Latar Belakang Analisis Persepsi dan Kepuasan Anggota terhadap Pelayanan KUD Giri Tani Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat

1 I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Koperasi pertama kali didirikan di Eropa pada abad ke-19. Kelahiran koperasi dilatarbelakangi oleh kesenjangan kesejahteraan yang besar dalam masyarakat Eropa, akibat kondisi pasar yang tidak adil pada waktu itu. Kemudian koperasi digunakan sebagai alat kekuatan untuk melawan ketidakadilan pasar tersebut. Kekuatan koperasi telah meraih posisi tawar dan kedudukan penting dalam kebijakan ekonomi, termasuk dalam perundingan internasional Soetrisno 2003. Di Indonesia koperasi pertama kali diperkenalkan oleh R Aria Wiriatmadja, seorang patih di Purwokerto pada tahun 1895 Baswir 2000. Sejak itu koperasi di Indonesia telah mendapatkan tempat khusus dalam perekonomian bangsa Indonesia. Koperasi dinyatakan sebagai soko guru tulang punggung perekonomian nasional di samping Badan Usaha Milik Negara BUMN dan Swasta Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Definisi koperasi menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian yaitu, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Penafsiran yang paling tepat terhadap asas kekeluargaan itu adalah koperasi, seperti yang sering dikemukan oleh Bung Hatta, yang disebut sebagai perumus pasar tersebut Rahardjo 2002. Bagi Bung Hatta sendiri koperasi adalah sebuah lembaga yang didorong oleh jiwa yang self-help, yaitu gerakan yang tolong diri sendiri, yang berani bertanggung jawab dan mengatasi kesulitan diri sendiri lebih dahulu, dan akan menemui zaman emasnya dimasa datang Mutis 2002. Maka, tidak salah jika koperasi dianggap sebagai lembaga yang berasal dari anggota dan untuk anggota. Selain itu corak pergerakan koperasi juga tidak berorientasi pada keuntungan, karena koperasi berkonsentrasi untuk meningkatkan keuntungan yang diterima anggota, bukan dirinya sendiri, jika koperasi berorientasi keuntungan, koperasi akan mengeksploitasi anggotanya Baga 2003. Corak yang unik seperti ini oleh seorang sosiolog Inggris, Anthony Giddens diistilahkan 2 sebagai “the third way” atau jalan ketiga antara pasar yang kapitalis dan sosialis Rahardjo 2002. Sejak diperkenalkan di Indonesia, koperasi telah mengalami pergerakan pasang dan surut di setiap periode pemerintahan. Sejak dari kolonialisasi Belanda, pendudukan Jepang dan masa kemerdekaan. Oleh karena itu untuk memantapkan pergerakannya, pada kongres koperasi yang pertama di Tasikmalaya, Jawa Barat, tanggal 12 Juli 1947 dideklarasikan sebagai hari koperasi. Mengingat perjalanan koperasi yang sudah sedemikian panjang, diperlukan sebuah kegiatan evaluasi terhadap kinerja koperasi. Karena itu dari kegiatan ini dapat diketahui sejah mana pencapaian koperasi dan bagaimana pencapaiannya jika dibandingkan dengan target yang sudah ditentukan sebelumnya. Sehingga evaluasi kinerja koperasi dapat meningkatkan kepercayaan terhadap koperasi. Untuk memantapkan kegiatan evaluasi koperasi di Indonesia, Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah telah mengeluarkan peraturan Nomor: 22PERM.KUKMIV2007 tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi. PERMEN ini menjelaskan bahwa pemeringkatan koperasi adalah suatu kegiatan penilaian terhadap kondisi dan atau kinerja koperasi melalui sistem pengukuran yang obyektif dan transparan dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang dapat menggambarkan tingkat kualitas dari suatu koperasi. Berdasarkan PERMEN ini ada enam aspek koperasi yang dinilai, meliputi; 1 Aspek badan usaha aktif, 2 Aspek kinerja usaha yang semakin sehat, 3 Aspek kohesivitas dan partisipasi anggota, 4 Aspek orientasi kepada pelayanan anggota, 5 Aspek pelayanan kepada masyarakat dan 6 Aspek kontribusi terhadap pembangunan daerah. Enam aspek penilaian ini, akan menghasilkan lima klasifikasi kualitas, yaitu; 1 Koperasi dengan kualifikasi “sangat berkualitas”, 2 Koperasi dengan kualifikasi “berkualitas”, 3 Koperasi dengan kualifikasi “cukup berkualitas”, 4 Koperasi dengan kualifikasi “kurang berkualitas” dan, 5 Koperasi dengan kualifikasi “tidak berkualitas”. Saat ini dari data statistik, kinerja koperasi di Indonesia telah berkembang dengan pesat dan ikut memberikan kontribusi dalam menggerakan perekonomian