HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA YANG TINGGAL DI PESANTREN DAN SISWA YANG TINGGAL DI RUMAH SENDIRI DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) WONOKROMO BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016.

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh : Bahrun Najib NIM 12416241003

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

“ Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya menggunakan

untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)” (H.R. Muslim)

ةرخاا ىلأ اب اي دلا أف ا ي ج ا م بيصي يتح , اي دل ترخا , ترخا اي دلا رت م م ريخب سيل , ر اسع با سا لا ىلع ا ا تا

“Bukanlah orang-orang yang paling baik dari pada kamu siapa yang meninggalkan dunianya karena akhirat, dan tidak pula meninggalkan akhiratnya

karena dunianya, sehingga ia dapat kedua-duanya semua. Karena di dunia itu penyampaikan akhirat. Dan jangankah kamu jadi memberatkan atas sesama

manusia“. (H.R Muslim)


(6)

Alhamdulillahi rabbil’alamin, dengan penuh rasa syukur akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Toehari A.R dan Ibu Lastinah yang selalu mendoakan, memberikan semangat, dan mendukung secara finansial. Terimakasih untuk kasih sayang dan perjuangannya yang tidak kenal lelah. 2. Almamaterku tercinta, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial


(7)

Oleh: Bahrun Najib NIM. 12416241003

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa yang tinggal di pesantren, (2) hubungan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa yang tinggal di rumah sendiri, dan (3) perbedaan prestasi belajar IPS antara siswa yang tinggal di pesantren dengan siswa yang tinggal di rumah sendiri.

Penelitian ini termasuk penelitian korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII,VIII dan IX Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Wonokromo Bantul, yang terdiri dari siswa yang tinggal di pesantren dan siswa yang tinggal di rumah sendiri. Siswa yang tinggal di pesantren sejumlah 184 dan siswa yang tinggal di rumah sendiri sejumlah 390, sehingga bila di jadikan satu jumlah keseluruhan populasi adalah 574. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Isaac dan Michael sehingga diperoleh hasil 124 siswa yang tinggal di pesantren dan 193 siswa yang tinggal di rumah sendiri. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Kuesioner diuji validitas oleh para ahli (expert judgment) yaitu satu orang dosen dari Jurusan Pendidikan Geografi FIS UNY. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment dan independent uji test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat hubungan positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa yang tinggal di pesantren ditunjukkan dengan nilai korelasi r hitung sebesar 0,761lebih besar dari koffisiensi r tabel sebesar 0,176 pada taraf signifikansi 5% atau p-value

sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis diterima; (2) Terdapat hubungan positif dan signifikan anatara lingkungan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa yang tinggal di rumah sendiri, ditunjukkan dengan nilai korelasi r hitung sebesar 0,768 lebih besar dengan koefisien r tabel sebesar 0,138 pada taraf signifikansi 5% atau P-value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis diterima.; (3) terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara prestasi belajar IPS siswa yang tinggal di pesantren dengan prestasi belajar IPS siswa yang tinggal di rumah sendiri, ditunjukkan dengan nilai komparasi dapat diketahui dari t hitung sebesar (2,863) dimana t hitung lebih besar dari t tabel (1,960) sehingga hipotesis diterima.


(8)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar IPS Siswa Yang Tinggal Di Pesantren dan Siswa Yang Tinggal Di Rumah Sendiri Di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Wonokromo Bantul Tahun Ajaran 2015/2016” ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta pengikut-pengikutnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Penulisan skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan studi S1 di Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan izin penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah memberikan berbagai kemudahan administrasi dalam menyelesaikan studi di Prodi Pendidikan IPS.


(9)

5.

Ibu Suparmini, M.Si.selaku narasumber yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Supardi, M. Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

7. Bapak Ibu dosen Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, wawasan, dan semangat untuk meraih kesuksesan. 8. Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Wonokromo Bantul yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

9. Kedua orang tua penulis yang tanpa lelah selalu memberikan semangat dan motivasi dan tiada hentinya berdoa untuk kesuksesan buah hatinya. 10.Teman-teman mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

A 2012 yang selalu memberikan motivasi serta bantuan kepada peneliti. 11.Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak


(10)

(11)

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... . xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Batasan Masalah ... 7

D.Rumusan Masalah ... 8

E.Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A.Dasar Teori ... 11

1. Pengertian lingkungan belajar ... 11

2. Prestasi belajar IPS ... 16

3. Pendidikan IPS ... 18

B.Penelitian yang Relevan ... 20

C.Kerangka Pikir Penelitian ... 22

D.Hipotesis Penelitian... 23

BAB III METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ... 25

B.Variabel Penelitian ... 26

C.Definisi Operasional Variabel ... 27

1. Prestasi belajar IPS... ... 27

2. Lingkungan Belajar siswa... . 28

D.Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

E.Populasi dan Sampel ... 31

1. Populasi ... ... 31

2. Sampel... ... 32

F.Metode Pengumpulan Data dan instrumen penelitian ... 34

1. Metode Pengumpulan ... 34

2. Instrumen Penelitian ... 35

3. Validasi instrumen ... 37


(12)

A.Deskripsi Tempat Penelitian ... 44

1. Profil MTsN Wonokromo Bantul ... 44

2. Kondisi Fisik MTsN Wonokromo Bantul ... 47

3. Kondisi Nonfisik MTsN Wonokromo Bantul ... 51

B.Hasil Penelitian ... 53

1. Deskripsi Data Penelitian ... 53

a. Prestasi Belajar IPS ... ... 53

b. Lingkungan belajar ... 56

2. Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 60

a. Uji Normalitas ... 60

b. Uji Linieritas ... .. 61

3. Pengujian Hipotesis ... 62

a. Uji Hipotesis 1 ... 63

b. Uji Hipotesis 2 ... ... 64

c. Uji Hipotesis 3 ... 65

C.Pembahasan ... 66

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 70

B. Saran... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(13)

Tabel 1. Populasi siswa MTsN Wonokromo Bantul ... 31

Tabel 2. Jumlah sampel penelitian MTsN Wonokromo Bantul ... 33

Tabel 3. Kisi-kisi angket lingkungan belajar siswa yang tinggal di pesantren ... 36

Tabel 4. Kisi-kisi angket lingkungan belajar siswa yang tinggal di rumah sendiri ... 36

Tabel 5. Frekuensi prestasi belajar IPS siswa MTs N Wonokromo ... 54

Tabel 6. kategorisasi frekuensi prestasi belajar IPS siswa MTs N Wonokromo Bantul ... 56

Tabel 7. Frekuensi variabel lingkungan belajar siswa MTs N Wonokromo Bantul ... 57

Tabel 8. Kategorisasi frekuensi lingkungan belajar Siswa MTs N Wonokromo Bantul... 69

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas ... 60

Tabel 10. Hasil Uji Linieritas ... 61

Tabel 11. Hasil Uji Analisis Korelasi Product Moment ... 62


(14)

Halaman Gambar 1.Skema Kerangka Pikir ... 23 Gambar 2.Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 26 Gambar 3.DiagramBatang Frekuensi Prestasi Belajar IPS

Siswa MTs N Wonokromo ... 55 Gambar 4.Diagram Batang Frekuensi Lingkungan Belajar


(15)

Lampiran 2. Lembar Keterangan Validasi ... 85

Lampiran 3. Rekapitulasi Prestasi Belajar IPS ... 94

Lampiran 4. Rekapitulasi Lingkungan Belajar ... 102

Lampiran 5. Kegiatan Harian Santri Putra Pondok Pesantren ... 116

Lampiran 6. Sensus Santri Pondok Pesantren Al-Fithroh ... 123

Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas... 128

Lampiran 8. Hasil Uji Linieritas ... 130

Lampiran 9. Tabel Frekuensi Prestasi Belajar dan Lingkungan Belajar ... 132

Lampiran 10.Hasil Uji Bivariat ... 142

Lampiran 11.Hasil Uji-t ... 143

Lampiran 12.Surat Izin Penelitian ... 144


(16)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan kemajuan umat manusia. Pendidikan dapat menjadi sebuah kekuatan untuk dapat mengubah tingkah laku manusia yaitu dengan melalui penelitian dan pengajaran. Pendidikan dapat mempengaruhi kepribadian, kemampuan, perkembangan fisik dan jiwa, serta kehidupan sosial seseorang dengan semua manusia serta dengan Tuhan. Terry Page, Thomas dan Marshall dalam Sumitro (2006: 18), mengatakan bahwa pendidikan adalah proses pengembangan kemampuan dan perilaku manusia secara keseluruhan. Pendidikan dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya dalam berfikir kritis dan berfikir secara ilmiah.

Sementara Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(17)

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Melalui pendidikan akan membantu peserta didik untuk menumbuhkan jiwa sepiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, selain itu peseta didik juga akan mudah mengendalikan diri ketika ada masalah yang menimpa. Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tersirat bahwa pembelajaran memegang peran dalam pendidikan. Keberhasilan dalam proses pembelajaran akan menciptakan hasil pendidikan yang baik.

Bukti pembelajaran yang baik, sejauh ini dibuktikan dengan prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar merupakan hasil pendidikan yang dituliskan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar yang tinggi sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan yang berkualitas atau tidak berkualitas. Dalam pencapainya prestasi belajar terdapat berbagai faktor yang mempengaruhinya. Menurut Dalyono (2005: 55-60), terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar seseorang yaitu :

Faktor yang berasal dari dalam diri orang yang belajar dan faktor yang dari luar dirinya. Faktor dari dalam diri orang yang belajar yaitu internal meliputi kesehatan, intelegensi, dan bakat, minat dan motivasi, dan cara belajar, sedangkan faktor


(18)

yang bersumber dari luar diri orang yang belajar yaitu faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.

