PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TS-TS (TWO STAY TWO STRAY) TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS IV DI SD NEGERI NGEBUNG BERAN PANJATAN KULON PROGO.

(1)

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TS-TS (TWO STAY TWO STRAY) TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB

SISWA KELAS IV DI SD NEGERI NGEBUNG BERAN PANJATAN KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Retno Wiranti NIM 12108241082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

SURATPERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya bersedia menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta,8 April 2016 Penulis,

Retno Wiranti NIM 12108241082


(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TS-TS (TWO STAY-TWO STRAY) TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS IV DI SD NEGERI NGEBUNG BERAN PANJATAN KULON PROGO" yang disusun oleh Retno Wiranti, NIM 12108241082 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 8 April 2016 dan dinyatakan lulus.

Tanggal Itt-Otf - 10lb

14-0lf-;lOU,

I!;.Mッセ -:l.Olb. DEWAN PENGUJI

Selcretaris Penguji Prof. Dr. C. Asri Budiningsih Penguji Utama Fathurrohman, M.Pd.

Dr. Anwar Senen, M.Pd.

___=.:...,;-,. aryanto, M.Pd

NIP 19600902 198702 1 001c,...

Nama


(5)

v MOTTO

Tindakan bukan berasal dari pemikiran tetapi dari kesediaan untuk memikul tanggung jawab. (Dietrich Bonhoeffer)

Bertanggung jawab lebih berat daripada melepasnya tetapi tak bertanggung jawab lebih berat konsekuensinya dari pada menanggung


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan olehNya dan juga dengan mengharap ridhoNya, skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta dan teman-teman semua, terima kasih atas kasih sayang, semangat, dan dorongan serta semua yang telah diberikan sehingga membuat penulis semakin yakin dalam melangkah tanpa kenal lelah.

2. Almamaterku, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya.


(7)

vii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TS-TS (TWO STAY TWO STRAY) TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS IV DI SD NEGERI NGEBUNG BERAN PANJATAN

KULON PROGO Oleh

Retno Wiranti NIM 12108241082

ABSTRAK

Penelitian ini menguji pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS(Two Stay Two Stray)terhadap sikap tanggung jawab siswa di kelas IV SD N Ngebung Beran.

Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimental Design Type Nonequivalent Control Group. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IVA dan IVB SD N Ngebung Beran yang berjumlah 41 siswa. Kelompok eksperimen diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay Two Stray), sedangkan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan guru yaitu tanya jawab, diskusi dan penugasan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan kuisioner. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif, yang didukung dengan uji-t (t-test).

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay Two Stray) terhadap sikap tanggung jawab siswa di kelas IV SD N Ngebung Beran. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil perhitungan skor rata-rata post-test kelompok eksperimen sebesar 86,35 lebih tinggi daripada kelompok kontrol sebesar 79,1. Berdasarkan hasil uji-t ( t-test) diperoleh nilai t hitung 3,325 lebih besar dari t tabel sebesar 2,023 (3,325 > 2,023) dan nilai signifikansi sebesar 0,02 lebih kecil dari nilai signifikansi sebesar 0,05 pada taraf 5% (0,02<0,05). Berdasarkan hasil uji-t (t-test) tersebut, dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay Two Stray) terhadap sikap tanggung jawab siswa di kelas IV SD N Ngebung Beran.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TS-TS(Two Stay Two Stray) terhadap Sikap Tanggung Jawab Siswa Kelas IV Di SD Negeri Ngebung Beran Panjatan Kulon Progo” dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini tersusun atas bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dalam penyusunan skripsi

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberi kesempatan untuk melaksanakan penelitian

3. Ketua Jurusan PSD FIP yang telah memfasilitasi ide sehingga terciptalah karya skripsi ini

4. Bapak Fathurrohman, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan dorongan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

5. Ibu Murtiningsih, M.Pd. selaku Dosen Penasehat Akademik

6. Bapak dan Ibu dosen PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi bekal ilmu yang bermanfaat


(9)

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang teJah membantu menye)esaikan skripsiini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Oleh karena ito, kritikdan saran

dati semua pihak yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Penulis berharap,

semoga karyainidapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Yogyakarta,8April 2016

Penulis


(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Sikap Tanggung Jawab ... 12

1. Pengertian Sikap Tanggung Jawab ... 12

2. Macam-macam Sikap Tanggung Jawab ... 13

3. Karakteristik atau Ciri-ciri Sikap Tanggung Jawab ... 16

4. Indikator Sikap Tanggung Jawab ... 17

B. Kajian tentang Model Pembelajaran Kooperatif ... 19


(11)

xi

2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ... 21

3. Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

4. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 27

5. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TS-TS ... 29

6. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe TS-TS ... 30

C. Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar ... 34

D. Keterkaitan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TS-TS (Two Stay Two Stray) dengan Sikap Tanggung Jawab ... 36

E. Penelitian yang Relevan ... 38

F. Kerangka Pikir ... 39

G. Hipotesis Penelitian ... 41

H. Definisi Operasional ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 43

B. Desain Penelitian ... 43

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

D. Subyek Penelitian ... 45

E. Variabel Penelitian ... 46

F. Teknik pengumpulan Data ... 46

G. Instrumen Penelitian ... 48

H. Analisis Instrumen Penelitian ... 51

I. Teknik Analisis Data ... 56

1. Analisis Deskriptif ... 56

2. Uji Prasyarat ... 58

3. Uji Hipotesis ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 61

1. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian ... 61

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 61

B. Analisis Data ... 87


(12)

xii

2. Hasil Uji Hipotesis ... 88

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 91

D. Keterbatasan Penelitian ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Sikap Tanggung Jawab Siswa ... 49

Tabel 2. Lembar Observasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TS-TS .... 51

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Angket Sikap Tanggung Jawab Siswa ... 54

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Sikap Tanggung Jawab Siswa Setelah Uji Coba ... 55

Tabel 5. Hasil Pre-Test Kelompok Eksperimen ... 62

Tabel 6. Perhitungan Statistik Pre-Test Kelompok Eksperimen ... 63

Tabel 7. Hasil Pre-Test Kelompok Kontrol ... 64

Tabel 8. Perhitungan Statistik Pre-Test Kelompok Kontrol ... 65

Tabel 9. Hasil Pre-Test pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 66

Tabel 10. Hasil Observasi Pertama Pembelajaran Model Kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) ... 69

Tabel 11. Hasil Observasi Kedua Pembelajaran Model Kooperatif tipeTS-TS (Two Stay-Two Stray) ... 71

Tabel 12. Hasil Observasi Ketiga Pembelajaran Model Kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) ... 73

Tabel 13. Hasil Post-Test pada Kelompok Eksperimen... 77

Tabel 14. Perhitungan Statistik Post-Test Kelompok Eksperimen ... 78

Tabel 15. Hasil Post-Test pada Kelompok Kontrol ... 79

Tabel 16. Post-Test Kelompok Kontrol ... 80

Tabel 17. Hasil Post-Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 81

Tabel 18. Hasil Pre-Test dan Post-Test Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 83

Tabel 19. Perbandingan Skor Rata-Rata Angket Sikap Tanggung Jawab Siswa pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 84

Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Pre Test dan Post-test Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 87

Tabel 21. Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol... 88

Tabel 22. Hasil Post-test Eksperimen dan Kontrol ... 89

Tabel 23. Hasil Uji-t Post-test Eksperimen dan Kontrol ... 90

Tabel 24. Hasil Uji-t Post-test Eksperimen dan Kontrol Skor Sikap Tanggung Jawab ... 91


