68 saja yang perlu dikuasai guru SMK-KKTP untuk memenuhi tuntutan kerjanya di
sekolah.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian mengenai profil guru dan relevansinya dengan kurikulum ini. Farhan Yadi 2012 meneliti tentang
relevansi kurikulum Prodi PTMO FKIP UNSRI dengan kompetensi profesional guru SMK di kota Palembang. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui
cakupan kompetensi profesional guru SMK kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan di kota Palembang dan relevansinya dengan kompetensi pada kurikulum
prodi PTMO FKIP Universitas Sriwijaya tahun 2011. Peneitian tersebut menggunakan metode survei dengan populasi guru SMK pengampu mata diklat
Teknik Kendaraan Ringan dan dosen prodi PTMO FKIP UNSRI. Sampel ditentukan dengan teknik simple random sample dan purposive sample. Instrumen
yang digunakan adalah angket menggunakan skala rating scale dan semantik diferensial. Selain itu, penentuan relevansi kurikulum juga menggunakan metode
Forum Group Discussion. Hasil penelitian secara umum ditunjukkan sebagai berikut. 1 Cakupan kompetensi profesional guru SMK yang dinilai mengacu pada
standar BNSP, BSNP, dan KTSP menunjukkan bahwa 106 kompetensi dasar termasuk dalam kategori relevan dan 36 kompetensi dasar dalam kategori cukup
relevan. Secara umum 74,65 cakupan kompetensi profesional guru adalah relevan. 2 Tingkat relevansi kurikulum Prodi PTMO FKIP UNSRI dengan
kompetensi profesional guru SMK diperoleh 75 kompetensi dasar telah sesuai atau tersedia, dan 67 butir kompetensi belum sesuai atau tidak tersedia. Kesimpulan
69 secara umum dari penelitian ini adalah bahwa persentase tingkat relevansi
kurikulum adalah 52,82 termasuk dalam kategori relevan meskipun masih banyak jumlah kompetensi yang tidak tersedia, khususnya untuk kompetensi bidang
kelistrikan. Nze Ginestie´ 2011 meneliti mengenai technical and vocational teaching
and training in Gabon: how future teachers build their vocational identity?. Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa pendidikan guru selama ini
tidak benar-benar menghasilkan hasil yang diinginkan oleh universitas penyelenggara pendidikan guru bidang teknologi. Temuan Nze Ginestie´ ini
semakin memperkuat mengenai pentingnya mengungkap relevansi pendidikan keguruan dalam bidang teknologi dengan capaian yang ingin diraih, yaitu guru yang
memiliki kompetensi yang baik dan sesuai dengan bidang pekerjaannya sebagai guru kejuruan.
Penelitian yang dilakukan Paryanto 2009 terhadap guru-guru lulusan FT pada empat sekolah kejuruan di Yogyakarta dengan judul Kemampuan Mengajar
Lulusan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, menunjukkan hasil yang dapat menjadi bahan pengembangan penelitian ini. Hasil penelitian Paryanto
tersebut menunjukkan bahwa kemampuan mengajar lulusan FT UNY termasuk dalam kategori baik, etos kerja lulusan FT UNY termasuk dalam kategori sangat
baik, pengalaman guru lulusan FT UNY termasuk dalam kategori baik, iklim kerja di sekolah tempat guru lulusan FT UNY mengajar termasuk dalam kategori sangat
baik, dan kepemimpinan Kepala Sekolah di sekolah tempat guru lulusan FT UNY mengajar termasuk dalam kategori baik.
70 Nurdjito 2010 dalam penelitiannya yang berjudul Evaluasi Pencapaian
Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin FT UNY Dalam Praktik Pengalaman Lapangan di SMK Se DIY, berusaha mengetahui profil pencapaian
kompetensi mahasiswa Prodi PTM FT UNY sebagai calon guru. Jenis penelitian ini adalah penelitian evaluasi model CIPP dengan pendekatan penelitian survei.
Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling sesuai sebaran populasi pada setiap sekolah. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1 Pencapaian total kompetensi mahasiswa sebagai calon guru pemula SMK termasuk kategori cukup baik. 2 Pencapaian kompetensi mahasiswa pada
penguasaan bidang studi termasuk kategori cukup baik. 3 Pencapaian kompetensi mahasiswa pada pemahaman tentang peserta didik termasuk kategori cukup baik.
4 Pencapaian kompetensi mahasiswa pada penguasaan pembelajaran yang mendidik termasuk kategori cukup baik. 5 Pencapaian kompetensi mahasiswa
pada pengembangan kepribadian dan keprofesionalan termasuk kategori baik. Berdasarkan penelitian di atas, dapat dijadikan sebagai pandangan awal
dalam pelaksanaan penelitian mengenai relevansi antara profil ideal guru SMK- KKTP dengan kurikulum dan implementasi dalam pembelajaran di Prodi PTM FT
UNY. Penelitian yang dilakukan Paryanto mengambil subjek penelitian guru lulusan FT UNY yang telah cukup lama mengabdi, menunjukkan hasil yang baik.
