cara mengumpulkan dan mengelompokkan kekonsistenan organisasi dn reaksi khas individu terhadap situasi yang sedang terjadi. Dengan demikian kepribadian adalah menggabungakan antara tatanan psikologis dan pengaruh lingkungan.

Konsep diri atau persepsi diri, adalah bagaimana konsumen mempersepsikan diri mereka sendiri. Perilaku konsumen sebagian besar tergantung pada konsep diri. Karena konsumen ingin menjaga identitas mereka sebagai individu dengan karakternya masing-masing.

4. Faktor-faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis sangat mempengaruhi perilaku konsumen dalam membuat keputusan. Hal ini faktor tersebut digunakan konsumen dalam berinteraksi. Yang juga merupakan alat bagi konsumen untuk mengenali perasaan mereka, mengumpulkan dan menganalisis informasi, merumuskan pikiran dan pendapat dalam mengambil tindakan

a. Motivasi

Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu. Dengan mempelajari motivasi, para pelaku pasar


(48)

dapat menganalisa faktor-faktor utama yang mempengaruhi para konsumen dalam membeli atau tidak membeli suatu produk. Dalam membeli konsumen didasari pada tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan-tujuan ini menjadi motif dorongan yang kuat ketika kita membutuhkan sesuatu. Kebutuhan manusia yang paling tinggi adalah aktualisasi diri. Hal ini berhubungan dengan bagaimana memenuhi diri sendiri dan ekspresi diri, mencapai tingkat kehidupan dimana orang merasakan apa yang harus dia miliki. Motivasi dapat timbul dari berbagai hal, mulai dari barang tertentu, prestasi, orang lain ataupun cinta dan impian

b. Persepsi

Persepsi diidentifikasikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Dunia saat ini penuh dengan rangsangan. Suatu stimulasi adalah sebuah unit input yang merangsangsatu atau lebih dari llima panca indera. Sedang, proses dimana kita memilih, mengatur dan menginterprestasikan rangsangan tersebut kedalam bambaran yang memberi makna dan melekat disebut persepsi. Singkatnya persepsi adalah cara kita memandang dunia disekitar kita serta bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kita membutuhkan bantuan dalam membuat suatu keputusan pembelian


(49)

c. Proses belajar

Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Hampir semua perilaku konsumen merupakan hasil pembelajaran, yang merupakan proses penciptaan perubahan perilaku melalui pengalaman dan latihan. Sangatlah tidak mungkin untuk mengamati secara langsung, tetapi kita dapat menyimpulkan bahwa hal itu muncul dari tindakan seseorang. Proses pembeajaran terbagi atas, eksperiental yaitu pengalaman mengubah perilaku anda. Dan, pembelajaran konseptual, yaitu yang tidak dipelajari melalui pengalaman langsung. Tiap tiap proses pembelajaran akan memberikan porsi masing-masing dalam menentukan kebutuhan dan bagaimana keputusan yang paling tepat untuk memenuhinya.

d. Kepercayaan dan sikap

Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriktif yang memiliki seseorang terhadap sesuatu. Kepercayaan atau keyakinan adalh suatu pola diorganisasi melalui pengetahuan yang kemudian dipegang oleh seorang individu sebagai suatu kebenaran dalam hidupnya. Keyakinan ini mungkin berdasarkan pada pengetahuan, kebenaran, atau berita dan referensi dari mulut ke mulut. Para konsumen cenderung untuk mengembangkan serangkaian keyakinan mengenai ciri-ciri dari suatu produk dan sebagainya. Suatu sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk


(50)

memberikan respon secara konsisten terhadap suatu obyek yang diberikan, seperti halnya suatu merk, atau obyek penilaian lainnya yang menjadi penentu keputusan konsumen dalam berperilaku . sikap tergantung pada sistem nilai dari seseorang individu yang mewakili stasndar pribadi tentang baik dan buruk, benar dan salah, dan seterusnya. Oleh karena itu, sikap cenderung lebih tahan lama dan kompleks dibandingka dengan kepercayaan

