PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS III SD MUHAMMADIYAH MUTIHAN KULON PROGO.

(1)

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP SIKAP TANGGUNG

JAWAB SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS III SD MUHAMMADIYAH

MUTIHAN KULON PROGO

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh: Liaizati NIM 13108241036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

ii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP SIKAP TANGGUNG

JAWAB SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS III SD MUHAMMADIYAH

MUTIHAN KULON PROGO Oleh:

Liaizati NIM 13108241036

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing terhadap sikap tanggung jawab siswa kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Kulon Progo (2) mengetahui perbedaan sikap tanggung jawab siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan pembelajaran tidak menggunakan snowball throwing.

Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III.1 dan III.2 SD Muhammadiyah Mutihan yang berjumlah 55 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan skala psikologi. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan skala psikologi sikap tanggung jawab siswa yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Hasil uji validitas menunjukkan 22 butir pernyataan yang valid dan hasil reliabilitas sebesar 0,825. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif yang didukung dengan uji t (t-test).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) adanya pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing terhadap sikap tanggung jawab siswa di kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Kulon Progo. Berdasarkan hasil uji t diperoleh t hitung sebesar 2,175 lebih besar dari t tabel 1,674 (2,175>1,674) dan nilai signifikansi sebesar 0,034 lebih kecil dari nilai signifikansi sebesar pada taraf 5% (0,034<0,05). (2) Terdapat perbedaan sikap tanggung jawab siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan pembelajaran tidak menggunakan snowball throwing. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil perhitungan skor rata-rata post-test kelompok eksperimen sebesar 7,5 lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol sebesar 69.


(3)

iii

THE INFLUENCE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF SNOWBALL THROWING TYPE TOWARD RESPONSIBILITY

ATTITUDE ON THE SUBJECTS PKNIN THIRD GRADER OF MUHAMMADIYAH MUTIHAN ELEMENTARY

SCHOOL KULON PROGO

By: Liaizati NIM 13108241036

ABSTRACT

This study aimed to (1) to know the influence of cooperative learning model of snowball throwing type toward the responsibility attitude of third grader of Muhammadiyah Mutihan elementary school in Kulon Progo (2) to know the difference of student responsibility attitude following learning using cooperative learning model of snowball throwing type and learning does not use Snowball throwing.

This type of research was Quasi Experiment. The research design used was Nonequivalent Control Group Design. The subjects of this study were students of class III.1 and III.2 Muhammadiyah Mutihan elementary school , which amounts to 55 students. Data collection techniques use observation and psychological scale. The instrument used is an observation sheet of cooperative learning model of snowball throwing type and psychology scale of student responsibility attitude which has been tested for validity and reliability. Validity test results indicate 22 valid statement items and reliability results of 0.825. Data analysis techniques use descriptive statistics supported by t test (t-test).

The results showed that: (1) there was a significant influence on the cooperative learning model of snowball throwing type toward the attitude of the students' responsibility in the third grade of SD Muhammadiyah Mutihan Kulon Progo. Based on the result of t test is obtained t count equal to 2,175 bigger than t table 1,674 (2,175> 1,674) and significance value equal to 0,034 smaller than significance value equal to level 5% (0,034 <0,05). (2) There is difference of student responsibility attitude following learning using cooperative learning model of snowball throwing type and learning not using snowball throwing. This is shown based on the calculation of the average score of post-test experimental group of 7.5 higher than the control group of 69.


(4)

(5)

v

LEMBAR PERSETUJUAN Tugas Akhir Skripsi dengan Judul

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP SIKAP TANGGUNG

JAWAB SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS III SD MUHAMMADIYAH

MUTIHAN KULON PROGO

Juli


(6)

(7)

vii MOTTO

Tak ada orang yang akan sukses jika tidak siap menghadapi dan menanggulangi kesulitan-kesulitan dan mempersiapkan diri memikul tanggung jawab.

(William J. H. Boetcker)

Jika Anda ingin anak-anak berdiri dengan tegak, taruhlah beberapa tanggung jawab di atas pundak mereka.


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Sebuah karya ini saya persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan motivasi, perhatian, nasehat, moral dan material yang begitu besar. Terima kasih berkat doa restu dan ridhonya, akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Almamater PGSD FIP UNY 3. Nusa bangsa, Negara dan Agama.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian prasyarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing terhadap Sikap Tanggung Jawab Siswa pada Mata Pelajaran PKn Kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Kulon Progo” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. E. Kus Eddy Sartono, M.Si selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Agung Hastomo, M.Pd selaku validator instrumen penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

3. Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

4. Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

5. Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

6. Alip Mulyono S.Pd.M.S.I selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Mutihan yang telah memberi ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Para guru dan staf SD Muhammadiyah Mutihan yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.


(10)

x

8. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 10 Juli 2017 Penulis

Liaizati


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Peneltian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Sikap Tanggung Jawab ... 13

1. Pengertian Sikap Tanggung Jawab ... 13

2. Macam-macam Sikap Tanggung Jawab ... 14

3. Indikator Sikap Tanggung Jawab ... 18

B. Kajian tentang Model Pembelajaran Kooperatif ... 20

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 20

2. Tipologi Pembelajaran Kooperatif ... 22

3. Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 23

4. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 25

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing ... 26

6. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing ... 27

7. Kelebihan dan Kekurangan Snowball Throwing ... 31

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 33

D. Keterkaitan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing dengan Sikap Tanggung Jawab ... 37

E. Penelitian yang Relevan ... 40


(12)

xii

G. Hipotesis Penelitian ... 44

H. Definisi Oprasional ... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 46

B. Desain Penelitian ... 47

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

D. Subyek Penelitian ... 49

E. Variabel Penelitian ... 50

F. Teknik Pengumpulan Data ... 50

G. Instrumen Penelitian ... 51

H. Analisis Instrumen Penelitian ... 55

I. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 62

1. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian ... 62

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 62

B. Analisis Data ... 88

1. Uji Prasyarat ... 88

2. Uji Hipotesis ... 89

C. Pembahasan ... 92

D. Keterbatasan Penelitian ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kisi-kisi instrumen sikap tanggung jawab ... 52

Tabel 2. Lembar observasi model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ... 54

Tabel 3. Hasil uji validitas skala sikap tanggung jawab siswa ... 57

Tabel 4. Kisi-kisi instrumen sikap tanggung jawab siswa setelah uji coba .... 58

Tabel 5. Hasil pre-test pada kelompok eksperimen ... 63

Tabel 6. Perhitungan statistik pre-test kelompok eksperimen ... 65

Tabel 7. Hasil pre-test pada kelompok kontrol ... 66

Tabel 8. Perhitungan statistik pre-test kelompok kontrol ... 67

Tabel 9. Hasil pre-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ... 68

Tabel 10. Jadwal observasi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ... 70

Tabel 11. Hasil observasi pertemuan pertama ... 72

Tabel 12. Hasil observasi pertemuan kedua ... 74

Tabel 13. Hasil pos-test pada kelompok eksperimen ... 77

Tabel 14. Perhitungan statistik post-test kelompok eksperimen ... 78

Tabel 15. Hasil post-test pada kelompok kontrol ... 79

Tabel 16. Perhitungan statistik post-test kelompok kontrol ... 80

Tabel 17. Hasil post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ... 82

Tabel 18. Hasil pre-test dan post-test ... 84

Tabel 19. Perbandingan skor rata-rata tanggung jawab siswa ... 85

Tabel 20. Hasil uji normalitas pre-test dan post-test ... 88

Tabel 21. Hasil uji homogenitas sikap tanggung jawab ... 89

Tabel 22. Hasil post-test sikap tanggung jawab siswa ... 90


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir ... 44

Gambar 2. Nonequivalent Control Group Design ... 48

Gambar 3. Diagram batang pre-test kelompok eksperimen ... 64

Gambar 4. Hasil pre-test kelompok kontrol ... 67

Gambar 5. Diagram batang pre-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. ... 69

