Penambahan Beban Latihan PENGARUH LATIHAN BENCH PRESS DAN BERAT BADAN TERHADAP HASIL TOLAK PELURU GAYA O’BRIEN PADA PESERTA DIDIK PUTRA KELAS II SMK NEGERI 1 WANAREJA KABUPATEN CILACAP TAHUN PELAJARAN 2006/2007.

c. Penambahan Beban Latihan

Program latihan peningkatan kekuatan otot yang paling efektif adalah progra latihan memakai beban. Beban yang digunakan dapat berupa berat badan sendiri, latihan bersama teman, bola karet, tali elastis, dumbel, barbel, latihan menahanmenentang alat tertentu, dan menentang alat permanen seperti dalam latihan isometrik Bompa, Tudor O. 1983:275. Ahli fisiologi olahraga yang lain menyatakan bahwa peningkatan kekuatan terbukti positif sangat menguntungkan bagi penampilan bermain berbagai cabang olahraga, serta latihan berbeban adalah latihan metode yang paling tepat guna meningkatkan kekuatan otot O’Shea, P.J. 1976:1. Para pelatih olahraga prestasi dari semua cabang olahraga yang mengutamakan keterampilan gerak sebagai sasaran mencapai prestasi tinggi, hendaknya bukan hanya melaksanakan program latihan yang sudah ada, tetapi harus mengembangkan dan mencari metode-metode baru yang lebih efisien dan efektif dalam meningkatkan power otot para atletnya, dalam mempersiapkan kondisi fisik umum maupun kondisi fisik khusus masing-masing cabang olahraga yang bersangkutan. Agar program latihan beban dapat dicapai dengan benar dan teratur secara ilmiah, maka ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dan dipenuhi dalam pelaksanaannya. Dapat dikemukakan bahwa latihan berbeban mempunyai dua dasar fisiologis yang dapat meningkatkan kekuatan secara maksimum. Pertama, bahwa semua program latihan harus berdasarkan SAID, yaitu: Spesific Adaptation Impose Demands. Prinsip tersebut menyatakan bahwa latihan bersifat khusus sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Maksudnya adalah apabila akan meningkatkan power, maka program latihan harus memenuhi syarat- syarat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang memenuhi syarat sesuai untuk meningkatkan power O’Shea, P.J. 1976:1-2. Dengan berprinsip pada SAID tersebut diharapkan agar pengaruh latihan dapat dirasakan hasilnya secara maksimum. Oleh karena itu maka besar beban latihan yang diberikan harus dapat diberikan oleh tubuh. Kedua, bahwa latihan haruslah diberikan dengan prinsip beban berlebih overload. Prinsip ini akan menjamin agar sistem dalam tubuh mendapat beban yang besarnya makin ditingkatkan, serta diberikan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Apabila tidak diberikan secara bertahap, maka komponen kekuatan tidak akan dapat mencapai tahap potensi sesuai fungsi kekuatan secara maksimal. Dikemukakan secara lebih rinci oleh Harsono 1988:187-195 bahwa prinsip-prinsip latihan beban yang harus dipenuhi, agar program latihan menjamin tambahnya power tahap demi tahap, serta mengurangi resiko cedera pada serabut otot. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1. Latihan beban harus didahului dengan pemanasan secara menyuluruh. Bentuk-bentuk latihan pemanasan adalah lari di tempat atau lari keliling, loncat-loncat, squat thrust, push ups, pull ups, bungkuk dan tegakkan badan, putar-putar tubuh dan sebagainya. 2. Prinsip overload harus diterapkan, oleh karena perkembangan otot hanyalah mungkin apabila otot tersebut dibebani dengan tahanan yang kian bertambah berat. 3. Sebagai patokan dianjurkan untuk melakukan tidak lebih dari 12 dan tidak kurang dari 8 RM Repetisi Maksimal unuk setiap bentuk latihan exercise. Artinya, pada permulaan latihan tentukanlah suatu beban yang cukup berat sehingga 8 repetisi merupakan jumlah yang maksimal dapat kita lakukan untuk mengangkat beban tersebut. Perlu diperhatikan bahwa kedelapan ulangan angkatan tersebut haruslah dilakukan tanpa ketegangan yang berarti. 4. Agar hasil perkembangan otot efektif, setiap bentuk latihan dilakukan dalam 3 set, dengan istirahat diantara setiap set sekitar 3-5 menit. 5. Setiap mengangkat, mendorong atau menarik beban haruslah dilaksanakan dengan teknik yang benar. Bila dengan suatu bentuk latihan kita bermaksud untuk melatih suatu gumpalan otot tertentu, maka latihannya juga harus ditekankan dan dikonsentrasikan pada otot-otot tersebut, dan keterlibatan otot- otot lain sejauh mungkin dihindari, sehingga otot-otot tersebut benar-benar mengeluarkan usaha maksimalnya. 6. Repetisi sedikit dengan beban berat akan menghasilkan adaptasi terhadap strenght, artinya akan membentuk kekuatan, sedang repetisi banyak dengan beban ringan akan menghasilkan perkembangan dalam kecepatan dan daya tahan. 7. Setiap bentuk latihan haruslah dilakukan dalam ruang gerak range of motion yang seluas-lasnya, yatu dari ekstensi sampai kontraksi penuh. Kalau ruang geraknya tidak maksimal, maka otot tidak akan terlatih secara maksimal. Pada waktu melakukan ekstensi gerak eksentrik, lakukan sampai batas atau sedikit melebihi batas gerak sendi, sehingga otot-otot agak tertarik sedikit. Dengan demikian fleksibilitas juga akan terlatih. Kebiasaan berlatih dengan melakukan gerakan-gerakan dalam ruang gerak yang sempit dan terbatas akan menghasilkan pemendekan otot yang permanen. 8. Agar perkembangan otot tidak berat sebelah, latihlah agonis dan antagonisnya. Misal, pada umumnya atlet tidak seimbang kekuatan otot lengannya. Umumnya otot bisep lebih berkembang daripada antagonisnya, yaitu otot tricepnya. 9. Selama latihan pengaturan pernapasan haruslah diperhatikan, Pengaturan napas sebaiknya adalah ekshalasi keluarkan napas pada waktu melakukan bagian yang terberat dari latihan tersebut, dan inhalasi tarik napas pada waktu melakukan bagian yang teringan relaksasi dari latihan. Pada waktu melakukan press misalnya, keluarkan napas pada waktu mengangkat beban ke atas kepala, dan tarik napas pada waktu menurunkan kembali. 10. Setelah melakukan suatu bentuk latihan, atlet harus berada dalam keadaan lelah otot lokal yang berlangsung hanya sementara saja. Sedang pada waktu menyelesaikan keseluruhan latihan isotonik suatu rangkaian bentuk-bentuk latihan, dia harus merasa agak lelah dalam otot keseluruhan general muskular fatique. Lelah lokal harus sudah hilang dalam waktu satu atau dua jam. Kalau ternyata lelah ini masih terasa setelah jangka waktu cukup lama, maka hal ini menandakan bahwa latihan mungkin terlalu berat dan melelahkan. 11. Latihan beban sebaiknya dilakukan tiga kali seminggu, misalnya hari Senin, Rabu, dan Jumat dan diselingi dengan waktu istirahat satu hari di antara setiap hari latihan untuk memberikan kesempatan bagi otot untuk berkembang dan mengadaptasi diri pada waktu hari istirahat tersebut. 12. Latihan beban harus diawasi oleh seorang pelatih yang mengerti betul masalah latihan beban. Hal ini penting agar petunjuk- petunjuk dan pengawasan dapat diberikan dengan teliti. Selain itu pengawasan yang teliti akan menghindarkan dari kemungkinan-kemungkinan sedera. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip latihan beban tersebut kemudian perlu disusun suatu program latihan yang sistematis, agar latihan dapat meningkatkan kekuatan secara efektif. Permasalahan yang menjadi dasar latihan beban yang sistematis antara lain adalah jumlah berat beban, jumlah ulangan repetisi dan jumlah rangkaian dari suatu masa latihan per hari, serta beberapa kali setiap minggu latihan dilakukan. Para ahli dalam mengembangkan dan mencari program latihan yang efektif biasanya melakukan berbagai manipulasi terhadap keempat masalah pokok tersebut, ditambah dengan waktu pemulihan atau waktu istirahat antara satu angkaian berikutnya. Dikemukakan bahwa jumlah beban awal, jumlah ulangan, jumlah rangkaian, dan jumlah latihan setiap minggu terutama untuk menentukan beban awal tidak ada rumus yang pasti O’Shea, P.J. 1976:36. Cara yang paling baik untuk menetapka berat beban adalah dengan berdasarkan kemampuan masing-masing. Untuk menentukan jumlah ulangan dalam setiap rangkaian dan berapa rangkaian latihan dilakukan, dikemukakan bahwa dengan beban yang relatif ringan maka dapat dilakukan antara 6-12 ulangan, tetapi apabila memakai beban 90 dari beban maksimum, maka ulangan cukup 1-3, sedang untuk beban medium yang kira-kira 70-80 persen beban maksimum, maka dapat dilakukan ulangan 5-6 kali. Sedang jumlah rangkaian yang disarankan antara 2-6 rangkaian untuk latihan tiap jenis otot yang terlatih. Selanjutnya dijelaskan bahwa untuk menetapkan berat beban latihan, tergantung cabang olahraga dan kebutuhan komponen apa yang ditingkatkan. Untuk itu berat beban latihan dibagi dalam beberapa kategori terdiri dari: 1 super maksimal, yaitu beban yang beratnya antara 100 sampai dengan 175 persen dari maksimum, 2 maksimal, yaitu beban yang beratnya antara 90 sampai dengan 100 persen dari maksimum, 3 besar, yaitu beban yang beratnya antara 60 sampai dengan 90 persen dari maksimum, 4 medium, yaitu beban yang beratnya antara 30 sampai dengan 60 persen dari maksimum, 5 rendah, yaitu beban yang beratnya di bawah 30 persen dari maksimum. Membahas tentang jumlah ulangan, terdapat kaitan dengan masalah irama atau kecepatan melakukan angkatan waktu latihan Bompa, Tudor O. 1983:278-279. Dikemukakan bahwa makin berat beban, makin sedikit jumlah ulangan dan makin pelan pelaksanaan angkatanya. Gambar 7 menunjukkan persentase pembebanan latihan. Gambar 7. Persentase Pembebanan Latihan Sesuai Kebutuhan Sumber: Bompa, Tudor O. 1983. Theoty and Methodology of Training. Dubuque IOWA: KendallHunt Publishing Company:277. Jadi apabila latihan ditujukan untuk meningkatkan kekuatan maksimum 90-100 persen, maka jumlah ulangan antara 1-3 kali dan dilaksanakan secara perlahan-lahan. Untuk latihan dengan tujuan meningkatkan power 30-80 persen dari beban maksimum, jumlah ulangan 5-10 kali dan dilaksanakan secara dinamik. Apabila akan meningkatkan daya tahan otot, seseorang dapat melakukan sejumlah ulangan sampai kelelahan sangat terasa kira-kira sampai 250 kali atau lebih dan dilakukan dengan irama pelan atau sedang. Apabila untuk tujuan daya tahan dalam gerak berulang dalam waktu tertentu atau cyclic seperti dalam sprint, berenang dan bersepeda, maka jumlah ulangan mendekati batas kelelahan yang cukup terasa. Tentang banyaknya rangkaian setiap latihan, tergantung pada faktor intensitas dan potensi kemampuan latihan. Disarankan agar jumlah rangkaian berkisar antara 3-0 set dalam satu latihan Bompa, Tudor O. 1983:279. Lihat gambar 8 halaman 44. Ahli lain berpendapat bahwa untuk menetapkan beban berat awal dalam memulai suatu latihan adalah sesuai dengan kemampuan masing-masing Fox, E. L. 1988:155. Namun kenyataannya di lapangan cara ini ternyata banyak memakan waktu. Maka ia mengemukakan dua cara yang cukup praktis dalam menentukan beban awal dimulainya suatu program latihan beban, terutama bagi mereka yang belum pernah menjalani program latihan beban. Cara pertama adalah apabila seseorang telah diketahui berat badannya, maka untuk latihan clean dan press serta arm curls berat beban awal yang setaraf dengan 10 Repetition Maximum 10-RM, sebesar 13 berat badan ditambah 10 Lb 4540 g. Gambar 8. Jumlah Ulangan Latihan Beban Sesuai Kebutuhan Sumber: Bompa, Tudor O. 1983. Theoty and Methodology of Training. Dubuque IOWA: KendallHunt Publishing Company:278. Untuk latihan-latihan bench press, squat dan leg press, berat beban awal yang setaraf dengan 10-RM, diperkirakan ½ berat badan ditambah 10 Lb 4540 g. Cara kedua adalah, apabila berat maksimal yang dapat diangkat seseorang tersebut sebanyak satu kali telah diketahui, maka berat beban dalam latihan-latihan standing press, arm curls, dan squat kira-kira sekitar 40 berat maksimal. Dalam menentukan berat beban awal, dapat juga dengan berdasarkan persentase berat badan dan menyesuaikan bagian otot mana yang akan dilatih, yaitu: 1 untuk latihan kekuatan otot betis, beban awal yang diberikan: 50-100 berat badan, 2 untuk latihan kekuatan otot punggung, beban awal yang diberikan: 40-60 berat badan, 3 untuk latihan kekuatan otot perut, beban awal yang diberikan: 0-20 berat badan, 4 untuk latihan kekuatan otot bahu, lengan, dan dada beban awal yang diberikan: 50-100 berat badan Sajoto, M. 1995:34. Tentang jumlah ulangan dan rangkaian, berikutnya dijelaskan bahwa dalam tingkat awal suatu latihan hendaknya diberikan dengan jumlah ulangan banyak, beban ringan. Misalnya dengan ulangan 10 kali dalam satu rangkaian, yang kemudian berat beban bertambah, jumlah ulangan menjadi enam kali dan banyaknya rangkaian menjadi tiga rangkaian Fox, E. L. 1988:154. Terhadap masalah jumlah berat beban awal, ulangan dan rangkaian tersebut, para ahli kesehatan olahraga mengemukakan pendapatnya antara lain, bahwa para pemula pada latihan minggu pertama sebaiknya berat beban cukup ringan dengan dengan jumlah ulangan 8-12 kali, dan jumlah rangkaian sebanyak tiga Jackson, S.A dan Ross, M.R. 1986:74. Apabila secara teknis melakukannya sudah benar, maka program berikutnya dapat dilaksanakan sebagai berikut, misal kalau jumlah berat beban 65-75, dari 1-RM, jumlah ulangan dilakukan sebanyak tiga rangkaian. Mengenai masalah adanya variasi jumlah ulangan, terjadi pula dalam menentukan masa istirahat antara satu rangkaian ke rangkaian berikutnya. Antara lain dikemukakan bila latihan lebih dari satu rangkaian, maka masa istrirahat antar rangkaian adalah 1-2 menit O’Shea, P.J. 1976:35. Pendapat lain menyatakan bahwa interval waktu istirahat antar rangkaian tergantung tipe latihan kekuatan, irama, dan lama pelaksanaan serta jenis otot yang terlibat Bompa, Tudor O. 1983:279. Ozolin seperti yang dikutip Bompa, Tudor O 1983:29 menyatakan agar dalam latihan untuk meningkatkan kekuatan maksimum, maka interval waktu antar rangkaian adalah 2-5 menit. Dan apabila latihan dilakukan secara habis-habisan all out, maka disarankan agar waktu interval adalah 5-10 menit. Berikutnya walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit berapa lama waktu istirahat waktu antar rangkaian, namun secara implisit dalam menyampaikan contoh program latihan isotonik, menyebutkan bahwa interval waktu istirahat antar rangkaian adalah 5-10 menit Fox, E. L. 1988:155. Hal ini dimungkinkan karena kelompok otot yang dilatih cukup banyak sehingga otot-otot yang berperan sebagai agonis maupun antagonis serta stabilisator akan saling bekerja secara serentak, yang akan menimbulkan kelelahan yang cukup berat apabila waktu istirahat antar rangkaian lebih singkat. Selanjutnya tentang beberapa rangkaian dalam suatu latihan yang menyebabkan hasilnya cukup efektif, ternyata hampir tidak ada perbedaan pendapat yang berarti dan pada umumnya disepakati bahwa latihan dengan tiga rangkaian akan menghasilkan kenaikan kekuatan secara efektif. Demikian pula terhadap masalah banyaknya latihan setiap minggu, para ahli sepakat bahwa latihan tiga kali seminggu dengan selang waktu satu hari misalnya Senin, Rabu, Jumat, dan seterusnya, akan mengakibatkan jaringan-jaringan otot telah pulih kembali recovery dari rasa lelah serta bertambah kuat karena secara fisiologis otot-otot telah beradaptasi terhadap beban latihan yang dilakukannya, dibanding dengan latihan yang lebih banyak dari itu. Pada suatu saat pada keadaan tertentu, otot tidak lagi bertambah kekuatannya, apabila kepadanya diberikan tekanan yang tidak menyebabkan rangsang yang cukup beratnya, yaitu beban yang lebih berat lagi. Dalam kondisi seperti ini, sesuai dengan prinsip overload, otot perlu memperoleh beban baru yang lebih berat sebagai rangsangan yang cukup mampu memberi tekanan kontraksi lebih kuat. Karena secara fisiologis beban yang ringan tidak lagi dapat memberikan rangsang terhadap enzim otot untuk berkontraksi maksimal yang ditimbulkan adanya rangsang dari beban lebih besar daripada normal. Untuk menentukan kapan tambahan berat beban latihan diberikan, tidak terdapat rumus secara pasti yang merupakan suatu standar. Menurut Sajoto, M. 1995:71 menyebutkan bahwa dalam menyusun program latihan beban hendaknya pemberian tambahan beban dilakukan setiap minggu. Tentang berapa jumlah beban yang harus ditambahkan setiap minggu, pada waktu mulai suatu latihan baru, dikemukakan bahwa jumlah tambahan berat beban maksimum untuk bench press dan power clean adalah lima pon, sedang untuk squat adalah sepuluh pon O’Shea, P.J. 1976:36. Dengan alasan untuk mencegah terjadinya cedera dan timbulnya rasa frustasi serta untuk menjamin kenaikan beban yang cukup sensitif secara progresif, dikemukakan bahwa tambahan beban baru hendaknya tidak lebih dari lima persen dari berat beban sebelumnya Sajoto, M. 1995:71. Suatu program latihan perlu dievaluasi dan untuk dapat memberikan evaluasi yang diharapkan bisa menunjukkan hasil kemajuan yang berarti dari suatu program latihan yang telah dilaksanakan, diperlukan batas waktu. Dalam hal ini, dengan nmengemukakan kecepatan tambahnya kenaikan kekuatan, menyatakan bahwa waktu lima minggu latihan merupakan batas waktu minimal yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk melakukan evaluasi suatu program latihan O’Shea, P.J. 1976:74. Selanjutnya, ahli lain yang membicarakan masalah frekuensi dan lama latihan beban, mengemukakan bahwa hasil latihan kekuatan yang dicapai secara signifikan oleh seseorang, yaitu apabila dia telah menjalani program latihan selama enam minggu atau lebih Fox, E. L. 1988:152. Sedang pendapat lain menyatakan bahwa tes untuk mengevaluasi hasil latihan kekuatan dapat dilaksanakan setelah antara 4-6 minggu dari suatu masa latihan mikro Bompa, Tudor O. 1983:52. Dengan memperhatikan berbagai teori yang dikemukakan oleh para ahli, tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan program latihan beban seperti yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya penambahan beban suatu program latihan kekuatan, adalah usaha meningkatkan intesitas latihan dengan melakukan manipulasi salah satu atau lebih dari faktor-faktor permasalahan, yaitu misal berat beban, frekuensi rangkaian dan faktor lainnya yang terkait. Sebagai contoh seorang pelatih boleh saja dalam menyusun program latihan beban bagi para atletnya tetap berpegang pada prinsip latihan secara overload dan progresif. Mereka meningkatkan intensitas latihan setiap minggunya hanya dengan menambah berat beban saja, sedang faktor-faktor lainnya seperti jumlah ulangan, jumlah rangkaian dan lainya tetap seperti semula. Prinsip-prinsip yang perlu ditaati dalam latihan meningkatkan power otot: 1 power otot dikembangkan melalui pembebanan-lebih otot secara eksplosif, 2 intensitas latihan; sebanding dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu 15 – 45 kekuatan maksimal, dan 3 lamanya latihan; kontraksi berlangsung dalam waktu yang sesingkat mungkin Bouchard, Claude; Brunelle, Jean dan Godbout, Paul. 1975:34-35.

d. Latihan Bench Press

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25