Hal ini dapat menjadi dasar untuk mengetahui seperti apakah profil guru SMK yang baik. Sementara itu, dari sisi lain, yaitu calon guru SMK, penelitian oleh Nurdjito
memberikan informasi bahwa ternyata kualitas pencapaian kompetensi mahasiswa sebagai calon guru pemula SMK masih berada pada kategori cukup baik. Oleh
71 karena itu, dibutuhkan upaya untuk perbaikan kualitas pencapaian kompetensi
mahasiswa sebagai calon guru SMK. berdasarkan hasil penelitian ini, muncul pertanyaan yang perlu ditemukan jawabannya yaitu mengapa pencapaian
kompetensi guru pemula yaitu mahasiswa masih kurang, akan tetapi ketika telah menjadi guru, ternyata penguasaan kompetensinya baik. Salah satu kemungkinan
yang dapat terjadi adalah bahwa faktor penyiapan guru mengalami kendala soal relevansi, karena terbukti setelah beradaptasi cukup lama sebagai guru,
menunjukkan bahwa kompetensi dapat dikuasai dengan baik. Wagiran 2010 dalam penelitiannya mengenai determinan kinerja guru SMK
kelompok keahlian teknologi dan industri bidang keahlian teknik mesin, menghasilkan kesimpulan bahwa kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah,
imbalan, kemampuan guru, komitmen guru, dan motivasi kerja guru berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru. Berdasarkan hasil analisis jalur, ternyata
kemampuan guru dan motivasi kerja guru merupakan faktor yang lebih dominan menentukan kinerja guru. Hasil temuan ini semakin memperkuat mengenai
perlunya identifikasi kemampuan kompetensi guru karena sangat mendukung kinerja guru, yang secara langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian
keberhasilan belajar peserta didik. Dalam penelitian mengenai determinan kinerja guru ini, juga disampaikan mengenai berbagai rumusan kompetensi guru kejuruan,
yang dapat menjadi acuan untuk merumuskan kompetensi guru SMK-KKTP. Spöttll 2009 dan Qiding Yu 2009 dalam studinya membagi kompetensi
guru kejuruan dalam dua kelompok besar. Spöttll 2009 dalam studinya mengenai
72 Teacher Education For TVET In Europe And Asia membagi dua bidang kompetensi
utama guru kejuruan yang harus dikuasai setelah menempuh pendidikan yaitu: 1. Scientific qualification in a specialist science
2. Vocational educational qualification a. Pendidikan dan pedagogik;
b. Profesi dan peran guru; c. Didaktik dan metodologi;
d. pembelajaran, pengembangan, dan sosialisasi; e. motivasi dalam kinerja dan pembelajaran;
f. diferensiasi, integrasi, promosi; g. diagnostik, penilaian, dan konseling;
h. komunikasi; i. media pendidikan;
j. pengembangan sekolah; k. penelitian pendidikan.
Sementara itu, penelitian Qiding Yu 2009 mengenai National Standard Of Vocational Teachers’ Training In China merumuskan dua kompetensi utama guru
kejuruan yaitu keahlian profesional dan keahlian mengajar. Celik 2011 meneliti tentang Characteristics and Competencies for Teacher
Educators: Addressing the Need for Improved Professional Standards in Turkey. Temuan oleh Celik menjelaskan bahwa meskipun banyak perhatian telah diberikan
untuk mengetahui sifat pengajaran dan kualitas guru yang baik, ada sedikit penekanan pada karakteristik dan kompetensi spesifik yang harus dimiliki oleh
73 guru. Berdasarkan hal tersebut, semakin menguatkan pentingnya merumuskan
karakteristik dan kompetensi spesifik yang harus dimiliki seorang guru. Penelitian ini membandingkan antara standar baku di Amerika, Australia, dan negara-negara
tertentu di Eropa dengan standar yang masih minim dalam sistem pendidikan di Turki. Meskipun terdapat perbedaan besar dalam konteks dan organisasi
pendidikan guru, dapat diambil kesimpulan bahwa standar yang ada di Turki bersesuaian dengan standar internasional. Hal tersebut dikarenakan umumnya
standar yang digunakan di Turki merupakan hasil refleksi atau reproduksi standar yang ditetapkan oleh negara-negara maju dengan penelitian yang luas, seperti
Amerika Serikat, Australia, dan negara-negara Eropa tertentu. Standar-standar yang sebanding untuk pendidik guru berdasarkan kajian
Celik tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1 Kualitas pengajaran yang baik membutuhkan landasan pedagogis yang kuat, termasuk pengetahuan tentang
kondisi lapangan dan pendidikan secara umum, serta keterampilan instruksional untuk mentransfer pengetahuan ke orang lain. 2 Perlunya keterlibatan dalam