Gambar 6. Diagram batang post-test kelompok eksperimen kontrol ... 78

Gambar 7. Hasil post-test kelompok kontrol ... 80

Gambar 8.Diagram batang hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol ... 83

Gambar 9. Diagram hasil pre-test post-test kelompok kontrol dan eksperimen ... 85

Gambar 10. Diagram batang perbandingan skor rata-rata pre-test dan post-test ... 87


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 107

Lampiran 2. Kuesioner Tanggung Jawab Siswa Sebelum Uji Coba ... 129

Lampiran 3. Lembar Observasi Guru ... 131

Lampiran 4. Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 133

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 135

Lampiran 6. Kuesioner Tanggung Jawab Setelah Uji Coba ... 137

Lampiran 7. Data Hasil Pre-test Kelompok Kontrol ... 140

Lampiran 8. Data Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen ... 142

Lampiran 9. Data Hasil Post-test Kelompok Kontrol ... 144

Lampiran 10. Data Hasil Post-test Kelompok Eksperimen ... 146

Lampiran 11. Hasil Observasi Guru di Kelompok Eksperimen 1 ... 148

Lampiran 12. Hasil Observasi Guru di Kelompok Eksperimen 2 ... 149

Lampiran 13. Hasil Uji Prasyarat ... 151

Lampiran 14. Hasil Uji Hipotesis ... 153

Lampiran 15. Contoh Pre-test Kelompok Eksperimen ... 155

Lampiran 16. Contoh Post-test Kelompok Eksperimen ... 156

Lampiran 17. Contoh Pre-test Kelompok Kontrol ... 157

Lampiran 18. Contoh Post-test Kelompok Kontrol ... 158

Lampiran 19. Dokumentasi Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing ... 160

Lampiran 20. Dokumentasi Pembelajaran Kelas Kontrol ... 162


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupu kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya, selaku warga masyarakat, bangsa dan negara, secara berguna dan bermakna serta mampu mengatasi permasalahan dalam kehidupan. Hal ini dipertegas dalam tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal dalam pasal 3 yang menyatakan bahwa,

”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Berdasarkan uraian di atas pendidikan memiliki dua tujuan utama yaitu membantu orang menjadi pintar dan lebih baik. Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mencetak individu yang pandai dan terampil, tetapi juga dapat menanamkan sikap dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma di dalam masyarakat. Pendidikan dimaksudkan untuk menyiapkan manusia menjadi warga negara yang baik. Maksud pernyataan ini adalah agar manusia menjadi warga


(17)

2

negara yang dapat melaksanakan semua kewajiban dan memahami akan haknya secara baik. Maka dari itu untuk mencapai tujuan pendidikan diharapkan pembelajaran tidak hanya berpusat pada aspek kognitif (pengetahuan) saja melainkan mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif (pengetahuan), aspek psikomotor (keterampilan), dan aspek afektif (sikap/perilaku/karakter).

Hasil belajar ranah kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir, mencakup kemampuan yang lebih sederhana sampai dengan kemampuan untuk memecahkan masalah. Hasil belajar ranah psikomotorik berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara saraf dan otot. Sedangkan hasil belajar ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Ketiga hasil belajar dalam perilaku siswa tidak berdiri sendiri atau lepas satu sama lain, tetapi merupakan satu kesatuan.

Ranah afektif sangat diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan untuk membentuk manusia yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan pendidikan karakter. Sejalan dengan pendidikan karakter, kurikulum 2013 menekankan pada pembentukan sikap yang meliputi pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan. Salah satu ciri kurikulum 2013 adalah selalaui mengaitkan antar sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam satu kontek pembelajaran. Sekolah merupakan salah satu alternatif dalam menerapkan


(18)

3

pendidikan karakter. Asmani (2012: 43) mengemukakan bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan disekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter, diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan yang ada tidak hanya melahirkan seseorang yang ahli dalam bidang tertentu akan tetapi bagaimana seseorang mampu membawa diri dalam lingkungan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Kemendiknas dalam Suyadi (2013:7) telah merumuskan 18 nilai karakter yang dapat ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter bangsa. Karakter yang dimaksud adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan dan nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Karakter-karakter yang baik ini perlu ditanamkan kepada anak sejak dini. Sekolah Dasar menjadi salah satu tempat penanaman karakter bagi siswa. Siswa kelas III SD berada pada masa kanak-kanak akhir. Pada masa ini siswa kelas III seharusnya sudah memahami tentang aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Hal tersebut berbeda dengan hasil observasi pra penelitian yang dilakukan peneliti pada pembelajaran di kelas III SD Muhammadiyah Mutihan


(19)

4

Kulon Progo. Pada hasil observasi pra penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan PR yang diberikan oleh guru. Pada saat proses belajar mengajar siswa juga sering tidak memperhatikan pembelajaran yang disampaikan oleh guru, dan tidak jarang siswa ramai sendiri di dalam kelas. Hal ini mengakibatkan siswa tidak fokus dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Selain itu, kondisi kelas yang cenderung tidak bersih menunjukkan bahwa tidak semua siswa melaksanakan tugas piket yang telah disusun di kelas. Berdasarkan hasil observasi ini, dapat diketahui bahwa tanggung jawab siswa kurang.

Berdasarkan hasil wawancara guru kelas III di SD Muhammadiyah Mutihan Kulon Progo, masih ada siswa yang curang dalam mengerjakan tugas yaitu dengan mencontek atau bertanya dengan siswa lainnya. Menurut penuturan guru, kegiatan piket tidak dilaksanakan oleh semua siswa dan masih ada siswa yang datang terlambat ke sekolah. Selain itu, sering terjadi perkelahian antar siswa di dalam kelas dikarenakan hal yang kecil. Perkelahian ini dapat terjadi dikarenakan ada beberapa siswa yang sering menjahili teman sekelasnya dan tidak bersedia bila disalahkan atas perbuatannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum bisa bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukannya.

Salah satu nilai karakter yang diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah sikap tanggung jawab yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Menurut Mustari (2011: 21) tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),


(20)

5

negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Tanggung jawab erat kaitanya dengan hak dan kewajiban yang harus dilakukan oleh seseorang. Dengan tertibnya penggunaan hak dan kewajiban timbulah rasa tanggung jawab. Sikap tanggung jawab yang baik berada pada penimbangan yang serasi antara perolehan hak dan penunaian kewajiban.

Sikap tanggung jawab sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap peserta didik dalam pembentukan karakter yang baik. Sikap tanggung jawab merupakan perilaku sebagai perwujudan kesadaran dalam melaksanakan kewajiban. Terbentuknya sikap tanggung jawab dapat membantu kegiatan belajar, dapat menimbulkan rasa senang untuk belajar dan meningkatkan hubungan sosial. Sikap tanggung jawab yang harus dilaksanakan sebagai pelajar di sekolah adalah belajar dengan baik, mengerjakan tugas sekolah, mentaati aturan dan tata tertib yang berlaku, serta bersedia menerima resiko atas perbuatan yang dilakukan. Oleh karena itu, sikap tanggung jawab menjadi salah satu prasyarat yang akan mengantarkan peserta didik sukses dalam belajar.

Pembentukan sikap tanggung jawab sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sikap tanggung jawab adalah pendidikan. Dalam pendidikan terjadilah proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Di dalam kegitan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan otot-ototnya harus dapat bekerja secara harmonis, sehingga subjek belajar itu


(21)

6

bertindak atau melakukannya. Belajar harus aktif tidak sekedar menerima pembelajaran, namun harus ada hubungan timbal balik yang terjadi antara guru dengan siswa. Selain itu pembelajaran hendaknya dapat membentuk karakter yang baik bagi setiap siswa.

Mata pembelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan karakter yang baik sebagai warga negara. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 37, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Karakteristik mata pelajaran PKn menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Jadi, diharapkan dengan pembelajaran PKn sikap dan mental siswa dapat terbentuk dengan baik, sehingga dapat mengatasi semua permasalahan yang terjadi. Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang menurut guru sulit diajarkan kepada siswa. Guru memberikan pernyataan berikut karena materi yang diajarkan dalam pembelajaran PKn bukan hanya untuk mencapai nilai yang tinggi, namun juga menerapkan karakter pada siswa. Saat ini guru masih memusatkan pembelajaran PKn pada ranah kognitif saja sehingga belum sesuai dengan tujuan mata pelajaran PKn yaitu untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter.


(22)

7

Sebagai upaya untuk mencapai tujuan mata pelajaran PKn, perlu diadakan inovasi pembelajaran yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 19 Ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu proses pembelajaran pada satuan pendidikan dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Guru sebagai komponen pendidikan perlu melakukan pembaharuan terutama pada proses pembelajaran agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal. Pembaharuan yang dapat dilakukan oleh guru yaitu dengan menerapkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa, agar siswa mampu belajar mandiri, tidak tergantung terus menerus pada guru dan aktif dalam proses belajar mengajar.

Upaya yang dapat dilakukan guru agar pembelajaran Pkn menjadi efektif dan menyenangkan yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang bervariasi. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah kooperatif, menurut Taniredja, dkk (2011: 56) pada dasarnya kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antar sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk melatih kompetensi sikap, sosial, dan kepekaan terhadap orang lain, serta juga kolaborasi dengan orang lain.


(23)

8

Penerapan teknik pembelajaran kooperatif ini dapat memberikan manfaat antara lain meningkatkan kualitas hasil pembelajaran, prestasi akademik, dan mengembangkan sikap sosial siswa.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe pembelajaran. Model pembelajaran tersebut antara lain Jigsaw, Think Pair Share, Numbered Heads Together, Group Investigation, Two Stay Two Stray, Make a Match, Listening Team, Inside Outside Circle, Bamboo Dancing, Point Countern Point, The Power of Two, Student Team Achievement Divisions, dan Snowball Throwing. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat mengembangkan sikap tanggung jawab siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Snowball throwing dapat melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas. Siswa dituntut untuk menyampaikan materi serta menjawab pertanyaan dari siswa lain. Model pembelajaran snowball throwing adalah model pembelajaran kelompok yang nantinya setiap anggota kelompok membuat pertanyaan pada selembar kertas dan membentuknya menyerupai bola, kemudian bola tersebut dilempar ke anggota kelompok lain sesuai waktu yang di tentukan dan selanjutnya masing-masing siswa menjawab pertanyaan yang ada dalam bola tersebut. Dengan penerapan metode ini, siswa dilatih untuk bertanggung jawab atas hasil belajarnya dan teman sekelompoknya.

Model pembelajaran tipe snowball throwing ini belum pernah digunakan guru dalam pembelajaran di kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Kulon Progo. Oleh karena itu, peneliti akan mengujicobakan model pembelajaran kooperatif


(24)

9

tipe snowball throwing ini dalam pembelajaran di kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Kulon Progo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran tipe snowball throwing berpengaruh terhadap sikap tanggung jawab siswa dan perbedaan sikap tanggung jawab siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan pembelajaran tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing terhadap Sikap Tanggung Jawab Siswa pada Mata Pelajaran PKn Kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Kulon Progo”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Beberapa siswa tidak mengerjakan tugas atau PR yang diberikan oleh guru. 2. Masih ada siswa yang curang dalam mengerjakan tugas.

3. Belum semua siswa mengerjakan tugas piket di kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Kulon Progo.

4. Beberapa siswa tidak memperhatikan guru saat proses pembelajaran sehingga siswa tidak fokus dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

5. Banyak kasus perkelahian di sekolah yang melibatkan siswa. 6. Masih ada siswa yang datang terlambat ke sekolah.


(25)

10

7. Guru belum pernah menggunakan model pembelajaran tipe snowball throwing di kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Kulon Progo.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini, dibatasi pada masalah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing terhadap sikap tanggung jawab siswa pada mata pelajaran PKn kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Kulon Progo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah penelitian yang dikemukakan, maka rumusan masalah yang diajukan sebagai berikut.

1. Apakah penggunaan model pembelajaran snowball throwing berpengaruh signifikan terhadap sikap tanggung jawab siswa pada mata pelajaran PKn kelas III di SD Muhammadiyah Mutihan Kulon Progo?

2. Apakah ada perbedaan sikap tanggung jawab siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan pembelajaran tidak menggunakan snowball throwing?


(26)

11 E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan metode pembelajaran snowball throwing terhadap sikap tanggung jawab siswa pada mata pelajaran PKn kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Kulon Progo.

2. Mengetahui perbedaan sikap tanggung jawab siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan pembelajaran tidak menggunakan snowball throwing.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan apakah ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran snowball throwing terhadap sikap tanggung jawab siswa di sekolah.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

Penelitian ini dapat menjadikan siswa lebih aktif selama proses pembelajaran dan mengembangkan sikap tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. b. Bagi guru

Meningkatkan pemahaman guru dalam rangka meningkatkan sikap tanggung jawab siswa dapat digunakan model pembelajaran yang bervariasi, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah snowball throwing.


(27)

12 c. Bagi sekolah

Meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah melalui peningkatan kualitas guru dan siswa dalam pembelajaran dan memberikan kontribusi positif kepada sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.


(28)

13 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Sikap Tanggung Jawab 1. Pengertian Sikap Tanggung Jawab

Tanggung jawab menurut Sujarwa (2014: 126) adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Dengan kata lain tanggung jawab dapat diartikan sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Nashir (2013: 82) yang menyatakan tanggung jawab ialah kesadaran dari dalam diri sendiri untuk melaksanakan tugas atau kewajiban. Tanggung jawab dapat diwujudkan melalui proses pelatihan yang intensif sejak dini melalui pengalaman (learning by doing), pembiasaan (internalisasi), pelembagaan (institusionalisasi), dan praktik sehari-hari secara penuh disiplin.

Menurut Mustari (2014:19) tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan. Sedangkan menurut Lickona (2012: 72) tanggung jawab secara literal berarti kemampuan untuk merespon atau menjawab. Tanggung jawab berorientasi terhadap orang lain, memberikan bentuk perhatian, dan secara aktif memberikan respons terhadap apa yang mereka inginkan.

Menurut Asmani (2012: 90) tanggung jawab pada usia 7-8 tahun merupakan perwujudan dari niat dan tekad untuk melakukan tugas yang diemban. Tanggung


(29)

14

jawab yang harus dimiliki siswa SD adalah bentuk tanggung jawab pada diri sendiri dan tanggung jawab pada tugas yang diemban. Seseoarang yang mempunyai tanggung jawab akan mengeluarkan segala kemampuan terbaiknya untuk memenuhi tanggung jawab tersebut.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap tanggung jawab adalah perilaku sebagai perwujudan kesadaran akan tugas dan kewajiban yang dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara dan Tuhan. Tanggung jawab menekankan pada kewajiban positif untuk saling melindungi satu sama lain. Tanggung jawab yang baik berada pada perimbangan yang serasi antara perolehan hak dan penunaian kewajiban oleh setiap orang. Tanggung jawab berarti melaksanakan sebuah pekerjaan atau kewajiban baik di dalam keluarga, di sekolah, maupun di tempat bekerja dengan sepenuh hati dan memberikan yang terbaik.

