Proses Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian
77
Pengalaman sosialisasi yang dilakukan masing-masing individu bisa saja berbeda. Kepribadian yang tumbuh pada masing-masing
individu tidak akan mungkin sepenuhnya sama. Oleh karena itu, seseorang dapat melihat keragaman kepribadian yang di-
tampilkannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ada pribadi- pribadi yang mempuyai sifat penyabar, ramah, pemarah, egois,
atau rendah diri. Semuanya itu bergantung pada penyerapan dan pemahaman serta penghayatan nilai dan norma yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakatnya.
3. Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian
Adanya perbedaan kepribadian setiap individu sangatlah bergantung pada faktor-faktor yang memengaruhinya. Kepribadian
terbentuk, berkembang, dan berubah seiring dengan proses sosialisasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.
a. Faktor Biologis
Beberapa pendapat menyatakan bahwa bawaan biologis berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian. Semua manusia
yang normal dan sehat memiliki persamaan biologis tertentu, seperti memiliki dua tangan, panca indera, kelenjar seksual, dan otak yang
rumit. Persamaan biologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua orang. Namun
setiap warisan biologis seseorang bersifat unik. Artinya, tidak seorang pun yang mempunyai karakteristik fisik yang sama, seperti ukuran
tubuh, kekuatan fisik, atau kecantikan. Bahkan, anak kembar sekali pun pasti ada perbedaan itu. Perhatikan teman di sekelilingmu,
adakah di antara mereka yang memiliki kesamaan karakteristik fisik?
Faktor biologis yang paling berpengaruh dalam pembentukan kepribadian adalah jika terdapat karakteristik fisik unik yang
dimiliki oleh seseorang. Contohnya, kalau orang bertubuh tegap diharapkan untuk selalu memimpin dan dibenarkan kalau bersikap
seperti pemimpin, tidak aneh jika orang tersebut akan selalu bertindak seperti pemimpin. Jadi, orang menanggapi harapan
perilaku dari orang lain dan cenderung menjadi berperilaku seperti yang diharapkan oleh orang lain itu. Ini berarti tidak semua faktor
karakteristik fisik menggambarkan kepribadian seseorang. Sama halnya dengan anggapan orang gemuk adalah periang, orang
yang keningnya lebar berpikir cerdas, orang yang berambut merah wataknya mudah marah, atau orang yang cacat fisik mempunyai sifat
rendah diri. Anggapan seperti itu lebih banyak disebabkan apriori masyarakat yang dilatarbelakangi kondisi budaya setempat.
Perlu dipahami bahwa faktor biologis yang dimaksudkan dapat membentuk kepribadian seseorang adalah faktor fisiknya dan bukan
warisan genetik. Kepribadian seorang anak bisa saja berbeda dengan orangtua kandungnya bergantung pada pengalaman sosialisasi-
nya. Contohnya, seorang bapak yang dihormati di masyarakat karena kebaikannya, sebaliknya bisa saja mempunyai anak yang
justru meresahkan masyarakat akibat salah pergaulan. Akan tetapi, seorang yang cacat tubuh banyak yang berhasil dalam hidupnya
dibandingkan orang normal karena memiliki semangat dan kemauan yang keras. Dari contoh tersebut dapat berarti bahwa kepribadian
tidak diturunkan secara genetik, tetapi melalui proses sosialisasi yang panjang. Salah apabila banyak pendapat yang mengatakan bahwa
faktor genetik sangat menentukan pembentukan kepribadian.
Referensi Sosiologi
Pada 1876, Caesare Lombroso, seorang psikolog dari Italia yang
bekerja sebagai penjaga di lembaga pemasyarakatan, menyebutkan
bahwa seorang kriminal cenderung memiliki ciri khas dalam bentuk fisik,
seperti dahi rendah, dagu ke depan, dan tulang pipi menonjol.
Riset
Berdasarkan bentuk fisik, dapat ditemukan kepribadian seseorang
yang khas. Carilah di lingkungan terdekat Anda gambaran kepribadian
beserta ciri-ciri fisik orang tersebut.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk Kelas X
78
Sumber: Tempo,9–15 Juni 2003
Gambar 4.8 Petani
Budaya para petani tentu berbeda dengan para pegawai swasta di perkotaan.
b. Faktor Geografis