2.6. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian tertentu. Tugas pemasar adalah memahami perilaku pembeli pada tiap-tiap tahap dan pengaruh apa yang belerja dalam tahap-tahap tersebut. Pendirian orang lainh, faktor situasi tidak di antisipasi, dan resiko yang dirasakan dapat mempengaruhi keputusan pembelian, demikian pula tingkat kepuasan pasca pembelian konsumen dan tingkat pasca pembelian di pihak perusahaan. Pelanggan yang tidak puas akan menghentikan pembelian produk yang bersangkutan dan kemungkinan akan menyebarkan berita tersebut pada teman-teman mereka. Karena itu perusahaan harus berusaha memastikan kepuasan konsumen pada semua tingkat dalam proses pembelian

Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diiuraikan sebagai berikut(Ujang Sumarwan,2004:16):


(51)

a. Pengenalan masalah

Proses pembelian diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapt p[erbedaa antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yag diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal dari kebutuhan normal seseorang seperti rasa lapar, dahaga, meningkat suatu tingkat tertentu dan berubah menjadi dorongan

b. Pencarian informasi

Seorang konsumen yang mulai minatnya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Kita dapat membedakan dua tingkat yaitu keadaan tingkat pencarian informasi yang sedang-sedang saja yang disebut perhatian yang meningkat. Secara umum konsumen menerima informasi teerbanyak dari suatu produk dari sumber komersial yaitu sumbeer yang didominasi oleh pemasar. Pada sisi lain, informasi yang palling efektif justru berasal dari sumbeer-sumber pribadi. Setiap sumberinformasi melaksanakan suatu fungsi yang agak berbeda dalam mempengaruhi keputusan membeli. Informasi komeersial umumnya melaksanakan fungsi memberitahukan, sedangkan sumber pribadi melaksanakan fungsi legitimasi dan evaluasi

c. Evaluasi alternatif

Bagaimana konsumen memproses informasi tentang pamilihan merek untuk membuat keputusan akhir. Ternyata tidak ada proses evaluasi


(52)

yang sederhana dan tunggal yang digunakan oleh konsumen atau bahkan oleh satu konsumen pada seluruh situasi pembelian. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat konitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pada petimbangan yang sadar dan rasional.

d. Keputusan membeli

Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap merek-merek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk tujuan membeli untuk merek yang palling disukai. Walaupun demikian, dua faktor dapat mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif pililhan seseorang akn tergantung pada dua hal (1) intensitas sikap negatif orang lain tersebut terhadap alternatif pilihan konsumen. Dan (2) motivasi konsumen uhntuk menuruti keinginan orang lain tersebuut. Smakin tinggi intensitas sikap negatif orang lain akan semakin dekat hubungan orang tersebut dengna konsumen, maka semakin besar kemungkinan keonsumen akan menyesuaikan tujuan pembelian.

e. Perilaku pasca pembelian

Sesudah paembelian terhadap suatu produk yang dilakukkan, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen tersebut juga akan terlilbat dalam


(53)

tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yag akn menarik minat pemasar. Pekerjaan pemasar tidak akan berakhir pada saat suatu produk dobeli, tetapi akan terus berlanjut hingga periode setelah pembelian

f. Kepuasan pasca pembelian

Setelah membeli suatu produk, seoang konsumen mungkin mendeteksi adahnya suatu cacat. Beberapa pembeli tidak menginginkan produk cacat tersebut, yang lain akan bersifat netral dan bebeerapa bahkan mungkin melihat cacat itu sebagai sesuatu yang meningkatkan nilai dari produk

g. Tindakan-tindakan sesudah pembelian

Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen pada suatu produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, maka ia akan memperlihatkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi. Sedangkan konsumen yang tidak merasa puas, akan mengambil satu atau dua tindakan. Mereka mungkin akan mengurangi ketidakcocokannya dengan meninggalkan atau mengembalikan produk tersebut, atau mereka mungkin berusaha mengurangi ketidakcocokannya dengan mencari informasi yang mungkin menginformasikan produk tersebut sebagai bernilai tinggi atau mengurangi informasi dengan menginformasikan produk tersebut sebagai produk bernilai rendah


(54)

2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi Nasabah

Dibawah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat preferensi masyarakat terhadap penggunaan produk bank Konvensional. Antara lain

2.7.1. Pendapatan Masyarakat 2.7.1.1. Pengertian Pendapatan.

Faktor utama bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya adalah pendapatan, dengan demikian seorang dituntut untuk lebih dapat meningkatkan pendapatan yang diperoleh dengan harapan dapat dipenuhi. Adapun pengertian pendapatan itu sendiri adalah penghasilan seseorang yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Menurut Rosyidi (2002:100) pendapatan adalah upah, gaji, bunga, sewa, laba, dan bunga yang diterima oleh anggota masyarakat sebagai balas jasa dari faktor-faktor produksi

Sedangkan defenisi pendapatan menurut ahli ekonomi Boediono (1990:170) pendapatan atau income dari warga masyarakat adalah hasil penjualan dari faktor-faktor produksi untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku di pasar produksi

Hal ini sesuai dengan teorema yang dinyatakan oleh Sukirno (2002:105) sebagai berikut:

Y = c + s Y = f(s)


(55)

C = Consumption (konsumsi) S = Saving (tabungan)

Dari rumus tersebut diatas menjelaskan bahwa pendaatan yang tinggi akan membuat kecenderungan dimasyarakat untuk menabung tinggi

Dengan demikian pendapatan merupakan faktor penting bagi setiap orang dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh seseorang maka akan semakin banyak pula kebutuhan sehari-hari yang dapat terpenuhi. Oleh karena itu setiap masyarakat akan berusaha untuk meningkatkan pendapatannnya. Dengan arti kata bahwa pendapatan masyarakat akan naik apabila terdapat penawaran yang tinggi terhadap faktor-faktor produksi yang ditawarkan.

2.7.1.2. Pengertian Pendapatan Perkapita

Dengan adanya pendapatan perkapita sering suatu negara berharap pembangunan ekonomi yang terus berkembang dari tahun ke tahun, sebab dengan adanya pendapatan perkapita suatu negara dapat membandingkan tingkat kesejahteraan masayarakat, serta dapat membandingkan laju perkembangan ekonomi yang telah dicapai oleh negara dari masa ke masa

1. Pendapatan perkapita merupakan pendapatan rata-rata tiap jiwa


(56)

total produksi barang dan jasa yang dihasilkan penduduk dalam suatu wilayah tertenut dalam satu tahun (Boediono:1990:72)

2. Pendapatan perkapita adalah nilai semua barang dan jasa tiap

tahun dihasilkan oleh bangsa yang bersangkutan dan diukur menurut harga pasar (Rosyidi:2002:98)

3. Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata tiap jiwa

dalam suatu wilayah yang diperoleh dengan membagi jumlah penduduk wilayah tersebut pada tahun yang bersangkutan (Sukirno,2002:19)

Jadi dapat disimpulkan dari uraian diatas bahwa rata-rata pendapatan penduduk yang menyangkut semua penduduk, baik anak-anak meupun dewasa. Maka apabila jumlah penduduk suatu negara selalu bertambah melebihi kenaikan pendapatan nasional maka pendapatan perkapita negara tersebut rendah. Demikian sebaliknya, apabila jumlah penduduk suatu negara lebih kecil daripada pendapatan nasional, maka pendapatan perkapitanya menjadi tinggi

Dengan adanya pendapatan perkapita maka dapat diketahui bahwa makin tinggi pendapatan perkapita satu negara, maka makin kecil peranan sektor industri dalam menyediakan kesempatan pekerjaan, akan tetapi sebaliknya sektor industri maki penting peranannya dalam menampung tenaga kerja. (Sukirno,2002:21)


(57)

Lebih jelasnya pengertian pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada waktu tertentu. Nilainya diperoleh dari membagi nilai pendapatan nasional bruto atau pendapatan domestik pada suatu negara pada suatu tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut

Dalam menghitung pendapatan perkapita ada dua macam perhitungan dapat dilakukan yaitu berdasarkan kepada :

a. Harga yang berlaku

Perhitungan menurut harga yang berlaku penting untuk memberikan gambaran mengenai kemampuan rata-rata dari penduduk negara itu untuk membeli barang-barang. Data ini juga penting sebagai bahan perbandingan dalam menunjukkna perbedaan tingkat kemakmuran di suatu negara dengan negara lain

b. Harga tetap

Pendapatan perkapita menurut harga tetap perlu dihitung untuk menunjukkan perkembangan tingkat kemakmuran suatu negara

Pengertian lain tentang pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata tiap jiwa dalam suatu wilayah yang diperoleh dengan membagi jumlah total produk dan jasa yang dihasilkan penduduk dalam wilayah tertentu dalam satu tahun dengan jumlah penduduk wilayah tersebut pada tahun yang sama.