2. Macam-macam Sikap Tanggung Jawab

Mustari (2014: 21-24) mengemukakan macam-macam sikap tanggug jawab sebagai berikut.

a. Tanggung jawab personal

Orang yang bertanggung jawab pada dirinya adalah orang yang bisa melakukan kontrol internal sekaligus eksternal. Kontrol internal adalah satu keyakinan bahwa ia boleh mengkontrol dirinya, dan yakin bahwa kesuksesan yang dicapai adalah hasil dari usaha sendiri.


(30)

15 b. Tanggung jawab moral

Tanggung jawab moral biasanya merujuk pada pemikiran bahwa seseorang mempunyai kewajiban moral dalam situasi tertentu. Tidak taat pada kewajiban-kewajiban moral, kemudian menjadi alasan untuk diberikan hukuman. Hukuman berlaku kepada mereka yang mampu berefleksi atas situasi mereka, membentuk niat tentang bagaimana mereka bertindak, dan kemudian melakukan tindakan itu. Mereka ini disebut agen-agen moral.

c. Tanggung jawab sosial

Tanggung jawab sosial bukan hanya masalah memberi atau tidak membuat kerugian kepada masyarakat. Tetapi bisa juga tanggung jawab sosial itu merupakan sifat-sifat manusia yang perlu dikendalikan dalam hubungan dengan oran lain.

Mustari (2014: 24) menjelaskan nilai-nilai yang harus ada pada manusia apabila berinteraksi dalam masyarakat atau dengan orang lain diantaranya adalah:

1) Senantiasa bicara benar

2) Menghindarkan perasaan iri dengki 3) Tidak bakhil

4) Bersikap pemaaf 5) Adil

6) Amanah

7) Tidak sombong

Itulah sikap-sikap positif yang perlu ada pada semua individu, karena sebagai manusia mereka tidak boleh lepas dari menjalankan kehidupan sosial.

Sedangkan menurut Sujarwa (2014:129-131) macam-macam tanggung jawab yang melekat pada diri manusia antara lain.


(31)

16 a. Tanggung jawab pribadi

Manusia sebagai individu memiliki pribadi yang utuh dalam berpendapat, berperasaan, berangan-angan, dan bertindak apa saja. Sebagai individu juga harus berani bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya.

b. Tanggung jawab kepada keluarga

Sebagai anggota keluarga, setiap orang harus bertanggung jawab kepada dirinya maupun keluarga. Tanggung jawab ini meliputi bentuk kesejahteraan dan keselamatan fisik, pendidikan secara lahiriah, dan juga menyangkut nama baik yang tertuju pada pendidikan dan kehidupan dunia akhirat.

c. Tanggung jawab kepada masyarakat

Manusia sebagai anggota masyarakat dan berada di tengah-tengah masyarakat sehingga dalam berpikir, bertingkah laku, berbicara dan segala aktivitas manusia terkait oleh masyarakat. Maka sudah sepantasnya apabila tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. d. Tanggung jawab kepada bangsa dan Negara

Sebagai warga Negara, setiap orang bertanggung jawab terhadap Negara dan bangsanya.

e. Tanggung jawab kepada Tuhan

Manusia sebagai ciptaan Tuhan dapat mengembangkan dirinya, seperti akal, pikiran, perasaan, dan anggota tubuhnya. Semua itu atas kuasa Tuhan, sehingga apapun yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.


(32)

17

Menurut Sukanto (Mustari, 2014: 20-21) menyatakan bahwa antara tanggung jawab yang mesti ada pada manusia sebaga berikut.

a. Tanggung jawab kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan dengan cara takut kepada-Nya, bersyukur, dan memohon petunjuk. Semua manusia beranggung jawab kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta. Tak ada seorangpun manusia yang lepas bebas dari tanggung jawab, kecuali orang itu gila atau anak-anak.

b. Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan, penindasan, dan pelakuan kerjam dari manapun datangnya.

c. Tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi yang berlebihan dalam mencari nafkah, ataupn sebaliknya, dari bersifat kekurangan ekonomi.

d. Tanggung jawab terhadap anak, suami/istri, dan keluarga. e. Tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar.

f. Tanggung jawab berpikir, tidak perlu mesti meniru orang lain dalam menyetujui pendapat umum atau patuh secara membuta terhadap nilai-nilai tradisi, menyaring segala informasi untuk dipilih, memilih yang berguna dan mana yang merugikan kita. Dalam kebebasan berfikir perlu adanya pemupukan kreasi, yang berarti mampu mencari pemecahan dan masalah-masalah hidup yang kian rumit kita hadapi, dan menciptakan alternatif baru yang berguna bagi masyarakat.

g. Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan, termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk pencemaran.


(33)

18

Pendapat yang dikemukakan oleh Mustari dan Sujarwa lebih bersifat luas. Sedangkan pendapat dari Sukanto lebih rinci dan spesifik. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa ada beberapa macam tanggung jawab menurut Mustari meliputi tanggung jawab personal, moral, dan sosial. Menurut Sujarwa meliputi tanggung jawab pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara, dan Tuhan. Sedangkan macam-macam tanggung jawab menurut Sukanto meliputi tanggung jawab kepada Tuhan, tanggung jawab membela diri, tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi, tanggung jawab sosial, tanggung jawab keluarga, tanggung jawab berpikir dan tanggung jawab memelihara hidup.

3. Indikator Sikap Tanggung Jawab

Sikap tanggung jawab disebabkan karena seseorang itu memilih untuk bertindak atau berbicara atau mengambil posisi tertentu. Demikian karena bertanggung jawab berarti melaksanakan tugas secara sungguh-sungguh, berani menanggung konsekuensi dari sikap, perkataan, dan tingkah lakunya. Dari sini timbul indikasi-indikasi yang diharuskan dalam diri seseorang yang bertanggung jawab (Mustari, 2014:22). Adapun ciri-ciri seseorang yang bertanggung jawab menurut Mustari antara lain:

a. Memilih jalan lurus.

b. Selalu memajukan diri sendiri. c. Menjaga kehormatan diri. d. Selalu waspada.

e. Memiliki komitmen pada tugas.

f. Melakukan tugas dengan standar yang terbaik. g. Mengakui semua perbuatannya.

h. Menepati janji.


(34)

19

Sedangkan menurut Siburian (2011: 2) orang yang bertanggung jawab memiliki ciri-ciri yaitu sebagai berikut.

a. Melakukan apa yang seharusnya dilakukan. b. Membuat rencana ke depan.

c. Tekun dan selalu mencoba. d. Selalu melakukan yang terbaik. e. Mengontrol diri.

f. Berdisiplin.

g. Berpikir sebelum bertindak dan mempertimbangkan konsekuensi. h. Bertanggung jawab atas kata-kata, tindakan dan sikap.

i. Menetapkan contoh yang baik bagi orang lain.

Menurut Noor (2012: 104) tanggung jawab adalah bebas dalam menjalankan kewajiban dan tugas, menunjukkan dapat diandalkan dan konsisten dalam perkataan dan perbuatan, dapat dipercaya dalam setiap kegiatan, dan komitmen untuk aktif terlibat di lingkungan. Lebih lanjut, Daryanto dan Suryatri Darmiatun (2013: 142-143) mengemukakan dua indikator tanggung jawab yaitu tanggung jawab di sekolah dan tanggung jawab di kelas, adapun penjabarannnya sebagai berikut.

Indikator tanggung jawab di sekolah meliputi:

a. Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tulis

b. Melakukan tugas tanpa disuruh

c. Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat d. Menghindari kecurangan dalam pelaksanaan tugas

Indikator tanggung jawab di kelas

a. Pelaksanaan tugas piket secara teratur b. Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah


(35)

20 c. Mengajukan usul dalam pemecahan masalah

Berdasarkan beberapa uraian di atas, peneliti mengembangkan indikator sikap tanggung jawab yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya

b. Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat c. Menghindari kecurangan dalam pelaksanaan tugas

d. Peran serta aktif dalam belajar

e. Mengajukan usul dalam pemecahan masalah f. Menghormati dan menghargai aturan

Indikator tersebut akan dijadikan sebagai instrumen dalam penyusunan skala sikap tanggung jawab. Penyusunan indikator disesuikan berdasarkan sikap tanggung jawab yang harus dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar khususnya kelas III SD. Indikator yang digunakan berjumlah 6 butir yang nantinya akan dijabarkan ke dalam pernyataan-pernyataan yang lebih rinci. Setiap pernyataan akan mewakili indikator dari sikap tanggung jawab.

B. Kajian tentang Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menurut Hamdayama (2016: 64) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang memiliki latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa atau suku yang berbeda. Lebih lanjut, menurut Shoimin (2016: 45) model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran


(36)

21

dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkostruksi konsep dan menyelesaikan persoalan. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Menurut Slavin (Fathurohman, 2015: 45) model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana upaya-upaya berorientasi pada tujuan tiap individu menyumbang pencapaian tujuan individu lain guna mencapai tujuan bersama. Sejalan dengan hal tersebut Roger,dkk (Huda, 2015: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang di dalamnya setiap pembelajaran bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok yang dalam satu kelompok memiliki latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda serta setiap individu bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan pembelajaran di dalam kelompok.


(37)

22 2. Tipologi Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (Taniredja, 2011: 57-58) ada enam tipologi pebelajaran kooperatif, yaitu:

a. Tujuan kelompok, banyak metode pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok yang bisa berupa sertifikat atau rekognisi lainnya kepada tim yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. b. Tanggung jawab individu, yang dilaksanakan dengan dua cara. Pertama dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata individu atau penilaian lainnya, seperti dalam model pembelajaran siswa. Kedua, merupakan spesialisasi tugas dengan memberikan setiap siswa tanggung jawab khusus untuk sebagia tugas kelompok.

c. Kesempatan sukses yang sama, yang merupakan karakteristik unik metode pembelajaran tim siswa, yakni penggunaan skor yang memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam timnya. d. Kompetisi tim,sebagai sarana untuk motivasi siswa untuk bekerja sama

dengan anggota timnya.

e. Spesialisasi tugas, tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap masing-masing anggota kelompok.

f. Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok, metode ini akan mempercepat langkah kelompok.

Jadi, ada enam tipologi pembelajaran kooperatif yaitu tujuan kelompok, tanggung jawab individu, kesempatan sukses yang sama, kompetisi tim, spesialisasi tugas, dan adaptasi terhadap kebutuhan kelompok.


(38)

23 3. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Para ahli seperti yang disampaikan George Jacobs (Warsono dan Hariyanto, 2012:162) sepakat ada delapan prinsip yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, antara lain sebagai berikut:

a. Pembentukan kelompok harus heterogen, maksudnya dalam pembelajaran pembentukan kelompok siswa harus diatur terdiri dari satu atau lebih sejumlah variable seperti jens kelamin, etnis, kelas sosial, kepribadian, dan lain-lain. b. Perlunya keterampilan kolaboratif, misalnya para siswa mampu memberikan

alasan, berargumentasi, menjaga perasaan siswa lain, bertoleransi, tidak hanya mau menang sendiri.

c. Otonomi kelompok. Siswa didorong untuk mencari jawaban sendiri, membuat proyek sendiri dari pada selalu bergantung kepada guru.

d. Interaksi simultan. Masing-masing beraktivitas menuju tujuan besama, ada yang menjadi juru bicara dalam kelompok.

e. Partisipasi yang adil dan setara, tidak boleh hanya ada satu atau dua siswa saja yang mendominasi.

f. Tanggung jawab individu. Setiap siswa harus mencoba untuk belajar dan kemudian saling berbagi pegetahuannya.

g. Ketergantungan positif. Setiap siswa harus berpedoman “satu untuk semua

dan semua untuk satu” dalam mencapai pengembangan potensi akademis.

h. Kerja sama sebagai nilai karakter. Kerja sama tidak hanya sebagai cara untuk belajar, namun kerja sama juga menjadi bagain dari isi pembelajaran.


(39)

24

Menurut Nur (Daryanto dan Rahardjo, 2012: 242) prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajaranya.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi yang ditangani dalam kelompok.

Sedangkan menurut Hamdayama (2014: 64-65) terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif yang meliputi

a. Prinsip ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota. b. Tanggung jawab perseorangan, keberhasilan kelompok tergantung pada setiap

anggotanya sehingga setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.

c. Interaksi tatap muka, pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan.

d. Partisipsi dan komunikasi, pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi.

Prinsip-prinsip yang disampaikan oleh George Jacobs dan Hamdayama pada dasarnya memiliki banyak kesamaan. Sedangkan prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif yang disampakan oleh Nur menitikberatkan pada peran setiap anggota


(40)

25

kelompok atau setiap siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, ada beberapa kesamaan dalam prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif yaitu prinsip tanggung jawab setiap individu. Hal ini dikarenakan keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya sehingga setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. 4. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Tujuan dari pembelajaran kooperatif menurut Fathurrohman (2015: 48) adalah menciptakan situasi ketika keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Selain itu, pembelajaran kooperatif ini dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting. Ketiga tujuan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.

a. Hasil belajar akademik

Tujuannya yaitu membantu peserta didik dalam memahami konsep-konsep yang sulit dan dapat meningkatkan nilai (prestasi) peserta didik pada belajar akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan ketiga adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki oleh siswa sebagai bekal untuk hidup dalam lingkungan sosialnya.


(41)

26

Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang. Ketiga, yaitu untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Dengan kata lain keberhasilan individu dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran snowball throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Menurut Shoimin (2016: 174) model pembelajaran snowball throwing merupakan pengembangan dari metode diskusi dan merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung lebih menyenangkan.

Menurut Hamdayama (2014: 158) pebelajaran snowball throwing adalah suatu model pembelajaran yang membagi murid dalam beberapa kelompok, yang nantinya masing-masing anggota kelompok membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas dan membentuknya seperti bola, kemudian bola tersebut dilempar ke murid yang lain selama durasi waktu yang ditentukan, yang selanjutnya masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.


(42)

27

Model pembelajran snowball throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok (Fathurohman, 2015:61). Lemparan pertanyaan menggunkan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran snowball throwing adalah model pembelajaran kelompok yang nantinya setiap anggota kelompok membuat pertanyaan pada selembar kertas dan membentuknya menyerupai bola, kemudian bola tersebut dilempar ke anggota kelompok lain sesuai waktu yang di tentukan dan selanjutnya masing-masing siswa menjawab pertanyaan yang ada dalam bola tersebut. Kegiatan melempar bola ini akan membuat kelompok lebih dinamis karena siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara tetapi juga melakukan kegiatan fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Penggunaan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan keaktifan belajar dan tanggung jawab siswa ini dirasa cukup efektif karena mampu menumbuhkembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam diri siswa.

6. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball throwing

Langkah-langkah pembelajaran snowball throwing menurut Shoimin (2016:175-176).


(43)

28

a. Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotifasi siswa

Menyampaikan seluruh tujuan dalam pembelajaran dan motivasi siswa. b. Fase 2 Meyajikan informasi

Menyampaikan informasi tentang materi pembelajaran siswa.

c. Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

 Memberikan informasi kepada siswa tentang prosedur pelaksanaan snowball throwing.

 Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar terdiri dari beberapa orang siswa.

d. Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

 Memanggil ketua kelompok dan menjelaskan materi serta pembagian tugas kelompok.

 Meminta ketua kelompok kembali ke kelompok masing-masing untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru dengan anggota kelompok.

 Memberikan selembar kertas kepada setiap kelompok dan meminta kelompok tersebut menulis pertanyaan sesuai dengan materi yang dijelaskan guru.

 Meminta setiap kelompok untuk menggulung dan melemparkan pertanyaan yang telah ditulis pada kertas kepada kelompok lain.

 Meminta setiap kelompok menuliskan jawaban atas pertanyaan yang didapatkan dari kelompok lain pada kertas kerja tersebut.


(44)

29 e. Fase 5 Evaluasi

Guru meminta setiap kelompok untuk membacakan jawaban atas pertanyaan yang diterima dari kelompok lain.

f. Fase 6 Memberi penilaian/penghargaan

Memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan snowball throwing menurut Hamdayama (2014: 159) adalah sebagai berikut. a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai. b. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua

kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. d. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk

menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

e. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit.

f. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang ditulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

g. Evaluasi h. Penutup


(45)

30

Langkah-langkah pembelajaran menurut kedua pendapat di atas ada beberapa perbedaan. Menurut pendapat Aris Soihimin pertanyaan di buat oleh setiap kelompok sedangkan menurut Hamdayama pertanyaan dibuat oleh masing-masing siswa dalam tiap kelompok. Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah model pembelajaran snowball throwing yang akan digunakan oleh peneliti sebagai berikut.

a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai b. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua

kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi

c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya d. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk

menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

e. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit.

f. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang ditulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

g. Evaluasi h. Penutup


(46)

31

7. Kelebihan dan Kekurangan Snowball Throwing

Snowball throwing memiliki kelebihan dan kekurangan, menurut Safitri (2011:19) yang menjadi kelebihan model snowball throwing sebagai berikut. a. Melatih kesiapan murid dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber

pada materi yang diajarkan serta saling memberikanpengetahuan.

b. Murid lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajarai.

c. Dapat membangkitkan keberanian murid dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru.

d. Melatih murid menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.

e. Merangsang murid menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.

f. Mengurangi rasa takut murid dalam bertanya kepada teman maupun guru. g. Murid akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan

suatu masalah.

h. Murid akan memahami makna tanggung jawab. i. Murid akan lebih mampu menerima keragaman.

j. Murid akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuan.

Adapun kelebihan dan kekurangan snowball throwing menurut Shoimin (2016: 176-178) adalah sebagai berikut.


(47)

32

a. Susasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.

b. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan uttuk membuat soal dan diberikan kepada siswa lain.

c. Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.

d. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

e. Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam praktik.

f. Pembelajaran menjadi lebih efektif.

g. Ketiga aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dapat tercapai. Kekurangan model pembelajaran tipe snowball throwing:

a. Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit.

b. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.

c. Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bagi guru menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok.


(48)

33 e. Murid yang nakal cenderung berbuat onar.

Fathurrohman (2015: 62) juga mengemukakan pendapatnya tentang kelebihan dan kekurangan model pembelajaran snowball throwing. Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing sebagai berikut: a. Melatih kesiapan siswa

b. Saling memberikan pengetahuan

Adapun kekurangan model kooperatif tipe snowball throwing sebagai berikut: a. Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa

b. Tidak efektif

Berdasarkan uaraian di atas, peebalajaran kooperatif tipe snowball throwing memiliki kelabihan namun juga kekurangan. Salah satu kelebihan pada pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini adalah siswa akan memahami makna tanggung jawab.

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Siswa kelas 3 Sekolah Dasar berada pada masa kanak-kanak akhir. Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak pada usia 6 tahun sampai masuk masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah matang bersekolah dan anak dituntut untuk mengadakan penyesuaian dengan lingkungan sekolah. Adapun tahap-tahap perkembangan masa kanak-kanak akhir dilihat berdasarkan perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan moral, perkembangan sosial dan perkambangan lainnya.


(49)

34 1. Aspek perkembangan fisik

Menurut Aristoteles (Sutirna, 2013: 22) anak yang berusia 7-14 tahun merupakan masa anak atau masa belajar atau masa sekolah rendah (sekolah dasar sederajat). Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum memesuki masa remaja yang pertumbuhannya begitu cepat. Menurut Izzaty,dkk (2013: 104) kebutuhan untuk selalu bergerak sangat diperlukan bagi anak karena energi yang tertumpuk pada anak perlu penyaluran. Pada prinsipnya kegiatan yang membuat anak aktif sangat diperlukan.

2. Aspek perkembangan kognitif

Menurut Piaget (Sutirna, 2013: 28) anak yang berusia 7-11 tahun berada pada tahap operasi konkret yang ditandai dengan proses berpikir anak harus konkret belum bisa berpikir abstrak. Dengan demikian, pada masa ini dalam menyelesaikan masalah akan menggunakan logika-logika yang bersifat konkret atau bersifat fisik. Kemudian pada tahap ini pula anak sudah mulai menyusun kategori berdasarkan hierarki. Ini berarti anak sekolah dasar sudah memiliki kemampuan untuk berpikir melalui urutan sebab-akibat dan mulai mengenali banyaknya cara yang bisa ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.

3. Aspek perkembangan moral

Domald B. Helm dan Jeffrey (Sutirna, 2013: 30) menyapaikan bahwa tahap menghindari hukuman dan mencari rasa senang berkembang pada masa bayi dan kanak-kanak. Perkambangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat. Perkembangan


(50)

35

moral erat kaitanya dengan aspek afektif. Aspek afektif ini kemudian ditanamkan melalui pendidikan karakter. M. Furqon Hidayatullah (Asmani, 2012:89) mengklasifikasikan tahap pendidikan karakter sebagai berikut.

a. Tahap penanaman adab (umur 5-6 tahun)

b. Tahap penanaman tanggung jawab (umur 7-8 tahun) c. Tahap penanaman kepedulian (umur 9-10 tahun) d. Tahap penanaman kemandirian (umur 11-12 tahun)

e. Tahap penanaman pentingnya bermasyarakat (umur 13 tahun ka atas)

Lima tahapan ini menjadi pondasi kokoh dalam menggali, melahirkan, mengasah, serta mengembangkan bakat dan kemampuan unik anak didik. Salah satu tahapan pendidikan karakter adalah penanaman tanggung jawab pada umur 7-8 tahun. Berdasarkan hal tersebut siswa kelas III SD seharusnya telah memahami dan menerapkan sikap tanggung jawab.

4. Aspek perkembangan sosial

Dalam perkebangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana ia berada secara terus menerus. Pada tahap ini interaksi dengan keluarga dan teman sebaya sangat penting, sehingga minat terhadap kegiatan kelompok sebaya mulai timbul. Keinginan untuk diterima dalam kelompok sangat besar, sehingga anak berusaha agar teman-teman dikelompoknya menyukai dirinya. Kelas 3 SD dikategorikan dalam kelas rendah yang berlangsung antara usia 6/7 tahun sampai 9/10 tahun. Adapun ciri-ciri anak masa kelas rendah Sekolah Dasar menurut Izzaty,dkk (2013: 115) adalah:


(51)

36

a. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah b. Suka memuji diri sendiri

c. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu diangapnya tidak penting

d. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya.

e. Suka meremehkan orang lain.

Lebih lanjut Desmita (2016: 35-36) menyampaikan tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:

1) Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik.

2) Membina hidup sehat.

3) Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.

4) Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.

5) Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.

6) Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif. 7) Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai.

8) Mencapai kemandirian pribadi.

Berdasarkan teori di atas, untuk mendukung perkembangan fisik siswa guru harus menciptakan pembelajaran agar dapat menyalurkan energi siswa dengan membuat siswa lebih aktif bergerak. Pada perkembangan sosial anak, keinginan untuk diterima dalam kelompok sangat besar, sehingga anak berusaha agar


(52)

teman-37

teman dikelompoknya menyukai dirinya. Lebih lanjut, dalam perkembangan moralnya anak mulai memahami aturan, norma, dan etika yang harus diterapkan dalam masyarakat. Kelas III SD seharusnya telah memahami tentang sikap tanggung jawab, sehingga anak perlu mempelajari dan membiasakan karakter-karakter yang baik bagi dirinya.

D. Keterkaitan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing dengan Sikap Tanggung Jawab

Dalam proses pendidikan terdapat kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan belajar merupakan proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya. Pada proses belajar mengajar inilah yang menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pembelajaran diharapkan tidak hanya mencapai keberhasilan dalam ranah kognitif saja, tetapi juga keberhasilan dalam ranah afektif dan psikomotorik. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran dimana siswa dapat berpartisipasi aktif dan mengarah pada terbentuknya nilai-nilai karakter yang dibutuhkan siswa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Salah satu model pembelajaran yang menekankan terbentuknya nilai sosial dalam muatan akademiknya adalah model pembelajaran kooperatif. Roger,dkk (Huda, 2015: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan


(53)

38

aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang di dalamnya setiap pembelajaran bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Ada berbagai macam tipe model pembelajaran kooperatif antara lain Jigsaw, Think Pair Share, Numbered Heads Together, Group Investigation, Two Stay Two Stray, Make a Match, Listening Team, Inside Outside Circle, Bamboo Dancing, Point Countern Point, The Power of Two, Student Team Achievement Divisions, Snowball Throwing, dan masih banyak lagi. Dari macam-macam pembelajaran kooperatif di atas, dapat dilihat bahwa salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah snowball throwing. Peneliti memilih model pembelajaran snowball throwing sebagai variabel penelitian didasarkan bahwa dalam kelebihan snowball throwing siswa akan memahami makna tanggung jawab. Model pembelajaran snowball throwing sesuai diterapkan pada SD khususnya kelas rendah karena sesuai dengan karakteristik siswa kelas rendah. Siswa kelas rendah membutuhkan kegiatan yang dapat menyalurkan energinya. Melalui pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini siswa dapat aktif bergerak salah satunya dalam kegiatan melempar kertas yang dibentuk menyerupai bola ke siswa lainnya.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat mengembangkan sikap tanggung jawab siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Pada model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini ketua


(54)

39

kelompok diberikan tugas untuk menyampaikan materi yang diberikan oleh guru pada anggota kelompok. Dalam hal ini siswa memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok. Selanjutnya setiap siswa harus bertanggung jawab membuat satu buah pertanyaan yang kemudian dibentuk seperti bola salju dan kemudian dilempar kepada kelompok lain. Dalam hal ini setiap siswa juga memiliki tanggung jawab untuk menjawab masing-masing pertanyaan yang didapatkannya kemudian menyampaikannya kepada kelompok lain.

Tujuan kelompok dan tanggung jawab individu menjadi dua faktor utama yang menentukan sukses tidaknya pembelajaran kooperatif di terapkan di satu kelas. Tujuan kelompok menjadi penting untuk memotivasi siswa agar saling peduli pada pembelajaran teman-temannya sebagaimana ia peduli pada proses belajarnya sendiri. Seluruh siswa dalam tim bertangung jawab untuk mengerjakan bagian tugasnya sendiri serta wajib menguasai seluruh materi pembelajaran. Tanggung jawab individu menekankan kontribusi dan partisipasi maksimal dari masing-masing siswa pada kelompoknya. Setiap siswa harus memberikan upaya terbaiknya untuk mencapai tujuan kelompok. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk meningkatkan kecakapan dan kinerja anggota kelompok yang lain maupun meningkatkan kinerja kelompok secara keseluruhan.

Dengan penerapan metode ini, diskusi kelompok dan interaksi antar siswa dari kelompok yang berbeda memungkinkan terjadinya sharing pengetahuan dan pengalaman dalam upaya menyelesaikan permaslahan yan mungkin timbul dalam


(55)

40

diskusi yang berlangsng secara lebih interaktif dan menyenangkan. Dalam hal ini tanggung jawab individu dapat terbentuk melalui proses pembalajaran.

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini bukanlah penelitian yang pertama melainkan sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.Adapun beberpaa peneliti juga melakukan penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Retno Wiranti (2016) yang berjudul “Pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TS-TS (Two Stay Two Stray) terhadap Sikap Tanggung Jawab Siswa Kelas IV di SD Negeri Ngebung Beran Panjatan Kulon Progo”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran kooperatif Tipe TS-TS (Two Stay Two Stray) terhadap sikap tanggung jawab siswa di kelas IV SD Negeri Ngebung Beran Panjatan Kulon Progo.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Widy Dyah Mulyani (2015) yang berjudul

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap

Karakter Tanggung Jawab pada Pembelajaran PKn Siswa Kelas V SD N Sendangsari 1 Mlati”. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap karakter tanggung jawab pada pembelajaran PKn siswa kelas V SD Negeri Sendangadi 1 Mlati.


(56)

41

3. Penelitian yang dilakukan oleh Rijeki Sugestiningsih (2016) yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Numbered Heads Together untuk Peningkatan Kerjasama dan Tanggung Jawab Siswa dalam Pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Depok Sleman”. Hasil penelitian adalah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Numbered Heads Together untuk peningkatan kerjasama dan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran IPS. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih efektif untuk meningkatkan kerjasama dan tanggung jawab siswa pada pembelajaran IPS.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Dedi Sulaksono (2014) yang berjudul

“Keefektifan Model Cooperatif Learning Tipe Student Team Achievement

Divisions untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Tegallayang I”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model cooperative learning tipe STAD efektif terhadap tanggung jawab belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Muhammadiyah Tegallayang I.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Endah Kusumastuti (2014) yang berjudul “Perbedaan Pembentukan Karakter Mandiri dan Tanggung Jawab Siswa SMP pada Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together dalam Pembelajaran PKn”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pembentukan karakter mandiri dan tanggung jawab siswa SMP pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numberde Heads Together dalam pembelajaran PKn.