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 41

Gambar 2. Nonequivalent Control Group Design ... 44

Gambar 3. Diagram Batang Pre-Test Kelompok Eksperimen ... 63

Gambar 4. Diagram Batang Pre-Test Kelompok Kontrol ... 65

Gambar 5. Diagram Batang Pre-Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 67

Gambar 6. Diagram Batang Post-Test Kelompok Eksperimen ... 78

Gambar 7. Diagram Batang Post-Test Kelompok Kontrol ... 80

Gambar 8. Diagram Batang Hasil Post-Test Kelompok Eksperimendan Kelompok Kontrol... 82

Gambar 9. Diagram Batang Pre-Test Post-Test Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 84

Gambar 10. Diagram Batang Perbandingan Skor Rata-Rata Pre-Test dan Post-Test di Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 86


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan pembelajaran ... 104

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 140

Lampiran 2.1 Angket Sikap Tanggung Jawab Siswa... 141

Lampiran 2.2 Lembar Observasi Guru ... 146

Lampiran 3 Hasil Uji Coba Instrumen ... 148

Lampiran 3.1 Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 149

Lampiran 3.2 Uji Validitas Hasil Uji Coba Instrumen ... 151

Lampiran 3.3 Uji Reliabilitas Hasil Uji Coba Instrumen ... 154

Lampiran 3.4 Angket Sikap Tanggung Jawab Setelah Uji Coba Instrumen ... 156

Lampiran 4. Data Hasil Penelitian ... 159

Lampiran 4.1 Data Hasil Pre-Test Kelompok Kontrol ... 160

Lampiran 4.2 Data Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen ... 161

Lampiran 4.3 Data Hasil Post-test Kelompok Kontrol ... 162

Lampiran 4.4 Data Hasil Post-test Kelompok Eksperimen ... 163

Lampiran 4.5 Hasil Observasi Guru Kelompok Eksperimen Pertemuan 1 ... 164

Lampiran 4.6 Hasil Observasi Guru Kelompok Eksperimen Pertemuan 2 ... 166

Lampiran 4.5 Hasil Observasi Guru Kelompok Eksperimen Pertemuan 3 ... 168

Lampiran 5. Analisis Data ... 170

Lampiran 5.1 Analisis Statistik Deskriptif Data Pre-Test ... 171

Lampiran 5.2 Analisis Statistik Deskriptif Data Post-Test ... 172

Lampiran 5.3 Hasil Uji Prasyarat ... 173

Lampiran 5.4 Hasil Uji Hipotesis ... 175

Lampiran 6. Dokumen Contoh Hasil Kuisioner Sikap Tanggung Jawab Siswa ... 176

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian ... 189

Lampiran 7.1 Dokumentasi Pembelajaran dengan Mengunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TS-TS (Two Stay Two Stray) .... 190

Lampiran 7.2 Dokumentasi Pembelajaran Kelas Kontrol... 194


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat mendasar bagi kehidupan setiap orang. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan kelangsungan hidup manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 menyebutkan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya,

masyarakat dan bangsa.”

Hal ini dipertegas dalam tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3 menyatakan bahwa,

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.”

Berdasarkan uraian di atas, tujuan pendidikan harus mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pengetahuan), aspek psikomotor (keterampilan), dan aspek afektif (sikap/perilaku).Pendidikan bukan sekedar berfungsi untuk mengembangkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan saja,


(17)

2

melainkan juga berfungsi untuk membentuk sikap (karakter) dan peradaban bangsa yang bermartabat.

Dalam menghadapi era globalisasi, pendidikan karakter sangat diperlukan untuk membangun karakter bangsa. Muchlas Samani dan Hariyanto (2011: 46) mengemukakan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil. Nilai-nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional meliputi nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2011: 46). Sekolah harus mengintegrasikan nilai-nilai karakter tersebut dalam proses pendidikannya.

Untuk mewujudkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memerlukan perilaku dan sikap tanggung jawab pada diri siswa. Menurut Sri Narwanti (2011: 30) tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sikap tanggung jawab memang sangat dibutuhkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sikap bertanggung jawab siswa mempunyai peran


(18)

3

yang sangat penting dalam pembentukan karakter siswa yang baik. Sikap tanggung jawab merupakan perbuatan sebagai wujud kesadarannya terhadap kewajiban dan hak yang harus dilakukan. Tanggung jawab siswa sebagai pelajar di sekolah adalah belajar dengan baik, mengerjakan tugas sekolah yang sudah diberikan kepadanya, dan menjalankan tata tertib yang berada di sekolah. Oleh karena itu, siswa perlu memiliki sikap tanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Namun pada kenyataannya, sekarang ini semakin sering terjadi perkelahian di dalam lingkup sekolah maupun antar sekolah. Hal ini dibuktikan dengan adanya kejadian siswa SD di Kebayoran yang saling mengejek dan berkelahi saat lomba menggambar di sekolah pada 18 September 2015 (Bilal Ramadhan, nasional.republika.co.id, 2015). Kejadian tersebut menunjukkan kurangnya sikap tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas yang diberikan guru pada kegiatan lomba mewarnai dan membawa nama baik sekolah. Kejadian serupa juga terjadiadanya seorang pelajar Sekolah Dasar di Nagari (desa adat) Situjuah Gadang Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar) meninggal dunia usai berkelahi dengan teman satu kelasnya pada tanggal 12 Oktober 2015 (Stefanus Yuga, nasional.rimanews.com, 2015). Semua ini bisa diakibatkan karena kurangnya sikap tanggung jawab pada setiap siswa sehingga dapat menimbulkan dampak negatif.

Selain itu, terdapat masalah terkait dalam praktik kehidupan sekolah yaitu adanya kejadian tertangkapnya pelajar dari tingkat Sekolah


(19)

4

Dasar (SD), SMP hingga SMA yang sedang asyik main game tertangkap oleh Satpol PP razia anak sekolah saat jam sekolah di Lubuklinggau pada 28 November 2015 (Antara, www.sinarharapan.co, 2015). Kejadian tersebut merupakan salah satu bentuk pelanggaran peraturan di sekolah. Hal ini menunjukkan kurangnya sikap tanggung jawab siswa dalam melakukan kewajibannya sebagai seorang pelajar.

Hasil observasi pra penelitian yang dilakukan peneliti pada pembelajaran di kelas IV SD Negeri Ngebung Beran Panjatan Kulon Progo, ada beberapa siswa yang terbukti tidak mengerjakan PR yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran, siswa kurang memperhatikan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Pada saat proses kegiatan belajar mengajar siswa seringkali ramai sendiri, tidak jarang anak didik yang kurang fokus terhadap proses pembelajaran. Selain itu, pada kegiatan Jumat Bersih belum semua siswa benar benar melaksanakannya dengan baik. Ada beberapa siswa tidak ikut membantu membersihkan kelas dan halaman sekolah dalam kegiatan Jumat Bersih, namun hanya bermain dengan temannya. Hal ini menunjukkan kurangnya sikap tanggung jawab siswa yang dibuktikan dengan tidak mengerjakan PR, tidak memperhatikan pelajaran sebagai pelajar yang harusnya belajar, dan tidak melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan hasil wawancara kepada guru dan pengamatan pra penelitian yang dilakukan peneliti di kelas IV SD Negeri Ngebung Beran Panjatan Kulon Progo, seringkali siswa tidak melaksanakan piket kelas


(20)

5

sesuai jadwal yang telah ditentukan. Biasanya, hanya sebagian siswa yang melaksanakan piket. Sedangkan sebagian siswa lainnya belum melaksanakan piket. Hal ini juga menunjukkan kurangnya sikap tanggung jawab siswa pada kewajiban yang harus dilakukan. Ada juga siswa yang telah melakukan kesalahan, namun ia tidak berani mengakuinya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum bisa bersikap tanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukannya.

Sikap tanggung jawab memang sangat diperlukan oleh siswa. Saifuddin Azwar (2015: 30) mengemukakan berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap meliputi pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan, lembaga agama dan faktor emosi dalam diri individu.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sikap tanggung jawab adalah lembaga pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab untuk membentuk generasi muda yang beriman, bertaqwa, berilmu, dan bermoral. Di dalam pendidikan terdapat proses kegiatan belajar mengajar. Proses inilah yang menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap. Pendidikan yang berkualitas melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran dan mengarah pada terbentuknya nilai-nilai yang dibutuhkan siswa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.


(21)

6

Salah satu model pembelajaran yang menekankan siswa pada nilai sosial dalam muatan akademik adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Nur (Isjoni, 2009: 27), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik. Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe pembelajaran. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat mengembangkan sikap tanggung jawab siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray). Miftahul Huda (2013: 207) mengemukakan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Model pembelajaran ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2008: 1). Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran sebagai wahana dalam mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur. Nilai luhur tersebut


(22)

7

dapat diwujudkan dalam bentuk sikap tanggung jawab yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Depdiknas, 2008:2). Pada mata pelajaran IPS membekali siswa tentang konsep ilmu sosial, memiliki kepekaan, dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannnya serta mampu memecahkan masalah sosial dengan baik agar terbina menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

Pada mata pelajaran PKn dan IPS di Sekolah Dasar ini pembelajarannya mempunyai tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan sosial siswa. Selain mengembangkan kemampuan akademiknya, pembelajarannya juga diarah pada terbentuknya nilai dan sikap yang dibutuhkan siswa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Salah satu sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat adalah sikap tanggung jawab siswa.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) ini, siswa bekerja sama, saling mendorong, dan membantu memecahkan masalah secara bersama-sama. Selain itu, siswa juga dilatih untuk bisa bertanggung jawab atas hasil belajarnya dan teman sekelompoknya. Siswa harus bisa bertanggung jawab menyampaikan hasil belajarnya kepada kelompok lain dan juga bisa bertanggung jawab


(23)

8

menyampaikan hasil belajarnya dari kelompok lain. Keterlibatan siswa dalam model pembelajaran ini sangat aktif, karena siswa memproses pengetahuan secara bersama-sama. Keterlibatan dengan siswa lain akan membuka kesempatan untuk mengevaluasi dan memperbaiki pemahamannya.

Model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) ini belum pernah digunakan guru dalam pembelajaran di kelas IV SD Negeri Ngebung Beran Panjatan Kulon Progo. Oleh karena itu, peneliti akan mengujicobakan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) ini dalam pembelajaran di kelas IV SD Negeri Ngebung Beran Panjatan Kulon Progo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) berpengaruh terhadap sikap tanggung jawab. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) terhadap Sikap Tanggung Jawab Siswa di Kelas IV SD Negeri Ngebung Beran Kecamatan Panjatan Kulon Progo”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Banyak kasus pelanggaran peraturan dan perkelahian di sekolah yang melibatkan siswa SD


(24)

9

2. Belum semua siswa melaksanakan tugas piket di kelas IV SD Negeri Ngebung Beran Panjatan Kulon Progo

3. Beberapa siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di kelas IV SD Negeri Ngebung Beran Panjatan Kulon Progo

4. Belum semua siswa ikut membersihkan kelas dan halaman sekolah dalam kegiatan Jumat Bersih, sedangkan beberapa siswa hanya bermain dengan teman-temannya.

5. Guru belum pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) di kelas IV SD Negeri Ngebung Beran Panjatan Kulon Progo.

C. Pembatasan Masalah

Mengacu pada identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini perlu suatu pembatasan agar masalah tersebut tidak meluas dan penelitian akan lebih terfokus. Dalam penelitian ini, batasan permasalahan yang dibahas oleh peneliti adalah pengaruh pengggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) terhadap sikap tanggung jawab siswa kelas IV di SD Negeri Ngebung Beran.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) berpengaruh signifikan terhadap sikap tanggung jawab siswa kelas IV di SD Negeri Ngebung Beran Kecamatan Panjatan Kulon Progo.


(25)

10 E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) terhadap sikap tanggung jawab siswa kelas IV di SD Negeri Ngebung Beran Kecamatan Panjatan Kulon Progo.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Memberikan sumbangan informasi mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) terhadap sikap tanggung jawab siswa di Sekolah Dasar.

b. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan dalam meningkatkan sikap tanggung jawab siswa.

c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian-penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain terkait dengan sikap tanggung jawab siswa. 2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

Penelitian ini dapat melatih siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran dan bersikap tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.


(26)

11 b. Bagi guru

Sebagai masukan bagi guru kelas di SD dalam rangka mengoptimalkan sikap tanggung jawab siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray).

c. Bagi peneliti

Memberikan pengalaman langsung dalam pembelajaran di dalam kelas dan langkah untuk mengembangkan inovasi dalam pembelajaran yang lebih baik.


(27)

12 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Sikap Tanggung Jawab

1. Sikap Tanggung Jawab

Menurut Lickona (2013: 72), tanggung jawab secara literal berarti kemampuan untuk merespon atau menjawab. Lebih lanjut lagi Lickona (2013: 73) berpendapat bahwa tanggung jawab berarti melaksanakan sebuah pekerjaan atau kewajiban dalam keluarga, di sekolah, maupun di tempat bekerja dengan sepenuh hati dan memberikan yang terbaik.

Tanggung jawab tidak hanya sekedar melakukan suatu kewajiban saja, namun dapat diartikan lebih luas lagi.Nurul Zuriah (2007: 83) menjelaskan bahwa tanggung jawab sebagai suatu sikap dan perilaku yang berani menanggung segala akibat dari perbuatan yang telah dilakukannya. Puskur Depdiknas mendeskripsikan perilaku dan sikap tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya ia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial) negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan definisi para ahli, sikap tanggung jawab adalah suatu sikap seseorang yang melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik serta berani menanggung segala akibat perbuatan yang dilakukannya. Jadi bersikap tanggung jawab merupakan sikap yang dapat memahami dan menerima resiko atau akibat dari suatu tindakan


(28)

13

terhadap diri sendiri dan orang lain. Bertanggung jawab berarti juga melaksanakan kewajiban dan tugasnya secara sungguh-sungguh terhadap apa yang sudah menjadi konsekuensinya.

2. Macam-macam Tanggung Jawab

Mohamad Mustari (2014: 21-24) mengemukakan macam-macam tanggung jawab sebagai berikut:

a. Tanggung jawab personal

Orang yang bertanggung jawab pada dirinya adalah orang yang bisa melakukan kontrol internal sekaligus eksternal. Kontrol internal adalah satu keyakinan bahwa ia boleh mengontrol dirinya, dan yakin bahwa kesuksesan yang dicapai adalah dari hasil usaha sendiri.

b. Tanggung jawab moral

Tanggung jawab moral biasanya merujuk pada pemikiran bahwa seseorang mempunyai kewajiban moral dalam situasi tertentu. Tidak taat pada kewajiban-kewajiban moral, kemudian menjadi alasan untuk diberikan hukuman. Hukuman berlaku kepada mereka yang mampu berefleksi atas situasi mereka, membentuk niat tentang bagaimana mereka bertindak, dan kemudian melakukan tindakannya itu. Mereka ini disebut dengan agen-agen moral.


(29)

14 c. Tanggung jawab sosial

Tanggung jawab sosial bukan hanya masalah memberi atau tidak membuat kerugian kepada masyarakat. Tetapi bisa juga tanggung jawab sosial itu merupakan sifat-sifat manusia yang perlu dikendalikan dalam hubungannya dengan orang lain.

Lebih lanjut lagi Mohamad Mustari (2014: 24) menjelaskan nilai-nilai yang harus ada pada manusia apabila berinteraksi dalam masyarakat atau dengan orang lain diantaranya adalah:

1) Senantiasa berbicara benar

2) Menghindarkan perasaan iri dengki 3) Tidak bakhil

4) Bersikap pemaaf 5) Adil

6) Amanah

7) Tidak sombong

Itulah sifat-sifat positif yang perlu ada pada semua individu, karena sebagai manusia mereka tidak boleh lepas dari menjalani kehidupan sosial.

Menurut Sukanto (Mohamad Mustari, 2014: 20) menyatakan bahwa antara tanggung jawab yang mesti ada pada manusia adalah : a. Tanggung jawab kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan

dengan cara takut kepada-Nya, bersyukur, dan memohon pentunjuk. Semua manusia bertanggung jawab kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta. Tak ada seorangpun manusia yang lepas bebas dari tanggung jawab, kecuali orang itu gila atau anak-anak b. Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan,


(30)

15

c. Tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi yang berlebihan dalam mencari nafkah, ataupun sebaiknya, dari bersifat kekurangan ekonomi

d. Tanggung jawab terhadap anak, suami/istri, dan keluarga e. Tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar

f. Tanggung jawab berpikir, tidak perlu mesti meniru orang lain dalam menyetujui pendapat umum atau patuh secara membuta terhadap nilai-nilai tradisi, menyaring segala informasi untuk dipilih, memilih yang berguna dan mana yang merugikan kita. Dalam kebebasan berpikir perlu ada pemupukan kreasi, yang berarti mampu mencari pemecahan dari masalah-masalah hidup yang kian rumit kita hadapi, dan menciptakan alternatif baru yang berguna bagi masyarakat.

g. Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan, termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk pencemaran.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut terdapat kesamaan terkait pada macam-macam tanggung jawab yaitu tanggung jawab sosial. Pendapat yang dikemukakan oleh Mohamad Mustari tentang macam-macam tanggung jawab lebih bersifat luas. Sedangkan pendapat yang dikemukakan oleh Sukamto lebih rinci dan spesifik.

Dari uraian pendapat dari Mohamad Mustari, dapat dinyatakan bahwa ada beberapa macam tanggung jawab meliputi tanggung jawab


(31)

16

personal, sosial, dan moral. Macam-macam tanggung jawab menurut Sukanto meliputi tanggung jawab kepada Tuhan, tanggung jawab membela diri, tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi,tanggung jawab sosial, tanggung jawab terhadap keluarga, tanggung jawab berpikir, dan tanggung jawab memelihara hidup.

3. Karakeristik atau Ciri-ciri Sikap Tanggung Jawab

Suatu sikap tanggung jawab memerlukan usaha dari setiap individu untuk dapat berperilaku sesuai dengan sikap-sikap yang mencerminkan keadaan yang dilandasi nilai tanggung jawab. Adapun Paul Suparno (Nurul Zuriah, 2007: 98) deskripsi nilai tanggung jawab adalah sebagai berikut:

a. Mengerjakan tugas-tugas dengan semestinya

b. Menghindarkan diri dari sikap menyalahkan orang lain

c. Memahami dan menerima resiko atau akibat dari suatu tindakan terhadap diri sendiri dan orang lain.

Mohamad Mustari (2014: 22) mengemukakan bahwa bertanggung jawab berarti melaksanakan tugas secara bersungguh-sungguh, berani menanggung konsekuensi dari sikap perilaku, perkataan, dan tingkah lakunya. Berdasarkan hal tersebut, timbul indikasi-indikasi yang diharuskan dalam diri seseorang yang bertanggung jawab. Lebih lanjut lagi, Mohamad Mustari (2014: 22) menemukakan ciri-ciri seseorang yang bertanggung jawab di antaranya ialah:


(32)

17 a. Memilih jalan lurus

b. Selalu memajukan diri sendiri c. Menjaga kehormatan diri d. Selalu waspada

e. Memiliki komitmen pada tugas

f. Melaksanakan tugas dengan standar yang terbaik g. Mengakui semua perbuatannya

h. Menepati janji

i. Berani menanggung risiko atas tindakan dan ucapannya

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa ciri-ciri orang yang bersikap tanggung jawab adalah mengerjakan tugas dengan baik, mengakui kesalahan yang diperbuatnya, menghindari menyalahkan orang lain sehingga dirinya selalu memajukan diri sendiri. Selain itu, orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung risiko atas tindakan yang dilakukan dirinya. 4. Indikator Sikap Tanggung Jawab

Kemendiknas (2010: 30) mengemukakan keberhasilan indikator pendidikan karakter khususnya indikator tanggung jawab di sekolah sebagai berikut:

a. Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis

b. Melakukan tugas tanpa disuruh

c. Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat

d. Menghindari kecurangan dalam pelaksanaan tugas

Lebih lanjut lagi, Kemendiknas (2010: 30) mengemukakan indikator tanggung jawab di kelas sebagai berikut:


(33)

18

a. Pelaksanaan tugas piket secara teratur b. Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah c. Mengajukan usul dalam pemecahan masalah

Hal ini sejalan dengan Daryanto dan Suryatri Darmiatun (2013: 142-143) terdapat dua indikator tanggung jawab yaitu indikator tanggung jawab di sekolah dan di kelas. Adapun penjabarannya sebagai berikut:

Indikator tanggung jawab di sekolah, meliputi

a. Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis

b. Melakukan tugas tanpa disuruh

c. Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat

d. Menghindari kecurangan dalam pelaksanaan tugas Indikator tanggung jawab di kelas

a. Pelaksanaan tugas piket secara teratur b. Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah c. Mengajukan usul dalam pemecahan masalah

Kedua pendapat para ahli tentang indikator tanggung jawab di atas hampir sama. Berdasarkan uraian di atas, indikator sikap tanggung jawab meliputi membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis, melakukan tugas tanpa disuruh, menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam


(34)

19

lingkup terdekat, menghindari kecurangan dalam pelaksanaan tugas, Pelaksanaan tugas piket secara teratur, peran serta aktif dalam kegiatan sekolah, dan mengajukan usul dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengembangkan indikator yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Melakukan tugas dengan baik

b. Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat

c. Menghindari kecurangan dalam pelaksanaan tugas d. Pelaksanaan tugas piket secara teratur

e. Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah f. Mengajukan usul dalam pemecahan masalah

Hal tersebut akan dijadikan sebagai instrumen dalam penyusunan angket sikap tanggung jawab.

B. Kajian tentang Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata kooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim, (Isjoni, 2009:22). Pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar belajar dalam kelompok, tetapi dapat diartikan lebih luas lagi. Agus Suprijono (2009: 55) berpendapat bahwa istilah kooperatif memiliki makna yang


(35)

20

lebih luas yaitu menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar.

Menurut Nur (Isjoni, 2009: 27), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik. Pembelajaran kooperatif tidak hanya menekankan pada keberhasilan dalam akademiknya, namun juga menekankan pada keterampilan sosial siswa. Hal ini sejalan dengan Roger ddk (Miftahul Huda, 2011: 29) mengemukakan bahwa,

“Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran

kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.”

Slavin (Isjoni, 2009:17) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya. Guru berperan mendorong aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif. Hal ini sejalan dengan Agus Suprijono (2009: 54) yang mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja


(36)

21

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana kegiatan belajar secara berkelompok atau dalam satu tim, bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik. Siswa bekerja sama dalam mengerjakan sesuatu maupun memecahkan suatu masalah dalam satu kelompok. Pembelajaran kooperatif ini tidak hanya bertujuan untuk keberhasilan pembelajaran yang bersifat akademik saja, namun juga mengintegrasikan nilai-nilai sosial. Guru tetap berperan dalam mendorong dan membimbing aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif.

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Ibrahim (Abdul Majid, 2013: 176) mengemukakan ciri atau karakteristik dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a. siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar

b. kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang, dan rendah (heterogen)

c. apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda

d. penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu

Menurut Bennet (Isjoni (2009: 60)yang mengemukakan ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a. Setiap anggota memiliki peran


(37)

22

c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya

d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan personalnya

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan Wina Sanjaya (2006: 245-246), terdapat karakteristik dalam model pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Semua anggota tim harus saing membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. setiap kelompok bersifat heterogen. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberi pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Dalam model pembelajaran kooperatif, terdapat manajemen kooperatif yang mempunyai empat fungsi pokok yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Fungsi pelaksanaan menunjukkan menunjukkan bahwa pembelaajaran kooperatif harus sesuai dengan perencanaan. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap


(38)

23

anggota kelompok, Oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.

c. Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Setiap anggota kelompok tidak hanya diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga diperlukan saling membantu

d. Keterampilan bekerja sama

Kemauan untuk bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.

Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif adalah adanya suatu kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, dimana anggota kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah ataupun dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda. Selain itu, adanya siswa yang bekerja sama secara berkelompok/tim dalam menyelesaikan tugas, dan adanya interaksi langsung antara siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.


(39)

24

3. Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif

Agus Suprijono (2009: 58-61) berpendapat bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur yang harus diterapkan dalam model pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

a. Pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok, yaitu mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan. b. Pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individu

Tanggung jawab individu adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus menyelesaikan tugas yang sama.

c. Pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.Interaksi promotif ini dapat berupa perilaku saling membantu, memberi, memproses informasi, dan memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

d. Pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial

Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan, peserta didik harus saling mengenal, menerima,


(40)

25

mendukung, mempercayai, mampu berkomunikasi, dan mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

e. Pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok

Melalui pemrosesan kelompok ini, akan meningkatkan efektivitas anggota kelompok dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

Sedangkan Wina Sanjaya (2006: 246) juga mengemukakan empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a. Prinsip ketergantungan positif

Keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja-kinerja masing-masing anggota. Untuk tercipta kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan kemampuan setiap anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan

b. Tanggung jawab perseorangan

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggota kelompok, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap kelompok harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.


(41)

26 c. Interaksi tatap muka

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota kelompok.

d. Partisipasi dan komunikasi

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi.Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Keberhasilan kelompok dalam pembelajaran kooperatif ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya. Oleh karena itu, sebelum melakukan pembelajaran kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa terdapat beberapa prinsip dalam pembelajaran kooperatif yaitu prinsip ketergantungan positif, pertanggungjawaban individu, keterampilan sosial, dan interaksi antar anggota kelompok. Prinsip ketergantungan positif dimana terdapat ketergantungan antara pertanggungjawaban tugas kelompok dan menjamin setiap anggota kelompok menyelesaikan tugasnya. Prinsip tanggung jawab


(42)

27

individu/perseorangan dimana setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab menyelesaikan tugasnya untuk keberhasilan kelompok. Selain itu, adanya interaksi tatap muka antar anggota kelompok sehingga dapat melatihsiswa bersikap tanggung jawab. Hal tersebut untuk mencapai tujuan kelompok secara bekerja sama.

4. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Abdul Majid (2013: 175) mengemukakan pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya :

a. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.

b. Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang

c. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.

Pendapat di atas diperkuat oleh Ibrahim (Syaiful Bahri Djamarah, 2010: 360) yang menjelaskan tujuan pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a. Model pembelajaran kooperatif tidak hanya meliputi berbagai macam tujuan sosial , tetapi juga bertujuan meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik.


(43)

28

b. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar menghargai satu sama lain.

c. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengajarkan siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak-anak yang kurang dalam keterampilan sosial.

Berdasarkan uraian di atas, tujuan model pembelajaran kooperatif adalah membantu siswa dalam mempelajari materi yang sulit. Dengan model pembelajaran kooperatif juga dapat melatih siswa untuk memahami berbagai perbedaan latar belakang, sehingga siswa dapat belajar untuk saling menghargai satu dengan yang lain. Pada model pembelajaran ini, siswa berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok. Dalam pembagian tugas disetiap kelompok ini dapat melatih siswa untuk bersikap tanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing. Selain itu, siswa bergantung pada satu sama lain atas tugas-tugas bersama sehingga dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya sendiri dan teman sekelompoknya.


(44)

29

5. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TS-TS (Two Stay Two Stray) Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stray Two Stay. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Strayini juga sering disebut dengan metode dua tinggal dua tamu.

Syaiful Bahri Djamarah (2010: 406) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay Two Stray) memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil diskusi kepada kelompok lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Ngalimun (2014: 140) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay Two Stray) ini dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Miftahul Huda (2013: 207) berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi/ hasil diskusi dan pengalaman kepada kelompok lain. Model pembelajaran ini mempunyai tujuan agar siswa


(45)

30

dapat berlatih untuk bekerja sama, bersikap tanggung jawab, dan saling membantu dalam menyelesaikan suatu masalah.

6. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray

Syaiful Bahri Djamarah (2010: 406) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray sebagai berikut:

a. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa

b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain

c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka

d. Tamu mohon berdiri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain

e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Pendapat di atas sejalan dengan Agus Suprijono (2009: 93-94) yang menjelaskan tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray sebagai berikut:

B. Pembelajaran diawali dengan pembagian kelompok

C.Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya


(46)

31

D.Setelah diskusi intrakelompok selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok lain

E. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai tamu mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut

F. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok

G.Setelah selesai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing.

H.Setelah kembali ke kelompok awal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.

Kedua pendapat di atas, diperkuat oleh Miftahul Huda (2013: 207-208) yang menyatakan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS(Two Stay Two Stray)pada tahap-tahap rincian berikut ini. a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap

kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan


(47)

32

karena pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan dan saling mendukung.

b. Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing.

c. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.

d. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. e. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan

hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain. f. Tamu mohon berdiri dan kembali ke kelompok mereka sendiri

untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

g. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. h. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

Dari ketiga para ahli di atas, tahapan-tahapan yang paling rinci pada model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) adalah pendapat yang dikemukakan oleh Miftahul Huda. Selain itu, tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) yang dikemukakan oleh miftahul Huda lebih lengkap dan runtut. Pada tahapan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS


(48)

33

(Two Stay-Two Stray) yang dikemukakan Syaiful Bahri Djamarah, tidak mencantumkan tahapan yang menjelaskan bahwa guru memberikan suatu permasalahan/ subpokok bahasan kepada siswa untuk didiskusikan dan tidak adanya kegiatan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas/ di depan teman-temannya. Sedangkan tahapan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) yang dikemukakan oleh Agus Suprijono juga belum ada tahapan adanya kegiatan presentasi di depan kelas.

Berdasarkan dari kajian di atas, langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yang dikemukakan oleh Miftahul Huda sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa.

b. Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan angoota kelompok masing-masing

c. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang.

d. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain e. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan


(49)

34

f. Tamu mohon berdiri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain

g. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka h. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka C. Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

Menurut Nasution (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 123) masa usia sekolah dasar merupakan masa anak-anak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun sampai sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan dimulainya anak masuk sekolah dasar dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya.

Menurut Desmita (2009: 35), anak-anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak yang usianya lebih muda atau lebih tua. Anak sekolah dasar senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan sesuatu secara langsung. Selanjutnya Desmita (2009: 104), juga mengemukakan bahwa anak usia sekolah dasar sudah memiliki kemampuan untuk berfikir melalui urutan sebab akibat dan mulai mengenali banyaknya cara yang bisa ditempuh dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Oleh sebab itu, guru hendaknya mengembangkan model pembelajaran yang mengusahakan siswa untuk bergerak, belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.


(50)

35

Siswa Sekolah Dasar umumnya berusia sekitar 6-12 tahun. Siswa kelas IV digolongkan sebagai kelas tinggi pada jenjang Sekolah Dasar. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar berlangsung antara usia 9/10 tahun – 12/13 tahun, dan biasanya duduk di kelas IV, V, dan VI (Rita Eka Izzaty dkk, 2008: 116). Ciri-ciri khas yang nampak pada siswa kelas IV sebagai masa kelas tinggi menurut Rita Eka Izzaty dkk (2008: 116-117) adalah:

1. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari 2. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis

3. Timbul minat terhadap pelajaran-pelajaran khusus

4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

5. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka juga membuat peraturan sendiri untuk kelompoknya.

Lebih lanjut lagi, menurut Piaget (Rita EkaIzzaty dkk, 2008: 106) masa kelas tinggi sekolah dasar memiliki ciri sebagai berikut:

1. Berpikir logis terhadap obyek yang konkret 2. Mulai bersikap sosial

3. Mulai memperhatikan dan menerima pandangan orang lain 4. Dapat memecahkan masalah yang bersifat konkret

5. Mengerti perubahan-perubahan dan proses dari kejadian yang lebih kompleks serta hubungannya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak kelas IV SD masuk ke dalam kelas tinggi yang berada pada rentang 9/10 – 12/13 tahun. Siswa yang berada dalam rentang umur tersebut memiliki karakteristik antara lain mulai bersikap sosial perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari, memiliki rasa ingin tahu, ingin belajar dan realistis, timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus, memandang


(51)

36

nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah, suka membentuk kelompok sebaya.

Sesuai dengan karakteristik-karakteristik di atas, khususnya pada karakteristik siswa kelas tinggi dimana siswa mulai bersikap sosial, memecahkan masalah yang bersifat konkret dan berpikr kritis. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS Two Stay Two Stray, siswa diajarkan untuk mengembangkansikap tanggung jawab. D. Keterkaitan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TS-TS (Two

Stay-Two Stray) dan Sikap Tanggung Jawab

Di dalam pendidikan terdapat proses kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar interaksi dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Pada proses pembelajaran inilah yang menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap. Pendidikan yang berkualitas melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Tidak hanya menekankan pada keberhasilan kognitif saja, namun juga menekankan pada keberhasilan dalam keterampilan dan perubahan sikap pada siswa. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran dimana siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan mengarah pada terbentuknya nilai-nilai yang dibutuhkan siswa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Salah satu model pembelajaran yang menekankan siswa pada nilai sosial dalam muatan akademik adalah model pembelajaran kooperatif.


(52)

37

Roger ddk (Miftahul Huda, 2011: 29) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial dan pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lainnya. Model ini bertujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai sosial yang bermuatan akademik. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat mengembangkan sikap tanggung jawab siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray). Miftahul Huda (2013: 207) mengemukakan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray ini siswa dibagi tugas adanya membagikan hasil diskusinya kepada kelompok lain, ada juga yang menerima hasil diskusi dari kelompok lain. Dalam hal ini siswa mempunyai tugas masing-masing, dan siswa harus dapat bertanggung jawab terhadap apa yang telah menjadi tugasnya. Siswa harus bersikap tanggung jawab untuk membagikan hasil diskusi atau informasinya kepada kelompok lain. Siswa juga harus mempunyai sikap tanggung jawab dalam menyampaikan hasil diskusinya tersebut kepada


(53)

38

kelompok lain. Pada model ini, siswa lebih ditekankan untuk dapat bersikap tanggung jawab demi terwujudnya keberhasilan kelompok. E. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) ini bukanlah penelitian yang pertama melainkan sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Adapun beberapa peneliti juga melakukan penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Junaidi (2014) yang berjudul

“Pengaruh Subject Spesific Pedagogy Tematik Terhadap Karakter Hormat dan Tanggung Jawab pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar di SD N 007 Pangkalan Kerinci”. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh Subject Spesific Pedagogy tematik yang signifikan terhadap karakter sikap hormat dan tanggung jawab pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar di SD N 007 Pangkalan Kerinci.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Widy Dyah Mulyani (2015) yang

berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw terhadap Karakter Tanggung Jawab pada Mata Pembelajaran

PKn Siswa Kelas V SD Negeri Sendangadi 1 Mlati”. Hasil Penelitian

menyatakan adanya pengaruh signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap karakter tanggung jawab pada mata pembelajaran PKn siswa kelas V SD Negeri Sendangadi 1 Mlati.


(54)

39

Penelitian yang dilakukan merupakan lanjutan dari penelitian-penelitian di atas. Peneliti mencoba model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS(Two Stay-Two Stray) terhadap sikap tanggung jawab siswadi kelas IV SD. Berdasarkan penelitian yang relevan di atas, diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) dapat memberikan pengaruh terhadap sikap tanggung jawab siswa SD Negeri Ngebung Beran Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo.

F. Kerangka Pikir

Sekarang ini sering terjadi perkelahian di dalam lingkup sekolah maupun antar sekolah akibat kurang adanya sikap tanggung jawab pada siswa. Selain itu, tidak jarang terjadi bentuk pelanggaran peraturan di sekolah yang dilakukan oleh siswa. Hal ini menunjukkan kurangnya sikap tanggung jawab siswa dalam melakukan kewajibannya sebagai seorang pelajar. Dalam praktik kehidupan di Sekolah Dasar, belum semua siswa melakukan tugas piket kelas dan ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan PR maupun tugas yang diberikan oleh guru. Hal tersebut menunjukkan kurangnya sikap tanggung jawab pada siswa.

Untuk mewujudkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memerlukan perilaku dan sikap pada diri siswa. Salah satu sikap yang harus dimiliki siswa adalah sikap tanggung jawab. Sikap tanggung jawab memang sangat dibutuhkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sikap bertanggung jawab siswa mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter siswa yang baik. Siswa yang


(55)

40

mempunyai sikap tanggung jawab adalah siswa yang melaksanakan tugas maupun kewajiban dengan baik, dan menerima segala risiko dari perbuatan yang telah dilakukannya.

Adapun salah satu model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada nilai-nilai sosial yang bermuatan akademik yaitu model pembelajaran kooperatif TS-TS (Two Stay-Two Stray). Model pembelajaran kooperatif TS-TS (Two Stay-Two Stray) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi kepada kelompok lain. Model pembelajaran ini sebagai sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan mencoba meneliti pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) terhadap sikap tanggung jawab siswa. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(56)

41

Gambar 1. Kerangka Pikir G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori di atas maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Ada pengaruh signifikan pada model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) terhadap sikap tanggung jawab siswa kelas IV SD Negeri Ngebung Beran Panjatan Kulon Progo.

H. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah tafsir tentang makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna dari beberapa definisi operasional variabel sebagai berikut:

1. Kurangnya sikap tanggung jawab siswa

2. Dalam pembelajaran, guru belum pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray)

Peneliti mengujicobakan apakah model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) ini berpengaruh terhadap sikap tanggung jawab siswa di kelas IV SD Negeri Ngebung Beran Panjatan Kulon Progo

Model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) ini apakah berpengaruh terhadap sikap tanggung jawab siswa di kelas IV SD Negeri Ngebung Beran Panjatan Kulon Progo


(57)

42

1. Model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi kepada kelompok lain dengan kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) diawali dengan siswa bekerja sama dalam kelompok berempat, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain, dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka, tamu mohon berdiri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain dan kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

2. Sikap tanggung jawab adalah suatu sikap seseorang yang melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik serta berani menanggung segala akibat perbuatan yang dilakukannya. Indikator sikap tanggung jawab meliputi melakukan tugas dengan baik, menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat, menghindari kecurangan dalam pelaksanaan tugas, pelaksanaan tugas piket secara teratur, peran serta aktif dalam kegiatan sekolah, dan mengajukan usul dalam pemecahan masalah.


(58)

43 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Nana Syaodih Sukmandinata (2012: 53) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2011: 109), metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental Design(eksperimen kuasi) dengan menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design. Jenis penelitian ini bisa juga disebut eksperimen semu karena mempunyai variabel kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design.Dalam desain ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pemilihan responden untuk kelompok eksperimen dan kontrol tidak dipilih secara random (acak), tetapi dengan melakukan undian. Pelaksanaan pengundian dilakukan dengan cara kedua


(59)

44

kelas mengambil undian berupa gulungan kertas yang isinya ada yang bertuliskan kelas kontrol dan kelas eksperimen secara bersama-sama. Peneliti melakukan pengundian dan diperoleh hasil pengundian yaitu kelas IV A sebagai kelas kontrol dan kelas IV B sebagai kelas eksperimen.

Kelas IV A sebagai kelas kontrol tidak diberikan perlakuan artinya tetap menggunakan pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam mengajar. Kelas IV B sebagai kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray).

Kedua kelompok itu diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal sebelum adanya perlakuan. Selanjutnya kelompok kontrol diberikan post-test setelah pembelajaran yang biasa digunakan guru dikelas, sedangkan kelompok eksperimen diberikan post-test setelah diberi perlakuan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray)

Menurut Sugiyono (2011: 116) desain penelitian Nonequivalent Control Group Design digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Nonequivalent Control Group Design Keterangan

: pretest kelompok yang mendapatkan perlakuan


(60)

45

: posttest kelompok yang mendapatkan perlakuan : pretest kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan : posttest kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan

X :Perlakuan yang diberikan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray)

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Ngebung Beran yang terletak di Dusun VII Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2015/2016. Adapun pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari 2016.

D. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah keseluruhan siswa kelas IV SD Negeri Ngebung Beran. Pemilihan siswa kelas IV karena pada masa usia kelas ini siswa sudah mengerti perubahan-perubahan dan proses dari kejadian yang lebih kompleks.

Kelas IV di SD Negeri Ngebung Beran Panjatan Kulon Progo merupakan kelas paralel yang terdiri dari kelas IV A dan IV B. Semua siswa kelas IV di SD Negeri Ngebung Beran berjumlah 41 siswa.Kelas IV A berjumlah 21 siswa, sedangkan siswa kelas IV B berjumlah 20.


(61)

46 E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen) yang diuraikan sebagai berikut:

1. Variabel Bebas

Dalam penelitian ini, variabel bebasnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray). Model pembelajaran tersebut yang akan mempengaruhi variabel terikat. Hal ini sesuai dengan Sugiyono (2012: 64) yang menjelaskan bahwa variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap tanggung jawab siswa. Hasil dari pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas akan terlihat dengan adanya perubahan dari variabel terikat. Hal tersebut sesuai Sugiyono (2012: 64) yang menyatakan variabel terikat atau sering disebut variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian adalah sebagai berikut:


(62)

47 1. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa pernyataan tertutup yang diberikan kepada responden untuk dijawab. Hal ini sesuai dengan Sugiyono (2012: 192) yang menjelaskan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang sikap tanggung jawab siswa. Kuesioner sikap tanggung jawab diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebanyak dua kali yaitu sebelum diberikan perlakuan untuk mengetahui sikap tanggung jawab yang dimiliki siswa (pre-test) dan setelah diberikan perlakuan untuk mengetahui sikap tanggung jawab siswa (post-test).

2. Observasi

Dalam penelitian ini menggunakan observasi nonpartisipatif dan terstruktur. Dalam observasi nonpartisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan dan tidak ikut dalam kegiatan sehingga dapat lebih terfokus dan seksama melakukan pengamatan. Sedangkan observasi terstruktur ini pengamat sudah tahu dengan pasti tentang apa yang akan diamati. Hal ini sejalan dengan Sugiyono (2012: 197) yang menjelaskan bahwa observasi nonpartisipatif adalah peneliti tidak terlibat dalam kegiatan dan hanya sebagai pengamat. Sedangkan observasi terstruktur adalah observasi


(63)

48

yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya.

Kegiatan yang diamati dalam penelitian ini berupa cara guru mengajar, model yang digunakan di kelas dengan model kooperatif tipe TS-TS (Two Stay Two Stray). Observasi dalam penelitian ini menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan untuk menggambarkan proses penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay Two Stray).

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa kuesioner sikap tanggung jawab siswa dan lembar observasi model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay Two Stray) yang diuraikan sebagai berikut:

1. Kuesioner sikap tanggung jawab siswa

Kuisioner sikap tanggung jawab digunakan untuk mengukur sikap tanggung jawab siswa di sekolah. Skala sikap tanggung jawab ini terdiri dari enam indikator yang kesemuanya berhubungan dengan sikap tanggung jawab siswa. Untuk memperjelas gambaran tentang instrumen yang akan digunakan, maka peneliti membuat kisi-kisi instrumen sikap tanggung jawab dengan rincian sebagai berikut:


(64)

49

Tabel 1.Kisi-kisi Instrumen Sikap Tanggung Jawab

Variabel Indikator Pernyataan Jumlah

Soal Positif Negatif

Sikap Tanggung Jawab

a. Melakukan tugas dengan baik

1,2,4,6, 3,5,7, 7 b. Menunjukkan

prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat

8,9, 10, 11, 13, 16

12, 14, 15, 17, 18,

11

c. Menghindari

kecurangan dalam pelaksanaan tugas

19, 21, 20, 22, 23

5

d. Pelaksanaan tugas piket secara teratur

24,26, 27 25, 28 5 e. Peran serta aktif

dalam kegiatan sekolah

30,31, 33, 35, 36, 37

29, 32, 34

8

f. Mengajukan usul dalam pemecahan masalah

38, 39 40 3

Jumlah Soal 23 17 40

Skala sikap tanggung jawab dalam penelitian ini menggunakan skala likert, yaitu dengan memberikan skor secara bertingkat sesuai jawaban yang diberikan oleh responden. Sesuai dengan Sugiyono (2012: 136) yang menyatakan bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.

Adapun penentuan skor untuk masing-masing jawaban adalah sebagai berikut:

1. Pernyataan positif


(65)

50 b. Pilihan sering bernilai 3 c. Pilihan jarang bernilai 2 d. Pilihan tidak pernah bernilai 1 2. Penyataan negatif

a. Pilihan selalu bernilai 1 b. Pilihan sering bernilai 2 c. Pilihan jarang bernilai 3 d. Pilihan tidak pernah bernilai 4

Pernyataan positif adalah pernyataan yang mendukung variabel. Sedangkan pernyataan negatif adalah pernyataan yang menentang variabel. Dalam penelitian ini, skor tertinggi pada masing-masing item adalah 4, sedangkan skor terendah adalah 1. Hasil perolehan skor dari masing-masing pernyataan kemudian ditabulasi dan dijumlahkan dengan skor yang lain hingga diperoleh skor keseluruhan dari masing-masing siswa.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengamati keterampilan guru dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay Two Stray) yang berbentuk chek list. Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati aktivitas guru dan siswa tanpa mengganggu kegiatan individu maupun kelompok.


(66)

51

Berikut ini lembar observasi model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay Two Stray :

Tabel 2.Lembar observasi model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay Two Stray)

No Tahapan Keterangan

Ya Tidak 1 Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok

yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa.

2 Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing 3 Siswa bekerja sama dalam kelompok yang

beranggotakan empat orang.

4 Dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain

5 Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain

6 Tamu mohon berdiri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain

7 Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka

8 Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka

H. Analisis Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Instrumen

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data ini terlebih dahulu dikonsultasikan kepada pakar untuk melihat apakah instrumen


(67)

52

itu valid atau tidak. Uji validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan validitas konstrak (construct validity) sebagai pengukur tingkat validitasnya. Hal ini sesuai dengan Sugiyono (2012: 170) yang menjelaskan bahwa untuk instrumen yang nontest yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstrak.

Sugiyono (2012: 172) mengemukakan bahwa untuk menguji validitas konstruk, dapat menggunakan pendapat ahli (expert judgement).Expert judgement digunakan agar instrumen yang dipakai untuk mengamati aspek-aspek sikap tanggung jawab siswa diukur berlandaskan teori tertentu. Oleh karena itu dibutuhkan pendapat dari ahli untuk menentukan sejauh mana instrumen yang dibuat tersebut dapat mengukur sikap tanggung jawab siswa. Pengujian validasi dalam penelitian ini dilakukan oleh ahli (expert judgement) yaitu Dosen Pembimbing Skripsi.

Pada penelitian ini uji coba instrumen dilakukan kepada siswa yang bukan merupakan subjek penelitian. Uji coba dilakukan di SD Negeri Pleret Kidul Panjatan Kulon Progo. Peneliti memilih SD Negeri Pleret Kidul Panjatan Kulon Progo sebagai tempat uji coba instrumen dikarenakan SD tersebut masih satu wilayah dan dilihat dari karakteristik siswanya tidak jauh berbeda dengan SD yang digunakan sebagai tempat penelitian.

Pengujian validitas dalam penelitian ini dibantu dengan menggunakan SPSS 16 for windows. Pada SPSS alat uji validitas yang


(68)

53

banyak digunakan yaitu dengan kolerasi Pearson yaitu mengkorelasikan antara skor tiap item dengan skor total item. Duwi Priyatno (2012: 95) menyatakan bahwa setiap butir instrumen dinyatakan valid apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05. Sedangkan setiap butir instrumen dinyatakan tidak valid apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05. Selanjutnya setiap butir instrumen yang valid dapat digunakan, sedangkan yang tidak valid akan dihilangkan.

Dari hasil uji coba instrumen yang dilakukan kepada 30 responden di SD Negeri Pleret Kidul Panjatan Kulon Progo yang dihitung dengan menggunakan SPSS 16 for windows, diperoleh 14 butir soal dinyatakan tidak valid dan 26 butir soal dinyatakan valid. Oleh karena itu, setiap butir yang valid sebanyak 26 akan digunakan dalam penelitian, sedangkan 14 butir yang tidak valid akan dihilangkan. Berikut ini hasil perhitungan validitas angket sikap tanggung jawab siswa.


(69)

54

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Angket Sikap Tanggung Jawab Siswa Butir Pernyata an Sig. (2- taile d)

Keterangan Butir Pernyata an Sig. (2- tailed) Keterangan

Butir 1 .004 Valid Butir 21 .871 Tidak Valid Butir 2 .015 Valid Butir 22 .040 Valid Butir 3 .009 Valid Butir 23 .001 Valid Butir 4 .639 Tidak Valid Butir 24 .164 Tidak Valid Butir 5 .000 Valid Butir 25 .135 Tidak Valid Butir 6 .008 Valid Butir 26 .001 Valid Butir 7 .038 Valid Butir 27 .010 Valid Butir 8 .031 Valid Butir 28 .006 Valid Butir 9 .019 Valid Butir 29 .601 Tidak Valid Butir 10 .002 Valid Butir 30 .121 Tidak Valid Butir 11 .277 Tidak Valid Butir 31 .002 Valid Butir 12 .069 Tidak Valid Butir 32 .012 Valid Butir 13 .650 Tidak Valid Butir 33 .010 Valid Butir 14 .005 Valid Butir 34 .224 Tidak Valid Butir 15 .047 Valid Butir 35 .037 Valid Butir 16 .015 Valid Butir 36 .006 Valid Butir 17 .046 Valid Butir 37 .609 Tidak Valid Butir 18 .645 Tidak Valid Butir 38 .400 Tidak Valid Butir 19 .002 Valid Butir 39 .029 Valid Butir 20 .188 Tidak Valid Butir 40 .011 Valid (Sumber : Lampiran 3.2 halaman 151)

Berdasarkan hasil uji coba angket sikap tanggung jawab, terdapat 26 butir soal yang valid yang akan digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini kisi-kisi instrumen sikap tanggung jawab siswa setelah uji coba.


(1)

195


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY(TS-TS) DAN SNOWBALL THROWINGTERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Strategi Pembelajaran Two Stay Two Stray (Ts-Ts) dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Ke

0 2 19

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) DAN SNOWBALL THROWING TERHADAP HASIL Pengaruh Strategi Pembelajaran Two Stay Two Stray (Ts-Ts) dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar S

0 4 16

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA Penerapan Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (Ts-Ts) Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII B SMP N

0 0 14

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU KELAS IV SEBELUM MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY (TS-TS)

0 0 156

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS) DENGAN TIPE

0 0 209

PENGARUH PENANAMAN KARAKTER KERJA SAMA, KERJA KERAS, DAN TANGGUNG JAWAB PADA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS VII SMP NEGERI 2 SUMBANG TAHUN AJARAN 20122013

0 0 13