PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE KEEP ON LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PKn DI KELAS V SDN KRATON, YOGYAKARTA.

(1)

i

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE KEEP ON LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PKn

DI KELAS V SDN KRATON, YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh Deny Estiningtyas NIM 13108241005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

ii

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE KEEP ON LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PKn

DI KELAS V SDN KRATON YOGYAKARTA Oleh :

Deny Estiningtyas NIM 13108241005

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif PKn dengan menggunakan model active learning tipe keep on learning pada siswa kelas V SDN Kraton Yogyakarta.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Kraton Yogyakarta yang berjumlah 24 siswa. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes, observasi dan dokumentasi. Instrumen penelitian berupa tes dan lembar keterlaksanaan pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Adapun indikator keberhasilan tindakan ditandai dengan ≥75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran telah memperoleh nilai ≥75.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar kognitif PKn siswa kelas V SDN Kraton Yogyakarta setelah menggunakan model active learning tipe keep on learning baik pada siklus I maupun siklus II. Pada siklus I siswa yang memperoleh nilai ≥75 mengalami peningkatan sebesar 37,5% dengan kondisi awal 25% meningkat menjadi 62,5% dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 33,33% menjadi 95,8%. Nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 16,59% dengan kondisi awal 68,08 meningkat menjadi 79,38 dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 8,13% menjadi 85,83.

Kata kunci: hasil belajar kognitif, PKn, model active learning tipe keep on learning


(3)

iii

IMPLEMENTATION OF ACTIVE LEARNING MODEL KEEP ON LEARNING TYPE TO IMPROVE THE COGNITIVE ACHIEVEMENT OF CIVIC EDUCATION

AT 5th GRADE STUDENTS IN SDN KRATON YOGYAKARTA

By:

Deny Estiningtyas NIM 13108241005

ABSTRACT

The research was aimed to improve the cognitive learning outcome of civic education using active learning model keep on learning type for fifth grade students of State Elementary School Kraton, Yogyakarta. The kind of research was an Classroom Action Research (CAR). The subject of this research was the students of grade fifth at State Elementary School Kraton, Yogyakarta amounting of 24 students. The methods of data collection used were test, observation, and documentation. The collected data then analyzed both descriptive qualitatively and descriptive quantitatively.The success indicator of the action is characterized by ≥75% of students who take the learning process has gained value ≥75. The results showed an increase in cognitive achievement Civics class student V State Elementary School Kraton Yogyakarta after using the active learning model keep on learning type both in the first cycle and the second cycle. In the first cycle, students who received ≥75 value increased by 37.5% with the initial conditions of 25% increased to 62.5% and the second cycle increased by 33.33% to 95.8%. The average value of learning outcomes in the first cycle increased by 16.59% with the initial conditions rose to 79.38 and 68.08 on the second cycle increased by 8.13% to 85.83.

Keyword : cognitive learning outcomes, civic education, active learning model keep on learning type


(4)

(5)

(6)

(7)

vii MOTTO

“Setiap murid bisa belajar, hanya saja tidak pada hari yang sama atau dengan cara yang sama.” (George Evans)

“Pendidikan bukanlah suatu proses untuk mengisi wadah yang kosong, akan tetapi Pendidikan adalah suatu proses menyalakan api pikiran” (W.B. Yeats)


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayah dan ibuku tercinta, Bpk. Sulyadi dan Ibu Henny.

2. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menjadi tempatku menuntut ilmu.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyalesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Penerapan Model Active Learning Tipe Keep On Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif PKn Siswa Kelas V SDN Kraton, Yogyakarta” dengan lancar. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin penelitian untuk keperluan penyusunan skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan rekomendasi dan bantuan dari awal pembuatan proposal hingga penyusunan skripsi ini terselesaikan.

3. Dr. Wuri Wuryandani, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran guna memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

5. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan banyak ilmu, wawasan, dan pengalamannya selama penulis mengikuti perkuliahan.


