Pemilihan Supplier Terbaik TBS (Tandan Buah Segar) dengan Penerapan Metode AHP dan Promethee di PT. PP London Sumatera Bagerpang POM

(1)

V-178


(2)

V-179

Lampiran 1.

Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan pada PT.PP London Sumatera Indonesia Tbk, Begerpang POM dapat dilihat berikut ini:

2. Mill Manager

a. Bertanggung jawab kepada AME.

b. Mengadakan pertemuan dengan staf mengenai pelaksanaan hasil kerja. c. Membawahi seluruh staf, pegawai dan karyawan.

3. Maintenance Engineer

a. Bertanggung jawab kepada Mill Manager.

b. Bertanggung jawab terhadap perawatan dan perbaikan mesin pengolahan. c. Membuat daftar permintaan barang-barang atau spare part di pabrik. d. Membimbing dan membina bawahan.

4. Shift Coordinator

a. Bertanggung jawab kepada Mill Manager.

b. Membantu Mill Manager dalam melaksanakan tugasnya.

c. Membawahi shift Engineer I, shift Engineer II, office Clerk, Head of lab, dan Daliy Foreman.

d. Dan melakukan koordinasi kepada bawahan tersebut.

5. Kasie

a. Mengelola, mengkoordinasikan dan memastikan sistem dan prosedur pencatatan akuntasi dan administrasi dilaksanakan sesuai dengan


(3)

V-180

kebijakan perusahaan dan data entry yang dilakukan secara rutin setiap hari

b. Melaksanakan verifikasi terhadap semua transaksi akuntasi serta validasi atas General Ledger (GL) account yang terjadi

c. Melakukan proses persiapan laporan tutup buku selesai sesuai dengan jadwal yang ditetapkan

d. Memonitoring dan pendokumentasian lokasi Fixed Asset di masing-masing BA dan melaporkan nya ke Asset Admin

6. Shift Engineer

a. Bertanggung jawab kepada Mill Manager. b. Bertanggung jawab kepada operasional pabrik.

c. Melakukan pengawasan penerimaan buah, kualitas, kwantitas loose (kehilangan dalam pengolahan hasil produksi).

d. Membimbing dam membina bawahan.

7. Maintenance Foreman

a. Menyusun , mengatur dan mengawasi kegiatan pemeliharaan dan repair dari mesin-mesin peralatan pabrik agar tidak menggangggu jalnnya operasi perusahaan

b. Bertanggungjawab atas penggunaan suku cadang dan biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan maintenance repair

c. Mengadakan pengecekan langsung bekerjanya dan kondisi semua peraltan pabrik


(4)

V-181

d. Menyusun jadwal pemeliharaan peralatan-peralatan pabrik agar tidak menghambat jalannya proses produksi

8. Shift Foreman

a. Mengkoordinir semua aktifitas karyawan pabrik (sesuai dengan bidangnya).

b. Sebagai wakil shif engineer dan maintenance engineer memberikan instruksi kepada bawahan.

c. Memberi laporan harian kepada shift engineer tentang proses pengolahan. 9. Head Clerk

a. Membuat daftar karyawan serta pekerjaan dan jadwal kerjanya. b. Membuat data keuangan pabrik.

c. Mencatat semua input dan output dari pabrik. d. Membuat program kerja tahunan

e. Membuat Monthy production Report Apendix,Monthy production Report

for SPM,KPI

f. Membuat cash flow 10. Compost Foreman

a. Bertanggung jawab kepada Mill Manager. b. Bertanggung jawab kepada pengolahan kompos. c. Membimbing bawahan.

11. Head Laboratory

a. Mengetahui kualitas CPO dan kernel


(5)

V-182

b. Mengetahui persentase oil loses dan kernel loses c. Mengetahui kesadahan air pada water treatment plant.

d. Memberikan laporan kepada bagian produksi apabila ketiga point diatas tidak sesuai dengan target.

e. Melaporkan hasil analisa pada Mill Manager

f. Mencatat absensi personil laboraturium,limbah dan dispach 12. Head Security

a. Memantau kondisi keamanan pabrik

b. Memeriksa setiap orang yang memasuki pabrik

c. Memeriksa kondisi truk CPO, kernel, TBS saat pemuatan dan pembongkaran

d. Melaporkan kepada atasannya apabila ada kondisi yang tidak aman e. Mengkondisikan areal kerja dalam keadaan aman,bersih dan rapi 13. Petugas Kebersihan

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:

a. Menyusun jadwal kebersihan yang sesuai dengan jam kerja tanpa menggangu proses produksi

b. Melakukan pembersihan terhadap lingkungan pabrik 14. Mekanik

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: a. Melakukan pemeliharaan terhadap keberadaan mesin

b. Menyusun jadwal perawatan mesin yang digunakan perusahaan c. Melakukan pemeriksaan terhadap mesin sebelum rusak


(6)

V-183

d. Melakukan perbaikan terhadap mesin yang mengalami kerusakan 15. Operator

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab terhadap kepala bagian yang mengepalai masing-masing bidang

b. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidangnya masing-masing dalam proses produksi


(7)

V-184

PEMILIHAN KRITERIA PENGUKURAN KINERJA KUESIONER I

SUPPLIER TAMBAHAN

Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu membantu peneliti sehubungan dengan pengumpulan data. Peneliti adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara jurusan Teknik Industri yang sedang melakukan penelitian Tugas Sarjana yang berjudul “Pemilihan Supplier Terbaik Tbs (Tandan Buah Segar) Dengan Penerapan Metode Ahp Dan Promethee Di PT. PP London Sumatera Bagerpang Estate”.

Adapun tujuan dari penyebaran kuisioner ini adalah untuk menentukan kriteria yang akan digunakan dalampengukuran kinerja pemasok (supplier) bahan baku TBS (Tandan Buah Segar).Peneliti mengharapkan Bapak/Ibu untuk memberikan jawaban terkait dengan kriteria yang digunakan dalam pengukuran kinerja

supplierTBS agar hasil penilaian dapat mencerminkan keadaan yang

sesungguhnya. Atas bantuan yang diberikan peneliti ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2016 Peneliti


(8)

V-185

Tomi Marupa A. BIODATA

Nama :

Umur :

Jabatan :

Lama Menduduki Jabatan :

B. PETUNJUK PENGISIAN

Untuk menyamakan pemahaman dan prosedur, maka peneliti sampaikan kepada Bapak/Ibu diminta untuk memberikan jawaban terkait dengan subkriteria yang digunakan dalam pengukuran kinerja supplierdengan memberikan tanda centang (√) atau tanda silang (X) pada tempat yang telah disediakan.

C. KUESIONER

ApakahAndasetuju/tidaksetuju

kriteriaberikutuntukdijadikanpengukurankinerjasupplier?

No Kriteria Tanggapan

1. Quality(kualitas) Setuju Tidak Setuju

2. Delivery(penghantaran) Setuju Tidak Setuju

3. Performance history (prestasi

kinerja sebelumnya) Setuju Tidak Setuju 4. Warranties and claim policies

(garansi dan layanan pengaduan) Setuju Tidak Setuju

5. Production and claim Setuju Tidak Setuju


(9)

V-186

policies(kebijakan produksi dan

klaim)

6. Price(harga) Setuju Tidak Setuju

7. Technical capability(kemampuan

teknis) Setuju Tidak Setuju

Berlanjut….

No Kriteria Tanggapan

8. Financial position(keadaan

finansial) Setuju Tidak Setuju

9. Procedural compliance(kepatuhan

terhadap prosedural) Setuju Tidak Setuju 10. Communication system (sistem

komunikasi) Setuju Tidak Setuju 11.

Reputation and position in industry(Reputasi dan posisi

dalamindustri)

Setuju Tidak Setuju 12. Desire for business(hasrat berbisnis) Setuju Tidak Setuju 13.

Management and

organization(manajemen dan

organisasi)

Setuju Tidak Setuju 14. Operating controls(kontrol operasi) Setuju Tidak Setuju 15. Repair service(layanan perbaikan) Setuju Tidak Setuju 16. Attitudes(sikap) Setuju Tidak Setuju 17. Impression(kesan) Setuju Tidak Setuju 18. Packaging ability(kemampuan

pengepakan) Setuju Tidak Setuju 19. Labor relations records(hubungan

dengan pegawai) Setuju Tidak Setuju 20. Geographical location(Letak

geografis) Setuju Tidak Setuju


(10)

V-187

terdahulu)

22. Training aids(alat bantu pelatihan) Setuju Tidak Setuju 23.

Reciprocal

arrangements(pengaturan hubungan

timbal balik)

Setuju Tidak Setuju


(11)

V-188

PEMILIHAN SUBKRITERIA PENGUKURAN KINERJA KUESIONER II

SUPPLIER TAMBAHAN

Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu membantu peneliti sehubungan dengan pengumpulan data. Peneliti adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara jurusan Teknik Industri yang sedang melakukan penelitian Tugas Sarjana yang berjudul “Pemilihan Supplier Terbaik Tbs (Tandan Buah Segar) Dengan Penerapan Metode Ahp Dan Promethee Di PT. PP London Sumatera Bagerpang Estate”.

