44
berpikir kritis, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya.
2.2.3.2 Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Johnson dalam Nurhadi dan Senduk 2003:13-14, ada delapan komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual, yaitu 1 melakukan
hubungan yang bermakna making meaningful connections, 2 melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan doing significant work, 3 belajar yang diatur
sendiri self-regulated learning, 4 bekerja sama collaborating, 5 berpikir kritis dan kretif critical and creative thinking, 6 mengasuh atau memelihara
pribadi siswa nurturing the individual, 7 mencapai standar yang tinggi reaching high standards, dan 8 menggunakan penilaian autentik using
authentic assessment. Untuk memperkuat pendapat di atas, The Nothwest Regional Education
Laboratory USA dalam Nurhadi dan Senduk 2003:14-15 mengidentifikasikan adanya enam kunci dasar dari pembelajaran kontekstual, yaitu 1 pembelajaran
bermakna, 2 penerapan pengetahuan, 3 berpikir tingkat tinggi, 4 kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar, 5 responsif terhadap budaya, dan 6
penilaian autentik. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
pembelajaran kontekstual adalah 1 pembelajaran bermakna, 2 penerapan pengetahuan, 3 berpikir tingkat tinggi, 4 berpikir kritis dan kreatif, 5
kurikulum dikembangkan berdasarkan standar, 6 belajar yang diatur sendiri dan
45
belajar bekerja sama, 7 responsif terhadap budaya, dan 8 menggunakan penilaian autentik.
2.2.3.3 Prinsip-prinsip Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil belajar. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan persoalan, berpikir
kritis, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar,
apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu
mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan
berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.
Menurut Nurhadi dan Senduk 2003:20, untuk menerapkan pembelajaran kontekstual guru perlu memegang prinsip pembelajaran yang meliputi 1
merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa, 2 membentuk kelompok belajar yang saling tergantung, 3 menyediakan
lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri, 4 mempertimbangkan keragaman siswa, 5 memperhatikan multi-intelegensi, 6 menggunakan teknik-
teknik bertanya untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan
46
pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan 7 menerapkan penilaian autentik.
Secara lebih spesifik, diungkapkan bahwa sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan tujuh konponen utama dalam
pembelajarannya. CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya Depdiknas 2002 dalam
Trianto 2007:106. Secara garis besar, langkah-langkah penerapan CTL di kelas adalah
sebagai berikut. 1
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya 2
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik 3
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4
Ciptakan masyarakat belajar belajar dalam kelompok-kelomok 5
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 6
Lakukan refleksi di akhir pertemuan 7
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
2.2.4 Media Pembelajaran