(10)

(11)

xi DAFTAR ISI

JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PERNYATAAN ... iv

PERSETUJUAN ... v

PENGESAHAN ... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Diagnosis Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ... 11

B. PKn ... 19

C. Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) ... 23

D. Model Active Learning Tipe Keep on Learning ... 31

E. Definisi Operasional ... 36

F. Penelitian Relevan ... 37 Halaman


(12)

xii

G. Kerangka Pikir ... 39

H. Hipotesis Tindakan... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 42

D. Desain Penelitian ... 43

E. Metode Pengumpulan Data ... 47

F. Instrumen Penelitian ... 48

G. Teknik Analisis Data ... 50

H. Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 53

B.Pembahasan ... 78

C.Keterbatasan Penelitian ... 83

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 84

B.Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 41

Gambar 2. Desain Penelitian Tindakan Kelas ... 43

Gambar 3. Diagram Capaian Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ... 64

Gambar 4. Diagram Capaian Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 75

Gambar 4. Diagram Capaian Hasil Belajar Siswa pada Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 76


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. SK dan KD PKn kelas V Semester II ... 23

Tabel 2. Kisi-kisi Soal Tes Siklus I ... 49

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran ... 50

Tabel 4. Hasil Belajar Siswa pada Pra Tindakan... 55

Tabel 5. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ... 63

Tabel 6.Hasil Refleksi dan Upaya Perbaikan Tindakan Pada siklus I .... 67

Tabel 7. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 74 Halaman


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP PKn siklus I dan II ... 89

Lampiran 2. Kisi-kisi soal evaluasi siklus I dan II ... 112

Lampiran 3. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I dan II ... 126

Lampiran 4. Hasil Belajar Siswa ... 128

Lampiran 5. Foto Pelaksanaan Penelitian ... 146

Lampiran 6. Dokumen Hasil Pekerjaan Siswa ... 148

Lampiran 7. Surat-surat ... 168

Lampiran 8. Peta Lokasi Penelitian ... 172 Halaman


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung sepanjang hidup. Pendidikan dilakukan di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Pendidikan memerlukan peran serta dari semua pihak. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan menurut Mudyaharjo (2012: 11) yaitu:

“Pendidikan dapat diartikan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan yang berlangsung di sekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.”

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan mempunyai andil yang penting dalam menentukan proses pencapaian tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Masalah yang dihadapi dunia pendidikan salah satunya adalah masalah lemahnya proses pembelajaran (Sanjaya, 2009: 1). “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar” (UU 20/2003). Dalam proses pembelajaran hendaknya dapat mengembangkan proses pembelajaran aktif, sehingga dapat terwujud partisipasi aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya partisipasi siswa yang optimal maka pengalaman belajar akan tercapai secara efektif dan efisien.


(17)

2

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah dasar. Siswa mempelajari mengenai tata kehidupan masyarakat dan negara. Materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang cukup luas. Materi yang luas tersebut terlihat pada cakupannya bahwa PKn meliputi aspek-aspek yaitu: a) persatuan dan kesatuan bangsa; b) norma, hokum, dan peraturan; c) hak asasi manusia; d) kebutuhan warga negara; e) konstitusi negara; f) kekuasaan dan politik; Pancasila; dan g) globalisasi (Suharno dkk, 2006 : 38). Muatan materi tersebut harus dapat tersampaikan dengan baik pada siswa. Di sisi lain, guru diharuskan menyelesaikan target ketuntasan belajar siswa, sehingga perlu perencanaan-perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model, metode, dan media yang tepat.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa PKn merupakan mata pelajaran diwajibkan untuk jenjang pendidikan dasar, menengah dan mata kuliah wajib untuk pendidikan tinggi. Pada jenjang sekolah dasar PKn diajarkan kepada siswa yang berusia 7-12 tahun dimana menurut Piaget merupakan fase perkembangan “operasional konkret”. Djiwandono (2006: 6) juga menyebutkan bahwa sebagian besar anak sekolah dasar yang berada dalam operasional konkret kurang mampu berfikir abstrak, sedangkan PKn merupakan mata pelajaran yang abstrak, tidak seperti ilmu-ilmu atau mata pelajaran eksak. Jika dilihat dari karakteristik anak usia sekolah dasar dan dibandingkan dengan karakteristik mata pelajaran PKn, maka dalam pelaksanaan pembelajaran PKn


(18)

3

guru dapat merencanakan kegiatan yang mengandung lebih banyak keterlibatan siswa.

Muatan materi dalam PKn yang abstrak tidak diimbangi dengan kegiatan belajar mengajar yang sepadan. Kegiatan belajar mengajar yang terlaksana masih menggunakan model konvensional. Pembelajaran masih didominasi ceramah oleh guru, sehingga pembelajaran cenderung berpusat pada guru. KBM dengan model ini membuat siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, karena mereka tidak memiliki keterlibatan langsung.

Metode yang tidak pernah diganti dari tahun ke tahun inilah yang kemudian menjadi penyebab tidak tuntasnya hasil belajar siswa. Umumnya dalam pembelajaran siswa banyak mendapat asupan ilmu secara pasif, tanpa bisa terlibat secara intensif. Hal ini menyebabkan kurang adanya timbal balik dari siswa, sehingga guru tidak mengetahui permasalahan siswa dalam memahami materi selama pembelajaran berlangsung. Jika metode yang digunakan ini dibiarkan terus berlangsung, hasil belajar PKn siswa akan sulit meningkat dan tidak tuntas.

Pembelajaran perlu menggunakan model yang baru atau jarang digunakan sebelumnya, sehingga tercipta suasana pembelajaran baru yang efektif, efisien, dan lebih bermanfaat. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dapat diciptakan dengan menerapkan metode yang bervariasi, strategi yang tepat dan media pembelajaran yang relevan dengan materi yang diajarkan. Model baru ini diharapkan bisa membuat siswa lebih tertarik, sehingga memperkuat kemampuan belajar serta tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan tercapai.


(19)

4

Mata pelajaran PKn di sekolah dasar menempatkan siswa untuk bisa membangun pengetahuan dari pengalamannya sendiri, baik melalui pengalaman menemui sesuatu hal maupun berfikir. Hal tersebut sejalan dengan proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang menerapkan adanya partisipasi aktif dari siswa. Kegiatan pembelajaran dipusatkan pada siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan mediator.

Dari hasil observsai yang telah dilakukan, pembelajaran PKn di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Kraton masih menitikberatkan menuntut hafalan, beriringan dengan metode penyampaian materi melalui ceramah kemudian siswa mendengarkan lalu mencatat. Pembelajaran yang berlangsung kurang variatif sehingga siswa menjadi kurang aktif. Siswa cenderung kurang ada tanggapan ketika ditanyai pendapat, karena mereka tidak mempunyai bekal pengetahuan yang lebih, selain daripada yang didapatkan di buku.

Pada saat kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berlangsung, tidak sepenuhnya seluruh siswa memperhatikan penjelasan guru. Sebagian siswa bergurau dengan temannya atau mencari-cari kesibukan sendiri. Hal ini dikarenakan siswa bosan dengan aktivitas mendengarkan, sehingga pembelajaran PKn dirasa kurang menyenangkan bagi siswa. Keadaan tersebut menimbulkan hasil belajar yang kurang memuaskan. (Indriani, 2015 : 3). Dengan demikian, suasana pembelajaran yang kurang variatif menyebabkan hasil belajar yang diperoleh menjadi kurang memuaskan.

Rendahnya hasil belajar dari siswa terlihat pada hasil beberapa kali ulangan harian. Hasil ulangan harian PKn selama tiga kali menunjukkan bahwa pada


(20)

5

ulangan harian pertama diperoleh rata-rata 80,25, ulangan harian kedua diperoleh rata-rata 78,20 dan ulangan harian ketiga diperoleh rata-rata 68,08. Hasil dari tiga kali ulangan harian yang dilaksanakan, menunjukkan penurunan. Jadi, rata-rata dari hasil tiga kali ulangan harian PKn tersebut adalah 75,51. Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil rata-rata tiga kali ulangan harian mata pelajaran matematika yaitu 81,38 dan Bahasa Indonesia yaitu 78,77. Dalam hasil ulangan harian mata pelajaran Bahasa Indonesia bahkan selalu terjadi peningkatan dalam rata-rata nilainya. Dari hasil rekap nilai ulangan harian tersebut terlihat bahwa ada beberapa siswa tidak dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. Rata-rata dalam setiap ulangan harian ada 7-13 siswa dari 24 siswa keseluruhan. Apabila dipresentasikan sekitar kurang lebih 50% dari jumlah siswa belum lulus KKM. Hasil dari rekap nilai rata-rata ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester juga menunjukkan bahwa PKn masih lebih rendah dibandingkan matematika dan bahasa Indonesia. Hasil belajar yang rendah ini harus segera diatasi dan diupayakan pemecahan masalahnya.

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara, di luar Kegiatan Belajar Mengajar seperti jam istirahat dan waktu pulang sekolah, sebagian besar siswa kurang dapat memanfaatkan waktu luangnya untuk mengulas kembali pembelajaran yang sudah dilaksanakan didalam kelas. Waktu luang ini seharusnya bisa dimanfaatkan siswa untuk memahami kembali bagian mana dari pembelajaran yang belum ia mengerti. Siswa tetap bisa belajar diluar KBM sehingga pemahaman yang mereka dapatkan pun lebih mendalam.


(21)

6

Model pembelajaran active learning adalah pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mendiri. Kemampuan belajar mandiri ini merupakan tujuan akhir dari active learning. Silbeman (2016 : 23) mengatakan bahwa apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai. Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Jawaban yang menarik salah satunya adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir.

Keep on Learning merupakan salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan belajar aktif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dan memberi kemudahan kepada siswa menemukan cara-cara untuk terus mempelajari materi yang telah guru sampaikan sesuai dengan cara mereka sehingga siswa tidak cepat bosan dalam belajar (Silberman, 2016: 281). Hal ini didasari oleh pengetahuan yang ada di sekolah, tetapi juga memberikan kebebasan siswa untuk belajar dimanapun berada. Pemberian tugas dan resitasi adalah cara


(22)

7

penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam bahan pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual atau kelompok.

Keep on learning membantu siswa untuk efektif belajar di luar kelas, yang akan membantu siswa lebih aktif lagi ketika di dalam kelas. Keep on learning memberikan kesempatan pada siswa untuk terus belajar diluar KBM melalui diskusi bersama teman dalam sebuah kelompok. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan bahwa siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Kraton sangat antusias ketika mengikuti pembelajaran secara berkelompok. Siswa mampu memberikan ulasan yang ditanggapi oleh siswa dari kelompok lain dan guru, terlihat dari hasil mengerjakan tugas berkelompok. Suasana pembelajaran seperti ini akan lebih banyak menimbulkan timbal balik antara guru dan siswa. Meningkatnya aktivitas belajar siswa akan beriringan dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Model active learning tipe keep on learning ini diharapkan mampu menjadi solusi untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas V SDN Kraton.

B.Diagnosis Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, terdapat diagnosis masalah sebagai berikut :

1. Kegiatan pembelajaran kurang menarik, model pembelajaran yang digunakan masih konvensional, sehingga hasil belajar kognitifnya rendah.


(23)

8

2. Metode yang digunakan kurang variatif, cenderung menggunakan metode ceramah oleh guru.

3. Siswa kurang aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran masih berpusat pada guru.

4. Siswa kurang dapat memanfaatkan waktu luang untuk belajar dengan cara mereka sendiri.

5. Hasil belajar kognitif mata pelajaran PKn masih rendah dibandingkan dengan beberapa mata pelajaran yang lain.

6. Guru belum menerapkan model active learning tipe keep on learning dalam pembelajaran PKn.

C.Batasan Masalah

Berdasarkan diagnosis masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada Penerapan Model Active Learning Tipe Keep on Learning untuk meningkatkan Hasil Belajar PKn di Kelas V SDN Kraton, Yogyakarta.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan hasil belajar PKn dengan menggunakan Model Active Learning Tipe Keep On Learning pada siswa kelas V SDN Kraton Yogyakarta?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas V SDN Kraton dengan menggunakan Model Active Learning Tipe Keep On Learning.


(24)

9 F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, khususnya yang berhubungan langsung dengan peningkatan hasil belajar PKn di Sekolah Dasar dengan menerapkan model active learning tipe keep on learning.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran PKn sehingga terjadi peningkatan hasil belajar. Membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran PKn, serta menjadikan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Bagi Guru

Guru dapat menerapkan model active learning tipe role reversal question dalam mata pelajaran PKn untuk meningkatan hasil belajar siswa.


(25)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A.Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dipandang sebagai proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusman (2011: 14) tentang belajar merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Seorang anak belajar melalui melihat apa yang diindera dengan penglihatan, kemudian diamati dengan pengetahuan awal yang dimiliki, dan sampai pada tahap memahami sesuatu. Siswa sekolah dasar belajar harus didorong rasa ingin tahu mereka sehingga bisa belajar secara positif dan efektif.

Belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku pada individu yang didapatkan melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto (2003 : 2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparwoto (2004 : 41) bahwa belajar pada intinya adalah proses internalisasi dalam diri individu yang belajar dapat dikenali produk belajarnya yaitu berupa perubahan, baik penguasaan materi, tingkah laku, maupun keterampilan.

Belajar mempunyai tujuan, hal ini sesuai dengan Sardiman (2007: 28) yang mengungkapkan tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap mental atau nilai-nilai. Seorang anak yang


(26)

11

belajar mempunyai perubahan arti tidak tahu menjadi tahu, tidak terampil menjadi terampil, sikap mental menjadi lebih baik dan mempunyai pemahman nilai.

Pendapat ini sejalan dengan hal – hal pokok dalam belajar yang dikemukakan oleh Suryabrata (2008: 323) yaitu; (a) belajar itu membawa perubahan (baik dalam perubahan tingkah laku, aktual maupun potensial); (b) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru; dan (c) perubahan itu didapatkannya karena usaha (secara disegaja). Usaha belajar adalah merubah kecakapan yang dimiliki menjadi lebih kaya, beragam dan meningkatkan kualitasnya. Perubahan ini dilakukan secara disengaja oleh individu yang bersangutan.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat berupa perubahan-perubahan dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Belajar akan lebih optimal ketika didukung oleh beberapa faktor seperti lingkungan sekitar. Belajar akan memberikan pengalaman baru bagi seseorang yang akan menjadi bekal dalam kehidupan.

2. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang akan membuahkan hasil. Diperolehnya hasil belajar merupakan salah satu tujuan dari pembelajaran. Hamalik (2006: 30) mengemukakan bahwa hasil belajar diperoleh jika terjadi perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan perkembangan lebih baik dari sebelumnya.


(27)

12

Hasil belajar menurut pemikiran Gagne (Sudjana, 2009 : 22) berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Informasi verbal adalah informasi yang dapat berupa lisan maupun tulisan. Informasi verbal dapat diperoleh melalui tes lisan maupun tertulis. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan menggunakan apa yang didapatkan selama pembelajaran berlangsung, dalam analisis permasalahan, perbandingan, dan pengambilan keputusan. Hasil maksimal dari matangnya keterampilan intelektual dan strategi kognitif ini akan memudahkan seseorang menemukan solusi dari sebuah masalah. Hal tersebut akan berdampak baik pada terbentuknya keterampilan sikap dalam menghadapi persoalan.

Dalam pendapatnya Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001 : 66-68) mengatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif meliputi mengingat (remember); memahami atau mengerti (understand); menerapkan (apply); menganalisis (analyze); mengevaluasi (evaluate); dan menciptakan (create). Kemampuan afektif meliputi; menerima (receiving); menjawab (responding); menilai (valuing); organisasi (organize). Kemampuan psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannyamelalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik.