Adapun tujuan dari penyebaran kuisioner ini adalah untuk menentukan subkriteria yang akan digunakan dalampengukuran kinerja pemasok (supplier) bahan baku TBS (Tandan Buah Segar).Peneliti mengharapkan Bapak/Ibuuntuk memberikan jawaban terkait dengan subkriteria yang digunakan dalam pengukuran kinerja supplierTBS agar hasil penilaian dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Atas bantuan yang diberikan peneliti ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2016 Peneliti


(12)

V-189

Tomi Marupa D. BIODATA

Nama :

Umur :

Jabatan :

Lama Menduduki Jabatan : B. PETUNJUK PENGISIAN

Untuk menyamakan pemahaman dan prosedur, maka peneliti sampaikan kepada Bapak/Ibu petunjuk pengisian kuisioner sebagai berikut:

1. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan jawaban terkait dengan subkriteria yang

digunakan dalam pengukuran kinerja supplierdengan memberikan tanda centang (√)

atau tanda silang (X) pada tempat yang telah disediakan.

2. Kuisioner ini bersifat semi terbuka, dimana Bapak/ Ibu dapat juga menambahkan

subkriteria lain yang dianggap penting.

C. KUESIONER

1. ApakahAndasetuju/tidaksetujusubkriteriaberikutuntukdijadikanpengukurankinerjasupplie

rditinjaudarikriteriaKualitas?

o Kesesuaian dengan standar mutu TBS

yang ditetapkan perusahaan Setuju TidakSetuju

o Konsistensimutu Setuju TidakSetuju

Bilaadakriterialain, mohonditambahkan:

...

2. ApakahAndasetuju/tidaksetujusubkriteriaberikutuntukdijadikanpengukurankinerjasupplie

rditinjaudarikriteriaDelivery (Pengiriman)?

o Ketepatanwaktupengiriman Setuju TidakSetuju


(13)

V-190

o Kesesuaianjumlahpengiriman

Setuju TidakSetuju

o Kontinuitas pengiriman

Setuju TidakSetuju

Bilaadakriterialain, mohonditambahkan:

...

3. ApakahAndasetuju/

tidaksetujukriteriaberikutuntukdijadikankriteriapengukurankinerjasupplier ditinjaudariklusterPrice(Harga)?

o Besaran ongkos kirim Setuju TidakSetuju

o Kemauan bernegosiasi Setuju Tidak Setuju

Bilaadakriterialain, mohonditambahkan:

...

4. ApakahAndasetuju/tidaksetujusubkriteriaberikutuntukdijadikanpengukurankinerjasupplie

rditinjaudarikriteriaWarranties and Claim Policies(Garansi dan Layanan Pengaduan)?

o Kecepatan konfirmasi ketersediaan

pesanan Setuju TidakSetuju

o Frekuensi kesalahan informasi/data Setuju TidakSetuju

Bilaadakriterialain, mohonditambahkan:


(14)

V-191

PENILAIAN TINGKAT KEPENTINGAN (BOBOT) KRITERIA KUESIONER III

DAN ALTERNATIF SUPPLIER TAMBAHAN

Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu membantu peneliti sehubungan dengan pengumpulan data yang berupa pengisian kuisioner. Peneliti adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara jurusan Teknik Industri yang sedang melakukan penelitian Tugas Sarjana yang berjudul “Pemilihan Supplier Terbaik Tbs (Tandan Buah Segar) Dengan Penerapan Metode Ahp Dan Promethee Di Pt. Pp London Sumatera Bagerpang Estate”

Adapun tujuan dari pembuatan kuisioner ini adalah untuk menentukan tingkat kepentingan (bobot) dari kriteria dan alternatif yang telah ditentukan oleh perusahaan terhadap penilaiann pemasok (supplier) bahan baku TBS (Tandan Buah Segar). Peneliti mengharapkan kiranya Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian yang sebenarnya mengenai perbandingan berpasangan setiap kriteria dan alternatif pemilihan pemasok di kuesioner ini, agar hasil penilaian dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Atas bantuan yang diberikan peneliti ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2016 Peneliti

No:

L-4


(15)

V-192

Tomi Marupa E. BIODATA

Nama :

Umur :

Jabatan : Lama Menduduki Jabatan :

B. PETUNJUK PENGISIAN

Untuk menyamakan pemahaman dan prosedur, maka peneliti sampaikan kepada Bapak/Ibu petunjuk kuisioner pembobotan berikut :

1. Pembobotan dilakukan dengan perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan kriteria penilaian di sebelah kiri dengan kriteria penilaian di sebelah kanan.

2. Kolom penilaian sebelah kiri dipilih/diisi jika kriteria sebelah kiri lebih penting dari kriteria sebelah kanan, sehingga kolom sebelah kanan tidak perlu diisi lagi. Sebaliknya, kolom penilaian sebelah kanan dipilih/diisi jika kriteria sebelah kanan lebih tinggi dari kriteria sebelah kiri.

3. Bapak/Ibu diminta untuk melingkari (O) pada angka yang sesuai dengan arti penilaian berikut :

Tabel Skala Perbandingan Berpasangan

Intensitas Pentingnya Defenisi

1 3 5 7 9 2,4,6,8

Kedua elemen sama pentingnya

Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya Elemen yang satu sangat penting ketimbang yang lainnya Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya

Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya Nilai-nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan

4. Usahakan penilaian Bapak/Ibu konsisten. Misalnya Bapak/Ibu menyatakan A lebih penting daripada B, dan B lebih penting dari C, maka penilaian Bapak/Ibu konsisten jika menyatakan A lebih penting daripada C dan penilaian tidak konsisten jika menyatakan C lebih penting daripada A.


(16)

V-193

Kriteria Penilaian Kriteria

A 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B A 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 C B 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 C

Keterangan: 1 : Sama pentingnya 3 : Sedikit lebih penting 5 : Lebih penting daripada 7 : Jauh lebih penting 9 : Mutlak lebih penting

2,4,6,8 : Nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan Arti pengisian di atas:

a. B pada tingkat kepentingan sedikit lebih penting daripada A b. A pada tingkat kepentingan jauh lebih penting daripada C c. B pada tingkatan kepentingan mutlak lebih penting daripada C

C. KUESIONER

Tingkat kepentingan elemen-elemen dan unsur-unsur untuk menentukan pilihan kriteria pada penilaian pemasok besi dengan melihat kinerja terpenting.

Kriteria-kriteria yang akan digunakan dalam kuesioner ini adalah: 1. Kualitas

Kemampuan pemasok dalam memenuhi kualitas pesanan dengan kriteria penilaian: a. Kesesuaian dengan standar mutu TBS yang ditetapkan perusahaan

b. Konsistensi mutu 2. Delivery (Pengiriman)

Kemampuan pemasok dalam mengirim pesanan dengan kriteria penilaian: a. Ketepatan waktu pengiriman

b. Kesesuain jumlah pengiriman


(17)

V-194

3. Price

Kemampuan pemasok dalam mengirim pesanan dengan kriteria penilaian: a. Besaran ongkos kirim

4. Warranties and claim policies

Kemampuan pemasok dalam mengirim pesanan dengan kriteria penilaian: a. Kecepatan konfirmasi ketersediaan pesanan

1. Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria

Kriteria Penilaian Kriteria

Kualitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Delivery (Pengiriman) Kualitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Price

Kualitas

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Warranties and

claim policies Delivery

(Pengiriman) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Price

Delivery

(Pengiriman) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Warranties and claim policies Price 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Warranties and

claim policies

2. Perbandingan Berpasangan Antar Subkriteria Kualitas

Subkriteria Penilaian Subkriteria

Kesesuian dengan spesifikasi yang

diinginkan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Konsistensi Mutu

3. Perbandingan Berpasangan Antar Subkriteria Pengiriman (iDelivery)

Subkriteria Penilaian Subkriteria

Ketepatan waktu

pengiriman 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kesesuaian jumlah pengiriman


(18)

V-195

4. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Supplier untuk Subkriteria Kesesuaian dengan Standar Mutu TBS yang Ditetapkan Perusahaan

Kesesuaian dengan Standar Mutu TBS yang Ditetapkan Perusahaan

Alternatif Supplier Penilaian Alternatif Supplier

CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Naga Bulan CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Makmur Jaya CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Makmur Jaya CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

Edi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA Edi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan CV. AA 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

5. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Supplier untuk Subkriteria Konsistensi Mutu

Konsistensi Mutu

Alternatif Supplier Penilaian Alternatif Supplier

CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Naga Bulan CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Makmur Jaya CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA

Konsistensi Mutu

Alternatif Supplier Penilaian Alternatif Supplier

CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Makmur Jaya CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

Edi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA


(19)

V-196

Edi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan CV. AA 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

6. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Supplier untuk Subkriteria Ketepatan Waktu Pengiriman

Ketepatan Waktu Pengiriman

Alternatif Supplier Penilaian Alternatif Supplier

CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Naga Bulan CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Makmur Jaya CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Makmur Jaya CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA

Ketepatan Waktu Pengiriman

Alternatif Supplier Penilaian Alternatif Supplier

CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

Edi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA Edi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan CV. AA 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

7. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Supplier untuk Subkriteria Kesesuaian Jumlah Pengiriman

Kesesuaian Jumlah Pengiriman

Alternatif Supplier Penilaian Alternatif Supplier

CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Naga Bulan CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Makmur Jaya CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Makmur Jaya CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi


(20)

V-197

CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA

Kesesuaian Jumlah Pengiriman

Alternatif Supplier Penilaian Alternatif Supplier

Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan Edi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA Edi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan CV. AA 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

8. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Supplier untuk Subkriteria Besaran Ongkos Kirim

Besaran Ongkos Kirim

Alternatif Supplier Penilaian Alternatif Supplier

CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Naga Bulan CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Makmur Jaya CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Makmur Jaya CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

Edi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA Edi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan CV. AA 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

9. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Supplier untuk Subkriteria Kecepatan Konfirmasi Ketersediaan Pesanan

Kecepatan Konfirmasi Ketersediaan Pesanan

Alternatif Supplier Penilaian Alternatif Supplier

CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Naga Bulan CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Makmur Jaya CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA


(21)

V-198

CV. Sinar Agung 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Makmur Jaya CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA CV. Naga Bulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Edi Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA Makmur Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan

Edi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. AA Edi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan CV. AA 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P.Siahaan


(22)

V-199

KEMAMPUAN SUPPLYSUPPLIER TAMBAHAN YANG TERPILIH KUESIONER IV

Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu membantu peneliti sehubungan dengan pengumpulan data. Peneliti adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara jurusan Teknik Industri yang sedang melakukan penelitian Tugas Sarjana yang berjudul “Pemilihan Supplier Terbaik Tbs (Tandan Buah Segar) Dengan Penerapan Metode Ahp Dan Promethee Di PT. PP London Sumatera Bagerpang Estate”.

Adapun tujuan dari penyebaran kuisioner ini adalah untuk mengetahuikemampuan supplier tambahan yang diusulkan peneliti untuk menjadi supplier kontrak dalampemenuhan pasokan bahan baku TBS (Tandan Buah Segar) di PT. PP London Sumatera Bagerpang Estate.Peneliti mengharapkan Bapak/Ibuuntuk memberikan jawaban terkait dengan pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner ini. Atas bantuan yang diberikan peneliti ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2016 Peneliti

Tomi Marupa

No:

L-5


(23)

V-200

F. BIODATA

Nama Supplier :

B. PETUNJUK PENGISIAN

Untuk menyamakan pemahaman dan prosedur, maka peneliti sampaikan kepada Bapak/Ibu untuk memberikan jawaban terkait dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada tempat yang disediakan.

C. KUESIONER

5. Berapakah jumlah rata-rata TBS kebun Anda?

... ... ...

6. Berapakah kapasitas TBS pada kebun Anda?

... ... ...

7. Bersediakah Anda menyuplai seluruh hasil panen TBS dari kebun Anda apabila kebun Anda

dijadikan sebagai supplier kontrak PT. PP London Sumatera Bagerpang Estate?

... ... ...


(24)

V-201


(25)

(26)

V-203


(27)

(28)

V-205


(29)

(30)

V-207


(31)

(32)

V-209


(33)

(34)

V-175

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Andrison Bagus. 2002. Model Pengambilan Keputusan Untuk Mengevaluasi Kinerja Subkontraktor di PT. Astra Honda Motor Melalui Pendekatan Analytical Hierarchy Process dan PROMETHEE (Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation). Jakarta: FT-UI

Dzikri Arbawan Rahmatullah, dkk.2013. Usulan Prioritas Peringkat dalam

Pemilihan Supplier Produk Yamato dengan Metode PROMETHEE Studi Kasus PT. Chitose Mfg.Institur Teknologi Nasional: Jurusan Teknik

Industri

EVN Macedonia, dkk. (2013). Key Performance Criteria For Vendor Selection –

A Literature Review. Management Research And Practice Vol. 5 Issue 2

(2013) pp: 63-75. ISSN 2067-2462. mrp.ase.ro.

Fernandes,,Nuria Gens 2014. The Management of Missing Values in

PROMETHEE Methods. Universite Libre of Bruxelles dan Universite

D’Europe

Ginting, Rosnani. 2010. Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(35)

V-176

DAFTAR PUSTAKA (Lanjutan)

Kazan, Halim dkk. 2015. Election of Deputy Candidates for Nomination with AHP-Promethee Methods. Turki: Elsevier

M. Syakir, 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor: Aska Media

Pujawan, I Nyoman. 2005. Suuply Chain Management. Edisi Pertama. Surabaya: Guna Widya

Rahmatullah,,Dzikri Arbawan, dkk.2013. Usulan Prioritas Peringkat dalam

Pemilihan Supplier Produk Yamato dengan Metode Promethee Studi Kasus PT. Chitose Mfg.ISSN: 2338-5081. Bandung: Teknik Industri

Institut Teknologi Nasional

Rakasiwi Ardianto, Ryan. Penerapan Metode Fuzzy-Promethee pada Sistem

Pendukung Keputusan Pemilihan Media Iklan pada PT. Sidomuncul.

Semarang : Universitas Dian Nuswantoro.


(36)

V-177

DAFTAR PUSTAKA (Lanjutan)

Thomas L. Saaty.1993. Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT. Pusaka Binaman Pressindo

Winarto dan Udisubakti Ciptomulyono. 2013. Penerapan Analytical Hierarchy

Process (AHP) pada Penentuan Bentuk Organisasi (Studi Kasus di PT CVX, Steam and Supply Team) . Prosiding Seminar Nasional Manajemen

Teknologi XVIII. ITS Surabaya, 27 Juli 2013


(37)

V-65

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Kriteria Pemilihan Supplier

Menurut I Nyoman Pujawan (2005), supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, took atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik.

Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir.Yang kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya.Informasi tentang persediaan produk yang masih ada di masing-masing supermarket sering dibutuhkan oleh distributor maupun pabrik.

3.2. Kriteria Pengambilan Keputusan

Menurut EVN Macedonia (2013), keputusan pemilihan pemasok atau vendor itu sulit karena ada berbagai kriteria yang harus dipertimbangkan dalam


(38)

V-66

mengambil keputusan. Analisis terhadap kriteria pemilihan dan mengukur kinerja dari pemasok telah menjadi fokus para peneliti dan praktisi sejak tahun 1960-an.

Menurut, hasil penelitian dari Dickson menjadi referensi kebanyakan penelitian yang membahas pemasok ataupun vendor.Penelitian Dikcson berdasarkan kuesioner yang dikirim ke 273 agen dan manajer pembelian yang dipilih dari anggota National Association of Purchasing Managers.Anggota dari asosiasi ini adalah agen dan manajer penjualan yang ada di AS dan Kanada. Dari hasil penelitian tersebut terdapat 23 kriteria penting untuk proses seleksi pemasok (vendor) yang diurutkan dari mean rating tertinggi ke terendah. Mean rating yang paling tinggi dapat disimpulkan sebagai kriteria yang paling signifikan dan paling penting. Pada tahun itu, kriteria yang paling signifikan adalah kualitas produk, waktu pengiriman, data historis kinerja, dan kebijakan garansi yang digunakan oleh pemasok.Kriteria-kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1.


(39)

V-67

Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Pemasok atau Vendor Dickson

Rank Factor Mean Rating Evaluation

1 Quality 3,5

Extreme importance

2 Delivery 3,4

3 Performance history 3,0

4 Warranties and claim policies 2,8

5 Production and claim policies 2,8

Considerable importance

6 Price 2,8

7 Technical capability 2,8

8 Financial position 2,5

9 Procedural compliance 2,5

10 Communication system 2,5

11 Reputation and position in industry 2,4

Considerable importance

12 Desire for business 2,4

13 Management and organization 2,3

14 Operating controls 2,2

15 Repair service 2,2

Average importance

16 Attitudes 2,1

17 Impression 2,1

18 Packaging ability 2,0

19 Labor relations records 2,0

20 Geographical location 1,9

21 Amount of past business 1,6

22 Training aids 1,5

23 Reciprocal arrangements 0,6 Slight importance

Sumber: EVN Macedonia (2013)

3.3. Tandan Buah Segar

Berdasarkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor (2010), kelapa sawit termasuk famili Arecaceae (dulu palmae), sub famili Cocoideae, genus elaeis yang mempunyai 3 spesis yaitu E. guineensis Jacq, E.

oleifera (HBK) Cortes, dan E. odora W. Spesis pertama adalah yang pertama kali

dan terluas dibudidayakan. Dua spesis lainnya terutama digunakan untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik dalam rangka program pemuliaan. Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:


(40)

V-68

Divisi: Embryophyta siphonagama

Kelas: Angiospermae

Ordo: Monocotyledonae

Famili: Arecaceae (Dahulu Palmae)

Sub-famili: Cocoideae

Genus: Elaeis

Spesies: E. guineensis Jacq.

Berdasarkan warna buahnya, E. guieenensis digolongkan atas 3 tipe :

a. Nigrescens, buah muda berwarna ungu gelap sampai hitam lalu berubah jadi

jingga sampai merah setelah matang (Gambar 3.1).

Gambar 3.1. Buah Nigrecens Belum Matang (A) dan Sudah Matang (B)

b. Virescens, buah muda berwarna hijau yang berubah menjadi kuning kemerahan

pada saat matang.

c. Albescens, buah muda berwarna kuning dan pucat tembus cahaya karena

kandungan karotennya dalam mesokarpnya rendah.

Tipe nigrescens adalah yang digunakan untuk komersialsedangkan tipe

lainnya digunakan dalam program pemuliaan.berdasarkan ketebalan cangkangnya, kelapa sawitdikelompokkan dalam tiga tipe (Gambar 3.2) yaitu;


(41)

V-69

1. Dura, mempunyai cangkang (tempurung) tebal, 6-8 mm, porsi mesokarp

terhadap buah berkisar 35-65 % (dura Deli), kernel besar, tetapi minyak terekstrak rendah, 17-19 %. Cangkang tebal dura diduga dapat memperpendek umur mesin pengolah.

2. Pisifera, tanpa cangkang, kernel kecil dengan lapisan fiber tipis, proporsi

mesokarp tinggi dan kadar minyak terekstrak tinggi, tetapi sebagian besar betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah.

