35 tanggungjawab. Metode karyawisata berguna untuk membantu
siswa memahami masalah kehidupan nyata dalam lingkungannya. Contoh dari kegiatan karyawisata adalah siswa diajak ke museum,
kantor percetakan, bank, pengadlan, atau ke suatu tempat yang mengandung nilai sejarahbudaya tertentu.
Kegiatan karyawisata ini berguna untuk mendapatkan informasi bagi siswa. Siswa dapat langsung melihat objek-objek menarik dan
mendapatkan suatu informasi atau ilmu baru bagi dirinya. Selain itu, siswa juga mendapakan kesempatan memperoleh terhadap
situasi kehidupan kelompok tertentu. Dan siswa juga dapat mengembangkan bakat dan cita-cita sesuai dengan minatnya.
h. Pengajaran remedial
Pengajaran remedial merupakan suatu usaha pembimbing untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai
pelajaran tertentu. Remedial diberikan kepada siswa perlu penanganan pribadi atau yang tidak dapat di atasi secara
kelompokklasikal. i.
Organisasi siswakegiatan kelompok Organisasi siswa atau kegiatan kelompok merupakan salah satu
cara dalam bimbingan kelompok baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Melalui organisasi banyak
permasalahan yang dapat diselesaikan yang bersifat individu maupun kelompok. Dalam organisasi, siswa mendapatkan
36 kesempatan untuk mengenal berbagai aspek kehidupan sosial.
Siswa juga dapat mengembangkan bakat kepemimpinannya, memupuk rasa tanggungjawab dan harga dirinya.
5. Langkah-Langkah Layanan Bimbingan Klasikal
Barus 2015 menyatakan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan klasikal di dalam kelas maupun luar kelas dilakukan dalam satu
rangkaian kegiatan
experiential learning.
Prosedurlangkah- langkahnya
terdiri atas
pengantarinstruksi
→ dinamika
kelompok
group process
→ refleksi pengalaman → sharing
pengalaman
→ perumusan niat
I statement
untuk berubahperbaikan diri. Prosedur ini bertujuan untuk mengembangkan dimensi sosial-
psikologis, keterampilan hidup, klarifikasi nilai, dan perubahan sikap perilaku individu dalam kelompok. Barus, 2015 menambahkan
bahwa dalam layanan bimbingan klasikal, pendekatan
experiential learning
lebih ditekankan, mengingat layanan bimbingan lebih menonjol muatan aspek afeksi nilai,sikap, perilaku, dan nilai-nilai
karakter. Hal ini berarti bahwa layanan bimbingan klasikal tepat jika diberikan dengan menggunakan pendekatan
experiential learning
D. Hakikat
Experiential Learning
1. Pengertian
Experiential Learning
Experiential learning
adalah suatu proses belajarmengajar yang mengaktifkan pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan
keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37 secara langsung.
Experiential learning
ini lebih bermakna ketika pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan Nasution,
2005.
Experiential learning
merupakan sebuah model holistik dari proses pembelajaran di mana manusia belajar, tumbuh dan berkembang.
Penyebutan istilah
experiential learning
dilakukan untuk menekankan bahwa
experience
pengalaman berperan penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya
seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme Kolb, 1984.
Jadi
experiential learning
adalah suatu pendekatan yang dipusatkan pada pengalaman belajar. Berfokus pada pembelajan
melalui dinamika kelompok yang efektif. Untuk dapat lebih memaknai sebuah pengalaman dalam pendekatan
experiential learning
dapat menggunakan media refleksi.