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni: mengingat (remember); memahami atau mengerti


(28)

13

(understand); menerapkan (apply); menganalisis (analyze); mengevaluasi (evaluate); dan menciptakan (create).

1) Mengingat (remember)

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan atau yang sudah lama didapatkan. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara tepat dan cepat.

2) Memahami atau mengerti (understand)

Memahami atau mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan, dan komunikasi.memahami berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan dan membandingkan. Mengklasifikasikan akan muncul ketika seseorang berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu, sedangkan membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih objek, permasalahan, atau situasi.

3) Menerapkan (apply)

Menerapkan merujuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan


(29)

14

prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing). Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan di mana siswa sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan pasti apa saja prosedur yang harus dilakukan. Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau asing.

4) Menganalisis (analyze)

Menganalisis merupakan memecahkan suatu masalah dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif member atribut (attributing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan suatu permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan. Mengorganisasikan menunjuk pada identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut dapat menghasilkan hubungan yang baik.

5) Mengevaluasi (evaluate)

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatuoperasi atau


(30)

15

produk, sedangkan mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian dengan melihat suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.

6) Menciptakan (create)

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dengan sebelumnya. Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan mempresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan, sedangkan memproduksi mengarah pada perencanaan untuk memecahkan masalah yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi.

b. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif


(31)

16

sebagai hasil belajar, yaitu : menerima (receiving); menjawab (responding); menilai (valuing); organisasi (organize).

1) Menerima (receiving)

Dalam tingkatan menerima, diharapkan siswa peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: menanyakan, memilih, mendeskripsikan, memberikan, mengikuti, menyebutkan.

2) Menjawab (responding)

Dalam hal ini siswa tidak hanya peka pada satu fenomena, tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain : menjawab, membantu, melakukan, membaca, melaporkan, mendiskusikan, dan menceritakan.

3) Menilai (valuing)

Dalam tingkatan menilai, diharapkan siswa dapat menilai suatu objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain : melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, memilih, dan mengikuti.

4) Organisasi (organize)

Pada tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan atau memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain : mengubah, mengatur,


(32)

17

menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, dan memodifikasikan.

c. Ranah psikomotor

Ranah psikomotor tercerminkan dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak seorang individu. Hasil belajar psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu :

1) Imitasi;

Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya.

2) Manipulasi;

Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat, tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja.

3) Presisi;

Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat.

4) Artikulasi;

Kemampuan ini adalah kemampuan melakukan kegiatan yang kompleks dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan suatu yang utuh.

5) Naturalisasi;

Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara refleks, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi.


(33)

18

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar terdiri dari tiga ranah yaitu hasil belajar afekif, kognitif dan psikomotor. Masing-masing memiliki kriteria, cara pencapaian, dan cara pengukuran yang berbeda. Hasil belajar tersebut dapat diukur dengan teknik tes maupun non tes, untuk mengetahui tingkat ketercapaian seseorang dalam belajar.

Dalam penelitian ini yang diukur adalah hasil belajar kognitif siswa. Hasil belajar yang akan diukur adalah mulai dari tingkatan mengingat sampai dengan tingkatan menganalisis. Hal ini karena untuk usia sekolah dasar masih agak sulit apabila sampai pada tahap mengevaluasi dan menciptakan.

B.PKn

1. Pengertian PKn

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan program pendidikan yang menekankan pada pembentukan warga negara agar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagaimana disebutkan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 yaitu :

Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan dalam paradigma barunya mempunyai tugas mengembangkan pendidikan demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok yakni mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence), membina tanggungjawab warga negara (civic responsibility), dan mendorong partisipasi


(34)

19

warga negara (civic participation). Kecerdasan warga negara yang dikembangkan untuk membentuk warga negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional, melainkan juga dalam dimensi spiritual, emosional, dan sosial sehingga paradigma baru PKn bercirikan multidimensional. (Suharno dkk, 2006 : 11).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. PKn inilah diharapkan tertanamnya nilai-nilai luhur bangsa pada peserta didik. Melalui PKn peserta didik akan memperoleh pengetahuan mengenai tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pengetahuan ini menjadi dasar dalam pembentukan sikap dan perilaku yang baik sesuai tuntutan Pancasila dan UUD 1945.