Teneramerupakan hasil silangan antara dura dan pisifera sehingga

mempunyai karakteristik gabungan antara dura dan pisifera sehingga meminimalisir kelemahan masing- masing. Kernel berukuran sedang dengan cangkang menjadi lebih tipis (0,5 - 4 mm), tetapi bunga betina tetap fertile. Proporsi mesokarp tinggi (60 - 95%) dan kadar minyak 22 - 25%, bahkan ada yang mencapai 28%. Dengan demikian, maka hibrida tenera menjadi bahan tanam yang digunakan dalam budidaya komersial, sedangkan dura dan pisifera terus digunakan untuk menemukan varietas unggul baru.

Gambar 3.2. Searah Jarum Jam: (A) Dura; (B) Pisifera; (C)Tenera; dan (D) Dump


(42)

V-70

3.4. AHP (Analytical Hierarchy Process)

Menurut Thomas L. Saaty (1993), dalam memecahkan persoalan dengan analisis logika eksplisit ada tiga prinsip: prinsip menyusun hirarki, prinsip menetapkan prioritas, dan prinsip konsistensi logis. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tentinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Manfaat dari penggunaan Analytical Hierarchy Process (AHP) antara lain yaitu: 1. Memadukan intuisi pemikiran, perasaan dan penginderaan dalam menganalisis

pengambilan keputusan.

2. Memperhitungkan konsistensi dari penilaian yang telah dilakukan dalam membandingkan faktor-faktor yang ada.

3. Memudahkan pengukuran dalam elemen. 4. Memungkinkan perencanaan ke depan.

Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternaif-alternatif pilihan yang ingin di ranking. 3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing—masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.


(43)

V-71

4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maximum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.

6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai

eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis

pilihan dalam penentuanprioritas elemen—elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0, 100 maka penilaian harus diulang kembali.

3.4.1. Decomposition

Pengertian decomposition adalah memecah atau mendefinisikan masalah ke dalam bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur saling berhubungan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai hirarki lengkapdan hirarki tidak lengkap.Suatu hirarki dikatakan lengkapjika semua unsur saling berhubungan, contoh hieraki lengkap ini dapat dilihat pada Gambar 3.1, sementara itu hirarki keputusan yang tidak lengkapmempunyai arti tidak semua unsur pada masing-masing jenjang berhubungan.


(44)

V-72

Gambar 3.3. Hirarki Lengkap

Dalam penyusunan hirarki ini perlu dilakukan perincian atau pemecahan dari persoalan yang utuh menjadi beberapa unsur atau komponen yang kemudian dari komponen tersebut dibentuk suatu hirarki.

Pemecahan unsur ini dilakukan sampai unsur tersebut sudah tidak dapat dipecah lagi sehingga didapat beberapa tingkat suatu persoalan. Penyusunan hirarki merupakan langkah penting dalam model analisis hirarki. Adapun langkah-langkah penyusunan hirarki adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi tujuan keseluruhan dan sub tujuan.

2. Mencari kriteria untuk memperoleh sub tujuan dari tujuan keseluruhan.

3. Menyusun sub kriteria dari masing-masing kriteria, dimana setiap kriteria dan sub kriteria harus spesifik dan menunjukkan tingkat nilai dari parameter atau intensitas verbal.


(45)

V-73

4. Menentukan pelaku yang terlibat 5. Kebijakan dari pelaku

6. Penentuan alternatif sebagai output tujuan yang akan ditentukan prioritasnya.

3.4.2. Comparative Judgement

Comparative judgement merupakan proses penilaian kepentingan atau

kesukaan relatif terhadap elemen berpasangan (pairwise) dalam suatu level berhubungan dengan level di atasnya. Penilaian ini adalah inti dari AHP, sehingga kita memperoleh prioritas elemen dalam suatu level. Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen.

Hasil dari penilaian ini akanditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Dalam melakukan penialaian terhadap elemen-elemen yang diperbandingkan terdapat tahapan-tahapan, yakni:

1. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/berpengaruh/lainnya) 2. Berapa kali sering (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)

Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, seseorang yang akan memberi jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang elemen-elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari dalam penyusunan skala kepentingan. Skala kepentingan ini dapat dilihat pada pada Tabel3.2.


(46)

V-74

Tabel 3.2. Dasar Perbandingan Kriteria Intensitas

Kepentingan Defenisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya. 5 Elemen yang satu essensial atau sangat

penting ketimbang elemen lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya.

7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lain

Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting

ketimbang elemen lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,

8

Nilai-nilai antara dua pertimbangan b

Pendekatan Kompromi diperlukan antara dua

pertimbangan

Kebalikan

Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai

kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Sumber: Thomas L. Saaty (1993)

Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma

reciprocal, artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka

elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat m elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran m x n. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriks reciprocal (nilai kebalikan)dan elemen-elemen diagonalnya sama dengan 1. Reciprocal memungkinkan dilakukannya pembagian dengan menggunakan notasi perkalian :


(47)

V-75

a x a = 1 = a-1 a

3.4.3. Synthesis of Priority

Synthesis of Priority adalah tahap untuk mendapatkan bobot bagi setiap

elemen hierarki dan elemen alternatif. Synthesis of priority juga merupakan proses penentuan prioritas elemen-elemen dalam suatu level. Caranya adalah dengan membuat alternatif keputusan di antara masing-masing kriteria yang ada.

Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari vektor prioritas (eigenvector) dari suatu level hirarki untuk mendapatkan local priority. Proses penentuan eigenvector mensyaratkan matriks yang non negatif dan tidak ada angka nol. Dengan skala 1 sampai 9, syarat ini dapat terpenuhi karena 1/9 adalah nilai elemen terkecil dan 9 terbesar.

Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat untuk mendapatkan global priority, maka sintesis harus dilakukan pada setiap local

priority. Prosedur pelaksanaan sintesis berbeda dengan bentuk hirarki. Sedangkan

pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting.

3.4.4. Logical Consistency

Logical Consistency dapat dianggap sebagai prinsip rasionalitas AHP.

Ada tiga makna yang terkandung dalam konsep konsistensi, pertama adalah objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua adalah matriks perbandingan bersifat resiprokal, artinya jika A1


(48)

V-76

adalah lebih penting dari A2, maka A2 adalah setengah kali lebih penting dari A1. Ketiga, hubungan antar dua elemen diupayakan bersifat transitif. Contohnya, jika sepak bola dinilai dua kali lebih menarik dibanding basket dan basket tiga kali lebih menarik dibanding tinju, maka sepak bola harus dinilai enam kali lebih menarik dibanding tinju. Bila tidak demikian, maka terjadi intransitivitas. Jadi, rasionalitas yang dimaksud AHP bukan sekedar transitivitas.

3.5. Konsistensi Hierarki

Menurut Thomas L. Saaty (1993), dalam permasalahan pengambilan keputusan sangat penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi matriks yang diperoleh karena peneliti tidak ingin keputusan yang diperoleh memiliki konsistensi yang rendah yang menyebabkan keacakan penelitian.

Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan indeks konsistensi dengan persamaan:

��=�����− �

� − �

Dimana:

CI = Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency index)

maks = eigenvalue maksimum

n = ukuran matriks

Apabila CI bernilai nol, berarti matriks konsisten, batas ketidakkonsistensi (inconsistency) yang ditetapkan Saaty diukur dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yakni perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random


(49)

V-77

indeks (RI) yang diperlihatkan seperti Tabel 3.3. Nilai ini bergantung pada ordo matriks n. Dengan demikian, Rasio Konsistensi dapat dirumuskan :

��= ��

��

Tabel 3.3. Nilai Index Random (RI) Ukuran

Matriks 1,2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0,0 0,52 0,89 1,11 1,25 1,35 1,40 1,45 1,49 Sumber: Thomas L. Saaty (1993)

3.6. Rata-rata Geometrik

Menurut Winarto dan Udisubakti Ciptomulyono (2013),dari data yang diperoleh dari responden, kemudian dilakukan pengecekan indekskonsistensinya, jika tidak konsisten (indeks konsistensinya < 0.10), maka kuisioner harus diulang kembali.Berikutnya dari pembobotan kriteria yang telah konsisten yang diberikanoleh responden dan hasil penilaian alternatif-alternatif berdasarkan skala Likert dilakukanperhitungan.

Setelah data terkumpul sebelum dilakukan perhitungan dengan AHP lebih dahuludilakukan perhitungan dengan menggunakan Rata-rata Geometrik (Geometric Mean) dimanaperhitungan ini untuk memberikan pendekatan rata-rata yang lebih baik karena bias mengeliminasi deviasi yang terjadi untuk data-data yang didapat dari penilaian respondendalam kuisioner. Rata-rata Geometrik dapat dirumuskan sebagai berikut:

GM =�a1 X a2 X a3 …..X an n


(50)

V-78

GM = geometric mean (rata-rata geometric) a1 = Hasil penilaian dari responden pertama

a2 = Hasil penilaian dari responden kedua

n = Jumlah responden

3.7. Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluations (PROMETHEE)

Menurut Nuria Gens Fernandes (2013), metode hubungan outranking adalah salah satu kategori yang paling penting di bidang Multicriteria Decision

Aid didasarkan pada hubungan outranking antara alternatif. Metode

PROMETHEE, yang dikembangkan oleh JP Brans dan dipresentasekan untuk pertama kalinya pada tahun 1982, adalah salah satu metode yang didasarkan pada perbandingan berpasangan antara kriteria. Perbandingan ini memperhitungkan fungsi preferensi yang nantinya menentukan tingkat preferensi antara evaluasi setiap alternatif. Oleh karena itu, evaluasi yang diperkaya dengan fungsi preferensi dan analisis keandalan ditingkatkan. Akhirnya, netflow diberikan untuk setiap kriteria alternatif yang tergantung pada apakah kriteria tersebut lebih disukai untuk orang lain atau tidak. Alternatif terbaik adalah alternatif dengan

netflow yang lebih besar.Secara khusus, PROMETHEE I digunakan untuk

mendapatkan peringkat parsial dan PROMETHEE II diterapkan untuk mendapatkan peringkat lengkap semua alternatif yang layak.


(51)

V-79

3.7.1. Fungsi Preferensi dan Kriteria Umum

Karena metode PROMETHEE didasarkan pada perbandingan antara pasangan untuk semua kriteria, perbedaan antara evaluasi dari setiap pasangan alternatif untuk setiap kriteria fj harus dihitung dengan rumus:

dj (a, b) = fj (a) - fj (b)

Perbedaan ini tidak hanya berguna untuk menentukan yang terbaik dari dua alternatif untuk suatu kriteria, tetapi juga untuk mengukur intensitas preferensi. Semakin besar nilai dj, maka semakin kuat nilai preferensi di atas b. Namun, penting untuk diketahui bahwa nilai jarak tergantung pada unit kriteria j.

Untuk meningkatkan perbandingan antara alternatif, fungsi preferensi didefinisikan.Fungsi-fungsi ini membiarkan pengambil keputusan menggambarkan bagaimana perbedaan harus ditafsirkan.Misalnya, jika rentang nilai antar alternatif sangat kecil sehingga pengambil keputusan dapat mengabaikan itu, dua tindakan dianggap tidak berbeda.Selain itu, jika perbedaan lebih besar dari nilai tertentu, preferensi yang ketat dapat didefinisikan antara dua tindakan, terlepas dari apakah dengan menaikkan rentang nilai lebih.

Fungsi preferensi dicirikan dengan cara berikut:

Pj(a,b)=Pj[dj(a,b)]∀a, b ∈A Fungsi tersebut didefenisikan sebagai berikut:

0≤Pj(a,b)≤1

⎩ ⎨

Pj(a,b)Pj(a,b)=0, jika dj(a,b)0, jika dj(a,b)>0 (weak preference)≤0 (no preference)

Pj(a,b)≈1, jika dj(a,b)>>0 (strong preference) Pj(a,b)=1, jika dj(a,b)>>>0 (strict preference)


(52)

V-80

Pasangan {f, Pj (a, b)} disebut kriteria umum yang terkait dengan kriteria

fj untuk semua j∈{1, ..., k} dan itu disusun oleh kriteria dan fungsi preferensinya. Setiap kriteria harus dikaitkan dengan kriteria yang umum lainnya untuk menerapkan metode PROMETHEE.

Tampaknya logis bahwa Pj(a,b) adalah bukan fungsi turunan yang mengambil nilai 0 ketika dj(a,b) <0. Dalam rangka memfasilitasi tugas si pembuat keputusan, enam fungsi preferensi diusulkan.Pemilihan fungsi preferensi yang paling memadai untuk setiap kriteria dilakukan secara interaktif oleh analis dan pengambil keputusan, yang memperhitungkan derajat preferensi dan perbedaan yang diamati.Jenis fungsi preferensi terpilih harus mencerminkan sikap pengambil keputusan dalam kaitannya dengan nilai dari yang dapat terjadi antara sepasang alternatif.

Hal ini penting untuk menggarisbawahi bahwa kemungkinan memilih antara fungsi preferensi yang berbeda merupakan bantuan penting dalam tugas mewakili preferensi pembuat keputusan dengan cara yang lebih handal. Oleh karena itu, proses pengambilan keputusan diperkaya, memberikan realisme lebih dan kekonsistenan untuk solusi dari masalah keputusan multikriteria.

Berbagai jenis fungsi preferensi P yang umum digunakan disajikan di bawah ini, didefinisikan dan diplot sesuai dengan perbedaan nilai d. Kemudian, contoh ilustratif digunakan untuk menunjukkan bagaimana definisi fungsi preferensi dapat diterapkan untuk masalah tertentu. Meskipun beberapa jenis kasus tertentu yang lain, fungsi preferensi ini perlu didefinisikan secara terpisah


(53)

V-81

karena fungsi preferensi jelas menggambarkan opini pembuat keputusan pada kriteria itu.

1. Type I: Usual

Pada kasus ini, tidak ada beda (sama penting) antara a dan b jika dan hanya jikaf(a) = f(b) ; apabila nilai kriteria pada masing-masing alternative memiliki nilai berbeda, pembuat keputusan membuat preferensi mutlak untuk alternatif memiliki nilai yang lebih baik

Gambar 3.4. Grafik Tipe Usual

Dengan ketentuan: P(d)=�0 jika d≤0

1 jika d>0 2. Type II: U-shape

Ketika bentuk fungsi preferensi U-shapediterapkan untuk suatu kriteria, sepasang tindakan/alternatif a dan b adalah mutlak sementara perbedaan antara evaluasi mereka (fj(a)-fj(b)) tidak melebihi batas yang ditentukan. Perbedaan besar dari nilai itu, preferensi ketat.Parameter q perlu diperbaiki, yang merupakan selisih maksimum yang dianggap mutlak antara dua evaluasi. Dengan kata lain, q adalah ambang (threshold) mutlak.


(54)

V-82

Gambar 3.5. Grafik Tipe U-shape

Dengan ketentuan:

�(�) =�0����� ≤0

1�����> 0

3. Tipe III: V-shape

Jenis fungsi preferensi yang ketiga ini memungkinkan si pembuat keputusan untuk semakin lebih memilih satu tindakan di atas yang lain sesuai dengan jarak nilai yang ada antara kedua tindakan. Tingkat preferensi meningkat secara linear sampai batas p, karena perbedaan yang tinggi dari nilai preferensi sudah kuat.Parameter p ditentukan oleh semakin menurun nilainya sementara preferensi dianggap kuat (menurut sudut pandang pembuat keputusan).Oleh karena itu, p adalah ambang (threshold) batas preferensi yang kuat.


(55)

V-83

Gambar 3.6. Grafik Tipe V-shape Dengan ketentuan:

P(d)=

⎩ ⎨

d0 jika d≤0

pjika 0≤d≤p 1 jika d>p 4. Type IV: Level

Dalam hal ini, dua alternatif a dan b adalah mutlak sampai perbedaan antara evaluasi pada kriteria mencapai batas q. Kemudian, preferensi lemah jika (fj(a)-fj(b)) lebih tinggi dari q tetapi lebih rendah dari p dan ini adalah mengapa nilai ½ diberikan untuk nilai fungsi preferensi. Akhirnya, jika perbedaan antara evaluasi lebih besar dari p, preferensi satu tindakan atas yang lain adalah ketat. Hal ini jelas terlihat bahwa jenis fungsi preferensi membutuhkan dua parameter definisi: q dan p. Perlu dicatat bahwa fungsi preferensi tipe I dan II adalah kasus khusus dari jenis fungsi preferensi.


(56)

V-84

Dengan ketentuan:

P(d)=�

0 jika d≤0 1

2jika q≤d≤p 1 jika d>p

5. Type V: V-shape with indifference

Fungsi preferensi tipe V mirip dengan tipe III tapi mempertimbangkan nilai mutlak antara dua alternatif ketika perbedaan antara evaluasi mereka lebih kecil dari parameter q. Oleh karena itu, penentuan parameter q dan p juga diperlukan.Perlu digarisbawahi bahwa fungsi preferensi tipe I, II dan III adalah kasus khusus dari jenis fungsi preferensi.

Gambar 3.8. Grafik Tipe V: V-shape with Indifference

Dengan ketentuan:

P(d)=

⎩ ⎨

d-q0 jika d≤q

p-qjika q≤d≤p 1 jika d>p 6. Type VI : Gaussian

Akhirnya, fungsi preferensi Gaussian meningkat secara bertahap sesuai dengan perbedaan antara alternatif. Parameter yang harus diperbaiki dalam hal ini adalah s. Ketika jarak antara tindakan sama dengan s, tingkat preferensi


(57)

V-85

mengambil nilai 0,39. Dalam rangka untuk membuat tugas pembuat keputusan lebih mudah, nilai s dapat ditentukan antara dua nilai fiksi q dan p. Jika pembuat keputusan ingin memperkuat tingkat preferensi ketika jarak kecil, maka s harus dekat dengan q. Namun, jika ia ingin melunakkan perkembangan dari tingkat preferensi sesuai dengan nilai, parameter s harus dekat p.

Gambar 3.9. Grafik Tipe VI : Gaussian

Dengan ketentuan: P(d)=�

0 jika d≤0 1-e

d2

2s2 jika d>0

Contoh:

Hotel berguna untuk menggambarkan bagaimana berbagai jenis fungsi preferensi dapat diterapkan dalam situasi yang berbeda.

Pertama-tama, individu bisa memperhitungkan fakta bahwa hotel ini menawarkan Wi-Fi gratis atau tidak. Kemudian, dua jenis evaluasi akan ada pada kriteria ini 'W':

a. Hotel yang menawarkan Wi-Fi gratis: W (a) = 1 b. Hotel yang tidak menawarkan Wi-Fi gratis: W (a) = 0


(58)

V-86

dimana a adalah alternatif dipertimbangkan.

Dalam hal ini, fungsi preferensi digunakan bisa jenis I. Akibatnya, jika perbedaan antara evaluasi dari dua alternatif lebih besar dari 0, individu akan sangat lebih memilih satu hotel atas yang lain.

Selain itu, perjalanan seseorang ke Barcelona juga dapat mempertimbangkan jumlah bintang dari masing-masing hotel.Akibatnya, individu tersebut bisa memilih fungsi preferensi tipe II untuk memperbaiki nilai threshold mutlak 1. Oleh karena itu, sebuah hotel akan lebih disukai dari yang lain ketika perbedaan antara jumlah bintang mereka lebih besar dari satu. Namun, perlu dicatat bahwa tingkat preferensi hotel dengan lima bintang yang lain dengan satu bintang akan sama bahwa tingkat preferensi hotel dengan tiga bintang di atas yang lain dengan satu bintang. Model ini akan dibatasi oleh aspek ini dan, karena itu, fungsi preferensi tipe IV akan lebih akurat untuk menentukan tingkat preferensi antara jumlah bintang.

Untuk memperkaya kriteria ini, individu dapat memilih jenis fungsi preferensi IV dan memperbaiki ambang mutlak dari 1 dan ambang preferensi kuat 3. Oleh karena itu, tingkat preferensi hotel dengan lima bintang di atas yang lain dengan satu bintang akan lebih tinggi dari tingkat preferensi hotel dengan tiga bintang di atas yang lain dengan satu bintang, karena fungsi preferensi akan mengambil masing-masing nilai 1 dan 1/2.

Mengingat kriteria contoh hotel yang memperhitungkan nilai yang diberikan untuk setiap hotel di halaman web, individu dapat memilih preferensi fungsi tipe III untuk mencerminkan sudut pandangnya. Misalnya, ia bisa


(59)

V-87

mempertimbangkan ambang batas preferensi yang ketat dari tipe1. Dalam hal ini, ketika sebuah hotel dengan skor 9 dibandingkan dengan yang lain dengan skor 8, fungsi preferensi akan mengambil nilai 1, sedangkan jika dibandingkan lain dengan skor 8,5, fungsi preferensi akan sama dengan 1/2.

Dalam hal ini, itu juga akan menarik untuk memilih fungsi preferensi tipe V, yang akan memungkinkan individu untuk menentukan ambang kepastian. Akibatnya, pengambil keputusan akan memiliki pilihan untuk mempertimbangkan kesamaan dua hotel dengan skor sangat mirip, seperti 7,6 dan 7,9. Misalnya, ambang kesamaan dan ambang preferensi yang ketat bisa sama dengan 0,3 dan 1. Sementara hotel dengan skor 9,3 akan mutlak sama satu sama lain dengan 9, itu akan memiliki tingkat preferensi kuat dengan a= 8.

Akhirnya, jenis VI harus digunakan jika individu ingin bahwa setiap peningkatan kecil dari jarak antara dua alternatif menyebabkan peningkatan tingkat preferensi antara alternatif.Misalnya, jenis fungsi preferensi dapat diterapkan pada kriteria memperhitungkan harga sewa. Jika individu ditugaskan nilai 50 untuk parameter s, tingkat preferensi tinggal dari 270 € selama tinggal dari 130 € akan 0,98, sedangkan tingkat preferensi tinggal dari 270 € selama tinggal 200 € akan 0,62.

3.7.2. Agregat Indeks Preferensi

Agar mampu menganalisis masalah multikriteria dengan metode PROMETHEE, pembuat keputusan juga diperlukan untuk menetapkan bobot kepentingan relatif untuk setiap kriteria.Bobot Ini adalah nomor non-negatif yang


(60)

V-88

mewakili relevansi kriteria sesuai dengan sudut pandang pembuat keputusan.Semakin tinggi nilai bobot, semakin signifikan kriteria tersebut. Hal ini juga penting untuk menyebutkan bahwa bobot dari semua kriteria dinormalisasi sehingga jumlah mereka adalah sama dengan satu.

�Wj=1

k

j=1

Indeks preferensi agregat � adalah nilai-nilai yang menyatakan tingkat preferensi suatu alternative dengan alternative lainnya dengan cara mempertimbangkan semua kriteria. Hal ini didefenisikan sebagai berikut:

∀a, b ∈A π(a,b)=�Pj(a,b).Wj

k

j=1

Sering terjadi a adalah lebih baik daripada b di beberapa kriteria dan b lebih baik daripada kriteria lainnya. Sebagai konsekuensi, baik � (a, b) dan � (b, a) biasanya positif. Indeks preferensi agregat harus ditafsirkan mengingat:

�ππ(a,b)(a,b)01↔preferensi glob↔preferensi global yang kuat dari a melewati bal yang lemah dari a melewati b

Akhirnya, menarik untuk menggarisbawahi norma indeks ini:

∀a, b ∈A�

π(a,a)=0 0≤π(a,b)≤1 0≤π(b,a)≤1 0≤π(a,b)+π(b,a)≤1

3.7.3. Outranking

Metode PROMETHEE didasarkan pada kuantifikasi bagaimana suatu kriteria yang mengungguli semua kriterialain dan bagaimana kriteria ini dinilai


(61)

V-89

oleh semua orang. Inilah sebabnya mengapa φ + positif (a) dan φ- negatif (a)

outranking arus didefinisikan. Ukuran pertama mengungkapkan kapasitas outranking dari tindakan yang berkaitan dengan semua tindakan lain sementara

yang kedua merupakan cara suatu outranked oleh orang lain. Dengan kata lain, arus positif menunjukkan kekuatan dari suatu tindakan dan aliran negatif menunjukkan kelemahannya.

Jelas bahwa semakin tinggi outranking positif maka semakin baik alternative tersebut.Sejalan dengan itu, semakin besar aliran outranking negatif maka semakin buruk alternatifnya.Nilai-nilai dari dua langkah dihitung sebagai jumlah dari semua indeks preferensi agregat dibagi dengan jumlah tindakan bahwa dibandingkan dengan (n-1).Akibatnya, nilai-nilai yang dinormalisasi antara 0 dan 1.

Net outranking aliran φ (a) dari tindakan didefinisikan sebagai perbedaan antara aliran outranking positif dan aliran outranking negatif:

Leaving flow∅+(�) = 1

�−1∑ � (a, x)

Net outranking aliran φ (a) dari tindakan didefinisikan sebagai perbedaan antara aliran outranking positif dan aliran outranking negatif:

Entering flow∅(�) = 1

�−1∑ � (a, x)

Semakin tinggi ukuran ini, maka tindakan semakin baik.Jika netflow bernilai positif, maka alternatif tersebut lebih unggul di semua alternatif yang lain, tapi ketika nilai netflow adalah negatif, maka alternatif yang dihasilkan kurang unggul.


(62)

V-90

Menurut Ryan Rakasiwi (2013) PROMETHEE (Preference Ranking

Organization Method For Enrichment Evaluation) tergolong ke dalam keluarga Multi-Criteria Decision Analysis (MCDA). Dikembangkan oleh J.P. Brans pada

tahun 1982 dan dipresentasikan pada suatu konferensi Université Laval, Québec, Canada dengan judul L’Ingéniérie de la Décision. Hingga tahun 1994, metode ini telah terbagi menjadi 6 kategori perangkingan: PROMETHEE I (rangking secara parsial), PROMETHEE II (rangking secara utuh), PROMETHEE III (rangking berdasarkan interval), PROMETHEE IV (untuk kasus berkelanjutan),

PROMETHEE V (MCDA yang mengikutsertakan batasan segmentasi), dan PROMETHEE VI (representasi otak manusia). Kesuksesan metode ini dalam

pengaplikasiannya di berbagai bidang didasarkan pada properti matematisnya dan kemudahannya untuk diterapkan.

3.8. Kuesioner

Menurut Sugiyono (2005:157) juga mengemukakan pendapat Sutrisno Hadi yang mengatakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh penelitian dalam menggunakan metode interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut: 1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya

sendiri

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya

3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan uang diajukan peneliti kepadanya adalah sama seperti yang dimaksud oleh peneliti

Penggunaan kuesioner tepat bila :


(63)

V-91

1. Responden (orang yang merenpons atau menjawab pertanyaan) saling berjauhan.

2. Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila mengetahui berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau tidak menyetujui suatu fitur khusu dari sistem yang diajukan.

3. Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh pendapat sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu.

4. Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut.

Menurut Sukaria Sinulingga (2013), perancangan kuesioner yang baik perlu dipahami prinsip-prinsip yang terkait dengan cara penulisan pertanyaan (wording of quetions), cara pengukuran yaitu mengkatagorikan, membuat skala dan mengkodekan (catagorized, scaled and coded) jawaban dari responden dan kerapian (general appearance) kuesioner tersebut.

3.9. Metode Sampling

Menurut Sukaria Sinulingga (2013),Sampling adalah metode pengumpulan data yang sangat populer karena manfaatnya yang demikian besar dalam penghematan sumber daya waktu dan biaya dalam kegiatan pengumpulan data.

Sampling ialah proses penarikan sampel melalui mekanisme tertentu melalui mana karakteristik populasi dapat diketahui atau didekati. Secara garis besar metode penarikan sampel dapat diklasifikasi atas dua bagian yaitu:


(64)

V-92

1. Probability Sampling

2. Nonprobability Sampling

3.9.1. Probability Sampling

Probability sampling, setiap elemen dari populasi diberi kesempatan yang

sama untuk ditarik menjadi anggota dari sampel. 1. Simple Random Sampling

Simple random sampling yang sering juga disebut unrestricted probability

sampling, setiap elemen dari populasi mempunyai kesempatan atau peluang

yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. 2. Systematic Sampling

Systematic sampling adalah suatu metode pengambilan sampel dari populasi

dengan cara menarik elemen setiap kelipatan ke n dari populasi tersebut mulai dari urutan yang dipilih secara random diantara nomor 1 hingga n.