(57)

42

6. Penelitian yang dilakukan oleh Novi Pahyati (2013) yang berjudul

“Peningkatan Tanggung Jawab Siswa melalui Model Snowball Throwing pada

Siswa SMK YPP Purworejo Kelas X TM C Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitian menjukkan bahwa model snowball throwing dapat meningkatkan tanggung jawab siswa dan hasil belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan merupakan kelanjutan dari penelitian-penelitian di atas. Peneliti mencoba model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing terhadap sikap tangggung jawab siswa kelas III SD. Berdasarkan penelitian yang relevan di atas, diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat memberikan pengaruh terhadap sikap tanggung jawab siswa kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo.

F. Kerangka Pikir

Dewasa ini banyak terjadi perkelahian di dalam lingkup sekolah. Selain itu, tidak jarang banyak peraturan yang ada di sekolah tidak dilaksanakan dengan baik. Pada saat mengikuti pembelajaran di dalam kelas, tidak jarang siswa tidak memperhatikan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Hal ini menjadi salah satu masalah serius yang terjadi dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi, masih ada siswa yang tidak mengerjakan tugas atau PR yang diberikan oleh guru. Hal-hal tersebut menunjukkan kurangnya sikap tanggung jawab yang dimiliki oleh siswa.

Salah satu fungsi pendidikan saat ini adalah menerapkan pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang diperlukan oleh siswa salah satunya adalah tanggung jawab. Sikap tanggung jawab sangat diperlukan oleh siswa dalam


(58)

43

kehidupan sehari-hari. Sikap tanggung jawab siswa mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter siswa yang baik. Orang yang memiliki sikap tanggung jawab selalu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat, menghindari kecurangan dalam pelaksanaan tugas, berperan aktif dalam belajar, mengajukan usul dalam pemecahan masalah, dan menghormati serta menghargai aturan. Selain itu, orang yang bertanggung jawab selalu berpikir sebelum bertindak dan mempertimbangkan konsekuensi atas tindakannya.

Adapun salah satu model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada nilai-nilai sosial yang bermuatan akademik yaitu pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan pembelajaran secara berkelompok. Model pembelajaran ini sebagai sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.

Penelitian ini berkaitan dengan dua variabel. Dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah pengaruh variabel model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing yang disimbolkan dengan (X) terhadap sikap tanggung jawab siswa yang disimbolkan dengan (Y). Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(59)

44

Gambar 1. Kerangka Pikir G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori di atas maka hipotesis penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut: “Ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan

1. Kurangnya sikap tanggung jawab siswa

2. Guru belum pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dalam pembelajaran

1. Pengaruh snowball throwing terhadap sikap tanggung jawab siswa 2. Perbedaan tanggung

jawab siswa kelas kontrol dan eksperimen

SISWA

PRE TEST KELAS EKSPERIMEN

KELAS KONTROL

PRE TEST

Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Pembelajaran Konvensional

POST TEST POST TEST


(60)

45

model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing terhadap sikap tanggung jawab siswa kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Wates Kulon Progo”.

H. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan tafsir tentang makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna dari beberapa definisi oprasional variabel sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing adalah model pembelajaran kelompok yang nantinya setiap anggota kelompok membuat pertanyaan pada selembar kertas dan membentuknya menyerupai bola, kemudian bola tersebut dilempar ke anggota kelompok lain sesuai waktu yang di tentukan dan selanjutnya masing-masing siswa menjawab pertanyaan yang ada dalam bola tersebut.

2. Sikap tanggung jawab adalah perilaku sebagai perwujudan kesadaran akan tugas dan kewajiban yang dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara dan Tuhan. Tanggung jawab menekankan pada kewajiban positif untuk saling melindungi satu sama lain. Tanggung jawab yang baik berada pada perimbangan yang serasi antara perolehan hak dan penunaian kewajiban oleh setiap orang. Tanggung jawab berarti melaksanakan sebuah pekerjaan atau kewajiban baik di dalam keluarga, di sekolah, maupun di tempat bekerja degan sepenuh hati dan memberikan yang terbaik.


(61)

46 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2016: 8) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Lebih lanjut, Sangadji dan Sopiah (2010: 26) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam angka dan dianalisis dengan teknik statistik. Penelitian yang sering menggunakan cara ini adalah eksperimen. Menurut Sugiyono (2016: 72) penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Nazir (2014: 51) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen adalah observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition) dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti. Dengan demikian, penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap suatu objek penelitian disertai adanya kontrol.


(62)

47

Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental Design dengan menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design. Jenis penelitian ini bisa juga disebut eksperimen semu karena mempunyai variabel kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design. Desain ini menggunakan kelompok pembanding yaitu antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen saja. Pengambilan data dilakukan pada kedua kelompok. Pada penelitian bentuk ini, sering digunakan intact group seperti kelas, yang menyebabkan randomisasi tidak dapat dilakukan. Pemilihan responden dalam menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak dipilih secara random (acak), melainkan menggunakan teknik nonprobability sampling. Sugiyono (2016: 84) mengemukakan bahwa nonprobability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Peneliti menggunakan sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sebelumnya peneliti melakukan observasi di kelas III.1, kelas III.2, dan kelas III.3. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap masing-masing guru kelas III.1, III.2, dan III.3. Setelah melakukan observasi dan wawancara di dapatkan bahwa kelas III.1 dan kelas III.2 memiliki karakteristik yang sama. Kedua kelas


(63)

48

tersebut memiliki masalah tanggung jawab yang relatif sama dibandingkan kelas III.3. Peneliti kemudian memilih dua kelas untuk dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu kelas III.1 dan kelas III.2. Peneliti menggunakan undian untuk menentukan kelas control dan kelas eksperimen. Pengundian dilaksanakan dengan cara kedua kelas mengambil gulungan kertas yang masing-masing berisikan tulisan kelas kontrol atau kelas eksperimen. Peneliti melakukan pengundian dan diperoleh hasil pengundian yaitu kelas III.1 sebagai kelas kontrol dan kelas III.2 sebagai kelas eksperimen. Kelas III.1 sebagai kelas kontrol tidak diberikan perlakuan artinya tetap menggunakan pembelajaran yang biasanya digunakan oleh guru. Kelas III.2 sebagai kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.

Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diberikan pre-test sebelum diberikan perlakuan untuk mengetahui keadaan awal sebelum adanya perlakuan. Selanjutnya kelompok kontrol diberikan post-test setelah diberikan pembelajaran yang biasanya dilakukan oleh guru dan kelompok eksperimen dibrikan post-test setelah diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe snowball throwing.

Menurut Sugiyono (2016: 79) desain penelitian Nonequivalent Control Group Design digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Nonequivalent Control Group Design Keterangan:

O1 X O2 O3 O4


(64)

49 O1 : pretest kelompok eksperimen

O2 : posttest kelompok eksperimen

O3 : pretest kelompok kontrol

O4 : posttest kelompok kontrol

X : perlakuan yang diberikan dalam hal ini model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas III.1 dan kelas III.2 Sekolah Dasar Muhammadiyah Mutihan yang terletak di Wonosidi Lor, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada kegitan belajar mengajar semester 2 tahun ajaran 2016/2017. Adapun waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan April 2017.

D. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Wates Kulon Progo tahun ajaran 2016/2017. Kelas III terdiri dari tiga kelas pararel, yaitu kelas III.1, III.2, dan III.3. Peneliti memilih kelas III.1 dan III.2 sebagai subjek penelitian. Kelas III.1 berjumlah 29 siswa dan kelas III.2 berjumlah 26 siswa.


(1)

162

Lampiran 20. Dokumentasi Pembelajaran Kelas Kontrol Pertemuan Pertama


(2)

163 Pertemuan Kedua


(3)

164 Lampiran 21. Surat-surat


(4)

(5)

(6)