2. Tujuan PKn

Permendiknas No.22 Tahun 2006 bahwa mata pelajaran PKn bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,

b. berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, serta anti korupsi,

c. berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain,

d. berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

PKn mengemban tujuan yang mempunyai andil besar dalam keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Alasan-alasan tersebut menjadi dasar penarikan kesimpulan bahwa keberhasilan pengajaran PKn penting untuk dapat tercapai dengan baik. Tujuan tersebut hendaknya dapat dicapai dengan dilakukannya pembelajaran-pembelajaran yang efektif melalui model


(35)

20

pembelajaran yang lebih bervariasi. Siswa akan lebih baik apabila mendapat pengalaman langsung dalam belajar melalui keterlibatan secara aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Eliis (1998 : 225) mengemukakan bahwa kata kunci dalam pembelajaran PKn ialah partisipasi. Bentuk partisipasi tersebut bisa melalui keterlibatan sehingga memberikan siswa pengalaman langsung, melalui membaca, melihat tayangan, dan lain sebagainya. Untuk itu guru dapat membuat rancangan kegiatan yang memunculkan partisipasi siswa dalam belajar sehingga dapat mencapai tujuan PKn yang telah ditentukan.

3. Fungsi PKn

Pendidikan di Indonesia perlu mempersiapkan generasi mudanya agar memiliki bekal kemampuan cukup untuk meneruskan estafet kepemimpinan bangsa. Hal tersebut sesuai dalam kutipan bahwa dalam pendidikan perlu ditanamkan pemahaman yang mendalam dan komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dansemangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila dan Konstitusi Negara Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai penerus bangsa. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menyelenggarakan program pendidikan yang memberikan berbagai kemampuan sebagai seorang warga negara melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Depdiknas, 2006 : 271).

Agar fungsi dari mata pelajaran PKn dapat berjalan dengan semestinya, perlu diimbangi dengan lancarnya kegiatan pembelajaran PKn. Pembelajaran harus mampu memfokuskan pada pembentukan pengetahuan yang mampu


(36)

21

membangun karakter, sikap, dan perilaku sesuai dengan tujuan yang tercantum didalamnya. Dengan berfungsinya mata pelajaran PKn sebagaimana mestinya, maka tujuannya akan tercapai dengan baik pula.

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn di Sekolah Dasar

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki 8 ruang lingkup kajian yaitu persatuan dan kesatuan bangsa, norma hukum dan peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga negara, konstitusi negara, kekuasaan politik, Pancasila dan globalisasi. Berdasarkan 8 ruang lingkup tersebut maka disusun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran PKn sesuai dengan Permendiknas No.22 Tahun 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dilaksanakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran PKn kelas V Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 3. Memahami kebebasan

berorganisasi

3.1Mendeskripsikan pengertian organisasi

3.2Menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat

3.3Menampilkan peran serta dalam memilih organisasi di sekolah

4. Menghargai keputusan bersama

4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama


(37)

22 C.Model Pembelajaran Aktif

1. Pengertian Model Pembelajaran

Suprijono (2014: 45) berpendapat bahwa “model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas”. Model pembelajaran dirancang untuk menampung aktivitas belajar yang dapat dicanangkan oleh guru dan diterapkan pada siswa, sesuai dengan tuntutan kurikulum dan kebutuhan belajar siswa.

Soekamto (1997 : 78) menerangkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pemandu bagi para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Prosedur untuk mengorganisasikan pembelajaran tersebut dirancang secara sistematis agar dapat berjalan secara efektif.