Kondisi lingkungan belajar di sekitar siswa sangat menentukan berlangsungnya proses pembelajaran di sekolah. Misalnya kondisi lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya atau masyarakat dan lingkungan sekolah. Apabila lingkungan belajar sangat baik dan mendukung, maka siswa pun juga akan lebih bersemangat dalam proses pembelajaran. Suasana tenang, aman dan nyaman dapat membantu siswa untuk memahami apa yang diajarkan oleh gurunya dan sebaliknya jika kondisi lingkungan kurang mendukung dalam proses pembelajaran maka siswa akan merasa tidak nyaman, hal tersebut akan berdampak pada motivasi berprestasi belajar siswa. Keadaan lingkungan belajar yang seperti ini akan mengakibatkan siswa hanya sekedar berangkat sekolah untuk mendengarkan materi yang diajarkan oleh gurunya tanpa meresapi dan memahami ilmu yang diberikan oleh gurunya sehingga prestasi belajar siswa menjadi rendah.

Masalah lain yang muncul dalam pendidikan adalah perbedaan sarana dan prasarana pendidikan, jarak tempat tinggal siswa ke sekolah, kurangnya sarana dan prasarana belajar di dalam sekolah misalnya peralatan pembelajaran yang ada di laboratorium atau di kelas kurang memadai, cara mengajar guru yang bersifat monoton dan kurang bervariasi, suasana yang kurang kondusif untuk belajar karena


(19)

dekat dengan pasar, lapangan, jalan raya atau tempat hiburan lainnya, serta peserta didik terlalu banyak mengikuti kegiatan organisasi sekolah sehingga sering tidak mengikuti pelajaran dan tidak masuk sekolah.

Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor eksternal yaitu lingkungan belajar tempat tinggal siswa. Siswa MTsN Wonokromo terdiri atas siswa yang tinggal di pesantren dan siswa yang tinggal di rumah sendiri. Siswa yang tinggal di pesantren merupakan siswa yang sekolah di MTsN Wonokromo tetapi bertempat tinggal di pesantren yang ada disekitar sekolah, sedangkan siswa yang tinggal di rumah sendiri merupakan siswa yang sekolah di MTsN Wonokromo tetapi tinggal di rumah sendiri (tidak tinggal di pesantren). Siswa yang tinggal di pesantren sejumlah 184 dan siswa yang tinggal di rumah sendiri (tidak tinggal di pesantren) sejumlah 390.

Siswa yang tinggal di pesantren tentu pola belajar dan lingkungan belajarnya berbeda dengan siswa yang tinggal di rumah sendiri. Cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah siswa, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua, latar belakang kebudayaan siswa yang tinggal di pesantren tentu berbeda dengan siswa yang tinggal di rumah sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa MTsN Wonokromo yang tinggal di pesantren, siswa yang tinggal di pesantren


(20)

memiliki sarana dan prasarana belajar yang sesuai dengan faslitas pesantren, tempat belajar yang dipakai bersama-sama akan menambah semangat siswa untuk selalu belajar dan berdiskusi bersama temannya. Waktu belajar yang sudah ditentukan oleh pihak pesantren juga turut membantu siswa untuk selalu belajar, contohnya di pondok pesantren Al Fithroh menjadwalkan waktu belajar untuk siswa sekolah pada malam hari setelah selesai kegiatan pesantren. Jadwal kegiatan yang sudah diatur dengan terstruktur akan membantu siswa lebih fokus dalam belajar. Jadwal kegiatan yang padat akan membuat siswa yang tinggal di pesantren lebih pintar untuk mengatur waktunya sendiri untuk belajar. Waktu bermain setelah pulang sekolah dan malam hari tidak ada sehingga siswa akan memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar. Selain itu didukung dengan tidak adanya fasilitas elektronik seperti TV, handphone, radio, laptop, juga mendukung siswa untuk lebih fokus dalam belajar. Orang tua siswa meberikan perhatian kepada anaknya melalui handphone yang disediakan oleh pihak pesantren, selain itu orang tua sering berkunjung ke pesantren untuk memantau perkembangan anaknya.

Berbeda dengan siswa yang tinggal di rumah sendiri, berdasarkan wawancara dengan siswa MTs N Wonokromo Bantul yang tinggal di rumah sendiri, siswa yang tinggal di rumah sndiri cenderung lebih malas untuk belajar karena tidak ada yang bisa diajak untuk berdiskusi, selain itu fasilitas elektronik yang lengkap seperti


(21)

TV, handphone, radio, laptop, dl turut menghambat siswa untuk belajar, waktu belajar akan berkurang karena siswa lebih mementingkan bermain handphone, nonton TV, bermain lapotop, dan alat elektroni lainya. Kesempatan untuk bermain setelah pulang sekolah dan pada malam hari juga turut menghambat proses belajar siswa.

Perbedaan prestasi belajar siswa bisa dilihat dari nilai yang diperoleh setelah siswa mengikuti ujian sekolah. Berdasarkan hasil ujian kenaikan kelas semester genap tahub ajaran 2014/2015 nilai prestasi belajar siswa yang tinggal di pesantren bervariasi, siswa yang memperoleh nilai tinggi maka nilainya sangat tinggi dengan memperoleh nilai rata-rata 90 dan siswa yang memperoleh nilai rendah maka nilainya sangat rendah dengan memperoleh nilai rata-rata 73 tetapi nilai rendah tersebut masih mencapai KKM yaitu 70. Berbeda dengan nilai prestasi siswa yang tinggal di rumah sendiri, prestasi belajar siswa yang tinggal di rumah sendiri tidak ada yang terlalu tinggi dan tidak ada yang teralu rendah, hal ini dibuktikan dengan nilai prestasi siswa yang tinggal di rumah sendiri dengan memperoleh nilai rata-rata 82.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Hubungan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar IPS Siswa Yang Tinggal di Pesatren dan


(22)

Siswa Yang Tinggal di Rumah Sendiri di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Wonokromo Bantul Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain :

1. Kurangnya perhatian dari orang tua siswa

2. Banyaknya kegiatan yang dilakukan siswa di luar sekolah. 3. Kurangnya waktu bagi siswa untuk mengulang pelajaran sekolah. 4. Belum diketahui hubungan lingkungan belajar dengan prestasi

belajar siswa yang tinggal di pesantren dengan siswa yang tinggal di rumah sendiri

5. Belum diketahui perbedaan prestasi belajar siswa yang tinggal di pesantren dan siswa yang tinggal di rumah sendiri

C. Batasan Masalah

Berdasarkan beberapa hasil identifikasi masalah di atas penulis membatasi permasalahan yang dibahas antara lain :

1. Belum diketahui hubungan lingkungan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa yang tinggal di pesantren dan siswa yang tinggal di rumah sendiri.

2. Belum diketahui perbedaan prestasi belajar IPS antara siswa yang tinggal di pesantren dengan siswa yang tinggal di rumah sendiri.


(23)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang diuraikan maka rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa yang tinggal di pesantren ? 2. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa yang tinggal di rumah sendiri ?

3. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar IPS antara siswa yang tinggal di pesantren dengan siswa yang tinggal di rumah sendiri ? E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hubungan lingkungan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa yang tinggal di pesantren.

2. Hubungan lingkungan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa yang tinggal di rumah sendiri

3. Perbedaan prestasi belajar IPS antara siswa yang tinggal di pesantren dengan siswa yang tinggal di rumah sendiri


(24)

F. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan dan menambah pengetahuan bagi pembaca khususnya siswa terutama dalam menentukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar. Serta dapat menjadi bahan acuan dan literatur untuk penelitian selanjutnya tentang hubungan lingkungan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa yang tinggal di pesantren dengan siswa yang tinggal di rumah sendiri.

2. Praktis

a. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah pengalaman dan pengetahuan terkait lingkungan belajar dengan prestasi belajar IPS. Dengan demikian dapat meningkatkan kemampuan peneliti ketika terjun dalam dunia pendidikan.

b. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan yang berkaitan dengan faktor faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.


(25)

c. Bagi Guru

Diharapkan dapat menjadi acuan dan masukan tentang pentingnya mengetahui faktor eksternal siswa khususnya lingkungan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi belajar. d. Bagi Orang Tua

Diharapkan dapat dijadikan masukan untuk menciptakan suasana lingkungan belajar siswa yang baik agar prestasi belajar siswa dapat lebih baik lagi.

e. Bagi Fakultas Ilmu Sosial

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi dan kajian bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial UNY.


(26)

KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar merupakan suatu tempat yang digunakan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi lingkungannya. Masyarakat yang tinggal di sekitar siswa dapat memberikan pengaruh proses sosialisasi terhadap siswa. Proses sosialisasi ialah proses belajar, hal ini dinyatakan oleh Havighurst dan Neugarten (Vembriarto, 1993: 18),

“ …socialization is the process by which children learn the ways of their society and make these ways part of

their own personalities”.

Menurut Rice dan Dolgin (2008: 275),

the hours academically successfull student spend studying take time away from peer intreraction and decrease

their ability to be spontaneous …..