nasional. Menurut data statistik perkoperasian Indonesia tahun 2007 yang 3 dikeluarkan oleh Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dapat dilihat beberapa indikator keberhasilan koperasi yang mengalami peningkatan, seperti; 1 Peningkatan jumlah koperasi, 2 Peningkatan jumlah anggota, 3 Penyerapan tenaga kerja dan 4 Volume usaha koperasi. Tabel 1. Indikator Keberhasilan Koperasi Nasional Tahun 2005-2006 1 No Indikator 2005 2006 Perubahan Persentase 1 Jumlah Koperasi 134.963 140.326 6.363 4,71 2 Jumlah Anggota Kopersi 27.286.784 27.776.133 489.349 1,79 3 Penyerapan Tenaga Kerja 308.771 350.435 41.664 13,49 4 Volume Usaha Koperasi dalam 000.000 40.831.693,56 62.718.499,78 21.886.806,22 53,60 Sumber: Kementrian Negara Koperasi dan UKM 2007 Kinerja koperasi ditingkat nasional mengalami peningkatan pada seluruh indikator keberhasilan koperasi. Persentase perubahan tertinggi dicapai oleh peningkatan volume usaha koperasi. Peningkatan yang terjadi sebesar 53,60 persen. Hal yang sama juga terjadi di Propinsi Jawa Barat. Seluruh indikator mengalami peningkatan, paningkatan penyerapan tenaga kerja oleh koperasi di Propinsi Jawa Barat bahkan tertinggi di seluruh Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap mencapai 33.920 orang. Tabel 2. Indikator Keberhasilan Koperasi Propinsi Jawa Barat Tahun 2005-2006 2 No Indikator 2005 2006 Perubahan Persentase 1 Jumlah Koperasi 19.759 20.562 803 4,06 2 Jumlah Anggota Koperasi 5.318.497 6.154.406 835.909 15,72 3 Penyerapan Tenaga Kerja 42.204 76.124 33.920 80,37 4 Volume Usaha Koperasi dalam 000.000 7.459.416,96 8.878.128,56 1.418.711,60 19,01 Sumber: Kementrian Negara Koperasi dan UKM 2007 1 http: www.depkop. go.id Statistik Perkoperasian Indonesia Tahun 2007. 2 Loc.cit 4 Koperasi merupakan salah satu bentuk kelembagaan diantara sekian banyak kelembagaan yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian Baga 2005. Termasuk bidang peternakan sapi perah koperasi susu. Koperasi susu di Indonesia saat ini sebagian besar masih berada di Pulau Jawa. Tersebar di tiga provinsi seperti, Jawa Barat, Tengah dan Timur, dengan jumlah masing-masing 25, 25 dan 45 buah Luthan 2008. Berbeda dengan koperasi biasa, koperasi sapi perah atau koperasi susu merupakan koperasi yang beranggotakan peternak sapi perah sebagai pengusaha dan usahanya itu menunjang kehidupan koperasi. Sejauh ini ada dua bentuk koperasi susu, yakni monofikasi atau koperasi susu yang hanya fokus kepada usaha sapi perah. Sedangkan yang lain merupakan koperasi diversifikasi atau koperasi susu yang membuka berbagai usaha Yusdja 1997. Keberadaan koperasi susu saat ini sangat dibutuhkan oleh peternak sapi perah. Mengingat sebagian besar peternakan sapi perah di Indonesia didominasi oleh peternakan rakyat. Dimana, skala usaha peternakan rakyat masih tergolong kecil, yang hanya memiliki satu sampai sembilan ekor sapi Yusdja 1997. Peran koperasi susu bagi peternak sapi perah dapat berfungsi sebagai wadah untuk berkumpul dan membangun kekuatan. Kemudian koperasi oleh peternak sapi perah dapat dimanfaatkan sebagai perantara peternak dengan Industri Pengolahan Susu IPS. Peran perantara ini dapat dikatakan bagian dari pelayanan yang dilakukan oleh koperasi kepada peternak sapi perah yang menjadi anggota. Dari segi pelayanan, koperasi merupakan sebuah organisasi bisnis yang bertujuan melayani anggota atau masyarakat yang bukan anggotanya. Kepada anggotanya koperasi dapat berhubungan langsung dalam peningkatan kesejahteraan dan meningkatkan skala usaha anggota koperasi. Sementara pelayanan kepada masyarakat yang bukan anggota koperasi tetap dapat dijalani oleh koperasi, karena koperasi juga harus tetap aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. Pelayanan yang diberikan oleh koperasi susu merupakan wujud dari kebutuhan anggota. Sehingga anggota menjadi patokan dalam memberikan 5 pelayanan. Oleh karena itu, anggota berhak untuk memberikan penilaian baik atau buruk terhadap pelayanan yang diberikan oleh koperasi. Berdasarkan PERMEN Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah di atas, penilaian pelayanan koperasi kepada anggota merupakan bagian dari penilaian kinerja koperasi. Peningkatan dari kinerja koperasi diharapkan terjadi karena adanya peningkatan pelayanan yang diberikan oleh koperasi.

1.2. Perumusan Masalah