menciptakan pengetahuan baru pada bidang praktis materi pembelajaran, kurikulum dan teoritis penelitian, publikasi di jurnal profesional. 3 Memberi
dukungan yang berkualitas pada pre-service dan in-service, memberi dampak pada siswa, program, institusi, dan pendidikan dengan menunjukkan kepemimpinan,
menerapkan kerjasama tim dan kolaborasi. Sejalan dengan itu, pendidik guru yang baik tidak hanya di dalam lembaganya saja, tetapi diharapkan juga untuk dapat
melayani komunitas pendidikan secara keseluruhan dengan memberikan konseling, memperkenalkan metode pengajaran dan program ke sekolah-sekolah untuk
74 pengembangan staf, dan dengan aktif berpartisipasi dalam penentuan kebijakan. 4
Perlunya ambil bagian dalam pengembangan profesional yang berkelanjutan. Williams 2009 dalam kajiannya mengenai Exploring Professional
Development Practices for Vocational Education and Training Practitioners menyampaikan bahwa guru kejuruan harus memiliki kemampuan dan pemahaman
terhadap: 1 siswa, yaitu melibatkan siswa, bimbingan siswa, mengajar siswa internasional; 2 mengajar dan pembelajaran, meliputi kemampuan mengelola
kelas; organisasi, persiapan, dan pengelolaan waktu; kemampuan meneliti; strategi penyampaian dan penilaian; 3 pendidikan dan pelatihan kejuruan, meliputi
memahami kurikulum dan pelatihan, memahami Vocational Education and Training VET, memiliki pengetahuan kerja sesuai kebutuhan Australian Quality
Training Framework AQTF dan identifikasi peraturan; 4 isi, meliputi pengetahuan materi pelajaran dan kemampuan serta pengetahuan industri; 5
administrasi, meliputi pengetahuan tentang prosedur dan kebijakan lembaga; 6 teknologi informasi, yaitu literasi komputer yang antara lain meliputi kemampuan
penyampaian secara online, komunikasi melalui email, dll. Malm 2009 dalam studinya mengenai Towards a new professionalism:
Enhancing personal and professional development in teacher education menyatakan bahwa program pelatihan guru perlu difokuskan pada pembekalan
mengenai penguasaan konflik, kesadaran diri, empati, kepemimpinan dan keterampilan kolaboratif, yaitu dengan mempertimbangkan tidak hanya aspek
kognitif tetapi juga aspek sosial dan emosional pembangunan manusia. Salah satu aspek penting yang diperoleh dari uraian Malm dan sesuai dengan penelitian ini
75 adalah bahwa guru perlu menguasai kemampuan manajerial khususnya berkenaan
dengan jiwa kepemimpinan. Dwi Jatmoko 2013 meneliti tentang Relevansi Kurikulum Sekolah
Menengah Kejuruan Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan terhadap Kebutuhan Dunia Industri di Kabupaten Sleman. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan responden ketua kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan SMK dan kepala bengkel Agen Tunggal Pemegang Merk di Kabupaten
Sleman. Sampel ditentukan dengan teknik sampling jenuh. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa angket yang disusun menggunakan skala Guttman.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif. Hasil penelitian Dwi Jatmoko 2013 adalah sebagai berikut. 1 Relevansi
kurikulum SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan dengan kebutuhan dunia industri servis mobil di Kabupaten Sleman untuk bidang engine
sebesar 100; bidang chasis 100; dan bidang kelistrikan sebesar 91,67. 2 Kompetensi yang dibutuhkan industri servis mobil yang tidak disediakan dalam
kurikulum di SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kabupaten Sleman untuk bidang engine sebesar 15, bidang chasis 4, dan bidang kelistrikan
sebesar 0. 3 Kompetensi yang tidak dibutuhkan industri servis mobil namun dilaksanakan dalam kurikulum SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan
Ringan di Kabupaten Sleman untuk bidang engine dan chasis 0 dan bidang kelistrikan sebesar 0,08. 4 Kompetensi yang dibutuhkan di industri servis mobil
dan ada dalam kurikulum tapi tidak dilaksanakan di SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Kabupaten Sleman untuk bidang engine sebesar 22,88;
76 bidang chasis 14,60; dan bidang kelistrikan sebesar 12,02. Kesimpulan secara
umum adalah bahwa kurikulum dalam kategori relevan, namun ada beberapa kompetensi yang tidak terlaksana dan perlu perhatian dari pihak SMK. Proses
penelitian yang dilakukan Jatmiko ini mempunyai kemiripan dengan penelitian mengenai profil guru, terutama mengenai metode yang digunakan dan proses
analisis datanya.
C. Kerangka Pikir