3. Stratified Random Sampling

Stratified random sampling menentukanstrata elemen dalam populasi menjadi perhatian sehingga populasi dibagi sesuai dengan strata yang ada.

4. Cluster Sampling

Cluster sampling digunakan dengan multi stage, misalnya penelitian tentang pola hidup pada nasabah bank di suatu propinsi dilakukan.

5. Area Sampling

Area sampling digunakan dengan pengambilan sampel berdasarkan perbedaan

lokasi geografis dari populasi.


(65)

V-93

3.9.2. Nonprobability Sampling

Non-probability sampling adalah teknik sampling dimana setiap elemen

populasi yang akan ditarik menjadi anggota sampel tidak berdasarkan pada probabilitas yang melekat pada setiap elemen tetapi berdasarkan karakteristik khusus masing-masing elemen. Model dari metode sampling yang non-probabilistik ini adalah convinience sampling dan purposive sampling.

1. Convinience Sampling

Convinience sampling adalah suatu metode sampling dimana para

respondennya adalah orang-orang yang secara sukarela menawarkan diri (conviniencely avaiable) dengan alasan masing-masing.

2. Purposive Sampling

Purposive sampling adalah metode sampling non-probability yang

menggunakan orang-orang tertentu (specific target-group) sebagai sumber data/informasi.Orang-orang tertentu yang dimaksud disini adalah individu atau kelompok yang karena pengetahuan, pengalaman, jabatan dan lain-lain yang dimilikinya menjadikan individu atau kelompok tersebut perlu dijadikan sumber informasi. Individu atau kelompok khusus ini langsung dicatat namanya sebagai reponden tanpa melalui proses seleksi secara random.

Purposive sampling dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu judgement sampling dan quota sampling.Judgement sampling adalah tipe pertama dari purposive sampling, responden terlebih dahulu dipilih berdasarkan


(66)

V-94

diantara orang-orang lain dalam memberikan data dan informasi yang bersifat khusus yang dibutuhkan peneliti.


(67)

V-95

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. PP Lonsum Bagerpang POM berlokasi di Pondok 13, Kecamatan Bangun Rejo, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan pada Mei 2016 sampai Desember 2016.

4.2. Jenis Penelitian1

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deksriptif dimana penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk mendapatkan profil atau aspek-aspek yang relevan dari fenomena yang menarik dari suatu organisasi atau kelompok tertentu. Penelitian deskriptif ini dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner terhadap beberapa responden. Dalam penelitian ini survei dilakukan terhadap 11 responden mengenai kinerja supplier yang bekerja sama dengan perusahaan. Pada penelitian deskriptif ini juga berbentuk survey research yaitu penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara factual untuk mendapatkan kebenaran dengan menggunakan instrumen kuesioner.

1


(68)

V-96

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah kinerja supplier lepas TBS yang terdiri dari 6

supplier yang menjadi rekanan pabrik selama periode Mei 2014 hingga April

2016 untuk melihat kinerja supplier dilakukan survei terhadap responden yang memahami kinerja supplier untuk kebutuhan data penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah Mills Manager Departemen PKS, Asisten Mills Manager Departemen PKS, Supervisor Sortasi, Asisten Supervisor Sortasi, Foreman

Sortasi, Supervisor Weightbridge, Asisten Supervisor Weightbridge, Foreman Weightbridge, Supervisor Logistik, Asisten Supervisor Logistik, dan Foreman Logistik.

4.4. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen

Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah atribut kinerja supplier berdasarkan teori Dickson Yang dipilih adalah Kualitas, Delivery (pengiriman), Price, dan Warranties and claim Policies

a. Kualitas

Atribut ini berfokus pada kemampuan supplier memenuhi atau melebihi harapan pabrik. Atribut/kriteria ini dikembangkan lagi menjadi:

1) Kesesuaian dengan standar mutu TBS yang ditetapkan perusahaan. 2) Konsistensi mutu.


(69)

V-97

b. Delivery (Pengiriman)

Atribut ini berfokus pada kemampuan supplier memenuhi pesanan perusahaan. Atribut ini dikembangkan lagi menjadi:

1) Ketepatan waktu pengiriman 2) Kesesuaian jumlah pengiriman c. Price

Atribut ini berfokus pada besaran ongkos kirim yang dikeluarkan perusahaan untuk tiap kalinya supplier tambahan mengirimkan TBS ke pabrik.

d. Warranties and claim policies

Atribut ini berfokus pada kecepatan konfirmasi supplier atas ketersediaan pesanan TBS oleh perusahaan.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah supplier terbaik..

4.5. Kerangka Berfikir

Berikut adalah kerangka berpikir dari penelitian:

Kerangka berpikir penelitian ini dimulai dengan menentukan kriteria yang digunakan dalam penelitian yaitu Quality, Price, Delivery,Warranties and claim

policies yang dimaksud dengan Quality adalah Kesesuaian dengan standar mutu

TBS yang ditetapkan perusahaan, Price adalah besaran ongkos kirim yang dikeluarkan perusahaan untuk tiap kalinya supplier lepas mengirimkan TBS ke pabrik, selanjutnya ialah Delivery merupakan ketepatan dan kesesuaian jumlah


(70)

V-98

pengiriman, kemudian Warranties and claim dilakukannya konfirmasi supplier atas ketersediaan pesanan. Kemudian Kriteria tersebut dikembangkan dengan menggunakan kuesioner kriteria dan subkriteria dari data kuesioner selanjutnya menentukan hubungan kriteria dan subkriteria yang terpilih langkah berikutnya menghitung rata-rata bobot kriteria dengan metode AHP sehingga hasil data perhitungan bobot subkriteria dari pengolahan AHP digunakan sebagai data masukan untuk metode PROMETHEE . Langkah akhir adalah mendapatkan

Supplier terbaik. Berikut adalah gambar kerangka berpikir dapat dilihat pada

gambar 4.1.

Gambar 4.1. Kerangka Berpikir

4.6. Tahapan Penelitian

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yang diawali dengan melakukan identifikasi masalah hingga menghasilkan kesimpulan. Tahapan-tahapan tersebut meliputi:

PROMETHEE

Delivery

Warranties and claim

Price Quality

Kriteria dan Subkriteria

AHP

Net Flow Supplier Terbaik


(71)

V-99

1. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah merupakan langkah pertama yang dilakukan saat penelitian berlangsung sehingga dapat mengangkat permasalahan secara jelas dan terarah.

2. Studi literatur

Kajian literatur merupakan bagian dari studi yang bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisa data sekunder dari instansi terkait, hasil penelitian, jurnal, dan literatur lain.

3. Perumusan masalah

Perumusan masalah menjabarkan kembali inti dari permasalahan yang teridentifikasi kemudian menuangkannya ke dalam satu lingkup permasalahan yang spesifik.

4. Perumusan tujuan penelitian

Penentuan tujuan penelitian sebagai acuan untuk mengarahkan dan menentukan hasil akhir penelitian.

5. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif, baik yang berupa data primer maupun data sekunder. Tahapan proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2


(72)

V-100

Studi Lapangan

1. Kondisi awal rantai pasok perusahaan 2. Proses pemesanan bahan baku TBS 3. Masalah-masalah yang terjadi

Studi Literatur

1. Teori Buku

2. Referensi Jurnal Penelitian

Penetapan Tujuan

Pemilihan supplier tambahan untuk ditetapkan menjadi supplier kontrak di PT.PP Lonsum

Bagerpang POM

Analisis Pemecahan Masalah

SELESAI

Mulai

Kesimpulan dan Saran Perumusan Masalah

Perlunya pengukuran kinerja supplier tambahan di PT.PP Lonsum Bagerpang POM dengan

menggunakan AHP dan PROMETHEE

Identifikasi Masalah

Kekurangan jumlah TBS yang akan diolah dikarenakan supplier kontrak TBS pada PT.PP Lonsum Bagerpang POM kurang mampu memenuhi

kapasitas olah Pabrik.

Data Primer

Hasil Wawancara Data Hasil Kuesioner

Data Sekunder

1. Data historis mengenai waktu dan jumlah pemasok

2. Gambaran umum perusahaan

Pengolahan Data

Data diolah dengan menggunakan AHP dan PROMETHEE I dan II

Gambar 4.2. Tahapan Proses Penelitian


(73)

V-101

4.7. Pengumpulan Data 4.7.1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua sebagai berikut.

1. Data Primer.

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung menggunakan

instrument (alat pengumpulan data). Data primer pada penelitian ini terdiri dari

hasil wawancara, kuesioner penentuan kriteria, kuesioner penentuan subkriteria, kuesioner AHP, dan kuesioner kemampuan supply supplier tambahan yang terpilih.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan mengambil dari dokumen perusahaan. Data sekunder pada penelitian ini terdiri dari:, data historis nama supplier TBS, sistem perjanjian kontrak antara pabrik dengan

supplier kontrak, data historis kapasitas supply TBS oleh supplier perusahaan

dan lepas, jumlah hari kerja, dan data historis kapasitas olah pabrik.