(58)

2.7.2. Tingkat Suku Bunga

Secara historis suku bunga hampir setua peradaban manusia. Hal ini diungkapkan oleh Kidwel, DS, Peterson, RL dan Blackwell, DW (1993:133-134) yang menyatakan bahwa ribuan tahun yang lalu orang telah meminjamkan barang kepada orang lain dan kadang-kadang mereka telah meminta semacam kompensasi atas jasa yang diberikan. Kompensasi tersebut disebut sewa, yakni harga dari meminjam harta milik orang laion. Miller, RL dan Vanhoose, DD (1993:137) menyatakan bahwa bunga adalah sejumlah dana, dinilai dalam uang, yang diterima si peminjam (kreditur) sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman. Uang sering dipinjamkan karena memilliki daya beli. Sedangkan menurut kamus perbankan, suku bunga merupakan tingkat bunga yang dinyatakan dalam persen dalam jangka waktu tertentu (perbulan atau pertahun) menurut teori klasik tabungan adalah fungsi tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula keinginan masyarakat unutk menabung artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan terdorong unutk mengorbankan/ mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan

Seorang pakar, Edmister, RO (1986:75-76) mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan suku bunga, yaitu :”

1. Stated rate adalah tingkat bunga satu periode dikalikan jumlah pokok

pinjaman untuk menghitung beban bunga. Mendasarkan tingkat bugna pada jangka waktu kontrak


(59)

2. Annual percenatage rate adalah tingkat bunga disetahunkan dengan

menyesuaikan stated rate untuk jumlah periode pertahun dan jumlah

pokok yang benar-benar dipinjam. Menyesuaikan jangka waktu kontrak untuk menghitung ekiuvalen tingkat bunga.

3. Yield dalah tingkat bunga yang ekiuvalen dengan satu kontrak

keuangan yang memenuhi tiga syarat : (1) jumlah selurahnya yang benar-benar dipinjam (dipinjamkan), (2) pada awal tahun, (3) kemudian dibayar kembali pada akhir tahun beserta bunga. Membuat penyesuaian yang diperlukan untuk menghitug tingkat bunga ekiuvalen dengan satu standar yang ditentukan secara jelas.

2.7.2.1 Fungsi Tingkat Bunga Dalam Perekonomian

Tingkat bunga mempunyai beberapa fungsi atau peran penting dalam perekonomian, yaitu :

1. Membantu mengalirnya tabungan berjalan ke arah investasi guna

mendukung pertumbuhan perekonomian

2. Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya

memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi

3. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan

uang dari suatu negara

4. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui


(60)

Tingkat bunga tidak bersifat seragam. Pada kenyataannya, dalam sistem keuangan tidak ada suku bunga yang tertentu, akan tetapi bermacam-macam suku bunga yang berbeda-beda. Bahkan ekuritas yang diterbitkan oleh peminjam (perusahaan) yang sama dapat berbeda suku bungannya. Namun demikian dalam analisis diasumsikan adanya satu suku bunga murni atau suku bunga bebas resiko yang merupakan komponen dari semua suku bunga

2.7.2.2. Determinan Tingkat Bunga

Jika semua tingkat suku bunga dalam sistem keuangan dapat dihitung angka rata-ratanya dan diwakilli oleh satu tingkat bunga dengan simbol r. Dan yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang menentukan tingkat r pada suatu saat tertentu? Menurut Cargill, TF (1991:89-90). Pertanyaan tersebut hanya dapat dijawab sebagian, karena tingkat suku bunga tergantung pada interaksi antara sistem keuangan dan sistem riil, dan kita harus mengembangkan suatu model sistem riil yang akan memberikan informasi mengenai determinan dari tingkat penghasilan dan kesempatan kerja

Persamaan dasar aliran dana merekapitulasi kegiatan riil dan kegiatan keuangan dan menggambarkan hubungannya yang erat

Investasi = tabungan + (utang – pemberian kredit)


(61)

hubungan antara utang dan pemberian kredit, dimana keduanya mencerminkan sistem keuangan atau moneter

Gambar 2.1 : Hubungan sektor riil dan keuangan

KEGIATAN EKONOMI RIIL 1. Aliran pengeluaran rumah tang-

ga, perusahaan nonkeuangan, pemerintah, dsb. Pengeluaran mempengaruhi tingkat penghasilan, output dan kesempatan kerja

2. Kegiatan ekonomi riil diukur dengan PNB dan PN dan berbagai

komponennya.

3. Keputusan tabungan dan investasi dasar dibuat di sektor ini

SISTEM KEUANGAN 1. Pembiayaan langsung 2. Pembiayaan tidak langsung

Dana yang dana yang

Diteruskan UMPAN BALIK DUA ARAH dihimpun

Kesistem dalam sistem

Keuangan keuangan

3. Diukur dengan aliran dana

Sumber: Boediono, 1990, Pengantar Ilmu Ekonomi, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta

Sebagaimana terlihat pada gambar 2.1. hubungan antara sektor riil; dan sektor keuangan saling terkait dan saling mendukung satu sama lain. Karena itu kondisi kesehatan salah satu sektor akan berpengaruh terhadap sektor lainnya. Kedua sektor tersebut saling memberikan umpan balik (two-way-feedback)


(62)

2.7.2.3. Metode Penentuan Tingkat Bunga

Metode untuk menentukan tingkat bunga dalam sistem keuangan dikemukakan oleh Cargill (1991:90-99). Pakar ini menyajiak dua pendekatan:

1. Pendekatan Liquidity Preference

Pendekatan ini berpandangan bahwa suku bunga ditentukan oleh jumlah uang yang diminta dan ditawarkan dalam sistem leuangan. Permintaan akan uang dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat penghasilan (Y)dan suku bunga (r), yaitu

DM = DM (r, y) ; 0

ΔY

ΔDM 0,

Δr

ΔDM

 

Dimana : Dm = permintaan akan uang

R = suku bunga

Y = tingkat penghasilan

Alasan yang berkatian dengan penghasilan biasanya disebut alasan transaksi untuk permintaan akan uang. Ketidaksesuaian antara penerimaan dan pengeluaran, frekwensi penerimaan dan pengeluaran dan faktor-faktor lain yang membentuk mekanisme pembayaran mengakibatkan timbulnya permintaan akan uang dikalangan masyarakat. Permintaan akan uang, yang berkaitan dengan suku bunga, berlandaskan berbagai alasan, tetapi semuanya mempunyai hubungan terbalik (korelasi negatif) denga suku bunga. Yang jelas, suku bunga


(63)

opportunity cost dari menahan uang hanya merupakan salah satu faktor

guna menjelaskan hubungan terbalik antara permintaan akan uang dan suku bunga. Faktor penting lain adalah resiko relatif dari uang dibanding aktiva keuangan lain.

2. Pendekatan Loanable Funds

Pendekatan ini memandang sistem keuangan sebagai suatu wilayah. Yang didalamnya dana yang dapatt dipinjamkan diperdagangkan di pasar primer dan sekunder dan tingkat bunga menyamakan penawaran dan permintaan akan dana yang dapat dipinjamkan. Penawaran dari dana yang dapat dipinjamkan dinyatakan sebagai berikut:

SL = SL (r, y) ; ΔSL 0

ΔY 0,

Δr

ΔSL

 

Dimana SL adalah penawaran dana yang dapat dipinjamkan. Terdapat hubungan positif antar jumlah dana pinjaman yang ditawarkan dalam sistem keuangan dan tingkat bunga. Pada tingkat bunga yang lebih tinggi, ada kesediaan yang lebih kuat untuk menunda belanja dan menawarkan dananya pada pasar kredit. Perubahan tingkat penghasilan akan menggeser fungsi penawaran dan pinjaman. Tingkat bunga mencerminkan biaya dari pinjaman. Bila tingkat bunga meningkat, biaya pinjaman juga meningkatkan dan akibatnya jumlah dana yang diminta dalam sistem keuangan juga menurun. Permintaan akan dana pinjaman mencerminkan permintaan akan kredit konsumsi dari kalangan rumah tangga, permintaan akan kredit produksi dari dunia


(64)

usaha di sektor non keuangan dan permintaan kredit untuk menutup defisit pemerintah

Dengan menggabungkan fungsi-fungsi permintaan dan penawaran dana pinjaman dapat dilihat bahwa suku bunga yang terjadi adalah suku bunga keseimbangan yang tercapai dalam sistem keuangan antar jumlah permintaan dan penawaran dari dana pinjaman. Mekanisme yang mendorong suku bunga menuju ke suku bunga keseimbangan ini akan terus berjalan selama iklim persaingan tetap berlaku dalam sistem keuangan

suku bunga ekuilibrium bisa berubah jika terjadi perubahan dalam variabel apapun yang mempengaruhi kurva permintaan atau penawaran.

