IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISTEM SIRKULASI PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 1 DI SMA NEGERI 1 MUNTILAN TAHUN AJARAN 2015/2016.

(1)

i

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISTEM SIRKULASI PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 1 DI SMA NEGERI 1 MUNTILAN

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh:

Hilda Nuraeni Makrufah NIM 12304241037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

”... dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”

-QS. Al-Baqarah: 215-

Menjadi yang terbaik tak harus jadi juara. -Muhamad Alif-

Yang terpenting bukan apa yang ada di atas kepalamu, melainkan apa yang ada di dalam kepalamu.


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Tulisan sederhana ini tak lepas dari doa dan dukungan dari orang-orang terkasih yang selalu memberikan dukungan dalam segala bentuk. Tulisan ini saya persembahkan untuk:

 Dua pahlawan terhebat dalam hidupku, Bapak Hirmayanto Suhir dan Ibu Nursoimah yang tanpa lelah memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi, dan kasih sayang yang tiada ujungnya, serta untuk adikku tersayang, Alvin Aditya Rahman yang selalu memberikan motivasi dengan kata-kata sederhananya.

 Mas Muhamad Alif, yang selalu memberi semangat, doa, dan kata-kata motivasi yang membakar semangat dan membuatku lebih mengerti arti menghargai proses daripada hasil.

 Dua orang poopies, Febrina Suci Wulandari dan Renosari Prineta Putri, terimakasih kenangan konyol yang tidak akan pernah kulupakan.

 Sahabatku Ajeng Citra Dewi, Petra Serafica Puspita, dan Clara Agustine Takimay, terimakasih atas kekeluargaan yang sudah terjalin selama ini.  Teman sipit Permata Ihda, terimakasih atas segala bantuan dan waktunya.  Teman-teman Pendidikan Biologi A 2012, terimakasih atas kebersamaan

yang terjalin selama ini.

 Teman-teman KKN kelompok 2018 dusun Jetis, Selopamioro, Imogiri yang telah menjadi keluarga baruku.


(7)

vii

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISTEM SIRKULASI PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 1 DI SMA NEGERI 1 MUNTILAN

TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh:

HILDA NURAENI MAKRUFAH NIM 12304241037

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui letak kesulitan belajar dan faktor dominan yang menjadi penyebab kesulitan belajar sistem sirkulasi pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Muntilan. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar, yang menyebabkan ketidakberhasilan dalam mencapai tujuan belajar.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah 59 orang siswa yang mempunyai nilai rendah. Instrumen penelitian yang digunakan berupa soal dan jawaban ulangan harian siswa dan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan analisis butir soal menggunakan program QUEST untuk mengetahui letak kesulitan dan analisis deskriptif untuk mengetahui faktor dominan penyebab kesulitan belajar.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kesulitan belajar sistem sirkulasi terletak pada sub materi sistem golongan darah dan struktur fungsi pembuluh darah. Faktor dominan yang berpengaruh yaitu faktor materi.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat-Nya, sehingga skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Negeri Yogyakarta ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulisan skripsi ini tentu melibatkan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

2. Bapak Dr. Slamet Suyanto, M.Ed selaku Wakil Dekan I FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

3. Bapak Dr. Paidi, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi, Dosen Penasehat Akademik, dan Dosen Pembimbing Utama yang telah membimbing dan memberikan motivasi. 4. Bapak Sukiya, M.Si selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah

membimbing dan memberikan motivasi.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Biologi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan baru.

6. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Daerah Istimewa Yogyakarta, yang telah memberikan ijin penelitian.


(9)

ix

7. Kepala Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan rekomendasi penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

8. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Magelang yang telah memberikan ijin penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

9. Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Magelang yang telah memberikan ijin penelitian.

10. Kepala SMA Negeri 1 Muntilan yang telah memberikan ijin untuk pengambilan data di sekolah sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar. 11. Ibu Zakiyah Endang Cadikawati selaku guru mata pelajaran biologi SMA

Negeri 1 Muntilan yang telah bersedia menjadi narasumber dalam penelitian ini.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dan dapat menyumbangkan sedikit kontribusi untuk membangun pendidikan bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Aamiin.

Yogyakarta, Agustus 2016


(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….... iii

HALAMAN PERNYATAAN ……… iv

HALAMAN MOTTO ……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... vi

ABSTRAK ……….. vii

KATA PENGANTAR ……… viii

DAFTAR ISI ………... x

DAFTAR TABEL ………... xiii

DAFTAR GAMBAR ………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Kependidikan ... 8

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 8

3. Proses Pembelajaran ... 9

4. Perbedaan Individual ... 17


(11)

xi

B. Kajian Keilmuan ... 30

1. Sistem Peredaran Darah pada Manusia ... 30

a. Darah ... 30

b. Mekanisme Pembekuan Darah ... 40

c. Golongan Darah ... 41

d. Tes Golongan Darah ... 43

e. Transfusi Darah ... 44

f. Organ Peredaran Darah ... 48

g. Mekanisme Peredaran Darah pada Manusia ... 56

2. Sistem Limfatik ... 62

a. Anatomi Sistem Limfatik ... 64

b. Cairan Limfa (Getah Bening) ... 66

c. Aliran Limfa ... 67

3. Gangguan Sistem Sirkulasi ... 68

4. Teknologi Peredaran Darah ... 78

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 84

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 84

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 84

1. Populasi Penelitian ... 84

2. Sampel Penelitian ... 85

D. Teknik Pengumpulan Data ... 85

1. Lembar Angket ... 85

2. Wawancara ... 86

E. Teknik Analisis Data ... 86

1. Teknik Analisis Butir Soal Ulangan Harian ... 86

2. Teknik Analisis Angket ... 88


(12)

xii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 90

B. Pembahasan ... 99

1. Letak Kesulitan Belajar Sistem Sirkulasi pada Siswa Kelas XI Semester 1 SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016... 99

2. Faktor Dominan Penyebab Kesulitan Belajar Sistem Sirkulasi pada Siswa Kelas XI Semester 1 SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016 ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 117

B. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi IQ yang Dikembangkan oleh Wechsler ... 23

Tabel 2 Golongan Darah dan Unsur Pokok Aglutinogen Serta Aglutinin .. 42

Tabel 3 Pewarisan Rhesus ... 43

Tabel 4 Uji Serum Golongan Darah A, B, AB, dan O ... 44

Tabel 5 Jenis dan Penyebab Hipertensi... 74

Tabel 6 Aturan Penskoran Angket ... 89

Tabel 7 Item Soal Ulangan Harian Sistem Sirkulasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016 dengan Kategori Kesukaran Rendah ... 91

Tabel 8 Item Soal Ulangan Harian Sistem Sirkulasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016 dengan Kategori Kesukaran Sedang ... 92

Tabel 9 Item Soal Ulangan Harian Sistem Sirkulasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016 dengan Kategori Kesukaran Tinggi ... 93

Tabel 10 Hasil Penghitungan Rerata Jumlah Skor Angket Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Sistem Sirkulasi dengan Kategori Lemah ... 96

Tabel 11 Hasil Penghitungan Rerata Jumlah Skor Angket Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Sistem Sirkulasi dengan Kategori Sedang ... 97

Tabel 12 Hasil Penghitungan Rerata Jumlah Skor Angket Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Sistem Sirkulasi dengan Kategori Kuat ... 97


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Netrofil ... 34

Gambar 2 Basofil ... 35

Gambar 3 Eosinofil ... 36

Gambar 4 Limfosit T ... 37

Gambar 5 Limfosit B ... 37

Gambar 6 Monosit ... 38

Gambar 7 Skema Pembekuan Darah ... 40

Gambar 8 Skema Transfusi Darah ... 45

Gambar 9 Struktur Jantung Manusia ... 49

Gambar 10 Nodus Sinus dan Sistem Purkinje dari Jantung ... 50

Gambar 11 Struktur Arteri dan Vena Manusia ... 56

Gambar 12 Ilustrasi Sistem Sirkulasi pada Manusia ... 58


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Soal Ulangan Harian Sistem Sirkulasi …………... 123

Lampiran 2 Kisi-Kisi Angket Siswa ……….. 129

Lampiran 3 Instrumen Angket Siswa ...……….. 130

Lampiran 4 Kisi-Kisi Wawancara Guru .……….... 133

Lampiran 5 Daftar Pertanyaan Wawancara Guru ……….. 135

Lampiran 6 RPP Sistem Sirkulasi ……….. 136

Lampiran 7 File Data untuk Analisis Butir Soal dengan QUEST ………. 157

Lampiran 8 File Perintah untuk Analisis Butir Soal dengan QUEST …… 159

Lampiran 9 Hasil Analisis QUEST (file sh.out) ………. 160

Lampiran 10 Hasil Analisis QUEST (file tn.out) ………. 166

Lampiran 11 Tabel Nilai Thresholds Hasil Analisis QUEST ……….. 182

Lampiran 12 Tabel Perolehan Skor Angket Siswa ……….. 183

Lampiran 13 Tabel Rerata Jumlah Skor Angket Siswa ………... 186

Lampiran 14 Hasil Wawancara dengan Guru Biologi ………. 188


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam suatu tingkah laku manusia yang muncul sebagai suatu hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Siti Aisyah, 2015:33). Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, pembelajaran adalah interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Sekolah merupakan salah satu tempat berlangsungnya proses pembelajaran yang bersifat formal, terdiri atas pendidikan dasar (SD/ MI), pendidikan menengah(SMP/MTs dan SMA/ MA), dan pendidikan tinggi (perguruan tinggi).SMA Negeri 1 Muntilan merupakan salah satu SMA favorit yang terletak di Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Pembelajaran di SMA Negeri 1 Muntilan ini menggunakan kurikulum 2013 yang menuntut keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari respon siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Setiap pembelajaran biologi pada materi tertentu ditemukan berbagai macam permasalahan. Pada materi sistem sirkulasi, permasalahan yang dialami oleh siswa dapat dilihat dari kesulitan dalam mengerjakan soal pada sub materi tertentu yang diujikan. Pada item soal tertentu mereka menjawab dengan kurang tepat. Berdasarkan hasil nilai ulangan harian sistem sirkulasi


(17)

2

siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Muntilan tahun ajaran 2015/2016, rerata nilai ulangan harian yaitu 80,4. Sementara itu, jumlah siswa yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata sebanyak 45,7% dari jumlah seluruh siswa.