4.7.2. Metode Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan secara langsung ke PT. PP. Lonsum Bagerpang POM untuk mengetahui :


(74)

V-102

a. Kualitas yang berfokus pada kemampuan supplier memenuhi atau melebihi harapan pabrik. Atribut/kriteria ini dikembangkan lagi menjadi: 1) Kesesuaian dengan standar mutu TBS yang ditetapkan perusahaan. 2) Konsistensi mutu.

b. Delivery (Pengiriman) yaitu kemampuan supplier memenuhi pesanan

perusahaan. Atribut ini dikembangkan lagi menjadi: 1) Ketepatan waktu pengiriman

2) Kesesuaian jumlah pengiriman

c. Price pada besaran ongkos kirim dan harga dari TBS yang dikeluarkan

perusahaan untuk tiap kalinya supplier tambahan mengirimkan TBS ke pabrik.

d. Warranties and claim policies Atribut ini berfokus pada kecepatan

konfirmasi supplier atas ketersediaan pesanan TBS oleh perusahaan.

4.7.3. Populasi dan Sampel

Pemilihan responden dilakukan dengan judgement sampling dimana responden dipilih terlebih dahulu dengan mempertimbangkan kemampuannya memberikan informasi diantara orang-orang lain yang memiliki pengetahuan yang serupa. Responden pada penelitian ini adalah pihak yang memberikan keputusan dalam hal pembelian TBS yaitu Mills Manager Departemen PKS, Asisten Mills

Manager Departemen PKS, Supervisor Sortasi, Asisten Supervisor Sortasi, Foreman Sortasi, Supervisor Weightbridge, Asisten Supervisor Weightbridge, Foreman Weightbridge, Supervisor Logistik, Asisten Supervisor Logistik, dan


(75)

V-103

Foreman Logistik. Pemilihan kesebelas responden didasarkan kepada responden

tersebut dianggap paling sering berinteraksi dengan supplier dan yang paling sering berinteraksi dengan proses penerimaan buah TBS, sortasi buah TBS, hingga proses pembayaran ke supplier.

4.8. Pengolahan Data

Pengolahan dilakukan dengan menghitung bobot setiap variabel untuk setiap supplier tambahan dengan menggunakan metode AHP. Hasil pembobotan dari pengolahan AHP digunakan sebagai data masukan untuk metode PROMETHEE. Pengolahan PROMETHEE I akan menghasilkan nilai leaving

flow (strength atau kelebihan) dan entering flow (weakness atau kekurangan) tiap supplier tambahan. Ranking supplier tambahan akan ditentukan oleh nilai net flow

yang didapatkan pada pengolahan PROMETHEE II. Block diagram pengolahan data tahapan model PROMETHEE dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.


(76)

V-104

Mulai

Susun matriks perbandingan berpasangan

Hitung bobot parsial dan nilai konsistensi

Hitung bobot prioritas

Hitung nilai preferensi dengan

PROMETHEE I

Selesai Penentuan ranking

setiap pemasok dengan PROMETHEE II

Gambar 4.3 Block Diagram Pengolahan Data


(77)

V-105

Start

Nilai Ukuran Relatif Kriteria untuk Masing-masing Alternatif

Penentuan Fungsi Preferensi untuk Tiap Kriteria

Penentuan Parameter Fungsi Parameter

Pembobotan untuk Tiap Kriteria

PROMETHEE I (Partial Order) Perhitungan Arah Preferensi:

1. Leaving Flow 2. Entering Flow 3. Net Flow Perhitungan Indeks Preferensi

Multikriteria

Rating Kinerja Supplier PROMETHEE II (Complete

Order)

End

Gambar 4.4. Tahapan Model PROMETHEE

Penelitian ini menggunakan nilai bobot priotitas level 4 (alternatif

supplier) dari metode AHP sebagai nilai pembobotan perbandingan antar supplier.


(1)

5.5 Supplier Tambahan Periode Mei 2015- April 2016 di

PT.PP Lonsum Bagerpang POM ... V-9 5.6 Rekapitulasi Jawaban Responden Level Kriteria ... V-12 5.7 Rekapitulasi Jawaban Responden Level Subkriteria Kualitas ... V-14 5.8 Rekapitulasi Jawaban Responden Level Subkriteria Delivery... V-15 5.9 Rekapitulasi Jawaban Responden Level Supplier Subkriteria

SK1 ... V-17 5.10 Rekapitulasi Jawaban Responden Level Supplier Subkriteria

SK2 ... V-21 5.11. Rekapitulasi Jawaban Responden Level Supplier Subkriteria

SK3 ... V-25 5.12 Rekapitulasi Jawaban Responden Level Supplier Subkriteria

SK4 ... V-28 5.13 Rekapitulasi Jawaban Responden Level Supplier Subkriteria

SK5 ... V-31 5.14 Rekapitulasi Jawaban Responden Level Supplier Subkriteria

SK6 ... V-34 5.15 Rekapitulasi Perhitungan Rata-rata Pembobotan Tiap Elemen


(2)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.16 Rekapitulasi Perhitungan Rata-rata Pembobotan Tiap Elemen

Level 3 (Subkriteria Kualitas yaitu SK1 dan SK2) ... V-39 5.17 Rekapitulasi Perhitungan Rata-rata Pembobotan Tiap Elemen

Level 3 (Subkriteria Delivery yaitu SK3 dan SK4) ... V-39 5.18 Rekapitulasi Perhitungan Rata-rata Pembobotan Tiap Elemen

Level 4 (Alternatif Supplier) Terhadap SK1 (Kesesuaian dengan

Standar Mutu TBS yang Ditetapkan Perusahaan) ... V-40 5.19 Rekapitulasi Perhitungan Rata-rata Pembobotan Tiap Elemen

Level 4 (Alternatif Supplier) Terhadap SK2 (Konsistensi Mutu) ... V-41 5.20 Rekapitulasi Perhitungan Rata-rata Pembobotan Tiap Elemen

Level 4 (Alternatif Supplier) Terhadap SK3 (Ketepatan

Waktu Pengiriman) ... V-41 5.21 Rekapitulasi Perhitungan Rata-rata Pembobotan Tiap Elemen

Level 4 (Alternatif Supplier) Terhadap SK4 (Kesesuaian

Jumlah Pengiriman) ... V-41 5.22 Rekapitulasi Perhitungan Rata-rata Pembobotan Tiap Elemen

Level 4 (Alternatif Supplier) Terhadap SK5 (Besaran Ongkos Kirim) ... V-42


(3)

5.23 Rekapitulasi Perhitungan Rata-rata Pembobotan Tiap Elemen Level 4 (Alternatif Supplier) Terhadap SK6 (Kecepatan Konfirmasi Ketersediaan Pesanan) ... V-42 5.24 Rekapitulasi Penjumlahan Rata-Rata Pembobotan Level 2

(Kriteria) ... V-45 5.25 Rekapitulasi Matriks Normalisasi dan Bobot Parsial Elemen

Level 2 (Kriteria)... V-45 5.26 Rekapitulasi Bobot Parsial ... V-48 5.27 Rekapitulasi Nilai Perhitungan Nilai Rasio Konsistensi dan

Konsistensi Matriks ... V-49 5.28 Bobot Prioritas Level 4 (Alternatif Supplier)... V-50 5.29 Bobot Prioritas Level 3 (Subkriteria) ... V-51 5.30 Rekapitulasi Perhitungan Selisih Nilai Kriteria (d) ... V-52 5.32 Rekapitulasi Perhitungan Derajat Preferensi dan Indeks

Preferensi... V-54 5.33 Hasil Perhitungan Leaving flow dan Entering flow ... V-56 5.34 Nilai Net Flow dan Ranking Supplier ... V-57 5.35 Rekapitulasi Kuesioner Terbuka Penambahan Supplier Kontrak


(4)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.36 Perencanaan Kemampuan Supply TBS Supplier Kontrak Usulan .. V-60 6.1 Bobot Prioritas Level 2 Menggunakan Metode AHP ... VI-4 6.2 Bobot Prioritas Level 3 Menggunakan Metode AHP ... VI-5 6.3 Rekapitulasi Perhitungan Pengukuran Kinerja Supplier Tetap

Metode PROMETHEE ... VI-6 6.4 Perencanaan Kemampuan Supply TBS Supplier Kontrak


(5)

2.1 Struktur Organisasi BGPOM-2016 ... II-4 2.2 Prosedur Penerimaan TBS dari Supplier Lepas ... II-11 2.3 Prosedur Penerimaan TBS dari Supplier Kontrak ... II-14 3.1 Buah Nigrecens Belum Matang (A) dan Sudah Matang (B) ... III-4 3.2 Searah Jarum Jam: (A) Dura; (B) Pisifera; (C) Tenera; dan (D)

Dump ... III-5 3.3 Hirarki Lengkap ... III-8 3.4 Grafik Tipe Usual ... III-17 3.5 Grafik Tipe U-shape ... III-18 3.6 Grafik Tipe V-shape ... III-19 3.7 Grafik Tipe IV: Level... III-20 3.8 Grafik Tipe V: V-shape with Indifference ... III-20 3.9 Grafik Tipe VI : Gaussian ... III-21 4.1. Kerangka Berfikir... IV-4 4.2 Tahapan Proses Penelitian... IV-6 4.3 Block Diagram Pengolahan Data ... IV-10 5.1 Hirarki Penilaian Kinerja Supplier Tambahan ... V-11


(6)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

6.1 Struktur Hierarki Pengukuran Kinerja Supplier Lepas di

PT.PP Lonsum Bagerpang POM ... VI-2 6.2 Jaringan Distribusi TBS oleh Supplier Lepas ... VI-4 6.3 Prosedur Penerimaan TBS dari Supplier Kontrak ... VI-8