2.7.2.4. Tingkat Bunga Riil dan Nominal

Model-model dana pinjaman dan preferensi likuiditas berlandaskan asumsi bahwa tingkat harga tetap konstan hingga jatuh tempo dari sekuritas yang diperdagangkan dalam sistem keuangan. Akan tetapi pada kenyataannya, orang mengantisipasi terjadinya perubahan harga dimasa yang akan datang, dan harapan ini merupakan bagian dari proses yang menentukan suku bunga

Sehubungan dengan kenyataan tersebut di atas dapatlah dibedakan antara tingkat bunga riil dengan tingkat bunga nominal untuk menggambarkan peran yang dimainkan oleh antisipasi harga. Tingkat


(65)

bunga riil adalah tingkat bunga kekseimbangan yang ditentukan melalui kedua model tersebut diatas, dimana para pelaku pasar beranggapan tidak ada perubahan harga di masa depan. Dalam tingkat bunga nominal adalah bunga yang benar-benar diamati dalam sistem keuangan dan sama dengan tingkat bunga riil plus penyesuaian mengingat kenyataannya para pemain di pasar mengantisipasi terjadinya perubahan harga dimasa mendatang.

Pendapat lain menyebutkan perbedaan tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil adalah sebagai berikut:

Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang digunakan sebagai ukuran untuk menentukan ukuran besarnya bunga yang harus dibayarkan oleh peminjam dana modal, misalnya tingkat bunga deposito berjangka satu tahun disuatu bank 15% pertahun. Sedangkan tingkat bunga riil adalah tingkat bunga yang menunjukkna peresentase kanaikan nilai riil dari modal ditambah bunganya dalam satu tahun. Dinyatakan sebagai persentase dari nilai riil yang dibungakan

Hubungan antara suku bunga nominal dan suku bunga rill dapat dinyatakan sebagai berikut:

Dimana : nr (t) adalah tingkat bunga nominal pada waktu t

nr (t) = rr (t) + Pa (t)

Rr (t) adalah tingkat adalah tingkat bunga riil atau Keseimbangan bilamana tidak ada perubahan harga diwaktu yang akan


(66)

2.7.3. Inflasi

Yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus pada periode tertentu. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan.

Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan index harga. Beberapa index harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain:

1. Index biaya hidup (consumer price index)

2. Index harga perdagangan besar (wholesale price index)

3. GNP deflator

2.7.3.1. Jenis Inflasi

Laju inflasi dapat berbeda antara satu negara denagn negara lain atau dalam satu negara untuk waktu tertentu. Atas dasar besarnya laju inflasi, inflasi terbagi atas 3 kategori :

a. Inflasi merayap (creeping inflation)

Biasanya creeping inflation ditandai dengan dengan laju inflasi ygn rendah yaitu kurang dari 10% per tahun. Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama


(67)

b. Inflasi menengah (galloping inflation)

Inflasi menengah di tandai dengan kenaikan harga yang cukup

besar (biasanya doeble digit atau bahkan triple digit) dan kadang

kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi

c. Inflasi tinggi (hyper inflation)

Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali lipat. Masyarakat tidak lagi berkeinginan berkeinginan unutk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukar dengan barang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya keadan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang dibelanjai/ ditutupi dengan mencetak uang.

Menurut teori kuantitas sebab utama timbulnya inflasi adalah kelebihan permintaan yang disebabkan karena pemanbahan jumlah uang beredar.

