bergabung. Jika sistem dijalankan dengan sebaik-baiknya dan AO tidak berkompromi, maka sistem itu sendiri yang akan menyaring dan menyeleksi
anggota.
4.2.9. Pembahasan pengaruh persepsi terhadap keputusan menjadi debitur
Variabel persepsi dalam penelitian menunjukkan bahwa secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah perempuan menjadi
debitur KPUM Sumut Sejahtera. Nilai t
hitung
untuk variabel persepsi adalah 0.482 lebih kecil dibandingkan dengan t
tabel
1,984 atau nilai signifikansi 0,630 lebih besar dari alpha 0,05. Berdasarkan hasil tersebut, maka keputusannya adalah H
diterima dan H
1
ditolak. Persepsi yang tinggi dari seorang perempuan tidak menjadi jaminan
keputusan yang diambil perempuan benar-benar tepat. Hal ini sangat tergantung dari cara perempuan mengolah informasi yang diperolehnya dari luar. Engel,
Blackwell dan Miniard dalam Sumarwan 2004:69 menyatakan bahwa pengolahan informasi the information-processing terdiri dari lima tahap, yaitu:
pemaparan exposure, perhatian attention, pemahaman comprehension, penerimaan acceptance dan retensi retension.
Mowen dan Minor 2002:207 menyebut tahap pemaparan, perhatian dan pemahaman sebagai bagian dari persepsi. Ketika perempuan mampu menerima
pemaparan, perhatian dan pemahaman dengan baik yang diterima dari luar, maka perempuan mempunyai keputusan yang matang untuk menjadi anggota kelompok
dan mengambil pinjaman KPUM Sumut Sejahtera.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian juga tidak sejalan dengan penelitian terdahulu dari Anisa 2006 yang menyatakan bahwa persepsi mempunyai pengaruh signifikan
terhadap keputusan nasabah dalam mengambil kredit modal usaha pada BRI Cabang Malang Martadinata.
Berdasarkan pengamatan peneliti, dari enam tahapan yang wajib diikuti perempuan calon debitur, sebagian perempuan beranggapan bahwa untuk
mendapatkan pinjaman KPUM Sumut Sejahtera berbelit-belit. Pada tahap pertama perkenalan dan orientasi misalnya, sebagian perempuan mempersepsikan
KPUM Sumut Sejahtera sulit untuk diakses karena AO sudah menjelaskan lebih khusus mengenai KPUM Sumut Sejahtera mulai dari berapa persen bunganya,
berapa pinjamannya, tabungan wajib, fungsi tanggung renteng, apa itu KKM dan syarat-syarat mengajukan kredit. Padahal materi ini baru akan diberikan di tahap
ketiga PWKKM. Padahal di tahap pertama, materi yang diberikan lebih umum dan sifatnya
menarik perhatian perempuan. Misalnya ada kredit yang bunganya rendah dan tanpa agunan, itulah KPUM Sumut Sejahtera, apa manfaat kredit KPUM Sumut
Sejahtera dan sebagainya. Persepsi merupakan penafsiran realitas atau informasi yang diterima
konsumen dalam hal ini perempuan, dan masing-masing perempuan memandang realitas dari sudut perspektif yang berbeda-beda. Perempuan kemudian mengolah
informasi yang diperolehnya dari setiap tahapan-tahapan yang ada dengan caranya sendiri, sehingga persepsi yang dihasilkan pun berbeda-beda.
Universitas Sumatera Utara
Perempuan yang beranggapan bahwa KPUM Sumut Sejahtera adalah pilihan yang tepat akan mengikuti seluruh tahapan yang ada. Sebaliknya,
perempuan juga ada yang mundur di tengah proses yang sedang berjalan. Persepsi juga berhubungan erat dengan motivasi. Ketika persepsi
perempuan terhadap KPUM Sumut Sejahtera tidak tinggi lagi, ada kemungkinan dia akan tetap menjadi anggota kelompok dan mengambil pinjaman, namun
motivasi berbeda. Perempuan hanya termotivasi untuk membantu teman- temannya agar memperoleh kredit atau target minimal 20 orang anggota
kelompok terpenuhi. Berdasarkan hasil penelitian, Bank Sumut harus berupaya membangun
persepsi yang positif di kalangan perempuan calon debitur dengan memanfaatkan keberadaan tahapan pembentukan kelompok. AO KPUM Sumut Sejahtera
diharapkan memberikan informasi-informasi yang ringan tetapi menarik sehingga membuat perempuan semakin tertarik untuk bergabung.
4.2.10. Pembahasan pengaruh sikap terhadap keputusan menjadi debitur