Kekuatan Ekonomi Analisis Lingkungan Internal

73 perusahaan. Analisis lingkungan eksternal berfokus pada penentuan faktor-faktor kunci yang menjadi ancaman dan peluang bagi Cresh. Lingkungan eksternal yang mampu mempengaruhi pengembangan usaha organisasi atau perusahaan meliputi kekuatan ekonomi; kekuatan politik pemerintahan dan hukum; kondisi sosial, budaya, demografi dan lingkungan; kekuatan teknologi; dan lingkungan persaingan industri.

6.2.1. Kekuatan Ekonomi

Kekuatan ekonomi yang mampu menjadi peluang dan ancaman Cresh meliputi: 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dari tahun ke tahun ditunjukan dengan nilai Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi memiliki dampak yang cukup berpengaruh terhadap berjalannya aktivitas usaha Cresh. Pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh adanya peningkatan nilai PDRB Kabupaten Bogor dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor atas dasar harga konstan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 17 . Gambar 17. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor atas dasar harga konstan 2005-2007 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor 2008 Sementara itu, laju perubahan PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga konstan pada tahun 2007 menunjukkan kondisi ekonomi masyarakat Kabupaten Bogor yang lebih baik. Pada tahun 2005 dan 2006 nilai PDRB Kabupaten Bogor secara berturut-turut adalah 25.056.365,22 dan 26.546.186,63. Kondisi ini 74 mengindikasikan bahwa Kabupaten Bogor mengalami perbaikan perekonomian yang ditandai dengan peningkatan nilai PDRB. Adapun PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku dan harga konstan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan pada Tahun 2005-2007 Jutaan Rupiah Tahun PDRB atas dasar harga berlaku PDRB atas dasar harga konstan 2005 38.182.119,78 25.056.365,22 2006 44.792.697,77 26.546.186,63 2007 50.700.213,37 28.150.616,07 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor 2008 Dengan adanya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang baik membuat masyarakat Bogor memiliki daya beli yang tinggi. Hal ini bisa dijadikan peluang oleh Cresh untuk memasarkan produknya. 2 Tingkat Inflasi Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik BPS Desember 2009 angka inflasi mencapai 2.78 persen dimana angka tersebut merupakan angka terendah dalam satu dekade terakhir, dengan Indeks Harga Konsemen 117.03. Berita Statistik BPS Indonesia Desember 2009 pun menunjukan terdapat lima kelompok dari enam kelompok mengalami inflasi, kelompok tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 7.81 persen, disusul kelompok sandang 6.00 persen, kelompok kesehatan dan pendidikan dan rekreasi olahraga mencapai 3.89 persen, kelompok bahan makanan 3.88 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1.83 persen, sementara kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar -3.67 persen. Data BPS 2010 menunjukan angka inflasi Indonesia hingga Oktober 2010 mencapai 5.35 persen dengan Indeks Harga Konsumen IHK 123.29, kemudian data Indeks Harga Perdagangan Besar IHPB dari kelompok pertanian pada tahun 2009 rata-rata IHPB mencapai 209 persen sedangkan data IHPB hingga Juli 2010 rata-rata mencapai 226 persen. Hal ini menunjukan angka inflasi kembali mengalami peningkatan, diikuti dengan tingkat daya beli masyarakat yang juga mengalami peningkatan serta angka tingkat perdagangan besar mengalami 75 peningkatan. lampiran 2 dan 3. Dengan adanya peningkatan tingkat inflasi berpengaruh terhadap harga produk-produk Cresh. 3 Harga Bahan Bakar Minyak BBM Harga BBM merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam penganggaran biaya operasional Cresh karena berdampak juga pada besar kecilnya biaya yang dikeluarkan. Selain itu harga BBM yang berkorelasi dengan besar kecilnya biaya transportasi sangat mempengaruhi harga produk Cresh. Harga BBM pada tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008. Turunnya harga BBM ini tercermin dari Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Permen No. 41 Tahun 2008 menetapkan bahwa harga jual eceran Bensin Premium dan Minyak Solar Gas Oil untuk Usaha Kecil, Usaha Perikanan, Transportasi dan Pelayanan Umum untuk setiap liter adalah Bensin Premium Rp. 5.000,- dan Minyak Solar Rp. 4.800,-. Sedangkan Permen No. 1 Tahun 2009 menetapkan harga jual per liter Bensin Premium Rp. 4.500,- dan Minyak Solar Rp. 4.500,-. Pada tahun 2010 didasarkan pada siaran pers Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia ESDM No: 30HUMAS KESDM2010 tanggal 13 Juni 2010 dan No. 52 HUMAS KESDM2010 tanggal 13 Oktober 2010 bahwa ketentuan mengenai Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Tanah Kerosene, Bensin Premium dan Minyak Solar Gas Oil untuk Keperluan Rumah Tangga, Usaha Kecil, Usaha Perikanan, Transportasi dan Pelayanan Umum tidak mengalami perubahan. harga jual eceran BBM tertentu, yaitu Bensin Premium, Minyak Solar Gas Oil dan Minyak Tanah Kerosene dinyatakan tidak berubah dan tetap mengacu kepada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 tahun 2009, tanggal 12 Januari 2009 tentang Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Tanah Kerosene, Bensin Premium dan Minyak Solar Gas Oil untuk Keperluan Rumah Tangga, Usaha Kecil, Usaha Perikanan, Transportasi dan Pelayanan Umum, yaitu untuk Bensin Premium sebesar Rp. 4.500,- empat ribu lima ratus rupiah per liter, Minyak Solar Gas Oil sebesar Rp. 4.500,- empat ribu lima ratus rupiah per liter dan Minyak Tanah Kerosene sebesar Rp. 2.500,- dua ribu lima ratus ribu rupiah per liter. Adanya kestabilan harga BBM bisa dijadikan 76 peluang oleh Cresh untuk menjangkau segmentasi pasar yang lebih luas mengingat dalam proses pembelian input maupun penjualan produk membutuhkan BBM.

6.2.2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan