Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
3 mengembangkan seluruh potensi yang ada sehingga berdampak pada
peningkatan kompetensi, sedangkan untuk pembelajaran yang kurang baik dapat mengakibatkan potensi siswa menjadi tidak berkembang dan adanya penurunan
pada kompetensi. Berdasarkan informasi hasil pengamatan dan wawancara bersama guru
mata pelajaran Teknik Elektronika Dasar yakni Ibu Wiryatun,S.Pd.T.,MBA pada tanggal 06 Januari 2016 di SMK N 3 Wonosari mengenai pembelajaran Teknik
Elektronika Dasar di kelas X AV 1 diketahui bahwa siswa memiliki permasalahan dengan metode yang digunakan oleh guru karena kurangnya variasi dalam
pembelajaran. Pada mata pelajaran Teknik Elektronika Dasar guru masih terlibat aktif dalam pembelajaran tersebut atau dapat dikatakan teacher center learning,
sedangkan siswa masih pasif dalam mengikuti proses pembelajaran, padahal dalam penerapan K13 seharusnya siswa dituntut untuk aktif dan pembelajaran
tersebut berpusat pada siswa atau student center learning. Pada pembelajaran mata pelajaran Teknik Elektronika Dasar, guru pengampu pernah menerapkan
metode pembelajaran dengan diskusi, membentuk kelompok secara bebas dan diberikan materi yang sama. Namun, pada kenyataannya siswa cenderung
memilih anggota kelompok berdasarkan kebebasan siswa dan setelah diadakan diskusi kelompok guru tidak melakukan tindak lanjut dalam membahas hasil
diskusi dengan diadakan presentasi tiap kelompok. Proses pembelajaran seperti itu kurang melibatkan secara keseluruhan peran siswa dan kurang adanya
tantangan untuk mengemukakan pendapat. Kondisi belajar dengan model seperti ini kurang efektif, dikarenakan siswa mudah bosan dan hanya mendengarkan
materi yang dipresentasikan oleh temannya dengan sekedarnya tanpa memperhatikan materi yang telah disampaikan sebelumnya oleh guru. Kegiatan
4 pembelajaran yang monoton, materi diskusi yang sama dan keterbatasan jam
mengajar guru juga menjadi faktor siswa tidak mendapatkan materi secara tuntas sehingga masih banyak siswa yang tidak mencapai nilai diatas Kriteria Ketuntasan
Minimal KKM. Banyak model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa dalam
kegiatan belajar, salah satunya dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif Cooperative Learning siswa yang berbeda kemampuan akan bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas akademik yang diberikan oleh guru, sehingga siswa dengan kemampuan rendah akan mampu memahami materi ajar yang dirasa sulit. Model
pembelajaran kooperatif seperti ini dapat menumbuhkan sikap demokratis dan melatih kemampuan siswa memecahkan masalah secara optimal.
Memandang beberapa model pembelajaran kooperatif, maka peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar aktivitas belajar siswa meningkat dengan cara
bekerjasama, bertanggung jawab, aktif, saling membantu memecahkan masalah, mengemukakan pendapat, variasi materi yang berbeda setiap kelompok sehingga
tidak menyebabkan bosan atau jenuh dan saling mendorong untuk berprestasi dengan meningkatnya hasil belajar. Pembelajaran dengan model Two Stay Two
Stray dalam proses pembelajaran belum pernah diterapkan guru khususnya pada mata pelajaran Teknik Elektronika Dasar, dengan demikian diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada mata pelajaran Teknik Elektronika Dasar di kelas X AV 1 dimaksudkan untuk memperoleh kondisi belajar
siswa yang baru dan menarik yang akan menumbuhkan rasa semangat untuk mengikuti pelajaran Teknik Elektronika Dasar sehingga siswa akan belajar lebih
5 optimal, efektif dan kondusif dengan begitu akan meningkatkan aktivitas belajar
dan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian masalah di atas, maka peneliti tertarik mengadakan
penelitian untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan judul: Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Teknik Audio Video pada Mata Pelajaran Teknik Elektronika Dasar di SMK N 3 Wonosari.