43
bersama anak. Diskusi dapat diarahkan untuk mengetahui penyebab dan perilaku masyarakat yang berakibat pada masalah global lingkungan.
Berikan penjelasan sesuai kemampuan pemahaman anak. Sebaiknya gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami anak. Dengan
begini, anak terbiasa untuk selalu menjaga lingkungannya. Jika kebiasaan baik ini diterapkan sampai mereka besar pasti akan menciptakan karakter
yang kuat di dalam diri mereka.
5. Penanaman Sikap Peduli Lingkungan di Lingkungan Sekolah
Penanaman nilai di lingkungan sekolah bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Kepedulian peserta
didik pada lingkungan dapat dibentuk melalui budaya sekolah yang kondusif. Menurut Syamsul Kurniawan 2013:156, budaya sekolah yang kondusif
adalah keseluruhan latar fisik lingkungan, suasana, rasa, sifat, dan iklim sekolah yang secara produktif mampu memberikan pengalaman baik bagi
tumbuh kembangnya karakter peserta didik seperti yang diharapkan misalnya dengan :
a. Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah; b. Tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan;
c. Menyediakan kamar mandi dan air bersih; d. Pembiasaan hemat energi;
e. Membuat biopori di area sekolah;
44
f. Membangun saluran pembuangan air limbah dengan baik; g. Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan anorganik;
h. Penugasan pembuatan kompos dari sampah organik; i. Menyediakan peralatan kebersihan;
j. Memprogramkan cinta bersih lingkungan.
C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Perkembangan kognitif anak berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai dengan perkembangan umumnya. Piaget dalam Nana Syaodih
Sukmadinata 2004: 118 mengemukakan proses perkembangan anak melalui empat tahap perkembangan, yaitu: 1 tahap sensorimotor 0;0-2;0, 2 tahap
praoperasional 2;0-7;0, 3 tahap operasional konkret 7;0-11;0, dan 4 tahap operasional formal 11;0 ke atas.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV di SD Negeri Selang. Proses perkembangan anak pada usia ini berada pada tahap operasional konkret. Pada
tahap operasional konkret 7;0 – 11;0, kemampuan berpikir logis muncul.
Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini, permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan yang
konkret. Anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas sekolah yang menuntutnya untuk mencari sesautu yang tersembunyi.
Berdasarkan penjelasan di atas, siswa kelas IV berada pada tahap operasional konkret, dimana cara berpikir siswa masih terkait dengan
visualisasi nyata. Karaketristik ini membuat siswa masih membutuhkan suatu
strategi yang dapat membantu mereka untuk memahami pengetahuan yang