Maksud dari pernyataan tersebut, ialah siswa yang berhasil dalam akademik menghabiskan waktu belajar dari interaksi teman sebaya dan pengurangan kemampuan mereka secara spontan. Siswa yang mempuyai prestasi dalam akademiknya banyak menghabiskan waktu belajarnya dengan teman sebaya dan mereka mengurangi belajar secara mandiri.


(27)

Menurut Sertain ( Dalyono 2005: 133), lingkungan dapat dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:

a. Lingkungan alam atau luar ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim atau hewan

b. Lingkungan dalam ialah segala sesuatu yang tidak termasuk lingkungan luar atau alam.

c. Lingkungan sosial atau masyarakat ialah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita seperti keluarga, teman atau sekolah.

Menurut Hutabarat (1995: 203-201) Lingkungan fisik tempat belajar adalah segala sesuatu yang terdapat di tempat kita belajar seperti penerangan, kursi, meja dan tempat belajar. Lingkungan fisik tempat belajar diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Penerangan

Cahaya penerangan di dalam tempat belajar haruslah cukup. Dalam mengatur penerangan di tempat belajar ada beberapa hla yang perlu diperhatikan yaitu:

a) Harus cukup terang b) Hindari kesilauan


(28)

2) Ventilasi

Ventilasi adalah keadaan peredaran udara di dalam ruangan tempat belajar. Secara umum dapat dikatakan bahwa ventilasi harus memungkinkan beredarnya udara bersih untuk dihirup atau suhu udara yang membuat suhu badan dalam keadaan sejuk.

3) Suhu udara

Di dalam melaksanakan tugas dengan menggunakan otak atau pikiran, hendaklah suhu udara yang baik adalah suhu yang membuat badan terasa sejuk.

4) Tempat belajar

Sebaiknya tempat belajar mempunyai lokasi yang tepat disuatu tempat. Temapt yang tetap ini memberikan suasana yang cocok dan dorongan untuk belajar. Buku dan alat-alat belajar yang diperlukan tidak perlu lagi dipindah-pindah ke tempat lain. Juga dapat diusahakan agar lingkungan di sekitarnya tidak terlaluu bising. 5) Perabotan belajar

Cara belajar yang terbaik adalah memakai meja dan duduk dengan tegak. Oleh karena biasanya berlangsung beberapa jam, maka ukuran meja dan kursi haruslah diperhatikan. Ukuran yang tidak sesuai dapat membuat kita lekas dan kurang berkonsentrasi.

6) Kebisingan

Kebisingan yang paling buruk pengaruhnya kepada orang yang sedang belajar atau bekerja ialah bunyi keras yang tidak kontinyu.


(29)

Menurut Slameto (2010: 54), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

1) Faktor internal, yaitu faktor jasmani, faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Sedangkan faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan rohani.

2) Faktor eksternal, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan masyarakat. Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi kelurga, perhatian orangtua, latar belakang budaya keluarga. Faktor sekolah meliputi antara lain metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran. Sedangkan faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar siswa. Ada beberapa faktor ekstern yang berpengaruh:

1. Faktor keluarga

Keluarga yang pertamakali memberikan pengaruh terhadap anak dalam belajar. Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan yang dapat mempengaruhi dari keluarga antara lain:

a. Cara orangtua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak. Hal ini dipertegas oleh Slameto (2010: 60)


(30)

bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat, besar artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan mutu pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan Negara.

b. Relasi antar anggota keluarga adalah relasi antar orang tua dan anak, selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut mempengaruahi belajar anak

c. Keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antar orang tua, sikap keluarga terhadap masalah sosial dan relasi kehidupan. Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan keluarga dapat mempengaruhi prestasi beajar anak sehingga faktor inilah yang memberikan pengalaman kepada anak untuk dapat menimbulkan prestasi, minat, sikap dan pemahamannya sehingga proses belajar yang dicapai oleh anak itu dapat dipengaruhi oleh orang tua yang tidak berpendidikan atau kurang ilmu pengetahuannya. d. Perhatian orang tua, bahwa anak belajar perlu dorongan orang

tua. Bila anak sedang belajar jangan digangguu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anaka mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberikan perhatian dan mendorongnya untuk sedapat mungkin mengatasi kesulitan yang dialami.


(31)

e. Keadaan ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, missal makanan, pakian, perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, maupun alat tulis menulis.

f. Latar belakang kebudayaan. Tingkat pendidikan antara kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar oleh karena itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal.

g. Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat slameto (2010: 63) yang mengemukakan bahwa suasana rumah merupakan situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak-anak beradan dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, bising dan semrawut tidak akan memberikan ketenagan terhadap diri anak untuk belajar. 2. Prestasi Belajar IPS

Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik dalam memahami sejumlah mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam angka yang diperoleh dari sejumlah materi tertentu. Muhibbin Syah (2015: 141) berpendapat, prestasi belajar adalah kemampuan nyata seseorang sebagai hasil dari melakukan atau usaha kegiatan tertentu


(32)

dan dapat diukur hasilnya dalam bentuk nilai atau huruf oleh guru yang bersangkutan. Pendapat lain dijelaskan oleh Wisanggeni (2011: 1) prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan kegiatan belajar peserta didik dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode tertentu yang dinyatakan secara kuantitas dan kualitas.

Hasil dari prestasi belajar selama proses belajar dapat dilihat dari nilai ulangan, tugas-tugas dan raport peserta didik. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Waskito dan Kumaidi (2010: 89) perstasi belajar adalah hasil yang diperoleh peserta didik setelah melakukan suatu belajar.

Hal ini sebagaimana pendapat Arends & Klicher (2010: 59), ….. “acivement is satisfied when students strive to learn particular subject or acquire difficult skills and are successful in their quest”.

Maksud dari pendapat di atas bahwa prestasi merupakan kepuasan ketika siswa berusaha untuk mempelajari mata pelajaran tertentu atau memperoleh keterampilan yang sulit dan berhasil dalam upaya mereka. Untuk mengukur prestasi yang paling umum digunakan adalah tes standar. Lebih lanjut pendapat Rober & Chafer (2009: 9),

…..”student achievement is the statuse of subject-matter knowledge, understanding, and skills at one point in time most commonly used measure of student achievement is a standardized test”.


(33)

Maksud dari pernyataan di atas bahwa prestasi siswa adalah status pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan terhadap materi yang telah dicapai siswa pada waktu yang ditentukan.

Berdasarkan uraian di atas, prestasi belajar adalah kemampuan nyata seseorang sebagai hasil dari melakukan atau usaha kegiatan tertentu dan dapat diukur hasilnya dalam bentuk nilai atau huruf oleh guru yang bersangkutan.

3. Pendidikan IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama. Trianto (2010: 171) mengemukakan IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang ilmu-ilmu sosial tersebut.

Makna terpadu dalam pembelajaran IPS keterkaitan antara dimensi kehidupan (alam, sosial, ekonomi, budaya, politik, dan sejarah) yang tertuang dalam standar isi IPS, sehingga melahirkan konsep, tema atau topic pembelajaran. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, dan warga negara yang cinta damai. Selain itu, siswa diharapkan mampu menjadi problem solver terhadap


(34)

masalah atau fenomena sosial di masyarakat dengan melihat dari berbagai aspek disiplin-disiplin ilmu sosial tersebut (Supardi, 2011: 183-193)

IPS untuk tingkatan sekolah merupakan suatu rumusan dari beberapa cabang disiplin ilmu yang disusun secara sistematis dan lebih sederhana dengan tujuan siswa lebih mudah dalam mempelajarinya. Numan Sumantri (2001: 92) mengatakan Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. National Council for the Social Studies (NCSS) dalam Sapriya (2011: 10) merumuskan Social Studies sebagai berikut:

Social studies is the intregated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Whitin the school progam, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as antrhopoly, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociologi, as well as appropriate content from humanities, mathemathics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people developthe ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.

IPS merupakan bagian dari disiplin ilmu sosial maka objek kajian IPS pun akan selalu bersinggungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Hal ini sebagai pendapat Nursid Sukmaatmaja (1980: 11) yang mengartikan IPS sebagai berikut:


(35)

…. IPS berkenaan dengan cara manusia

menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya,

memenuhi kebutuhan budayannya, kebutuhan kejiwaanya, pemanfaatan sumber daya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain-lain sebagainya yang mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat yang manusiawi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulka bahwa IPS merupakan sebuah mata pelajaran yang memuat disiplin ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi yang saling terintegrasi secara konseptual dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Hetty Zakiyah Darojah (2010) yang berjudul “ Hubungan Antara Lingkungan Belajar Siswa dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Karanganom Klaten Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar, ditunjukkan dengan r hitung sebesar 0,384 dan t hitung sebesar 3,942 dengan nilai signifikan 0,000. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan belajar turut menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Fatoni (2013) yang berjudul “ Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Sosial SMA di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman”.


(36)

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XI Program IPS SMA di Kecamatan Depok. Hal ini dibuktikan dengan koefisiensi korelasi atau r hitung sebesar 0,274 dengan r table sebesar 0,176 pada taraf signifikan 5%. Harga r hitung ini ternyata lebuh besar dari r table (0,274 > 0,176) sehingga dikategorikan rendah. Hasil tersebut membuktikan bahwa semakin baik lingkungan belajar siswa, maka semakin baik pula prestasi belajar geografi yang dicapai.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Melkiade Pero (2011) yang berjudul “ Hubungan Pemanfaatan Waktu di Luar Jam Pelajaran dan Lingkungan Fisik Belajar dengan Prestasi Belajar Geografi di SMA Negeri 1 Menyuke Kabupaten Landak”. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Menyuke tahun ajaran 2010/2011. Hal ini dibuktikan dengan perolehan perhitungan koefisiensi korelasi rxy sebesar 0,406, dimana nilai ini lebih besar dari nilai rtabel dalam taraf signifikan 5% yaitu 0,151. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik lingkungan fisik belajar dirumah, maka anak semakin baik pula prestasi belajar geografi yang dicapai siswa.