Jika didasarkan pada penyebabnya, maka inflasi dibagi atas kategori sebagai berikut :

Demand Pull Inflation

Inflasi ini bermula dari danya kenaikan permintaan total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping menaikkan harga dapat juga menaikkan hasil produksi (output). Pada kondisi full


(1)

er_2 <--> er_4 0.165 0.000

er_13 <--> er_7 -0.190 0.010

X45 <-- X21 0.371 0.000

X42 <-- Suku_Bunga 0.668 0.000

Sumber : Lampiran

4.6 Pembahasan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, terdapat ketidakcocokan dengan model pengukuran “One Step Approch-Base Model”, yang juga terjadi pada “One Step Approch-Eliminasi”, hal ini ditunjukkan dalam tabel evaluasi kriteria Goodness of Fit Indecess masih terdapat evaluasi model yang kurang baik. Oleh karenanya maka model pengukuran diganti dengan “One Step Approch-Eliminasi-Modifikasi” yang seluruh evaluasi modelnya menunjukkan “baik”

Pada tabel 4.13 : Modifikasi Second Order, menunjukkan bahwa faktor Suku bunga, faktor Bauran Pemasaran dan Faktor Kualitas Jasa berpengaruh terhadap tingkat preferensi masyarakat dalam menggunakan produk bank konvensional. Tapi disamping faktor diatas, terdapat pula faktor yang tereliminasi seperti faktor lokasi pada bauran pemasaran , karena sekarang ini lokasi bank atau sarana pendukung bank ada dimana-mana dan dapat dengan mudah dijangkau. Serta faktor Tangibles, Assurance dan Reability pada Kualitas Jasa, karena faktor fisik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

131

pada bank, sekarang ini adalah hal yang sudah terpenuhi, jaminan dan ketepatan janji sudah dapat diwakili oleh variabel Empathy.

Dan, faktor tidak berpengaruh terhadap preferensi masyarakat seperti Pendapatan Masyarakat dan Inflasi jika dipandang dalam sudut pandang individu. Pendapatan masyarakat tidak berpengaruh sgnifikan disini disebabkan karena menabung atau menggunakan produk perbankan, merupakan kebutuhan dan kebiasaan, jadi berapapun tingkat pendapatan masyarakat, penggunaan produk perbankan seperti simpanan ataupun pinjaman adalah hal yang mutlak dan wajar, sedangkan inflasi. Mungkin secara makro sangat berpengaruh tapi dalam persepsi individu, fluktuasi kenaikan harga hanya mempengaruhi jumlah tabungan atau pinjaman sedangkan melakukan tabungan dan pinjaman tetap dilakukan

Tapi yang paling mendasari perbedaan hasil yang diperoleh antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya yang notabene menggunakan metode pengambilan data yang berbeda, adalah ruang lingkup penelitiannya. Penelitian ini terbatas pada satu daerah tertentu dan kurang dapat mewakili secara luas mengenai preferensi masyarakat terhadap penggunaan produk bank konvensional.


(3)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk menguji pengaruh Pendapatan masyarakat, suku bunga, inflasi, bauran pemasaran dan kaulitas jasa terhadap preferensi nasabah terhadap bank konvensional (study pada nasabah PT. BRI (Persero) Tbk cabang Sedati), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor pendapatan masyarakat tidak berpengaruh positif terhadap preferensi nasabah

2. Faktor suku bunga berpengaruh positif terhadap preferensi nasabah 3. Faktor inflasi tidak berpengaruh positif terhadap preferensi nasabah 4. Faktor bauran pemasaran berpengaruh positif terhadap preferensi nasabah 5. Faktor kualitas tidak berpengaruh positif terhadap preferensi nasabah

5.2 Saran

Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut :

1. Pihak bank hendaknya lebih memperhatikan dan mengutamakan bauran pemasaran (marketing mix) terutama empathy. Karena dengan empathy nasabah akan merasa penting karena diperhatikan secara individu. Dan itu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

133

2. Pihak bank hendaknya selalu melakukan perbaikan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan dan kepuasan nasabah sehingga nantinya nasabah akan tetap loyal.

3. Meningkatkan tingkat preferensi nasabah dengan cara memberikan informasi yang menarik mengenai produk dan jasa yang ditawarkan oleh pihak bank, menangani dengan cepat keluhan yang dihadapi oleh para nasabah dan mencari alternatif solusi yang terbaik.

4. Sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar menggunakan variabel lain atau variabel tambahan yang belum ditampilkan dalam penelitian ini yang diduga mempunyai hubungan dengan loyalitas nasabah.