Materi sistem sirkulasi merupakan salah satu materi yang tergolong kompleks karena terbagi ke dalam sub-sub materi yang rumit dalam pemahamannya. Materi ini mempelajari komponen-komponen sistem sirkulasi beserta struktur dan fungsinya, gangguan pada sistem sirkulasi, serta teknologi sistem sirkulasi. Cakupan materi sistem sirkulasi yang luas dan banyaknya istilahyang belum lazim didengar oleh siswa menyebabkan siswa kesulitan memahami beberapa konsepnya. Hal ini didukung oleh pernyataan dari hasil wawancara terhadap guru pengampu mata pelajaran biologi kelas XI, bahwa materi sistem sirkulasi merupakan salah satu materi yang tergolong sulit dipahami oleh siswa sehingga nilai ulangan harian pada materi ini tergolong cukup rendah dibanding materi biologi kelas XI lainnya.

Siswa merupakan kelompok besar yang memiliki karakteristik beragam, baik dari gaya dan cara belajarnya, tingkat kecerdasannya, termasuk kemampuan untuk memahami materi pembelajaran. Perbedaan kemampuan antarsiswa dalam memahami materi pembelajaran tersebut menyebabkan beberapa siswa yang memiliki kemampuan diluar rata-rata kemampuan siswa dapat mengalami kesulitan belajar.

Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa secara umum dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang terbagi menjadi faktor internal yang berasal


(18)

3

dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa. Faktor internal meliputi minat siswa terhadap pembelajaran, motivasi siswa, dan kemampuan siswa dalam memahami materi. Berdasarkan observasi, minat siswa terhadap pembelajaran materi sistem sirkulasi masih kurang dikarenakan masih banyak siswa yang tidak memperhatikan saat guru menjelaskan materi. Motivasi siswa dalam pembelajaran materi ini juga masih rendah, dilihat pada saat mengerjakan tugas individu masih banyak siswa yang bergerombol dan saling bertukar jawaban. Kemampuan siswa dalam memahami materi sistem sirkulasi juga tergolong masih rendah, mengingat hasil ulangan harian sistem sirkulasi yang hasilnya sebesar 45,7% siswa mendapatkan nilai di bawah rata-rata.

Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa diantaranya berasal dari faktor materi, guru, keluarga, dan lingkungan sekolah. Dari hasil observasi awal di ruang kelas XI IPA SMA Negeri 1 Muntilan dapat dilihat sarana prasarana masih kurang memadahi, diantaranya beberapa LCD proyektor tidak dapat berfungsi dengan normal dan kondisi ruang kelas yang silau. Peralatan praktikum khususnya preparat awetan dan peralatan untuk pengamatan mikroskopik hanya tersedia dalam jumlah terbatas. Selain itu, ruang kelasterletak dekat dengan jalan raya yang selalu ramai dan cenderung bising.

Dari fakta tersebut maka dapat diduga siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Muntilan mengalami kesulitan belajar pada materi sistem sirkulasi, yang terjadi pada siswa perempuan maupun laki-laki. Faktor penyebab kesulitan


(19)

4

belajar antara siswa satu dengan siswa yang lain pun berbeda. Kesulitan yang dialami oleh siswa berbeda-beda pula letaknya pada sub materi tertentu dalam satu pokok pembelajaran.

Sejauh ini belum ada data komprehensif mengenai letak dan faktor dominan penyebab kesulitan belajar khususnya pada materi sistem sirkulasi yang dapat membuktikan bahwa siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Muntilan mengalami kesulitan belajar pada materi tersebut, maka penelitian mengenai kesulitan belajar sistem sirkulasi ini dipandang perlu dilakukan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kesulitan belajar sistem sirkulasi terletak pada sub-sub materi tertentu. 2. Rata-rata nilai siswa pada ulangan harian materi sistem sirkulasi tergolong

rendah.

3. Motivasi dan minat belajar siswa pada pembelajaran sistem sirkulasi masih rendah.

4. Kondisi sarana prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran sistem sirkulasi di kelas dan di laboratorium kurang dapat digunakan secara optimal.

5. Lokasi gedung sekolah dekat dengan jalan provinsi yang suasananya kurang kondusif untuk kegiatan pembelajaran.


(20)

5

6. Belum ada data komprehensif mengenai letak dan faktor dominan yang menyebabkan kesulitan belajar sistem sirkulasi di SMA Negeri 1 Muntilan.

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini letak kesulitan dibatasi pada sub materi sistem sirkulasi, sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dibatasi pada faktor dominan yang berpengaruh terhadap kesulitan belajar sistem sirkulasi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Dimana letak kesulitan belajar pada materi pokok sistem sirkulasi yang dialami siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Muntilan tahun ajaran 2015/2016?

2. Faktor dominan apa yang menjadi penyebab kesulitan belajar sebagian besar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Muntilan tahun ajaran 2015/2016 dalam mempelajari materi sistem sirkulasi?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:


(21)

6

1. Mengetahui letak kesulitan belajar yang ditemukan di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Muntilan tahun ajaran 2015/2016 dalam mempelajari materi sistem sirkulasi.

2. Mengetahui faktor dominan penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh sebagian besar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Muntilan tahun ajaran 2015/2016 dalam mempelajari materi sistem sirkulasi.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut.

1.Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, seperti peningkatan sarana prasarana pembelajaran yang dapat mendukung kegiatan belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada materi sistem sirkulasi dan mata pembelajaran biologi pada umumnya.

2.Guru biologi

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi guru biologi, salah satunya ialah guru dapat mengetahui letak kesulitan belajar siswa dalam mempelajari sistem sirkulasi dan faktor penyebab kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi sistem sirkulasi, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk menentukan metode serta media pembelajaran materi sistem sirkulasi yang dapat


(22)

7

membantu siswa untuk dapat lebih memahami konsep sub materi yang sulit pada materi sistem sirkulasi.

3.Peneliti

Peneliti akan memperoleh informasi penting mengenai letak dan faktor kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mempelajari materi sistem sirkulasi, sehingga jika suatu saat menjadi pendidik dapat mengusahakan suatu proses pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa, khususnya dalam mempelajari materi sistem sirkulasi, dan mata pelajaran biologi pada umumnya.

G. Definisi Operasional

Menghindari kesalahan penafsiran dan untuk menjadikan penelitian ini lebih terarah, maka perlu dikemukakan batasan-batasan pengertian pada beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Letak kesulitan belajar pada penelitian ini didefinisikan sebagai sub-sub materi yang paling sulit ditinjau dari item soal ulangan harian siswa dengan indeks kesukaran tinggi. Adapun ulangan harian materi sistem sirkulasi dilakukan sebanyak satu kali.

2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan kesulitan belajar dalam penelitian ini adalah faktor yang bersumber dari materi, guru, siswa, keluarga, dan sekolah. Satu diantara beberapa faktor tersebut dinyatakan sebagai faktor dominan yang berpengaruh terhadap kesulitan belajar jika memiliki rerata jumlah skor dari angket yang tertinggi.


(23)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Kependidikan 1. Pengertian Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 24) belajar adalah berusaha mengetahui sesuatu, berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan).

Belajar adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam suatu tingkah laku manusia yang timbul sebagai suatu hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif (Siti Aisyah, 2015:33).

Menurut Muhibbin Syah (2012: 63) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Di dalam kondisi belajar tersebut terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Menurut Thursan Hakim (2005:11) secara garis besar faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.


(24)

9 a. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu siswa sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis.

1) Faktor biologis (jasmaniah) meliputi segala hal yang berhubungan dengan kondisi fisik atau jasmani siswa.

2) Faktor psikologis (rohaniah) ini meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi mental individu.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu peserta didik. Menurut Thursan Hakim (2015:17) faktor eksternal yang mempengaruhi belajar seseorang meliputi faktor sosial seperti lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat, dan faktor non sosial misalnya faktor waktu.

3. Proses Pembelajaran

a. Pengertian dan Komponen Proses Pembelajaran

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran adalah interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara guru dengan siswa dan komunikasi dua arah yang berlangsung dalam situasi edukatif


(25)

10

untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Interaksi dan komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa merupakan ciri dan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Perlu lebih dipahami bahwa interaksi dalam proses belajar mengajar tidak sekedar hubungan komunikasi antara guru dengan siswa, tidak hanya penyampaian materi pelajaran melainkan juga menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa (Nuryani Y.Rustaman, 2003:4).

Sesuai dengan penyebutannya, proses belajar mengajar adalah kesatuan dua proses antara siswa yang belajar dan guru yang membelajarkan. Kedua proses ini dilakukan oleh siswa yang sedang belajar dan guru yang membelajarkan secara sadar, sehingga antara kedua proses ini terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal (Nuryani Y.Rustaman, 2003:4).

Untuk memahami makna proses belajar mengajar, perlu dipahami beberapa pengertian yang membentuk proses tersebut. Pertama dari segi siswa yang mempunyai peran dan tugas tertentu dalam proses belajar. Kedua dari segi guru yang memiliki peran, tugas, dan kewenangan dalam proses mengajar. Ketiga dari segi proses yang memungkinkan kedua komponen yang terlibat tersebut saling berinteraksi, melalui materi pelajaran yang perlu dikuasai oleh guru dengan memperhatikan kesiapan siswa (Nuryani Y.Rustaman, 2003: 4).


(26)

11

Peran siswa adalah mencari pengetahuan dan meningkatkan keterampilan yang berkaitan dengan pengetahuan yang dicari, sedangkan tugas siswa yang utama adalah belajar. Banyak batasan yang digunakan untuk menjelaskan tentang belajar, namun dapat disimpulkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan konsep dan kebiasaan berpikir siswa, yang disebabkan karena adanya interaksi antara dirinya dengan individu lain atau dengan lingkungannya (Nuryani Y.Rustaman, 2003: 5).

b. Tugas dan Peran Guru

Peran guru dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Guru tidak sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, namun guru juga dituntut untuk memainkan berbagai peran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didiknya secara optimal (Sugihartono, 2012: 85).

Dalam situasi pendidikan atau pengajaran terjalin interaksi antara siswa dengan guru atau antara peserta didik dengan pendidik. Interaksi ini merupakan interaksi antara dua kepribadian yang berbeda, yaitu kepribadian guru sebagai orang dewasa dan kepribadian siswa sebagai anak yang sedang berkembang mencari bentuk kedewasaan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 251).

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus tentang keguruan. Untuk menjadi seorang guru yang profesional


(27)

12

seseorang harus memperoleh satu perangkat pengetahuan yang akan menunjang tugasnya sebagai guru. Seorang guru yang profesional hanya mungkin dihasilkan oleh lembaga pendidikan guru yang berkualitas yang akan memberikan pengetahuan tentang ilmu keguruan dan melatih keterampilan untuk menguasai seluk beluk pendidikan dan pengajaran (Nuryani Y.Rustaman, 2003: 5).

Tugas guru sangat luas, tidak sebatas tugas akademik tetapi juga tugas yang bersifat non akademik. Tugas-tugas guru tersebut meliputi tugas yang berkaitan dengan kedinasan atau akademik dan tugas di luar kedinasan yang berupa kegiatan kemanusiaan dan kemasyarakatan. Tugas guru sebagai seorang yang profesional meliputi mendidik, membelajarkan siswa, dan memberikan latihan-latihan. Tugas mendidik berarti mengembangkan nilai-nilai dan norma dalam kehidupan. Tugas membelajarkan berarti mendorong dan memberi peluang agar siswa dapat belajar dengan sebaik-baiknya, sedangkan tugas memberikan latihan berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh siswa (Nuryani Y.Rustaman, 2003:5).

Peran guru menurut Djamarah (Sugihartono, 2012: 85-86) adalah sebagai berikut:

1) Korektor. Sebagai korektor guru berperan menilai dan mengoreksi semua hasil belajar, sikap, tingkah laku, dan perbuatan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.


(28)

13

2) Inspirator. Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan inspirasi atau ilham kepada siswa mengenai cara belajar yang baik.

3) Informator. Sebagai informator guru harus dapat memberikan informasi yang baikdan efektif mengenai materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum serta informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4) Organisator. Sebagai organisator guru berperan dalam mengelola berbagai kegiatan akademik baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi belajar bagi peserta didik. Diantara berbagai kegiatan pengelolaan pembelajaran yang terpenting adalah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdaya guna dan berhasil guna.

5) Motivator. Sebagai motivator guru dituntut untuk dapat mendorong anak didiknya agar senantiasa memiliki motivasi tinggi dan aktif belajar.

6) Inisiator. Sebagai inisiator guru hendaknya dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses pembelajaran hendaknya selalu diperbaiki sehingga dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

7) Fasilitator. Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan anak didik dapat belajar secara


(29)

14

optimal. Fasilitas yang disediakan tidak hanya fasilitas fisik seperti ruang kelas yang memadai atau media belajar yang lengkap, akan tetapi juga fasilitas psikis seperti kenyamanan batin dalam belajar, interaksi antara guru dengan peserta didik yang harmonis, maupun adanya dukungan penuh dari guru sehingga peserta didik selalu memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar.

8) Pembimbing. Sebagai pembimbing guru hendaknya dapat memberikan bimbingan kepada anak didiknya dalam menghadapi tantangan maupun kesulitan belajar.

9) Demonstrator. Sebagai demonstrator guru dituntut untuk dapat memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis sehingga anak didik dapat memahami materi yang dijelaskan guru secara optimal.

10) Pengelola kelas. Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik karena kelas adalah tempat berhimpun guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan siswa dapat memiliki motivasi tinggi dalam belajar dan pada akhirnya dapat mencapai hasil belajar optimal.

11) Mediator. Sebagai mediator hendaknya guru dapat berperan sebagai penyedia media dan penengah dalam proses pembelajaran anak didik.


(30)

15

12) Supervisor. Sebagai supervisor hendaknya guru dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis proses pembelajaran yang dilakukan sehingga pada akhirnya proses pembelajaran dapat optimal.

13) Evaluator. Sebagai evaluator guru dituntut untuk mampu menilai hasil pembelajaran serta proses pembelajaran. Dari proses ini diharapkan diperoleh umpan balik dari hasil pembelajaran untuk optimalisasi hasil pembelajaran.

Agar proses belajar mengajar dapat berlangsung optimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, maka tuntutan pertama bagi guru adalah menguasai materi pembelajaran. Tugas guru dalam proses belajar mengajar yang dilakukan setiap hari dapat dirinci dalam tiga tugas utama. Pertama, tugas membuat persiapan untuk pembelajaran yang disebut persiapan mengajar. Kedua, tugas melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Ketiga, tugas mengadakan evaluasi hasil belajar dan memanfaatkan umpan balik untuk mencapai hasil belajar yang optimal (Nuryani Y. Rustaman, 2003:6).

Kedudukan guru sebagai pendidik dan pembimbing tidak bisa dilepaskan dari guru sebagai pribadi. Kepribadian guru sangat mempengaruhi peranannya sebagai pendidik dan pembimbing. Guru mendidik dan membimbing para siswa tidak hanya dengan bahan yang ia sampaikan atau dengan metode-metode penyampaian yang


(31)

16

digunakannya, tetapi dengan seluruh kepribadiannya. Mendidik dan membimbing tidak hanya terjadi dalam interaksi formal, tetapi juga interaksi informal, tidak hanya diajarkan tetepi juga ditularkan. Pribadi guru juga merupakan satu kesatuan antara sifat-sifat pribadinya, dan peranannya sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005:251).

Guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu. Kepribadian guru, seperti halnya kepribadian individu pada umumnya terdiri dari aspek jasmaniah, intelektual, sosial, emosional, dan moral. Seluruh aspek kepribadian tersebut terintegrasi membentuk satu kesatuan yang utuh, yang memiliki ciri-ciri yang khas. Integritas dan kekhasan ciri-ciri individu terbentuk sepanjang perkembangan hidupnya, yang merupakan hasil perpaduan dari ciri-ciri dan kemampuan bawaan dengan perolehan dari lingkungan dan pengalaman hidupnya (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005:252).

Seperti halnya pribadi-pribadi yang lain, pembentukan pribadi guru dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari lingkungan keluarganya, sekolahnya tempat dulu ia belajar, masyarakat sekitar serta kondisi dan situasi sekolah dimana ia sekarang bekerja. Dengan tidak mengabaikan pengaruh lingkungan yang lain, besar sekali pengaruh dari pengalaman pendidikannya di sekolah tempat ia mempersiapkan diri dalam tugasnya sebagai guru. Guru adalah suatu profesi. Sebelum ia bekerja sebagai guru, terbelih dahulu dididik dalam suatu lembaga


(32)

17

pendidikan keguruan. Dalam lembaga pendidikan tersebut, ia bukan hanya belajar ilmu pengetahuan atau bidang studi yang akan diajarkan, ilmu dan metode mengajar, tetapi juga dibina agar memiliki kepribadian sebagai guru. Kepribadian ia sebagai guru sudah tentu tidak dapat dipisahkan dari kepribadiannya sebagai individu (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005:252).

4. Perbedaan Individual

Mayoritas guru dan orang awam memiliki asumsi bahwa sekolah akan berfungsi dengan baik jika semua siswa sama. Mereka harus menggunakan buku dan perlengkapan yang sama untuk belajar. Mereka bekerja dengan langkah yang sama dan menggunakan alat yang sama. Mereka mempelajari isi yang sama dengan kurikulum dan jadwal yang sama. Guru berbicara dalam sebuah kelompok besar siswa, memberikan informasi yang sama pada saat yang sama untuk setiap orang. Sekolah menggunakan tes yang sama pula untuk mengukur kesuksesan belajar. Padahal pada kenyataannya, mereka bukanlah orang yang sama. Untuk sebuah kelompok besar, hal tersebut merupakan sesuatu yang realistis. Namun, guru juga harus tetap memperhatikan perbedaan-perbedaan individual yang ada di antara siswa.

Salah satu karakteristik pembelajaran yang efektif adalah jika pembelajaran dapat merespon kebutuhan khusus siswa. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya perbedaan di antara orang-orang. Perbedaan


(33)

18

perbedaan psikologis antara orang-orang serta berbagai persamaannya (Sugihartono, 2012: 28-29).

a. Sumber Perbedaan Individual

Menurut Sugihartono (2012: 29-33), sumber perbedaan individual terbagi menjadi dua faktor, yaitu:

1) Faktor Bawaan

Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang diturunkan melalui pewarisan genetik oleh orangtua. Pewarisan genetik ini dimulai pada saat terjadinya pembuahan. Dalam masing-masing sel reproduksi, baik spermatozoa maupun ovum terdapat 23 pasang kromosom. Kromosom adalah partikel seperti benang yang masing-masing di dalamnya terdapat untaian partikel yang sangat kecil, yang disebut dengan gen. Gen inilah pembawa ciri bawaan yang diwariskan orangtua kepada keturunannya.

Perbedaan gen inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa seseorang berbeda dengan orang lain, baik secara fisik, psikologis, maupun perilaku, bahkan dengan saudara sendiri. Selebihnya adalah dipengaruhi oleh lingkungan, karena kita tidak pernah berada di lingkungan yang sama persis.


(34)

19 2) Faktor Lingkungan

Lingkungan menunjuk pada segala sesuatu yang berada di luar diri individu. Faktor ini meliputi banyak hal. Berikut ini beberapa hal yang termasuk dalam faktor lingkungan.

a) Status sosial ekonomi orangtua, meliputi tingkat pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, penghasilan orangtua. Meskipun tidak mutlak, tingkat pendidikan ini dapat mempengaruhi sikap orangtua terhadap pendidikan anak serta tingkat aspirasinya terhadap pendidikan anak. Demikian pula dengan pekerjaan dan penghasilan orangtua yang berbeda-beda yang akan membawa implikasi pada berbedanya aspirasi orangtua terhadap pendidikan anak, fasilitas yang diberikan pada anak untuk belajar, dan mungkin waktu yang disediakan untuk mendidik anaknya. Demikian pula status ekonomi yang dapat membawa implikasi salah satunya pada perbedaan pola gizi yang diterapkan dalam keluarga. Gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik serta kecerdasan anak.

b) Pola asuh orangtua adalahpola perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-anak. Berkaitan dengan pola asuh orangtua ini terdapat tiga macam pola asuh orangtua, yaitu otoriter, permisif, dan autoritif. Pola asuh otoriter adalah


(35)

20

bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua kepada anak untuk mendapatkan ketaatan atau kepatuhan. Hal ini dapat menyebabkan anak menjadi kurang inisiatif, cenderung ragu, dan mudah gugup. Oleh karena sering mendapatkan hukuman, terkadang anak menjadi kurang disiplin dan nakal. Pola asuh permisif merupakan bentuk pengasuhan dimana orangtua memberi kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggungjawab dan tidak banyak dikontrol oleh orangtua. Sementara pola asuh autoritif bercirikan adanya hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggungjawab, dan menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin.

c) Budaya. Budaya merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga didefinisikan sebagai adat istiadat. Budaya dan kebudayaan sebagai sebuah rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola dapat dilihat dalam tiga wujud. Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Hal ini berupa ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma,peraturan dan sebagainya. Wujud kedua adalah budaya sebagai suatu aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dan masyarakat, yang disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial berhubungan dalam kurun waktu tertentu dan membentuk suatu pola


(36)

21

tertentu. Wujud ketiga, kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Sebagai contoh adalah bagaimana nilai dan norma membentuk perilaku masyarakat. Oleh karenanilai dannorma masing-masing masyarakat berbeda, maka perilaku yang muncul dari anggota masing-masing masyarakat berbeda satu sama lain.

d) Urutan kelahiran. Beberapa penelitian membuktikan karakteristik kepribadian seseorang ditentukan salah satunya oleh urutan kelahirannya. Anak sulung cenderung lebih teliti, mempunyai ambisi, dan agresif dibandingkan adik-adiknya. Sementara anak tengah lebih mudah bergaul dan memiliki rasa setia kawan yang tinggi, karena kurang diperhatikan di dalam keluarga, mereka cenderung belajar, menjalin hubungan, dan mencari dukungan dari teman-teman seusianya. Oleh karena itu mereka cenderung mempunyai kemampuan lebih dalam bersosialisasi. Anak bungsu cenderung paling kreatif dan biasanya menarik. Anak tunggal memiliki karakteristik yang hampir sama dengan anak pertama dan sering merasa terbebani dengan harapan yang tinggi dari orangtua mereka. Mereka lebih percaya diri, supel, dan memiliki imajinasi yang tinggi. Mereka juga mengharapkan banyak dari orang lain, tidak senang dikritik, kadang tidak fleksibel, dan perfeksionis.


(37)

22 b. Macam-macam Perbedaan

1) Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender

Istilah jenis kelamin dan gender sering dipertukarkan dan dianggap sama. Jenis kelamin menunjuk pada perbedaan biologis dari laki-laki dan perempuan, sementara gender merupakan aspek psikososial dari laki-laki dan perempuan, berupa perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dibangun secara sosial budaya. Perbedaan gender termasuk dalam hal peran, tingkah laku, kecenderungan, sifat, dan atribut lain yang menjelaskan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada (Sugihartono, 2012: 35).

Sebagian guru memperlakukan laki-laki dan perempuan secara berbeda. Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memberikan perhatian yang lebih besar pada siswa laki-laki daripada kepada siswa perempuan. Seringkali siswa laki-laki meminta perhatian lebih besar daripada perempuan. Siswa perempuan memiliki kepercayaan yang rendah pada pendapatnya sendiri daripada laki-laki. Perempuan juga memiliki kekhawatiran yang lebih tinggi untuk melakukan kesalahan. Guru biasanya lebih banyak bertanya kepada siswa laki-laki dan menunggu lebih lama untuk menjawabnya (Sugihartono, 2012: 38-40).


(38)

23 2) Perbedaan Kemampuan

Kemampuan sering diartikan secara sederhana sebagai kecerdasan seseorang. Kemampuan umum didefinisikan sebagai prestasi komparatif individu dalam berbagai tugas, termasuk memecahkan masalah dengan waktu yang terbatas. Lebih jauh dari itu kemampuan juga meliputi kapasitas individu untuk memahami tugas, dan untuk menemukan strategi pemecahan masalah yang cocok, serta prestasi individu dalam sebagian besar tugas belajar (Sugihartono, 2012: 40-41).

Perbedaan kecerdasan dapat dipahami dari perbedaan skor IQ yang dihasilkan dari tes kecerdasan. Pengukuran kecerdasan manusia mengikuti suatu distribusi normal. Tabel berikut ini merupakan distribusi IQ yang dikembangkan oleh Wechsler:

Tabel 1. Distribusi IQ yang Dikembangkan oleh Wechsler

IQ Deskripsi

> 130 Very Superior

120 – 129 Superior

110 – 119 Bright Normal

90 – 109 Average

80 – 89 Dull Normal

70 – 79 Borderline

< 70 Defective

Sumber: Wechsler (dalam Sugihartono, 2012: 43)

Seseorang yang memiliki skor tes kecerdasan di atas 130 biasa disebut gifted. Anak-anak gifted mempunyai kemungkinan untuk mengalami kesulitan serius di sekolah. Mereka mungkin


(39)

24

sangat bosan dengan teman sebaya dan pengetahuannya mungkin melebihi apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu terdapat juga anak gifted yang mengalami kesulitan belajar. Mereka adalah anak yang ditengarai sebagai siswa cerdas namun memiliki masalah dalam proses belajar. Mereka mengira belajar adalah sesuatu yang mudah dan tidak dipersiapkan atas kesulitan pada bidang-bidang yang menjadi ketidakmampuan mereka. Oleh karena frustasi, ia juga sering menjadi agresif, tidak perhatian, dan kadang-kadang meninggalkan tugas (Sugihartono, 2012: 43).

3) Perbedaan Kepribadian

Atkinson (Sugihartono, 2012: 46) mengemukakan bahwa kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas, yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan. Definisi tersebut menyiratkan adanya konsistensi perilaku, bahwa orang cenderung untuk bertindak atau berpikir dengan cara tertentu dalam berbagai situasi. Kepribadian juga menyiratkan adanya karakteristik yang membedakan satu individu dengan individu yang lain.

4) Perbedaan Gaya Belajar

Menurut Sarasin (Sugihartono, 2012: 53), belajar merupakan proses internal yang diukur melalui perilaku. Adanya perbedaan kognitif,afektif, maupun psikomotor diantara para siswa mempengaruhi pilihan belajar mereka yang muncul dalam bentuk


(40)

25

perbedaan gaya belajar. Gaya belajar dapat menjelaskan perbedaan belajar diantara siswa dalam setting pembelajaran yang sama. Gaya belajar adalah pola perilaku spesifik dalam menerima informasi baru dan mengembangkan keterampilan baru. Gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain.

Keefe (Sugihartono, 2012: 53) mengemukakan bahwa gaya belajar berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara belajar yang disukai. Siswa pada umumnya akan sulit memproses informasi dalam satu cara yang dirasa tidak nyaman bagi mereka. Siswa memiliki kebutuhan belajar sendiri, belajar dengan cara berbeda, serta memproses informasi dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, jika gaya mengajar guru tidak memperhatikan kebutuhan khusus mereka,maka belajar tidak akan terjadi. Ketika guru mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa, guru sama dengan memberitahu pada siswa bahwa dia mengetahui mereka adalah individu yang mungkin belajar dengan cara berbeda dengan siswa lain.

c. Implikasi Perbedaan Individual dalam Proses Pembelajaran

Menurut Sugihartono (2012: 60-61), perbedaan-perbedaan individual membawa implikasi terhadap cara guru mengelola proses pembelajaran bagi siswa di sekolah. Banyak program pendidikan yang


(41)

26

dapat dipilih oleh guru sebagai implikasi dari adanya perbedaan individual diantara siswa, khususnya perbedaan kemampuan. Dari sekian banyak bentuk program pendidikan yang dapat dipilih, terdapat tiga jenis program yang terbanyak dilaksanakan yakni program remedial, pengayaan (enrichment) dan program percepatan (acceleration).

1) Program remedial yaitu pemberian layanan pendidikan kepada siswa yang mengalami kesulitan atau hambatan dengan memberikan pelajaran dan atau tugas tambahan secara individual sehingga mereka dapat mengikuti pembelajaran secara klasikal dan menyelesaikan program sesuai dengan waktu yang ditentukan serta mencapai hasil belajar secara optimal.

2) Program pengayaan (enrichment), yaitu pemberian pelayanan pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki siswa, dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman, setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk siswa lainnya.

3) Program percepatan (acceleration), yaitu pemberian pelayanan pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki oleh siswa, dengan memberi kesempatan kepada mereka


(42)

27

untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat dibanding teman-temannya.

5. Kesulitan Belajar

a. Pengertian Kesulitan Belajar

Pada umumnya, kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih berat lagi untuk dapat mengatasinya. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar (Tidjan, 1993:78).

Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan, dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.

Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian, siswa-siswa yang berkategori "di luar rata-rata" itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang


(43)

28

sesuai dengan kapasitasnya. Dari sini kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi.

Selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan (Muhibbin Syah, 2012: 183-184).

Menurut Thursan Hakim (2015:22) kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar. Hambatan itu menyebabkan orang tersebut mengalami kegagalan atau setidaknya kurang berhasil dalam mencapai tujuan belajar.

Blassic dan Jones (Sugihartono, 2012: 149-150), mengatakan bahwa kesulitan belajar itu menunjukkan adanya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh peserta didik (prestasi aktual). Menurut Blassic dan Jones, peserta didik yang mengalami kesulitan belajar adalah peserta didik yang memiliki inteligensi normal, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan yang penting dalam proses belajar, baik dalam persepsi, ingatan, perhatian, ataupun dalam fungsi motoriknya. Dengan kata lain bahwa peserta didik dikatakan mengalami kesulitan belajar bila prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan kapasistas


(44)

29

inteligensinya. Dengan demikian kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh peserta didik yang inteligensinya rendah.

b. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar

Ada berbagai macam penyebab kesulitan belajar peserta didik. Menurut Muhibbin Syah (2015:184-185) secara garis besar faktor-faktor penyebab kesulitan belajar adalah sebagai berikut.

1) Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni:

a) Yang bersifat kognitif (ranah cipta) antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.

b) Yang bersifat afektif (ranah rasa) antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.

c) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa) antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar.

2) Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang datang dari luar diri siswa. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini meliputi:

a) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.


(45)

30

b) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.

c) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar atau jalan raya, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

B. Kajian Keilmuan

1. Sistem Peredaran Darah pada Manusia a. Darah

Medium transport dari sistem sirkulasi adalah darah. Darah tidak hanya mengangkut oksigen dan karbon dioksida ke dan dari jaringan-jaringan dan paru-paru, tetapi juga mengangkut bahan lainnya di seluruh tubuh. Bahan tersebut meliputi molekul-molekul makanan, limbah metabolisme, ion-ion dari berbagai macam garam, dan hormon-hormon. Darah juga berfungsi mengedarkan panas dalam badan (Kimball, 1983:514).

Darah adalah cairan kental, empat sampai lima kali lebih kental daripada air, dan karenanya cenderung mengalir lebih lamban daripada air. Darah di dalam tubuh manusia memiliki suhu yang dipertahankan pada 37,5o C, mempunyai pH antara 7,35-7,45, dan isotonic pada 0,85% NaCl. Darah merupakan 8% berat total tubuh. Volume total darah pada pria seberat 70 Kg diperkirakan 5,6 liter. Secara mikroskopik, darah tersusun atas dua bagian, yaitu bagian berbentuk


(46)

31

elemen atau sel-sel darah, dan bagian cair atau plasma tempat sel-sel darah berada. Bagian berbentuk elemen meliputi eritrosit atau sel darah merah, leukosit atau sel darah putih, dan keping darah atau trombosit (Soewolo, 2005:197-198)

1) Eritrosit

Eritrosit atau sel darah merah secara mikroskopik nampak sebagai lempengan bikonkaf dengan rata-rata diameternya 8,1 µm, ketebalan maksimum 2,7 µm dan ketebalan minimum di bagian tengah lempengan kira-kira 1,0 µm. Sel darah merah tidak berinti dan tidak dapat bereproduksi atau melakukan metabolisme ekstensif. Fungsi dari eritrosit adalah mengangkut oksigen yang terikat pada hemoglobin (Hb). Walaupun fungsi Hb yang utama adalah membawa oksigen dan karbondioksida, Hb juga memerankan bagian penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa di dalam tubuh (Soewolo, 2005: 200).

Sel darah merah pada orang dewasa dibentuk dari sel-sel pokok yang terletak dalam sumsum tulang, terutama dalam tulang-tulang rusuk (costa), tulang-tulang dada (sternum), dan tulang-tulang-tulang-tulang belakang (vertebra). Pada waktu mula-mula dientuk, SDM mempunyai sebuah nukleus dan hemoglobin (Hb) tidak terlalu banyak. Akan tetapi, ketika dewasa, jumlah hemoglobin dalam sel naik sampai 280 juta molekul, atau kira-kira 90% bobot bersih sel.


(47)

32

Jangka hidup sel-sel ini kira-kira 120 hari. Sel-sel darah merah yang sudah tua akan ditelan oleh sel-sel fagositik. Hilangnya SDM yang terus-menerus ini secara normal diimbangi oleh aksi sumsum tulang yang secara tepat mengembalikan jumlah SDM darah menjadi normal kembali (Kimball, 1983: 516-517).

Ada beberapa fungsi sel darah merah di dalam tubuh manusia, antara lain:

a) Penghantar Oksigen ke Seluruh Tubuh

Setelah dibentuk, sel darah merah akan menyebar dan akan mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut oksihemoglobin (Koes Irianto, 2014: 160).

b) Penentu Golongan Darah

Selain berfungsi untuk menghantarkan oksigen, sel darah merah juga berfungsi dalam pembentukan golongan darah pada manusia. Penggolongan ini ditentukan oleh ada tidaknya antigen bernama aglutinogen dalam sel darah merah. Ada dua antigen yang telah dikenali dalam sel darah merah, yaitu antigen A dan antigen B. Jadi, misalkan seseorang digolongkan memiliki


(48)

33

golongan darah A, maka di dalam sel darah merahnya terdapat

antigen A dan plasma darahnya memiliki aglutinin β (anti-B). c) Menjaga Sistem Kekebalan Tubuh

Ketika sel darah merah mengalami proses lisis oleh pathogen atau bakteri, maka hemoglobin dalam sel darah merah akan mengeluarkan radikal bebas yang bisa menghancukan dinding dan membran sel pathogen, serta membunuh bakteri yang masuk ke dalam tubuh (Koes Irianto, 2014: 160).

d) Membantu Pelebaran Pembuluh Darah

Sel darah merah akan melepaskan senyawa S-nithrosthiol saat hemoglobin terdeoksigenasi, sehingga pembuluh darah akan melebar dan melancarkan arus darah agar darah dapat segera mengalir ke jaringan tubuh yang kekurangan oksigen (Koes Irianto, 2014: 160).

2) Leukosit

Tidak seperti eritrosit, leukosit memiliki inti dan tidak mengandung hemoglobin. Jumlah leukosit berkisar antara 5000-9000 sel per mm3 darah. Ada lima jenis leukosit yang dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok leukosit yang sitoplasmanya bergranula, disebut leukosit bergranula (granulosit). Granulosit merupakan perkembangan dari sel-sel sumsum merah tulang. Ada tiga macam leukosit


(49)

34

bergranula, yaitu netrofil, basofil, dan eosinofil(Soewolo, 2005: 206-207).

a) Netrofil

Sel netrofil paling banyak dijumpaipada sel darah putih. Sel golongan ini mewarnai dirinya dengan pewarna netral atau campuran pewarna asam dan basa serta tampak berwarna ungu. Netrofil memiliki nucleus yang terdiri dari tiga sampai lima lobus. Sel-sel ini berukuran sekitar 8 µm dalam keadaan segar.

Gambar 1. Netrofil

(Sumber: Wiwik Handayani, 2008)

Netrofil bersifat fagosit dengan cara masuk ke dalam jaringan yang terinfeksi. Saat mendekati suatu partikel untuk difagositosis, sel-sel netrofil mula-mula melekat pada reseptor yang terdapt pada partikel, kemudian membuat ruangan tertutup yang berisi partikel-partikel yang sudah difagositosis. Setelah itu, ruangan ini akan melekuk ke dalam rongga sitoplasma dan melepaskan diri dengan bagian luar membran sel membentuk gelembung fagositik yang mengapung dengan bebas. Sebuah sel


(50)

35

netrofil dapat memfagositosis 5-20 bakteri sebelum sel netrofil menjadi inaktif dan mati. Netrofil hanya aktif selama 6-20 jam (Koes Irianto, 2014: 161).

b) Basofil

Basofil memiliki nucleus berbentuk S dan bersifat fagosit. Basofil melepaskan heparin ke dalam darah.

Gambar 2. Basofil

(Sumber: Wiwik Handayani, 2008)

Heparin adalah mukopolisakarida yang banyak terdapat dalam hati dan paru. Heparin dapat mencegah pembekuan darah. Selain itu, basofil juga melepaskan histamin. Histamin adalah suatu senyawa yang dibebaskan sebagai reaksi terhadap antigen yang sesuai (Koes Irianto, 2014: 161).

c) Eosinofil

Sel eosinofil berbentuk hampir seperti bola, berukuran 9 µm dalam keadaan segar. Eosinofil memiliki nucleus yang


(51)

36

terdiri dari dua lobus dan bersifat fagosit dengan daya fagositosis yang lemah.

Gambar 3. Eosinofil

(Sumber: Wiwik Handayani, 2008)

Eosinofil mempunyai kecenderungan untuk berkumpul dalam suatu jaringan yang memiliki reaksi alergi. Eosinofil juga dianggap dapat mendetoksifikasi toksin yang menyebabkan radang. Eosinofil ini dilepaskan oleh sel basofil atau jaringan yang rusak. Sel eosinofil hanya sedikit dijumpai pada sel darah putih (Koes Irianto, 2014: 161).

Kelompok kedua adalah kelompok leukosit yang sitoplasmanya tidak bergranula, disebut leukosit agranula (agranulosit). Agranulosit berkembang dari jaringan limfoid dan myeloid. Intinya lebih kurang bulat. Dua jenis leukosit agranula adalah limfosit dan monosit (Soewolo, 2005: 206-207).

a) Limfosit

Limfosit membentuk 25% dari seluruh jumlah sel darah putih. Limfosit berbentuk seperti bola dengan ukuran diameter


(52)

37

6-8 µm. Limfosit dibentuk di dalam kelenjar limpa dan sumsum tulang, sedangkan pada janin dibuat di dalam hati. Terdapat dua jenis sel limfosit, yaitu limfosit B dan limfosit T.

Gambar 4. Limfosit T (Sumber: Wiwik Handayani, 2008)

Gambar 5. Limfosit B (Sumber: Wiwik Handayani, 2008)

Limfosit yang tetap berada pada sumsum tulang berkembang menjadi limfosit B. Sedangkan limfosit yang berasal dari sumsum tulang dan pindah ke timus menjadi limfosit T. Limfosit B berperan dalam pembentukan antibodi.


(53)

38

Sebaliknya, limfosit T tidak dapat menghasilkan antibodi (Koes Irianto, 2014: 161).

b) Monosit

Monosit memiliki satu nukleus besar dan berbentuk bulat telur atau seperti ginjal.

Gambar 6. Monosit

(Sumber: Wiwik Handayani, 2008)

Diameter monosit berukuran 9-12 µm. Monosit dapat berpindah dari aliran darah ke jaringan. Di dalam jaringan, monosit membesar dan bersifat fagosit menjadi makrofag. Makrofag ini bersama netrofil merupakan lekosit fagosit utama, paling efektif, dan berumur panjang (Koes Irianto, 2014: 161).

Sel-sel darah putih (SDP) jumlahnya jauh lebih sedikit daripada sel-sel darah merah, dengan rasio kira-kira 1:700. Fungsi umum dari SDP adalah melindungi badan dari infeksi. Neutrofil-neutrofil dan monosit-monosit menyempurnakannya dengan


(54)

39

membungkusnya secara endositosis partikel-pertikel asing seperti bakteri yang masuk ke dalam badan(Kimball, 1983: 517).

3) Trombosit

Keping-keping darah adalah fragmen sel-sel yang dihasilkan oleh sel-sel besar (megakariosit) dalam sumsum tulang. Keping-keping darah berbentuk seperti cakra dan jauh lebih kecil (2 µm) daripada SDM. Secara normal, dalam setiap mm3 darah terdapat antara 150.000-400.000 keping-keping darah. Sel-sel ini sangat penting dalam proses pembekuan darah(Kimball, 1983: 518).

Ada sejumlah invaginasi membran keping darah yang membentuk saluran menjorok jauh ke bagian dalam sel. Ini menambah permukaan reaktif keping darah dan memudahkan pengambilan serta sekresi substansi oleh keping darah. Suatu kerangka sel dari mikrotubula melingkar terletak tepat di dalam membrane keping darah, yang memudahkan untuk mempertahankan bentuk normal lempeng keping darah (Soewolo, 2005: 219).

Megakariosit berkembang dalam sumsum tulang dari sel batang hemositoblas. Megakariosit adalah sel-sel besar dengan diameter mencapai 80 µm, yang dapat pecah menjadi beberapa keping. Fragmentasi ini akibat dari beberapa invaginasi membran sel yang memecah sel besar menjadi bagian-bagian kecil. Bila


(55)

40

bagian-bagian ini memisah, masing-masing adalah keping darah baru. Keping darah hanya berumur pendek, kira-kira 10 hari, sebab keping darah digunakan dalam proses pembekuan darah dan sangat mudah mengadakan aktivitas metabolik (Soewolo, 2005: 220).

b. Mekanisme pembekuan darah

Bila suatu pembuluh darah rusak (luka), darah bersentuhan dengan serabut-serabut kolagen dalam dinding pembuluh darah. Keping darah melekat pada kolagen, semakin lama semakin banyak. Kurang dari satu menit, keping darah menutup daerah yang rusak tersebut. Selanjutnya, terjadilah proses pembekuan darah. Thrombin muncul dan mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Molekul-molekul fibrin berpolimerasi membentuk benang kuat tak larut yang membantu dan memperkuat penumpukan keping darah (Soewolo, 2005: 220).

Secara sederhana, proses pembekuan darah dapat digambarkan dalam bagan berikut.

Gambar 7. Skema Pembekuan Darah


(56)

41

Untuk menghasilkan proses pembekuan darah, diperlukan dua belas faktor, yaitu:

I : Fibrinogen (pembentuk fibrin)

II : Protrombin (mengaktifkan fibrin, faktor V, VII, XIII) III : Faktor jaringan (mengaktifkan faktor VII, tromboplastin

jaringan)

IV : Ion kalsium (sebagai kofaktor) V : Proaselerin (kofaktor faktor Xa) VI : Prokonvertin (mengaktifkan faktor X) VII : Faktor anti haemofilik (kofaktor faktor Xa)

VIII : Faktor ckristimas, mengaktifkan faktor X (komponen tromboplastin plasma)

IX : Faktor stuart (mengaktifkan protrombin)

X : Anteseden atau tromboplastin plasma (mengaktifkan faktor IX) XI : Faktor Hogeman (mengaktifkan faktor XI)

XII : Faktor penstabil fibrin

(Koes Irianto, 2014: 164)

c. Golongan darah

Golongan darah ABO didasarkan pada dua aglutinogen, yang disimbolkan dengan huruf A dan B. Seseorang yang eritrositnya membuat aglutinogen A saja, dimasukkan ke dalam golongan darah A, yang eritrositnya membuat aglutinogen B saja dimasukkan ke dalam golongan darah B. Seseorang yang eritrositnya membuat aglutinogen


(57)

42

Adan B adalah golongan darah AB. Individu yang eritrositnya tidak membuat aglutinogen adalah golongan darah O (dibaca nol). Plasma darah orang yang bergolongan A, B, dan O berisi antibodi tertentu yang disebut aglutinin. Antibodi a (anti A) yang mengikat aglutinogen A, dan antibodi b (anti B) yang mengikat aglutinogen B. Individu-individu tidak mempunyai antibodi yang menyerang antigen dari eritrositnya sendiri. Misalnya, seseorang bergolongan darah A tidak mempunyai antibodi a (anti A). Tetapi semua orang mempunyai antibodi melawan aglutinogen yang mereka sendiri tidak membuatnya (Soewolo, 2005: 224).

Pada tahun 1900, seorang dokter dari Austria bernama Karl Landsteiner menemukan perbedaan antigen dan antibodi yang dikandung dalam darah manusia. Atas dasar inilah kemudian ia membagi golongan darah menjadi empat golongan, yaitu golongan darah A, golongan darah B, golongan darah AB, dan golongan darah O. Secara ringkas dapat dilihat perbedaannya dalam tabel berikut.

Tabel 2. Golongan Darah dan Unsur Pokok Aglutinogen Serta Aglutinin

Golongan Darah Aglutinogen Aglutinin

O - α (anti-A) dan β (anti-B)

A A β (anti-B)

B B α (anti-A)

AB Adan B -


(58)

43

Selain huruf yang disematkan sebagai label golongan darah, ada juga sistem Rhesus (Rh) yang menyertai golongan darah tersebut. Secara umum, protein Rh dibagi ke dalam dua kategori, yakni positif (+) dan negatif (-). Status Rh menggambarkan adanya partikel protein di dalam sel darah merah. Seseorang yang memiliki Rh negatif berarti kekurangan faktor protein, sementara Rh positif berarti mempunyai protein yang cukup. Tidak berbeda dengan golongan darah, Rh juga terdiri dari kombinasi-kombinasi tertentu, seperti tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 3. Pewarisan Rhesus Rh Orangtua Kemungkinan

Kombinasi Alel Kemungkinan Rh Anak Keduanya + + + & + + + + (positif) Keduanya + + + & + - + + atau + - (positif)

Keduanya + + - & + - + + atau + - (positif) atau - - (negatif) Keduanya - - - & - - - - (negatif)

Satu + & Satu - + + & - - + - (positif)

Satu + & Satu - + - & - - + - (positif) atau - - (negatif)

(Koes Irianto, 2014: 171).

d. Tes Golongan Darah

Untuk menguji jenis golongan darah, maka darah yang akan diperiksa ditetesi dengan serum anti-A, anti-B, dan anti-AB. Penentuan jenis golongan darah dapat dilihat dari terjadinya penggumpalan


(59)

44

(aglutinasi) pada darah yang diuji. Secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Uji Serum Golongan Darah A, B, AB, dan O Golongan

Darah Anti-A Anti-B Anti-AB

A

B

AB

O

Keterangan

Tidak menggumpal

Menggumpal

(Koes Irianto, 2014: 171).

e. Transfusi Darah

Mengetahui golongan darah sangat besar manfaatnya, misalnya untuk menolong orang yang menderita pendarahan, yaitu dengan cara memberikan darah dari orang lain kepada penderita. Hal inilah yang


(60)

45

disebut dengan pindah tuang (transfusi) darah (Koes Irianto, 2014: 175).

Jika dipandang dari donor (pemberi) darah, maka golongan darah AB dapat memberi darah pada golongan darah AB, golongan darah A kepada golongan darah A dan AB, golongan darah B kepada golongan darah B dan AB, dangolongan darah O merupakan golongan donor universal, artinya dapat mendonor untuk semua golongan darah. Sementara itu golongan darah AB adalah golongan resipien universal, yaitu dapat menerima donor dari semua golongan darah. Dalam transfusi darah harus dilakukan dengan golongan darah yang sama dan hanya dalam keadaan darurat dapat diberikan darah dari donor universal. Secara skematis dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 8. Skema Transfusi Darah

(Koes Irianto, 2014: 175)

Bila darah ditransfusi, pelaku harus yakin bahwa darah donor dan penerima, golongan darahnya sesuai, tidak hanya untuk golongan darah ABO, tetapi juga untuk jenis Rhesus (Rh). Dinamakan sistem Rhesus karena antigen Rh mulanya ditemukan pada eritrosit kera rhesus.


(61)

46

Seperti sistem ABO, sistem Rh didasarkan pada aglutinogen yang ada di permukaan eritrosit. Individu yang eritrositnya berisi aglutinogen Rh, dinyatakan sebagai Rh+. Yang tidak mempunyai aglutinogen Rh dinyatakan sebagai Rh-.

Pada kondisi normal, plasma manusia tidak berisi antibodi anti-Rh. Namun bila seorang Rh- menerima transfusi darah Rh+, antibodi anti-Rh akan muncul dalam plasma darah orang Rh- tadi. Bila dilakukan transfusi kedua dengan darah Rh+, antibodi anti-Rh yang terbentuk lebih dahulu akan mengikat eritrosit donor dan reaksi aglutinasi dapat terjadi (Soewolo, 2005: 224).

Seperti makanan atau minuman yang dikonsumsi, darah juga memiliki masa kadaluwarsa. Pada suhu penyimpanan tertentu, antara 4-18oC, setiap komponen darah memiliki masa kadaluwarsa yang berbeda-beda. Darah lengkap yang disimpan pada suhu 4oC bisa disimpan hingga 28 hari, sedangkansel darah merah bisa bertahan selama 14 hari dengan sistem penyimpanan terbuka. Masa kadaluwarsa ini dicantumkan pada stiker yang tertempel pada setiap kantong darah. Komponen darah lain yang lebih awet disimpan adalah plasma segar beku yang masa kadaluwarsanya bisa sampai 6 bulan hingga satu tahun (Koes Irianto, 2014: 178).

Komponen darah dengan antihaemofili faktor juga mampu bertahan enam bulan hingga satu tahun. Darah yang sudah melewati


(62)

47

masa kadaluwarsa harus dimusnahkan dan tidak dapat dipakai lagi. Selain ada masa kadaluwarsa, sebelum diproses darah yang diambil dari donor harus diseleksi ketat melalui uji saring. Darah yang akan diproses harus bebas dari empat penyakit, yaitu HIV/AIDS, sifilis, hepatitis B, dan hepatitis C (Koes Irianto, 2014: 175).

Untuk menjadi pendonor darah tentunya ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi, diantaranya:

1) Usia antara 17 sampai 60 tahun. 2) Berat badan minimal 45 kg.

3) Kadar hemoglobin minimal 12,5 g/dl.

4) Tekanan darah sistolik 100-180 mmHg dan diastolik 50-100 mmHg.

5) Penyumbangan darah tiap tahun maksimal 5 kali dengan jarak antara dua penyumbang sekurang-kurangnya 2 bulan.

6) Penyumbang darah wanita, dapat menumbangkan darahnya 6 bulan setelah melahirkan atau 3 bulan setelah berhenti menyusui.

7) Penyumbang darah dengan berat badan 45 kg dapat diambil darahnya sebanyak 250 ml.

8) Penyumbang darah dengan berat badan lebih dari 55 kg dapat diambil darahnya sebanyak 450 ml.

9) Bukan pecandu alkohol atau narkotika.

10) Seseorang tidak boleh mendonorkan darah jika dalam keadaan: (a) Wanita sedang haid, hamil, atau menyusui; (b) Menderita penyakit


(63)

48

jantung, hati, paru, ginjal, kencing manis, penyakit pendarahan, kejang, kanker, dan penyakit kulit kronis; (c) Pernah mendapatkn transfusi darah dalam waktu 6 bulan terakhir; (d) Pernah mendapat serangan malaria dalam 3 tahun terakhir; (e) Pernah mendapatkan imunisasi dalam 2 minggu terakhir; (f) Pernah digigit hewan yang menderita rabies dalam 1 tahun terakhir; (g) Pernah mendapatkan hepatitis imunoglobulin dalam waktu 1 tahun terakhir; (h) Pernah mengkonsumsi aspirin dalam waktu 3 hari terakhir (Koes Irianto, 2014: 179).

f. Organ peredaran darah 1) Jantung

Jantung terdiri dari tiga lapisan. Lapisan terluar disebut epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan berotot yang disebut dengan miokardium, sedangkan lapisan terdalam yaitu lapisan endothelium yang disebut dengan endokardium.Ukuran jantung manusia dewasa kira-kira sebesar kepalan tangan manusia. Tiap-tiap bagian jantung bekerja dengan tidak bergantung pada yang lain, tetapi semuanya bekerja bersama-sama untuk mengatur peredaran darah yang normal. Dinding jantungterdiri dari serat otot yang kuat dan mempunyai kekuatan untuk menguncup (berkontraksi) atau berdenyut dengan berirama. Denyutan berirama yang terus menerus ini memelihara kelangsungan peredaran darah. Jantung berdenyut lebih dari 100.000 kali per hari. Ruang serambi


(64)

49

mempunyai dinding yang tipis, dan hanya menampung darah yang kembali dari pembuluh balik (Koes Irianto, 2014: 180).

Pada setiap siklus jantung, perubahan tekanan darah terjadi karena atrium dan ventrikel secara bergantian kontraksi dan relaksasi, dan darah mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Ketika otot dinding dan ruang jantung berkontraksi, tekanan cairan di dalamnya bertambah.

Gambar 9.Struktur Jantung Manusia (Sumber: Dorling Kindersley, 1993:29)


(65)

50

Peristiwa yang terjadi pada jantung berawal dari dimulainya suatu denyut jantung sampai dengan berakhirnya denyut jantung berikutnya dinamakan siklus jantung. Siklus jantung terdiri dari satu periode relaksasi yang disebut diastol, yaitu suatu periode pengisian jantung dengan darah, kemudian diikuti oleh satu periode kontraksi yang disebut dengan sistol. Setiap siklus dimulai oleh pembentukan potensial aksi yang berlangsung spontan dalam nodus sinus (Guyton, 1997: 137).

Gambar 10. Nodus Sinus dan Sistem Purkinje dari Jantung (Sumber: Guyton, 1993:152)

Jantung dilengkapi oleh suatu sistem khusus yang berfungsi untuk membangkitkan impuls-impuls ritmis otot jantung dan untuk mengkonduksikan impuls ini dengan cepat ke seluruh jantung. Hal terpenting dari adanya sistem ini adalah sistem ini memungkinkan semua bagian ventrikel berkontraksi hampir secara bersamaan,


(66)

51

sehingga akan menimbulkan tekanan efektif dalam ruang ventrikel. Gambar 10 menunjukkan sistem perangsangan dan sistem konduksi jantung yang mengatur kontraksi jantung. Nodus sinus yang disebut juga nodus sinoatrial (nodus S-A) merupakan tempat di mana impuls perangsangan ritmis berawal. Jalur internodus berfungsi untuk menjalarkan impuls dari nodus sinus menuju ke nodus atrioventrikular (nodus A-V). Perlambatan impuls dari atrium sebelum sampai ke ventrikel terjadi di nodus A-V. Berkas A-V merupakan berkas yang meneruskan impuls dari atrium ke ventrikel. Berkas serat-serat Purkinje kiri dan kanan bertugas menjalarkan impuls-impuls jantung ke seluruh bagian ventrikel (Guyton, 1997: 151).

Nodus sinus merupakan kepingan otot khusus, kecil, tipis, dan berbentuk elips. Nodus sinus terletak di bagian dalam dinding lateral superior dari atrium kanan tepat di sebelah bawah dan sedikit lateral dari lubang vena kava superior. Serat-serat dari nodus ini hampir tidak memiliki filamen kontraktil. Serat-serat sinus secara langsung berhubungan dengan serat-serat atrium, sehingga setiap potensial aksi yang dimulai di dalam nodus sinus akan segera menyebar ke dalam atrium (Guyton, 1997: 151).

Ujung serat nodus sinus bersatu dengan serat otot atrium di sekelilingnya, selanjutnya potensial aksi yang berasal dari dalam nodus sinus akan menjalar keluar dan masuk ke dalam serat otot


(67)

52

atrium tersebut. Dengan cara inilah potensial aksi menyebar ke seluruh masa otot atrium dan akhirnya menjalar ke nodus A-V. Kecepatan konduksi dalam otot atrium sekitar 0,3 m/detik. Ada tiga berkas kecil lain yang melalui dinding atrium dan berakhir di dalam nodus A-V, yang berfungsi juga menjalarkan impuls jantung dengan kecepatan yang sama. Ketiga berkas kecil tersebut adalah jalur internodus anterior, jalur internodus media, dan jalur internodus posterior (Guyton, 1997: 153).

Siklus jantung pada orang dewasa yang sedang istirahat dapat dibagi menjadi tiga fase utama:

a) Perioda relaksasi. Pada akhir satu denyut jantung ketika ventrikel mulai relaksasi, keempat ruang jantung ada dalam keadaan diastol (dilasi). Ini adalah awat perioda relaksasi. Repolarisasi serabut-serabut otot ventrikel memulai relaksasi. Saat ventrikel berelaksasi, tekanan di dalam ruang jatuh, darah mulai mengalir balik dari arteri pulmonalis dan aorta ke ventrikel. Aliran darah ini mendorong balik katup semilunar sehingga katup ini menutup. Akibat menutupnya katup semilunar menimbulkan benturan yang disebut dicrotic wave pada pangkal lengkung aorta. Ketika katup semilunar mnutup, ada sedikit jarak waktu ketika volume darah ventrikel tidak berubah karena kedua katup semilunar dan atrioventrikular menutup. Perioda ini disebut relaksasi isovolumetri. Ventrikel


(68)

53

yang terus berelaksasi menyebabkan ruang di bagian dalam meluas, dan tekanan dengan cepat turun. Saat tekanan ventrikel jatuh di bawah tekanan atria, katup atrioventrikular membuka, dan ventrikel mulai terisi lagi.

b) Pengisian ventrikel.Pengisian utama ventrikel terjadi tepat setelah katup atrioventrikuler membuka. Sepertiga pertama waktu pengisian ventrikel dikenal sebagai periode pengisian cepat ventrikel, sedangkan sepertiga waktu kedua disebut diastasis. Sistol atria terjadi pada sepertiga terakhir dari perioda pengisian ventrikel. Pada akhir diastol ventrikel, ada kira-kira 130 ml darah dalam setiap ventrikel. Volume darah ini disebut volume akhir diastolik (end diastolic volume = EDV).

c) Kontraksi ventrikel (sistol).Mendekati akhir sistol atria, impuls dari nodus SA masuk melalui nodus AV ke dalam ventrikel, yang menyebabkan ventrikel depolarisasi, kemudian kontraksi ventrikel mulai berlangsung, dan darah mendorong katup atrioventrikuler menutup dengan kuat. Selama kira-kira 0,05 detik keempat katup menutup kembali. Hal tersebut menyebabkantak ada jalur aliran bagi darah sehingga volume ventrikel tetap sama (iso volumetri). Perioda ini disebut kontraksi isovolumetri. Kontraksi ventrikel terus berlanjut, tekanan dalam ruang jantung naik tajam. Tekanan ventrikel kiri melebihi tekanan aorta (± 80 mmHg) dan tekanan ventrikel


(69)

54

kanan lebih tinggi daripada tekanan pada arteri pulmonalis (± 15-20 mmHg), kedua katup semilunar membuka, dan pengeluaran darah dari jantung mulai berlangsung. Periode ini disebut dengan pengeluaran ventrikel dan berlangsung selama ± 0,25 detik, sampai ventrikel mulai relaksasi. Katup semilunar menutup dan periode relaksasi dimulai. Volume darah yang tetap tinggal dalam ventrikel setelah sistol disebut dengan volume akhir sistolik (end systolic volume = ESV), dengan volume ± 60 ml(Soewolo, 2005: 238-239).

2) Pembuluh Darah

Dalam sistem peredaran darah, terdapat beberapa jenis pembuluh darah yang berfungsi untuk menyalurkan darah ke berbagai bagian tubuh manusia, yaitu arteri, vena, dan kapiler darah.

a) Arteri

Arteri (pembuluh nadi) adalah pembuluh yang mengangkut darah dari jantung. Dindingnya kokoh dan lenting. Darah yang dipompakan oleh jantung ke dalamnya menyebabkan pembuluh-pembuluh nadi itu membesar. Karena sifat ini, maka bagian dari darah yang tak dapat segera diangkut oleh pembuluh nadi untuk sementara waktu tinggal dalam pembesaran ini. Pembuluh nadi bercabang-cabang hingga sampai ke alat-alat tubuh, misalnya paru-paru. Cabang


(70)

55

arteri beranting-ranting dan semakin kecil, dindingnya semakin tipis, dan kelentingannya makin berkurang. Pembuluh nadi yang palingkecil disebut arteriol(Koes Irianto, 2014: 182-183).

b) Kapiler Darah

Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil, tempat arteri berakhir. Makin kecil arteriol makin menghilang ketiga lapis dindingnya sehingga ketika sampai pada kapiler yang sehalus rambut, dinding itu tinggal satu lapis saja, yaitu lapisan endotelium. Lapisan yang sangat tipis tersebut memungkinkan limfe merembes keluar membentuk cairan jaringan dan membawa air, mineral, dan zat makanan untuk sel, dan melalui pertukaran gas antara pembuluh kapiler dan jaringan sel, menyediakan oksigen, serta menyingkirkan bahan buangan termasuk karbon dioksida.

Oleh sebab itu kapiler melaksanakan fungsi yang sangat penting sebagai distributor zat-zat penting ke jaringan yang memungkinkan berbagai proses dalam tubuh berjalan (Pearce, 2005: 176)

c) Vena

Pembuluh balik atau vena mengalirkan darah ke jantung. Dalam garis besarnya, vena mempunyai susunan yang sama dengan pembuluh nadi, hanya lebih lunak dindingnya. Pembuluh balik besar dapat dibedakan menjadi dua macam,


(1)

Lampiran 13. Tabel Rerata Jumlah Skor Angket Siswa

No Faktor Aspek Indikator Nomor

Item Jumlah Skor Rerata Skor Kategori Faktor 1 Materi Sifat materi Kompleksitas materi 1 A (+) 189

170,25 Kuat Istilah asing dalam materi sistem

sirkulasi

2A (+) 180 3A (+) 153 Cakupan tujuan pembelajaran 4 A (+) 159 2 Guru Kompetensi

pedagogi

Penggunaan metode dan media pembelajaran

1 B (-) 135

105,4 Lemah 2 B (-) 153

Pelaksanaan program remidial dan pengayaan

3 B (-) 81 4 B (-) 114 Kompetensi

profesional

Penguasaan materi

5 B (-) 88 Kompetensi

sosial

Kecakapan komunikasi lisan dan

tulisan (cara guru berbicara) 6 B (-) 104 Keakraban guru dengan siswa 7 B (-) 101 Kompetensi

kepribadian

Kedisiplinan guru 8 B (-) 103 9 B (-) 96 Penampilan guru (cara berpakaian) 10 B (-) 79 3 Siswa Minat Ketertarikan mempelajari materi

sistem sirkulasi 11 B (+) 133

128,83 Sedang Sikap terhadap pembelajaran materi

sistem sirkulasi 12 B (+) 125 Motivasi Perhatian terhadap pembelajaran

materi sistem sirkulasi 13 B (+) 154 Usaha untuk belajar materi sistem

sirkulasi 14 B (+) 107

Kemampuan Pemahaman terhadap materi sistem

sirkulasi 15 B (+) 127

Kemampuan menyelesaikan soal


(2)

Interval Rerata Skor untuk Menentukan Kategori Pengaruh Faktor

Interval Rerata Skor Kategori Faktor 105,40 ≤ rerata jumlah skor ≤ 123,85 Lemah 123,85 ≤ rerata jumlah skor ≤ 142,30 Sedang 142,30 ≤ rerata jumlah skor ≤ 160,75 Kuat 4 Keluarga Sarana

prasarana

Keadaan ruang belajar 5 A (-) 100

106,5 Lemah Ketersediaan alat dan buku 6 A (-) 113

5 Sekolah Alat Fasilitas yang ada di sekolah 7 A (-) 157

157,7 Kuat

Gedung Kondisi gedung 8 A (+) 160


(3)

Lampiran 14. Hasil Wawancara dengan Guru Biologi

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU

MATA PELAJARAN BIOLOGI

1. A: Sudah berapa lama ibu mengampu mata pelajaran biologi? B: Sudah hampir 15 tahun

2. A: Metode pembelajaran apa yang ibu terapkan saat pembelajaran sistem sirkulasi?

B: Metode pembelajaran yang diterapkan saat pembelajaran sistem sirkulasi adalah pengamatan di laboratorium, ceramah dan diskusi presentasi

3. A: Model pembelajaran apa yang ibu terapkan saat pembelajaran sistem sirkulasi?

B: Model pembelajaran yang digunakan scientific.

4. A: Apakah ibu selalu menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum masuk ke materi pembelajaran?

B: Ya, sebelum masuk ke materi pembelajaran selalu disampaikan terlebih dahulu cakupan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada materi yang akan disampaikan.

5. A: Bagaimana respon siswa saat ibu menjelaskan materi sistem sirkulasi? B: Respon siswa pada materi sistem sirkulasi beragam, tiap kelas memiliki

respon yang berbeda. Ada yang memperhatikan dengan baik, namun ada juga yang kurang memperhatikan dan mengeluh materinya susah.


(4)

6. A: Apakah ada banyak keluhan dari siswa terkait materi sistem sirkulasi yang telah dipelajari?

B: Keluhan tentu ada. Keluhan yang banyak dari siswa adalah materinya sulit, banyak istilah asing yang sulit dipahami oleh siswa seperti nama-nama bagian organ jantung, nama-nama pembuluh darah yang sering terbalik dan sulit dibedakan, dan ciri dari masing-masing jenis sel darah.

7. A: Jika ada kegiatan praktikum, bagaimana kebermaknaan kegiatan praktikum untuk mengatasi kesulitan dalam mempelajari materi sistem sirkulasi?

B: Kebermaknaan kegiatan praktikum untuk mengatasi kesulitan dalam mempelajari materi sistem sirkulasi hanya sebatas membantu pemahaman mengenai bentuk dan ciri umum sel darah.

8. A: Apakah setiap siswa memiliki buku paket sebagai sumber belajar sistem sirkulasi?

B: Sudah sekitar 90% siswa memiliki buku paket sebagai sumber belajar materi sistem sirkulasi. Selain itu siswa juga menggunakan sumber belajar lainnya yaitu internet dan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang dibeli oleh siswa.

9. A: Apakah tugas yang berkaitan dengan materi sistem sirkulasi selalu dikumpulkan tepat waktu?

B: Sekitar 75% siswa mengumpulkan tugas yang berkaitan dengan materi sistem sirkulasi tepat waktu.

10. A: Menurut pendapat ibu, apakah ada perbedaan keaktifan antara siswa laki-laki dengan perempuan dalam pembelajaran sistem sirkulasi? B: Keaktifan siswa laki-laki dan perempuan tiap kelas berbeda. Secara


(5)

tahu yang lebih tinggi. Tetapi beberapa siswa laki-laki ada pula yang aktif dalam pembelajaran.

11. A: Apakah RPP sistem sirkulasi yang disusun sudah berjalan dengan baik dalam proses pembelajaran?

B: Dalam pelaksanaannya kadang ada beberapa materi yang kurang dapat tersampaikan dengan baik. Kendala yang paling besar adalah masalah waktu. Kadang waktu untuk pembelajaran materi ini sudah habis, tetapi siswa masih belum paham pada beberapa sub materi sehingga membutuhkan penjelasan ulang. Maka ada beberapa sub materi yang tidak sempurna penyampaiannya, dan sebagai solusi biasanya dengan belajar mandiri di rumah.


(6)

Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian

Dokumentasi Pengisian Angket Oleh Siswa