(37)

C. Kerangka Berfikir

Siswa MTsN Wonokromo mempunyai lingkungan tempat tinggal yang berbeda-beda. Ada yang tinggal di pesantren dan ada juga yang tinggal di rumah sendiri. Jadi lingkungan belajarnya ada 2 yaitu lingkungan belajar di pesantren dan lingkungan belajar di rumah sendiri. Lingkungan belajar di pesantren meliputi: sarana dan prasarana belajar, perhatian pemilik pesantren, hubungan dengan penghuni pesantren dan juga masyarakat, suasana pesantren, keadaan ekonomi kepala rumah tangga dan perhatian orang tua. Lingkungan belajar di rumah sendiri meliputi: sarana dan prasarana belajar, perhatian orang tua, hubungan dengan keluarga dan masyarakat, suasana rumah, keadaan ekonomi kepala rumah tangga. Lingkungan belajar sangat berpengaruh dengan proses belajar dan prestasi. Jika kondisi lingkungan belajar mendukung maka prestasi belajarnya akan optimal, tetapi jika lingkungan belajarnya kurang kondusif maka hasilnya kurang bagus. Di bawah ini adalah bagan kerangka berfikir.


(38)

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, kajian pustaka dan kerangka berfikir dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa yang tinggal di pesantren pada mata pelajaran IPS MTsN Wonokromo Bantul.

SISWA MTsN

Lingkungan belajar di pesantren meliputi: 1. Sarana prasarana

belajar

2. Perhatian pemilik pesantren

3. Hubungan dengan penghuni pesantren dan masyarakat 4. Suasana pesantren 5. Pendapatan orang tua 6. Pendidikan orang tua

lingkungan belajar di rumah sendiri meliputi: 1. Sarana prasarana

belajar

2. Perhatian orang tua 3. Hubungan dengan

Keluarga dan Masyarakat 4. Suasana Rumah 5. Pendapatan orang tua 6. Pendidikan rang tua Kegiatan

proses belajar


(39)

2. Terdapat hubungan positif antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa yang tinggal di rumah sendiri pada mata pelajaran IPS MTsN Wonokromo Bantul .

3. Terdapat perbedaan antara prestasi belajar siswa yang tinggal di pesantren dengan prestasi belajar siswa yang tinggal dirumah sendiri MTsN Wonokromo Bantul.


(40)

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah penjelasan mengenai berbagai komponen yang digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian (Nanang Martono, 2010: 117). Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu “Hubungan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar IPS Siswa Yang Tinggal di Pesantren Dan Siswa Yang Tinggal di Rumah Sendiri di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Wonokromo Bantul Tahun Pelajaran 2015/2016” Penelitian ini merupakan penelitian korelasi karena penelitan ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antar variabel yaitu variabel lingkungan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa yang tinggal di pesantren dan siswa yang tinggal di rumah sendiri.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu semua data yang diperoleh diwujudkan dalam bentuk angka dan kemudian dianalisis dan diolah dalam bentuk analisis statistik. Sebagaimana dinyatakan oleh Sugiyono (2010: 73) sebagai berikut, “pendekatan kuantitatif adalah semua data berupa angka atau data kualitatif yang diangkakan yang kemudian dianalisis dan diolah dalam bentuk analisis statistik”.


(41)

B. Variabel penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah satu variabel bebas dan satu variabel terikat.

1. Variabel terikat (Y) adalah prestasi belajar (prestasi siswa yang tinggal di pesantren dan siswa yang tinggal di rumah sendiri) 2. Variabel bebas (X) adalah lingkungan belajar (lingkungan belajar

siswa yang tinggal di pesantren dan siswa yang tinggal di rumah sendiri)

Hubungan antara variabel tersebut dapat digambarkan seperti gambar berikut ini:

Korelasi

Uji Beda Gambar 2. Paradigma hubungan antar variabel

X2 Y2

X1 Y1


(42)

Keterangan :

X1 : lingkungan belajar siswa yang tinggal di pesantren X2 : lingkungan belajar siswa yang tinggal di rumah sendiri Y1 : prestasi belajar siswa yang tinggal di pesantren

Y2 : prestasi belajar siswa yang tinggal di rumah sendiri

: Hubungan individu antara variabel bebas dan variabel terikat

C. Definisi Operasional Variabel 1. Prestasi Belajar IPS

Prestasi belajar IPS adalah hasil yang dicapai dan diperoleh siswa dalam proses pembelajaran IPS yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai dasar untuk mengukur prestasi adalah nilai ujian (UAS gasal) IPS siswa MTsN Wonokromo pada tahun ajaran 2014/2015 yaitu berupa nilai kognitif siswa, sedangkan nilai afektif dan psikomotorik siswa tidak disertakan dalam penelitian ini. Data prestasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa data interval nilai siswa.

2. Lingkungan Belajar Siswa

Lingkungan belajar siswa adalah sesuatu yang berada di sekitar siswa yang memberikan sumbangan dalam kegiatan belajar siswa. Dalam penelitian ini, data lingkungan belajar siswa juga menggunakan data interval.


(43)

a. Sarana Prasarana Belajar

Sarana prasarana belajar yang secara tidak langsung mempengaruhi proses belajar terdiri atas variabel-variabel sebagai berikut:

1. Penerangan adalah cahaya yang digunakan dalam proses belajar. Cahaya penerangan di ruangan tempat belajar haruslah cukup yaitu tidak boleh terlalu terang dan tidak boleh terlalu redup. Penerangan terbaik sebenarnya adalah sinar matahari. Pada siang hari, sinar matahari itu dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk belajar. Caranya adalah dengan membuat jendela yang besar di ruangan belajar atau dengan mendekatkan meja ke jendela tempat sinar matahari itu.

2. Ventilasi adalah tempat yang dibuat untuk keluar masuknya udara dalam ruangan agar tetap segar dan tidak pengap. 3. Suhu udara ruang belajar adalah temperatur udara di ruang

belajar.

4. Tempat belajar adalah ruang untuk belajar

5. Perabot belajar merupakan alat yang digunakan untuk belajar seperti: meja, kursi dan rak buku.

6. Kebisingan adalah keadaan dimana tempat tersebut sangat ramai atau berisik sehingga tidak kondusif untuk belajar. Hal ini sangat erat kaitannya dengan suara.


(44)

b. Perhatian orang tua merupakan sikap yang ditunjukkan oleh orang tua untuk selalu mendorong anaknya dalam belajar, misalnya membantu melengkapi fasilitas belajar (buku, komputer, menyediakan ruang belajar yang layak dan lain-lain) dan tidak terlalu membebani anak dengan pekerjaan rumah yang lain saat anak sedang belajar dan lain-lain.

c. Perhatian pemilik pesantren merupakan sikap yang ditunjukkan oleh pemilik pemondokan untuk selalu mendukung penghuni pemondok dalam belajar, misalnya memberikan jam malam, memberikan teguran dan nasehat jika ada yang membuat kesalahan, memperhatikan fasilitas pendukung belajar yang baik seperti: meja, kursi, penerangan dan lain-lain.

d. Hubungan anggota keluarga adalah hubungan antara sesama anggota keluarga/antar sesama anggota pemondok.

e. Hubungan dengan masyarakat adalah hubungan antara responden dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. f. Suasana pemondok/rumah adalah keadaan pemondok/rumah

apakah kondusif atau tidak untuk belajar.

g. Pendapatan orang tua adalah jumlah seluruh penghasilan orang tua dalam waktu satu bulan.

h. Pendidikan orang tua adalah pendidikan tertinggi yang pernah ditempuh oleh kepala rumah tangga.


(45)

Penelitian ini memiliki delapan subvariabel bebas yaitu sarana prasarana belajar, perhatian orang tua, perhatian pemilik pesantren, hubungan dengan keluarga dan masyarakat, hubungan dengan penghuni pesantren dan masyarakat, suasana rumah, suasana, pesantren, keadaan sosial ekonomi orang tua, dan satu variabel terikat yaitu prestasi siswa.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Wonokromo Bantul. Lokasi ini dipilih karena ada dua lingkungan belajar siswa yaitu lingkungan belajar siswa yang tinggal di pesantren dan siswa yang tinggal di rumah sendiri. Waktu penelitian dilakukan pada Tahun Pelajaran 2015/2016 Semester II, dengan menyesuaikan jam pelajaran IPS di sekolah tersebut.

E. Populasi dan Sampel penelitian 1. Populasi

Suharsimi Arikunto (2010: 173) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Hal ini didukung oleh Sugiyono (2010:117) yang mengartikan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempengaruhi kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sukandarrumidi (2004: 47) juga mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian baik terdiri


(46)

dari benda nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa MTsN Wonokromo Bantul Tahun Pelajaran 2015/2016. Jumlah seluruh siswa kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX MTsN Wonokromo Bantul Tahun Pelajaran 2015/2016 yaitu sebesar 574 siswa. Adapun populasi tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut.