2. Tujuan Pendekatan
Experiential Learning
Tujuan dari pendekatan
experiential learning
adalah untuk mempengaruhi siswa deengan tiga cara yaitu: mengubah struktur
kognitif, mengubah sikap siswa, dan memperluas ketrampilan- ketrampilan yang sudah ada. Ketiga tujuan ini saling berkaitan dan
tidak terpisah-pisah Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengekspresikan ketrampilan-ketrampilan yang sudah mereka
miliki dengan baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran
Experiential Learning
Gambar 2.1 Siklus Model Experiential Learning
Pembelajaran experiential learning mengajak peserta didik untuk mampu menjaga keseimbangan antara apa yang diamatidialami
dengan tindakan yang diberikan terhadap pengalamannya tersebut. Menurut Kolb Kohonen, 2001: 28-30 pembelajaran dengan metode
experiential learning memiliki langkah-langkah utama, yaitu:
a. Pengalaman kongkrit
Pembelajaran melalui intuisi dengan mengikutsertakan pengalaman pribadi dan menekankan pada aspek afektif seseorang,
daripada aspek kognitif. Pengalaman kongkrit merupakan orientasi artistik yang mengandalkan sensitivitas pada rasa. Aktivitas
instruksional yang mendukung pembelajaran dalam hal ini, yaitu diskusi kelompok kecil, simulasi, penggunaan film atau video, dan
cerita-cerita autobiografi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39 b.
Konseptualisasi abstrak Proses belajar yang mengutamakan pikiran kognitif dan
menggunakan logika,
serta pendekatan
sistematis dalam
pemecahan masalah. Konseptualisasi abstrak menekankan pada pemikiran dan manipulasi simbol abstrak dengan maksud untuk
merapikan dan menempatkan sistem konseptual. Aktivitas instruksional yang mendukung, yaitu konstruksi teori, perkuliahan,
dan pembangungan model dan analogi. c.
Observasi reflektif Proses belajar yang mengutamakan persepsi seseorang
terhadap sesuat, dimana berpusat pada pemahaman arti dari ide dan situasi melalui pengamatan yang seksama. Peserta didik perlu
memperhatikan bagaimana segala sesuatu yang terjadi dengan melihat dari perspektif yang berbeda-beda dan mengandalkan
pemikiran, perasaan, dan penilaian pribadi. Teknik instruksional yang dapat digunakan, yaitu jurnal pribadi, karangan reflektif,
pengamatan, pertanyaan pikiran dan diskusi. d.
Eksperimen aktif Eksperimen aktif ini mengajak peserta didik belajar melalui
tindakan. Eksperimen aktif ini menekankan pada aplikasi praktis dan bagaimana segala sesuatu terselesaikan. Peserta didik berusaha
terus-menerus untuk memengaruhi orang, mengubah situasi, dan mengambil resiko untuk menyelesaikan masalahnya. Teknik
40 instruksional yang dapat digunakan, meliputi permainan,
dramasimulasi, penggunaan studi kasus, proyek lapangan, dan lain-lain.
4. Kekuatan
Experiential Learning
dalam Pendidikan Karakter
Pendekatan
experiential learning
dalam pendidikan karakter menuntut siswa untuk selalu terlibat karena siswa dianggap sebagai
pusat dalam pembelajaran. Pendekatan
experiential learning
mengajak peserta didik untuk mampu mengolah diri, memaknai, dan menafsirkan pengalaman belajarnya dengan bantuan orang lain
melalui pembelajaran. Dalam Supratiknya 2011 menjelaskan bahwa
experiential learning
memiliki aktivitas inti yang menjadi ciri khas dan kekuatan dalam proses belajarnya, beberapa diantaranya sebagai
berikut: a.
Refleksi Refleksi adalah suatu kegiatan untuk menghadirkan
kembali dalam batin peserta didik dalam menemukan makna dan nilai tentang pengalaman yang sudah dialami. Refleksi bertujuan
untuk mendidik
pesertya didik
dalam menghubungkan
pengalaman pribadi dengan pembelajaran yang didapat. Kegiatan refleksi yang baik akan membantu peserta didik untuk menemukan
insight
atau pencerahan dalam menangkap nilai-nilai hidup yang mendalam serta mendorong peserta didik untuk bertindak
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI