20
informasi atau pengetahuan yang dipelajari. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Siswa yang mampu memahami materi pelajaran dan
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya akan menunjukkan hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang tidak melakukannya sama sekali.
4. Kajian Teoritis Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa Hamalik 2009. Hasil belajar adalah suatu peroleh akibat proses yang
mengakibatkan berubahnya kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang menjadi pencapaian tujuan pembelajaran setelah mengikuti
proses pembelajaran. Menurut Anni 2007 berhasil baik atau tidaknya belajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor internal dan
eksternal sebagai berikut : a.
Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri siswa, yaitu keadaankondisi jasmani dan rohani siswa, meliputi aspek fisiologis kondisi tubuh dan panca
indra dan aspek psikologis intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi. b.
Faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa, terdiri atas faktor lingkungan sosial guru, teman, masyarakat, dan keluarga dan faktor
lingkungan non sosial gedung sekolah, tempat tinggal, alat belajar, cuaca dan waktu belajar.
Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki siswa akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar Anni 2009. Faktor-
faktor internal ini dapat terbentuk sebagai akibat dari pertumbuhan, pengalaman
21
belajar sebelumnya dan perkembangan. Demikian juga faktor eksternal yang berada di lingkungan siswa juga akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
Belajar yang berhasil mempersyaratkan pendidik memperhatikan kemampuan internal siswa dan situasi yang berada di luar siswa.
Salah satu faktor internal yang berperan dalam mempengaruhi hasil belajar adalah faktor intelegensi. Faktor intelegensi berkaitan erat dengan kemampuan
intelektual seseorang. Ketrampilan intelektual merupakan seperangkat ketrampilan yang mengatur proses yang terjadi dalam benak seseorang
Sudaryanto 2007. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan
prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif yang bersifat khas.
Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur- unsur kognisi, terutama unsur pikiran untuk dapat mengenal dan memahami
stimulus yang datang dari luar Anni 2009. Dengan kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berpikir, yakni pengolahan
informasi. Dalam proses berpikir, termuat juga kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan,
menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, menganalisis, sintesis, menalar atau
menarik kesimpulan dari premis yang ada, menimbang, dan memutuskan Sobur dalam Maulana, 2008.
Menurut Sudaryanto 2008, kemampuan berpikir tertentu yang sudah terinternalisasi dalam seseorang akan menjadi suatu kebiasaan berpikir habits of
22
mind . Lebih jauh tentang kebiasaan berpikir, menurut Marzano dalam
Sudaryanto 2008, diketahui bahwa kebiasaan berpikir tersebut terdiri atas tiga komponen yang saling melengkapi dan membentuk suatu kesatuan. Komponen-
komponen tersebut adalah berpikir kritis critical thinking, berpikir kreatif creative thinking, dan pengaturan diri self regulation.
Proses pencapaian hasil belajar tidak luput dari serangkaian proses berpikir. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis siswa berhubungan dengan baik
buruk hasil belajarnya Khoir 2009. Dengan kata lain, siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis tinggi akan menunjukkan hasil belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan kritis lebih rendah. Sementara itu, menurut Bloom dalam Anni 2009, terdapat tiga jenis hasil
belajar, yaitu hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang hendak diteliti adalah tipe hasil belajar kognitif. Menurut
Muhfahroyin 2005, taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwhol 2001 sangat berguna dalam meningkatkan level berpikir kritis siswa
dalam pembelajaran. Tipe hasil belajar kognitif tersebut meliputi tipe hasil belajar
pengetahuan hapalan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan kreasi. Tipe hasil belajar ranah kognitif yang mencerminkan tingkat belajar yang
rendah adalah tipe hasil belajar hapalan dan pemahaman Anni 2009. Pada tipe hasil belajar hapalan, cakupan dalam pengetahuan hapalan termasuk pengetahuan
yang bersifat faktual, namun tipe hasil belajar ini penting untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya. Sehubungan dengan hafalan, Taylor 2001 dalam
Muhfahroyin 2005 menjelaskan bahwa dalam pembelajaran yang berbasis
23
hafalan menjadikan siswa jarang dituntut untuk bertanya dan berpikir, sehingga
kemampuan berpikir kritis kurang terpacu. Menurut Anni 2009, tipe hasil belajar pemahaman memerlukan adanya pertautan antara konsep dengan makna.
Hasil belajar ini berada pada satu tahap di atas pengingatan materi sederhana, dan mencerminkan tingkat pemahaman paling rendah.
Berpikir dapat dipacu dengan mengajukan pertanyaan yang ditingkatkan
kompleksitasnya Muhfahroyin 2005. Menurut Anni 2009, pada tipe hasil belajar penerapan, terdapat konsep, teori, hukum, dan rumus. Dalil hukum
tersebut diterapkan dalam suatu pemecahan masalah. Dengan kata lain, tipe belajar penerapan bukan keterampilan motorik, tapi lebih banyak keterampilan
mental. Tipe belajar analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks, yang memerlukan unsur tipe hasil belajar sebelumnya yaitu hapalan, pemahaman, dan
penerapan. Bila kemampuan analisis telah dimiliki seseorang, maka seseorang akan dapat mengkreasi sesuatu yang baru. Dalam tipe hasil belajar evaluasi,
penekanan terletak pada pertimbangan sesuatu nilai mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya dengan menggunakan kriteria tertentu. Pada tipe hasil belajar
kreasi, siswa penekanan terletak pada pemasangan unsur-unsur untuk membentuk kesatuan yang fungsional dan mereorganisasi pola atau struktur baru.
Salah satu dimensi hasil belajar menurut Rustaman 2008 adalah kebiasaan berpikir atau habits of mind. Menurut Costa 2000 dalam Anwar 2005, habits
of mind berarti watak perilaku secara cerdas ketika menghadapi masalah, atau
terhadap jawaban yang tidak segera diketahui. Dimensi hasil belajar yang berupa kebiasaan berpikir dapat terjadi bersamaan dengan dimensi hasil belajar lainnya,
24
tetapi kebiasaan berpikir dalam bidang ilmu atau materi subyek tertentu hanya mungkin terjadi melalui wahana pengetahuannya. Jadi, apabila dimensi hasil
belajar hanya berhenti pada penguasaan pengetahuan, maka kebiasaan berpikir yang berkembangpun hanya terbatas saja.
Lebih jauh tentang kebiasaan berpikir menurut Marzano 1994 dalam Rustaman 2008, diketahui bahwa kebiasaan berpikir tersebut terdiri atas tiga
komponen yang saling melengkapi dan membentuk suatu kesatuan. Komponen- komponen tersebut adalah berpikir kritis critical thinking, berpikir kreatif
creative thinking, dan pengaturan diri self regulation. Sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kritis yang diajukan oleh Fisher 2008 yaitu
mengidentifikasi, menilai, mengintepretasi, menganalisis, berargumen, mengevaluasi, dan menyimpulkan, maka tipe hasil belajar ranah kognitif yang
menuntut siswa untuk menafsirkan, memecahkan masalah, menganalisis, mempertimbangkan sesuatu nilai, membuat keputusan dan membuat kesimpulan
akan meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya.
6. Materi Pengelolaan Lingkungan