Table 1. Populasi siswa MTsN Wonokromo Bantul

NOMOR KELAS JUMLAH

1 VII 204

2 VIII 193

3 IX 177

TOTAL 574

Sumber: Data Siswa MTsN Wonokromo Bantul Tahun Ajaran 2015/2016

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 174), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sugiyono (2010: 118) menjelaskan bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari objek yang merupakan sumber data (Sukandarrumidi, 2004: 50).

Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proportionate Stratified Random Sampling. Jumah siswa yang tinggal di pesantren berjumlah 184 dan jumlah siswa yang tinggal di rumah sendiri berjumlah 390. Penentuan jumlah sampel


(47)

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Isaac dan Michael (sugiyono, 2015: 69) yaitu:

Keterangan:

S = jumlah sampel

= Chi kuadrat yang harganya tergantung derajat kebebasan dan tingkat kesalahan. Untuk derajat kebebasan 1 dan kesalahan 5%harga Chi Kuadrat= 3,841.

N = Jumlah populasi P = Peluang benar (0,5) Q = Peluang Salah (0,5)

d = Perbedaan antara rata-rata sampel dengan rata-rata populasi. Perbedaan yang digunakan yaitu 0,05.

Dari rumus di atas bila populasi siswa yang tinggal di pesantren 184 dengan kesalahan 5% jumlah sampel adalah:

= 124,42 = 124

Populasi siswa yang tinggal di rumah sendiri 390 dengan kesalahan 5% jumlah sampel adalah:


(48)

= 193,04 = 193

Sampel siswa yang tinggal di pesantren 124 dan sampel siswa yang tinggal di rumah sendiri 193 bila dijumlahkan maka sampel keseluruhan adalah 317.

Table 2. Jumlah sampel penelitian MTsN Wonokromo Bantul No Kelas Jumlah

Keseluruhan Populasi

Populasi Sampel Jumlah

keseluruhan sampel Pesantren Rumah

Sendiri

Pesantren Rumah sendiri

1 VII A 34 6 28 6 11 18

2 VII B 35 12 23 7 11 18

3 VII C 34 17 17 8 11 18

4 VII D 34 10 24 7 11 18

5 VII E 33 12 21 7 11 18

6 VII F 34 9 25 7 11 18

7 VIII A 32 17 15 7 11 18

8 VIII B 31 8 23 7 11 18

9 VIII C 32 10 22 7 11 18

10 VIII D 32 7 25 7 11 18

11 VIII E 32 6 26 6 11 18

12 VIII F 34 8 16 7 11 18

13 IX A 29 15 14 7 11 18

14 IX B 32 14 18 7 10 17

15 IX C 32 9 23 7 10 17

16 IX D 32 6 26 6 10 17

17 IX E 32 10 22 7 10 16

18 IX F 30 8 22 7 10 16

Jumalah 574 184 390 124 193 317


(49)

F. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Metode Pengumpulan Data

Ada empat metode pengumpulan data proses penelitan. Keempat media tersebut adalah kuesioner, observasi, wawancara, dan dokumentasi (Sukardi, 2012: 75).

Dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu kuesioner dan dokumentasi :

a. Angket

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya oleh responden (Sugiyono, 2009: 199). Angket atau kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi atau data tentang delapan subvariabel lingkungan belajar siswa.

b. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2010: 201) menyatakan bahwa metode dokumentasi adalah mencari data berupa hal-hal atau variabel dari berbagai dokumentasi seperti catatan, transkip buku, surat kabar, majalah, notulen, rapat dan agenda. Pengumpulan data melalui metode ini dengan menghimpun dokumen-dokumen MTsN Wonokromo Bantul antara lain data prestasi belajar siswa MTsN Wonokromo Tahun Pelajaran 2015/2016, letak geografis madrasah, visi misi madrasah,


(50)

jumlah siswa serta arsip-arsip lain sabagai pelengkap data dalam penulisan laporan.

2. Instrument Penelitian

Menurut Sukardi (2012: 75), secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Instrumen yang digunakan dalam penelitaian ini adalah Angket dan dokumentasi. Instrument ini merupakan alat bantu untuk mengumpulkan data.

a. Angket

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan pada waktu meneliti. Instrumen yang digunakan adalah angket tertutup yaitu angket yang jawabannya ditentukan oleh peneliti dan responden diharapkan memilih jawaban yang tersedia serta sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Skala pengukuran yang digunakan dalam instrument lingkungan belajar siswa ini adalah Skala Likert dengan empat pilihan kemungkinan jawaban. Skor dari masing-masing butir pertanyaan antara 1 sampai dengan 4. Untuk pertanyaan yang jawabannya (a) skornya 4, jawaban (b) skornya 3, jawaban (c) skornya 2, dan jawaban (d) skornyan 1. Adapun kisi-kisi dari angket tersebut adalah sebagai berikut:


(51)

Tabel 3. Kisi-kisi Angket Lingkungan Belajar Siswa yang tinggal di pesantren

No Faktor No. Soal Jumlah Soal

1 Sarana Prasarana Belajar 1, 2, 3, 4, 5 5 2 Perhatian Pemilik dan

Pengurus Pesantren

6,7,8,9,10 5

3 Hubungan dengan

penghuni pesantren dan masyarakat

11,12,13,14 4

4 Suasana Tempat Tinggal 15,16,17,18,19 5 5 Keadaan Sosial dan

Pendapatan Orang Tua

20,21,22,23,24 5

Tabel 4. Kisi-kisi Angket Lingkungan Belajar Siswa yang tinggal di rumah sendiri

No Faktor No. Soal Jumlah Soal

1 Sarana Prasarana Belajar

1,2,3,4,5 5 2 Perhatian orang tua 6,7,8,9,10 5 3 Hubungan dengan

keluarga dan

masyarakat

11,12,13,14 4

4 Suasana Tempat

Tinggal

15,16,17,18,19 5 5 Keadaan sosial dan

Pendapatan Orang Tua

20,21,22,23,24 5

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui prestasi belajar IPS siswa MTsN Wonokromo Bantul Tahun Pelajaran 2015/2016. Dengan cara melihat nilai yang diperoleh siswa dari dokumen yang dimiliki guru yaitu nilai ujian akhir semester gasal (UAS gasal).


(52)

3. Validitas Instrumen

“Sebuah instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan. Persyaratan tersebut adalah valid dan reliabel” (Suharsimi Arikunto, 2010: 211).

Sebelum instrument digunakan untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu instrumen diukur tingkat validitas dan reliabilitasnya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kualitas instrumen yang baik. Ada dua macam dalam menentukan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ini yaitu validitas dan reliabilitas secara teoritis (logis) dan validitas secara empiris atau melalui uji coba. Untuk jenis instrumen penelitian berupa angket ini dilakukan secara teoritis atau sekedar meminta justifikasi (kritik, saran, dan perbaikan) atas kisi-kisi dan butir instrumen yang telah disusun oleh peneliti kepada dosen ahli yang terkait.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2010: 221). Pengujian validitas instrumen dimaksudkan untuk mendapat alat ukur yang sahih dan terpercaya. Sebuah instrumen bisa dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diharapkan dan dapat mengungkap data yang diteliti secara tepat. Uji validitas dalam angket ini menggunakan uji validitas oleh para ahli (expert judgment) yaitu satu orang dosen narasumber.


(53)

4. Analisis Data a. Deskripsi Data

Dimaksudkan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang digunakan untuk penelitian. Perhitungan ini dibantu dengan program komputer SPSS for windows versi 17.0. Adapun langkahlangkahnya sebagai berikut:

1. Menyusun tabel distribusi frekuensi yang berpedoman pada sugiyono (2005:26).

2. Selain disajikan dalam bentuk tabel, penyajian data akan disajikan dalam bentuk grafik batang (histogram).

3. Menghitung tendency central (gejala pusat) yang meliputi, mean, modus dan median.

4. Menghitung variabilitas dengan menghitung standar deviasi (simpangan baku).

5. Penentuan kedudukan dilakukan dengan membagi data dalam tiga kategori kelompok atas, sedang dan bawah: Kelompok atas : (M+1SD) dan yang lebih dari itu

Kelompok sedang : antara M-1SD sampai dengan M+1SD Kelompok Bawah : (M-1SD) kurang dari itu


(54)

b. Uji Persyaratan Analisis 1). Uji normalitas

Uji ini dilakukan apabila distribusi dari semua variabel yang diteliti berkurve normal atau tidak. Untuk menguji normalitas masing-masing skor variabel digunakan

uji Kolmogorof-Smirnov. Data dapat dikatakan normal

apabila probabilitas atau signifikansi di atas 5% Rumus uji

Kolmogorof-Smirnov adalah sebagai berikut: =1,36

Keterangan :

KD : harga Kolmogorof-Smirnov dicari

n1

: jumlah sampel yang diobservasi/diperoleh

n2

: jumlah sampel yang diharapkan

Apabila signifikansi lebih besar dari Alpha (0,05 atau 5%) maka berdistribusi data dinyatakan normal, namun apabila signifikansi kurang dari alpha maka data dinyatakan tidak normal. Perhitungan ini dibantu dengan program SPSS for windows versi 17.0.

2). Uji linieritas

Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) berbentuk linear atau tidak. Adapun rumus yang digunakan dalam uji linearitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(55)

Freg = Dimana :

Freg : harga F untuk garis regresi RKreg : rerata kuadrat regresi RKres : rerata kuadrat residu

Perhitungan tersebut dibantu dengan program komputer yaitu SPSS for windows versi 17.0. Hal ini berlaku ketentuan antara lain:

1. Berdasarkan f-hitung dengan f-tabel

Membandingkan f-hitung dengan f-tabel pada taraf signifikansi 5%. Apabila f-hitung lebih kecil atau sama dengan f-tabel maka hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dinyatakan linier. Apabila f-hitung lebih besar atau sama dengan f-tabel maka hubungan variabel bebas dengan variabel terikat tidak linier.

2. Berdasarkan nilai probabilitas (P-value)

Membandingkan P-value dengan alpha (0,05% atau 5%). Jika Pvalue lebih besar dari 0,05 maka hubungan variabel bebas(X) dengan variabel terikat (Y) dinyatakan linier dan sebaliknya jika P-value lebih kecil dari 0,05 maka hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dinyatakan tidak linier.


(56)

c. Teknik Analisis Data 1). Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengukur koefisien korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis pertama dan kedua. Analisis data secara rinci meliputi: a) Mencari koefisien korelasi antara variabel X1 dengan

Y1 dan koefisien korelasi antara variabel X2 dengan Y2.

Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien korelasi antara variabel X1 dengan Y1 dan X2 dengan Y2 adalah rumus product moment dari Pearson. Rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut:

NΣXY- Σ Σ

Rxy=

{ ΣX2- ΣX 2}{ ΣY2- Σ Y 2 } Keterangan :

r

XY : koefisiensi kolerasi antara variabel X dan Y

N : jumlah responden ΣX : jumlah skor variabel X ΣY : jumlah skor variabel Y ΣXY : jumlah perkalian X dan Y (ΣX2) : jumlah kuadrat skor variabel X (ΣY2

) : jumlah kuadrat skor variabel Y (Suharsimi Arikunto, 2010: 317) Perhitungan tersebut dibantu dengan program komputer yaitu SPSS for windows versi 17.0. Hal ini berlaku ketentuan antara lain:


(57)

1. Berdasarkan r hitung dengan r tabel yaitu membandingkan r hitung dengan r tabel pada taraf sigifikansi 5%. Hipotesis pertama dan kedua diterima apabila nilai korelasi r hitung lebih besar atau sama dengan koefisien r tabel pada taraf signifikansi 5%, sebaliknya hipotesis ditolak apabila nilai koefisien korelasi r hitung lebih kecil dari r tabel pada taraf signifikansi 5%.

2. Berdasarkan nilai probabilitas P-value Membandingkan P-value dengan Alpha (0,05 atau 5%). Hipotesis pertama dan kedua diterima apabila P-value lebih kecil dari 0,05 sebaliknya hipotesis ditolak apabila P-value lebih besar dari 0,05.

b). Pengujian signifikansi koefisien korelasi (uji-t)

Signifikansi koefisien korelasi dapat dihitung dengan uji t yang rumusnya sebagai berikut:

t=√

Keterangan :

t : signifakans

r : koefisien korelasi antara variabel X dan Y n : jumlah responden

r2 : kuadrat koefisien korelasi antara variabel X dan Y


(58)

Harga t hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga t table pada taraf signifikansi 5% uji dua pihak. Korelasi dikatakan signifikan apabila t hitung lebih besar dari t tabel, namun apabila t hitung lebih kecil dari t tabel maka korelasi tidak sigifikan.

2). Analisis Uji-t

Analisis uji-t (independent uji test) ini digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata dua kelompok. Rumusnya yaitu:

t=

Keterangan:

X1 : mean pada distribusi sampel 1 X2 : mean pada distribusi sampel 2 N1 : jumlah individu pada sampel 1 N2 : jumlah individu pada sampel 2 SD21 : nilai varian pada distribusi sampel 1 SD22 : nilai varian pada distribusi sampel 2

(Tulus Winarsunu, 2002: 88) Harga t hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga t table pada taraf signifikansi 5% uji dua pihak. Komparasi dikatakan signifikan apabila t hitung lebih besar dari t tabel, namun apabila t hitung lebih kecil dari t tabel maka komparasi tidak sigifikan.


(59)

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Tempat Penelitian

a. Profil MTsN Wonokromo Bantul

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)Wonokromo Bantul terletak di jalan Imogiri Timur KM 10 Pleret Bantul Yogyakarta. Lokasi MTsN Wonokromo berada di lingkungan perkampungan tepatnya di Dusun/Kelurahan Wonokromo Pleret Bantul. Lingkungan di sekitar Madrasah termasuk daerah padat penduduk. Suasana madrasah yang aman dan nyaman untuk proses pembelajaran serta didukung dengan tempatnya yang strategis tidak jauh dari jalan raya sehingga masalah transportasi tidak masalah. selain itu Madrasah berada di lingkungan pesantren dan masyarakat sekitar sekitar sangat mendukung untuk kelancaran kegiatan madrasah.

Kecamatan Pleret merupakan daerah yang sangat strategis, dekat dengan pusat kota Yogyakarta, sehingga perkembangan penduduk dan pendidikan mengalami kemajuan yang cukup pesat. Kecamatan Pleret juga terdapat lembaga pendidikan dari tingkat (PAUD), SD, SMP, dan SMA. Untuk mengakses ke sekolah ini dapat melalui trasportasi angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Kesadaran masyarakat akan pendidikan sangat tinggi sehingga


(60)

persaingan untuk bisa masuk ke sekolah di wilayah ini sangat ketat karena jarak antara sekolah satu dengan sekolah lainya sangat dekat.

Luas wilayah MTsN Wonokromo Bantul yaitu 6612,5 m2 dan bangunan gedungnya terdiri dari 2 lantai dengan luas bangunan lantai 1 yaitu 2.203 m2 sedangkan luas bangunan lantai 2 yaitu 394 m2. ( Sumber : Profil MTsN Wonokromo Bantul, 2015)

Adapun batas-batas wilayah MTsN Wonokromo Bantul adalah: a) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Ketonggo b) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Brajan c) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kanggotan d) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Karanganom

Sebagai suatu organisasi pendidikan MTsN Wonokromo juga memiliki tujuan, visi dan misi yang akan dicapai. Yaitu sebagai berikut:

1) Tujuan

a) Madrasah dapat menghasilkan lulusan yang memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT yang kuat.

b) Madrasah dapat memenuhi sarana prasarana dan SDM pendidikan yang mampu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c) Madrasah dapat mengembangkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan untuk semua mata


(61)

d) Madrasah dapat mempertahankan persentase kelulusan 100% dan dapat meningkatkan nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) dan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN).

e) Madrasah dapat meningkatkan animo masyarakat melalui meningkatkan jumlah calon siswa baru yang mendaftar, baik kuantitas maupun kualitas.

f) Madrasah memiliki siswa atau tim yang menjadi juara tingkat propinsi dibidang Olahraga atau Kompetisi dan Exspo Madrasah Nasional (KEMNAS)

g) Madrasah dapat mengembangkan bakat, potensi, dan keterampilan siswa melalui kegiatan exstra kulikuler yang efektif.

h) Madrasah mengembangkan berbagai kegiatan atau progam dalam rangka penghayatan dan pengamalan ajaran islam.

2) VISI

Unggul dalam IMTAQ dan IPTEK, Terampil, Berakhlaqul-Karimah ( Ultra Berkah )

3) MISI

a) Menyelenggrakan pendidikan secara efektif sehingga mampu menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan dalam hal keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT.


(62)

b) Mewujudkan sarana prasarana dan SDM pendidikan yang mampu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c) Menyelenggarakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta memenuhi standar proses.

d) Mengembangkan bakat, potensi dan keterampilan siswa yang kompetitif melalui kegiatan pengembangan diri yang efektif. e) Menumbuhkembangkan pola pikir, ucap, sikap dan perilaku yang

mencerminkan akhlaqul karimah.

Sumber : Dokumen Profil MTsN Wonokromo Bantul, 2015 b. Kondisi Fisik MTsN Wonokromo Bantul

Kondisi fisik sekolah pada umumnya sudah baik dan memenuhi syarat untuk menunjang proses pembelajaran. Bangunan-bangunan yang ada di MTsN Wonokromo Bantul dapat dikatakan masih baru sehingga terlihat masih sangat bagus. Kondisi fasilitas ruangan yang cukup memadai untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran. Total ruangan di MTsN Wonokromo Bantul berjumlah 100 ruangan dengan perincian sebagai berikut:

1) Ruang Kelas

MTsN Wonokromo Bantul memiliki 18 ruang kelas yang terdiri dari kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX. Masing-masing kelas terdiri dari 6 kelas. Ruang kelas di MTsN


(63)

Wonokromo Bantul telah memiliki kelengkapan fasilitas yang menunjang proses pembelajaran meliputi meja, kursi, papan tulis, whiteboard, LCD proyektor dan sebagainya. ( Sumber : Profil MTsN Wonokromo Bantul, 2015)

2) Laboratorium

Laboratorium merupakan tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dimana siswa dapat berinteraksi dengan berbagai alat yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Keberadaan laboratorium memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Laboratorium yang dimiliki MTsN Wonokromo Bantul terdiri dari 23 ruang komputer dan 25 ruang laboratorium bahasa. Ke 28 laboratorium tersebut dalam keadaan yang baik. Penggunaan laboratorium diatur dengan jadwal sehingga semua siswa mempunyai kesempatan menggunakan fasilitas laboratorium ini. ( Sumber : Profil MTsN Wonokromo Bantul, 2015)

3) Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang berada dalam suatu sekolah yang kedudukannya untuk melayani civitas akademika sekolah yang bersangkutan. Perpustakaan MTsN Wonokromo bantul memberikan pelayanan berupa; layanan sirkulasi, layanan referensi, dan


(64)

layanan terbitan berkala. Secara umum perpustakaan ini mempunyai koleksi buku yang lengkap dan memadai untuk menunjang aktivitas pembelajaran. ( Sumber : Profil MTsN Wonokromo Bantul, 2015)

4) Ruang Perkantoran

Ruang perkantoran terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang tata usaha dan ruang guru. Ruang perkantoran di MTsN Wonokromo Bantul berada pada satu deret bangunan yang saling bersebelahan. Secara keseluruhan ruang perkantoran di MTsN Wonokromo Bantul bisa dikatakan sangat memadai. Ruang perkantoran juga sudah ditata sedemikian rupa sehingga para penghuninya merasa nyaman. ( Sumber : Profil MTsN Wonokromo Bantul, 2015)

5) Ruang Ibadah

Ruang ibadah di MTsN Wonokromo Bantul adalah mushola. Mushola sekolah berada di belakang gedung sekolah. Mushola ini berfungsi sebagai tempat ibadah sholat bagi seluruh warga MTsN Wonokromo Bantul yang beragama Islam dan sebagai tempat melakukan kegiatan kerohanian Islam bagi siswa maupun guru. ( Sumber : Profil MTsN Wonokromo Bantul, 2015)


(65)

6) Ruang Koprasi Sekolah

Koperasi sekolah menyediakan barang-barang yang diperlukan oleh warga sekolah. Keberadaan koperasi sekolah sangat memberikan manfaat bagi warga sekolah. Apabila mereka membutuhkan peralatan ataupun perlengkapan untuk menunjang kegiatan pembelajaran tidak harus membeli jauh-jauh dari lingkungan sekolah. ( Sumber : Profil MTsN Wonokromo Bantul, 2015)

7) Ruang Bimbingan Konseling

Ruang Bimbingan Konseling (BK) terletak di deretan ruang guru dan kepala sekolah. Bimbingan dan konseling bertugas untuk membantu dan memantau perkembangan peserta didik dari berbagai segi yang mempengaruhinya. Selain itu, bimbingan dan konseling juga berfungsi memberikan informasi-informasi penting yang dibutuhkan oleh peserta didik. ( Sumber : Profil MTsN Wonokromo Bantul, 2015) 8) Ruang Kesehatan Siswa

Ruang kesehatan siswa yang ada adalah UKS. MTsN Wonokromo Bantul memiliki 2 ruang UKS. Keberadaan UKS sangat penting untuk memberikan pertolongan pertama kepada siswa yang sedang sakit pada saat jam sekolah. Fungsi dari ruangan UKS ini akan lebih terasa sangat penting pada saat upacara sekolah. Biasanya siswa yang berada dalam kondisi


(66)

kurang sehat dan memaksakan diri untuk mengikuti upacara akan berada pada ruang UKS untuk istirahat sejenak memulihkan tenaganya. ( Sumber : Profil MTsN Wonokromo Bantul, 2015)

9) Toilet

Keberadaan toilet di MTsN Wonokromo Bantul didirikan di beberapa lokasi sehingga memudahkan untuk dijangkau oleh warga sekolah. Secara keseluruhan toilet yang ada di MTsN Wonokromo Bantul berjumlah 18 ruangan.

( Sumber : Profil MTsN Wonokromo Bantul, 2015) c. Kondisi Non-fisik MTsN Wonokromo Bantul

1) Jumlah Guru

Tenaga pengajar atau guru di MTsN Wonokromo Bantul berjumlah 37 orang dengan tingkat pendidikan S1. Setiap tenaga pengajar di MTsN Wonokromo Bantul mengampu mata pelajaran yang sesuai dengan keahlian di bidangnya masing-masing.

2) Siswa Keseluruhan

MTsN Wonokromo Bantul mempunyai siswa sebanyak 574 siswa yang terdiri dari siswa kelas VII berjumlah 204, kelas VIII berjumlah 193 siswa, serta kelas IX berjumlah 177 siswa. Potensi yang di miliki siswa sudah cukup baik di bidang akademik maupun non akademiknya


(67)

3) Jumlah Siswa yang Tinggal di Pesantren dan Siswa yang Tinggal di Rumah Sendiri

Siswa MTsN Wonokromo Bantul ada yang tinggal di rumah sendiri dan ada juga yang tinggal di Pesantren. Siswa yang tinggal di rumah sendiri sejumlah 390 siswa, sedangkan siswa yang tinggal di Pondok Pesantren sebanyak 184 siswa. Semua siswa tersebut tinggal diberbagai Pondok Pesantren yang ada di sekitar MTsN Wonokromo. Adapun Pondok Pesantren yang di tempati oleh siswa antara lain Pondok Pesantren AL-IMAM sejumlah 5 siswa, Pondok Pesantren Al- Fithroh sejumlah 74 siswa, Pondok Pesantren Fadlun Minallah sejumlah 36 siswa, Pondok Pesantren Al- Wahby sejumlah 29 siswa, Pondok Pesantren Baiquniyah sejumlah 5 siswa. Pondok Pesantren AT-Ta’abud sejumlah 4 siswa, Pondok Pesantren Assuada’ sejumlah 2 siswa, Pondok Pesantren An-Ni’mah sejumlah 4 siswa, Pondok Pesantren Al- Izah sejumlah 2 siswa, Pondok Pesantren Al- Mahalli sejumlah 9 siswa, Pondok Pesantren Miftahul Ulum sejumlah 2 siswa, Pondok Pesantren Al- Futuh sejumlah siswa, Pondok Pesantren Nahdlatussy Syubban sejumlah 2 siswa, MAD TQ sejumlah 3 siswa, Madrasatu Ta’alumil Qur’an sejumlah 5 siswa. ( Sumber : Profil MTsN Wonokromo Bantul, 2015 ).


(68)

B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data

1) Prestasi Belajar IPS

Data prestasi belajar IPS berasal dari data skunder siswa kelas VII, VII, dan IX MTsN Wonokromo Bantul tahun pelajaran 2015/2016 dari jumlah responden 317 siswa.

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dengan metode dokumentasi (daftar nilai), telah diperoleh nilai prestasi belajar IPS siswa MTsN Wonokromo Bantul. Prestasi belajar tersebut diambil dari nilai asli Ujian Semester Gasal (US Gasal) tahun pelajaran 2015/2016. Nilai tertinggi adalah 95,00 dan nilai terendahnya adalah 30,00 sedangkan rata-rata prestasi belajarnya adalah 71,31. Untuk lebih jelasnya, hasil nilai yang diperoleh itu adalah sebagian dicantumkan dalam tabel lampiran 3 yang memuat daftar nilai US Gasal 2015/2016.

Untuk menentukan kelas interval digunakan Rumus Struges yaitu K=1+3,3 log.n, dimana n adalah jumlah subjek atau sampel.

Jumlah interval kelas = 1+ 3,3 log. 317 = 1+ 3,3 (2,5) = 1+ 8,25 = 9,25


(69)

Pembulatan kebawah sehingga jumlah interval kelas adalah 9 kelas. Selanjutnya menghitung rentang data = data terbesar – data terkecil.

Rentang data = 95 – 30 = 65

Setelah itu menghitung panjang kelas = rentang data : jumlah kelas

Panjang kelas = 65 : 9 = 7,22 = 7

Berikut adalah tabel distribusi frekuensi variabel prestasi belajar IPS siswa yang tingal di pesantren:

Tabel 5 Distribusi frekuensi untuk variabel prestasi belajar IPS siswa MTsN Wonokromo Bantul

No Interval Kelas Frekuensi Prestasi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif % Frekuensi Kumulatif %

1 30 – 36 2 2 .6 ,6

2 37 – 43 14 16 4,4 5,0

3 44 – 50 14 30 4,4 9,5

4 51 – 57 25 55 7,9 17,4

5 58 – 64 44 99 13,9 31,2

6 65 – 71 70 169 22,1 53,3

7 72 – 78 70 239 22,1 75,4

8 79 – 85 46 285 14,5 89,9

9 86 – 92 30 317 9,5 99,4

10 93 – 99 2 317 6 100,0

Total 124 100,0

Sumber: Data primer dari responden yang telah diolah

Berdasarkan tabel 5 distribusi frekuensi data prestasi belajar IPS siswa dapat digambarkan histogram sebagai berikut:


(70)

Gambar 3: Diagram Batang Distribusi Frekuensi prestasi belajar IPS siswa MTs N Wonokromo Bantul

Berdasarkan data prestasi belajar IPS siswa yang telah diolah menggunakan program SPSS For windows versi 16.0 maka diperoleh skor tertinggi prestasi belajar IPS siswa adalah 95,00 dan skor terendah 30,00. Hasil analisis menunjukan Mean (62,00), Median (60,00), Modus (60.00) dan Standar Deviasi (10,83).

Adapun penentuan kedudukan dilakukan dengan data dalam tiga kategori sebagai berikut:

1) Kelompok tinggi = (M + 1SD) dan yang lebih dari itu M + 1SD = 62,00+ 10,83 = 72.83


(71)

2) Kelompok sedang = antara M – 1SD sampai dengan M + 1SD M + 1SD = 62,00+ 10,83 = 72.83

M – 1SD = 62,00- 10,83 = 51.17

3) Kelompok rendah = M – 1SD dan yang kurang dari itu M – 1SD = 62,00- 10,83 = 51.17

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disusun kategori dalam 3 kelas distribusi kategorisasi prestasi belajar IPS siswa MTs N Wonokromo Bantul sebagai berrikut :

Tabel 6. Distribusi kategorisasi prestasi belajar IPS siswa MTs N Wonokromo Bantul

No Kelas Interval Prestasi IPS Kelompok Frekuensi Persentase

1 >73,83 139 43.8 Tinggi

2 52.17- 72,83 146 46.1 Sedang

3 <51,17 32 10.1 Rendah

317 100

Sumber: Data primer dari responden yang telah diolah

Berdasarkan tabel 6 distribusi frekuensi prestasi belajar IPS siswa pada kelompok atas sebanyak 139 siswa kelompok sedang 146 siswa dan kelompok bawah 32 siswa.

2) Lingkungan Belajar Siswa MTs N Wonokromo Bantul

Data lingkungan belajar siswa diperoleh dari angket lingkungan belajar dengan jumlah 24 butir soal pertanyaan dan jumlah responden sebanyak 317. Pengukuran jawaban yang tertera pada angket menggunakan skala Likert yaitu jawaban A


(72)

skor 4, B skor 3, C skor 2 dan D skor 1. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di lampiran 4.

Untuk menentukan kelas interval digunakan Rumus Struges yaitu K=1+3,3 log.n, dimana n adalah jumlah subjek atau sampel.

Jumlah Interval kelas = 1+ 3,3 log. 317 = 1+ 3,3 (2,5) = 1+ 8,25 = 9,25

Pembulatan kebawah sehingga jumlah interval kelas adalah 9 kelas. Selanjutnya menghitung rentang data = data terbesar – data terkecil. Rentang data = 87 – 54 = 33

Setelah itu menghitung panjang kelas = rentang data : jumlah kelas

Panjang kelas = 33 : 9 = 3,66 = 4

Berikut adalah tabel distribusi frekuensi variabel lingkungan belajar siswa MTs N Wonokromo Bantul:

Tabel 7 Distribusi frekuensi untuk variabel lingkungan belajar siswa MTsN Wonokromo Bantul

No Interval Kelas Frekuensi Lingkungan Belajar Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif % Frekuensi Kumulatif %

1 54 – 57 2 2 .6 .6

2 58 – 61 6 8 1.9 2.5

3 62 – 65 33 41 10.4 12.9

4 66 – 69 67 108 21.1 34.1

5 70 – 73 58 166 18.3 52.4

6 74 – 78 88 254 27.8 80.1

7 79 – 82 49 303 15.5 95.6

8 83 – 86 13 316 4.1 99.7

9 87 – 90 1 317 .3 100.0


(73)

Berdasarkan distribusi frekuensi data lingkungan belajar siswa pada tabel 7 dapat digambarkan histogram sebagai berikut:

Gambar 4. Diagram Batang Distribusi Frekuensi lingkungan belajar siswa MTs N Wonokromo

Berdasarkan data lingkungan belajar siswa yang telah diolah menggunakan program SPSS For windows versi 16.0 maka diperoleh skor tertinggi lingkungan belajar siswa yang tinggal di pesantren adalah 87,00 dan skor terendah 54,00. Hasil analisis menunjukan Mean (70,5), Median (50,29), Modus (60.00) dan Standar Deviasi (5,5).

Adapun penentuan kedudukan dilakukan dengan data dalam tiga kategori sebagai berikut:


(74)

Kelompok tinggi = (M + 1SD) dan yang lebih dari itu M + 1SD = 70,5 + 5,5 = 76

Kelompok sedang = antara M – 1SD sampai dengan M + 1SD M + 1SD = 70,5 + 5,5 = 76

M – 1SD = 70,5 - 5,5 = 65

Kelompok rendah = M – 1SD dan yang kurang dari itu M – 1SD = 70,5 - 5,5 = 65

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disusun kategori dalam 3 kelas distribusi kategorisasi lingkungan belajar MTs N Wonokromo Bantul sebagai berrikut :

Tabel 8. Distribusi kategorisasi Lingkungan belajar MTs N Wonokromo Bantul

No Kelas Interval Pesantren Kelompok Frekuensi Persentase

1 >77 89 28.1 Tinggi

2 66- 76 187 59.0 Sedang

3 <65 41 12.9 Rendah

317 100

Sumber: Data primer dari respoonden yang telah diolah

Berdasarkan tabel 8 distribusi frekuensi lingkungan belajar siswa pada kelompok atas sebanyak 89 siswa kelompok sedang 187 siswa dan kelompok bawah 41 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar siswa MTsN Wonokromo Bantul tahun Pelajaran 2015/2016 termasuk bervariasi.


(75)

2. Hasil Uji Persyaratan Analisis

Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yang terdiri dari uji normalitas dan linieritas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Kolmogorov -Smirnov. Berdasarkan anlisis data dengan bantuan program komputer yaitu SPSS for windows versi 16.0

dapat diketahui nilai signifikansi yang menunjukkan normalitas data. Kriteria yang digunakan yaitu data dikatakan berdistribusi normal jika harga koefisien Asymp. Sig pada output

Kolmogorov- Smirnov test lebih besar dari Alpha yang

ditentukan yaitu 5% (0,05). Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut.

Tabel 9. Ringkasan hasil uji normalitas Variabel Koefisien

Asymp.Sig

Alpha Kesimpulan

X1 0,295 0,05 Normal

X2 0,070 0,05 Normal

Y1 0,086 0,05 Normal

Y2 0,497 0,05 Normal

Sumber: Data primer dari responden yang telah diolah

Berdasarkan tabel 9 nilai signifikansi variabel lingkungan belajar siswa yang tinggal di pesantren (0,295), lingkungan belajar siswa yang tinggal di rumah sendiri (0,070), pretasi belajar siswa yang tinggal di pesantren (0,086) dan


(76)

prestasi belajar siswa yang tinggal di rumah sendiri (0,497). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data dari masing-masing variabel berdistribusi adalah normal.

b. Uji Linieritas

Uji linearitas hubungan dapat diketahui dengan menggunakan uji F. Dalam program komputer yaitu SPSS for

windows 16.0 untuk menguji linearitas menggunakan deviation

from linearity dari uji F linear atau nilai probabilitas (P-value). Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dikatakan linear jika harga F hitung lebih kecil dari 0,05 maka hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dinyatakan linear. Hasil uji linearitas hubungan adalah sebagai berikut: Tabel 10. Ringkasan hasil uji linearitas

Hubungan variabel

Df Harga F Pvalue Alpha Keterangan Hitung Tabel

X1 – Y1 1;123 0,681 3,92 0,859 0,05 Linear X2 – Y2 1;192 0,858 3,89 0,658 0,05 Linear

Sumber: Data primer dari responden yang telah diolah

Berdasarkan tabel 10 harga f-hitung variabel lingkungan belajar siswa yang tinggal di pesantren dengan prestasi belajar siswa yang tinggal di pesantren (0,681) lebih kecil daripada f-tabel (3,92) dan lingkungan belajar siswa yang tinggal di rumah sendiri dengan prestasi belajar siswa yang tinggal di rumah sendiri (0,858) lebih kecil daripada f-tabel (3,89) pada taraf signifikansi 5% atau P-value hubungan antara


(77)

variabel lingkungan belajar siswa yang tinggal di pesantren dengan prestasi belajar siswa yang tinggal di pesantren (0,859) dan lingkungan belajar siswa yang tinggal di rumah sendiri dengan prestasi belajar siswa yang tinggal di rumah sendiri (0,658) lebih besar dari Alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antar variabel linear.

3. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang dirumuskan. Oleh sebab itu, jawaban sementara ini harus diuji kebenarannya secara empirik. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment dari Pearson untuk hipotesis pertama dan kedua. Sedangkan untuk hipotesis ketiga dengan uji-t. Penjelasan tentang hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 11. Ringkasan hasil analisis Korelasi Product Moment

Variabel R Pvalue ɑ=5% Ket

Hubungan Variabel

N Hitung Tabel ɑ=5%

X1 – Y1 124 0,761 0,176 ,000 0,05 Positif X2 – Y2 193 0,768 0,138 ,000 0,05 Positif


(78)

a. Analisis Bivariat 1) Uji Hipotesis 1

Hipotesis yang pertama menyatakan bahwa “Terdapat hubungan (positif) antara lingkungan belajar siswa yang tinggal di pesantren dengan Prestasi Belajar IPS Siswa yang tinggal di pesantren MTsN Wonokromo Bantul Tahun Ajaran 2015/2016”. Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien Korelasi Product Moment (rx1y) antara lingkungan belajar siswa yang tinggal di pesantren (X1) dengan Prestasi Belajar IPS siswa yang tinggal di pesantren (Y1) kemudian dikonsultasikan dengan r table atau melihat

P-value berdasarkan perhitungan program SPSS for

Windows versi 17.0, maka hasilnya nilai korelasi r hitung sebesar 0,761 lebih Besar dari koefisien r tabel sebesar 0,176 pada taraf signifikansi 5% atau P- value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai korelasi r hitung lebih besar dengan koefisien r tabel pada taraf signifikansi 5% atau P-value lebih kecil dari 0,05, Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa yang tinggal di pesantren dengan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

148

Lampiran 13. Dokumentasi


(6)