Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

bilamana pegawai ingin mendudukinya berarti sekaligus untuk meningkatkan kompetensi organisasi melalui adanya persediaan pegawai yang cukup untuk menjalankan strateginya dalam mencapai tujuan. Perencanaan karir pada prinsipnya adalah tanggung jawab individu karena individu yang lebih mengetahui mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhannya, tetapi sekali lagi disebabkan organisasi mempunyai kepentingan, maka organisasi harus terlibat di dalamnya agar dapat dicapai secara efektif baik dilihat dari sudut pandang pegawai maupun organisasi. Keuntungan keterlibatan organisasi dalam perencanaan karir pegawai, dalam hal ini departemen sumber daya manusia Hariandja, 2009:221, adalah:  menyesuaikan kemampuan pegawai dengan strategi,  meningkatkan supply internal pegawai,  menyiapkan penempatan internasional,  memampukan pegawai untuk bekerja dengan pegawai yang berbeda latar belakangnya,  mengurangi perputaran kerja,  menyalurkan pegawai yang berpotensi,  mendorong untuk meningkatkan kemampuan,  mengurangi penumpukan pegawai,  memuaskan kebutuhan pegawai,  mengurangi atau menghilangkan terjadinya diskriminasi. Organisasi mendorong karir individu karena ingin: 1 mengembangkan dan mempromosikan karyawan dari dalam perusahaan, 2 mengurangi suatu kekurangan tenaga berbakat yang dapat dipromosikan, 3 menyatakan minat dalam karyawan mereka, 4 meningkatkan produktivitas, 5 mengurangi turn over karyawan, 6 memungkinkan manajer untuk menyatakan minat pribadi mereka terhadap bawahannya, 7 dan menciptakan citra rekrutmen yang positif. Menurut Simamora, 2004:338 perencanaan karir individu meliputi: a Penilaian diri self-assessment untuk menentukan kekuatan, kelemahan, tujuan, aspirasi, preferensi, kebutuhan, atau jangkar karirnya career anchor. b Penilaian pasar tenaga kerja untuk menentukan tipe kesempatan yang tersedia baik di dalam maupun di luar organisasi. c Penyusunan tujuan karir berdasarkan evaluasi ini. d Pencocokan kesempatan terhadap kebutuhan dan tujuan serta pengembangan strategi karir. e Perencanaan transisi karir. Adapun variabel-variabel karir yang dikutip dari Edwin B. Flippo, yang dikutip oleh Mas’ud 1994:26, yang merujuk pada karir perspektif individu adalah status pekerjaan dan pengalaman kerja, kekuasaan dan wewenang dalam bekerja.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Karir

Dalam perencanaan dan pengelolaan karir yang efektif, sejumlah faktor yang mempengaruhi perencanaan karir yang perlu dipahami oleh individu dalam merencanakan karirnya dan organisasi dalam membantu individunya untuk merencanakan serta merealisasikan karirnya meliputi tahapan-tahapan kehidupan karir, jangkar karir, dan jalur-jalur karir. Tahapan-tahapan karir dalam suatu organisasi merupakan tahapan waktu dan usia seseorang sejak memasuki organisasi hingga memasuki usia pensiun Hariandja, 2009:224-226. Karena perencanaan karir lebih banyak merupakan tanggung jawab individu, maka yang dilakukan individu dalam upaya pengembangan karirnya meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: 1 Entry Stage Entry stage merupakan tahap mulai memasuki organisasi, yaitu waktu seseorang baru memasuki suatu organisasi sebagai pegawai baru. 2 Mastery Stage Mastery stage adalah tahap dimana seseorang karena pengalaman atau keahlian yang sudah didapat menginginkan jabatan baru yang biasanya lebih tinggi atau lebih menarik dan menantang. 3 Passage Stage Tahap ini dikatakan masa-masa pegawai untuk mempersiapkan pensiun, tetapi pada masa sekarang akibat faktor-faktor terjadinya lebih banyak oleh pemutusan hubungan kerja dan banyaknya faktor yang mempengaruhi karir. Lima syarat utama yang harus dipenuhi agar proses perencanaan dapat berjalan dengan baik Hariandja, 2009:227-228, yaitu: a Dialog Urusan karir adalah urusan pegawai. Karena itu perencanaan karir harus melibatkan pegawai. Pegawai harus diajak berbicara, berdialog, bertanya jawab mengenai