(5)

Yogyakarta

Alma, Buchari, 2000, “Menajemen Pemasaran dan Pemasaran jasa”, Alfabeta, Bandung

Angipora, Marius P, 2002 “Dasar-dasar Pemsaran”, Edisi Revisi, Cetakan Ke II, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Boediono, 1990, “Pengantar Ilmu Ekonomi”, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta Djojohadikusumo, Sumitro, 1995, “Ekonomi Pembangunan”, Pustaka Ekonomi

Jakarta

Dumairy, 1997, “Perekonomian Indonesia”, Penerbit Erlangga, Jakarta

Kasmir, 2004, “Pemasaran Bank”, Edisi Pertama, Prenada Media Kencana, Jakarta

Kasmir, 2004, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Kotler, Philip, 2000, “Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol”, Edisi Revisi, Terjemahan Hendra Teguh, Jakarta Prenhallindo

Nopirin, 1990, “Ekonomi Moneter”, Edisi Kesatu, BPFE, Yogyakarta ______, 1992, “Ekonomi Moneter”, Penerbit BPFE, Yogyakarta

Rosyidi, C Nur, 2002, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi Pertama, Cetakan Pertama

Setiadi, J Nugroho, 2003, “Perilaku Konsumen”, Edisi Pertama, Prenada Media Kencana, Jakarta

Sipahutar, Mangsa A, 2002, “Riset Pemasaran”, Cetakan ke VII, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Sukirno, Sadono, 1995, “Ekonomi Pembangunan”, Penerbit Borta Gorat, Medan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)

Sukirno, Sadono, 2002, “Teori Ekonomi Makro”, Edisi Kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sumarwan, Ujang, 2002, “Perilaku Konsumen”, Ghalia Indonesia, Jakarta

Umar, Husein, 2003, “Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Yazid, 2001, “Pemasaran Jasa, Konsep dan Implementasi”, Edisi ke II Cetakan Pertama, Ekonisia, Yogyakarta

Winardi, 1999, “Pembangunan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Global”, Penerbit Mandar Maju, Bandung

Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, 1988. Structural Equation Modeling in Practice : A Review and Recommended Two-Step Approach, Psycological

Bulletin. 103 (3) : 411-23.

Bentler, P.M. and C.P. Chou, 1987. Practical Issue in Structural Modeling, Sociological Methods and Research. 16 (1) : 78-117

Ferdinand, Augusty [2002], Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen, Penerbit BP Undip, Semarang.

Hair, J.F. et. al. [1998], Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.

Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell [1996], “The Management of Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of Marketing. 60 (4) : 52-70.

Purwanto, BM, 2003. Does Gender Moderate the Effect of Role Stress on Salesperson's Internal States and Performance ? An Application of Multigroup Structural Equation Modeling [MSEM], Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan, Buletin Ekonomi FE UPN "Veteran" Yogyakarta. 6 (8) : 1-20

Tabachnick B.G., 1996, Using Multivariate Statistics, Third Edition, HarperCollins CollegePublisher.


Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH BERTRANSAKSI DI BANK KONVENSIONAL (Studi Kasus Nasabah Muslim PT BRI (Persero) Tbk, Cabang Sleman, Yogyakarta)

0 4 31

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH BERTRANSAKSI DI BANK KONVENSIONAL (Studi Kasus Nasabah Muslim PT BRI (Persero) Tbk, Cabang Sleman, Yogyakarta)

0 5 2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH BERTRANSAKSI DI BANK SYARIAH Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Bertransaksi di Bank Syariah (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Boyolali).

0 3 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH BERTRANSAKSI DI BANK SYARIAH Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Bertransaksi di Bank Syariah (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Boyolali).

0 3 16

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Menjadi Nasabah Penabung Bank Mandiri Cabang Surakarta Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Menjadi Nasabah Penabung Bank Mandiri Cabang Surakarta.

0 1 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK BRI SYARIAH DI KOTA SURABAYA (STUDI KASUS : BANK BRI SYARIAH CABANG DARMO).

0 2 99

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP NASABAH DALAM MEMILIH JASA KREDIT PERBANKAN PADA BANK KONVENSIONAL (STUDI KASUS BRI CABANG WARU).

0 0 118

Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Nasabah Menbung Di Bank BRI Cabang Kediri (Studi Kasus di Wilayah Kediri).

2 6 132

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN PRODUK BANK KONVENSIONAL DI PT. BRI PERSERO CABANG SEDATI (STUDI KASUS MENGENAI KEPUTUSAN NASABAH)

0 0 12

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK BRI SYARIAH DI KOTA SURABAYA (STUDI KASUS : BANK BRI SYARIAH CABANG DARMO)

0 0 19