Model pembelajaran merupakan suatu desain atau rancangan yang menggambarkan proses dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak agar dapat berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga terjadi perubahan perilaku dalam pembelajaran (Mutiah, 2010: 120).

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran merupakan sebuah desain yang terbentuk dalam kerangka konseptual mengenai langkah-langkah dalam pembelajaran yang dapat dilakukan. Langkah-langkah tersebut termasuk penglibatan lingkungan dalam belajar untuk mencapai tujuan


(38)

23

belajar yang telah diterapkan. Model pembelajaran menjadi salah satu hal penting untuk terlaksana dengan baiknya sebuah pembelajaran.

2. Pengertian Model Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Rusman (2014: 324) mengemukakan bahwa model pembelajaran aktif merupakan model yang menekankan pada aktivitas peserta didik dalam mencari berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dipelajari dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri.

Mulyasa (2006: 191) menjelaskan bahwa “Pembelajaran aktif memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari”. Dalam model pembelajaran aktif guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada siswa. Siswa terlibat aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan, dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.

Siswa belajar secara aktif ketika mereka terlibat secara terus menerus, baik mental maupun fisik. Pembelajaran aktif itu penuh semangat, hidup, giat, berkesinambungan, kuat, dan efektif. Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran


(39)

24

yang terjadi ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami (Hollingsworth, 2008 : v)

Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Uno (2015 : 76) bahwa untuk menciptakan pembelajaran aktif, salah satu caranya adalah dengan anak belajar dari pengalamannya, selain anak harus belajar memecahkan masalah yang dia peroleh. Anak-anak dapat belajar dengan baik dengan melakukan, menggunakan indera mereka, menjelajahi lingkungan, baik lingkungan berupa benda, tempat, serta peristiwa di sekitar mereka. Belajar dari pengalaman langsung dan pengalaman nyata, maupun dengan pengalaman yang menyentuh perasaan seperti membaca buku, melihat lukisan, menonton televisi atau mendengarkan radio. Keterlibatan yang aktif dengan objek –objek atau gagasan-gagasan tersebut dapat mendorong aktivitas siswa untuk berpikir, menganalisa, menyimpulkan, dan menemukan pemahaman konsep baru dan mengintegrasikannya dengan konsep yang sudah mereka ketahui sebelumnya.

Pembelajaran aktif menekankan pada dominasi peran siswa dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dapat ditinjau dalam interaksi dengan sesama siswa maupun interaksi dengan guru. Keterlibatan langsung siswa dalam pembelajaran akan membawa siswa untuk menemui pengalaman langsung dalam pembelajaran yang berlangsung. Hakikat dari pembelajaran aktif adalah untuk menarik atensi siswa terhadap materi yang akan dipelajari sehingga akan menjadi aktif selama pembelajaran berlangsung.


(40)

25

Ahmadi (2004: 212-213) menerangkan bahwa pembelajaran aktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Situasi kelas menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar bebas rapi terkendali

b. Guru tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak memberikan ringkasan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah

c. Guru menyediakan sumber belajar bagi siswa d. Kegiatan belajar siswa bervariasi

e. Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan manusia bagaikan orang tua dan anak

f. Situasi dan kondisi kelas tidak terikat dengan peran guru sebagai sumber belajar dan siswa sebagai penerima informasi yang pasif

g. Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya h. Melalui pertanyaan atau pernyataan gagasannya

Uno (2015 : 75-76) menyebutkan beberapa ciri lain dari pembelajaran aktif sebagaimana dikemukakan dalam panduan pembelajaran model ALIS (Active Learning In School, 2009) adalah sebagai berikut : (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata, (3) pembelajaran mendorong anak untuk yang berbeda-beda, (4) pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda, (5) pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah (siswa-guru), (6) pembelajaran menggunakan lingkungan sebagaimedia atau sumber belajar, (7) pembelajaran berpusat pada anak, (8) penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk melakukan, (9) guru memantau proses belajar siswa, dan (10) guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja.

Karakteristik pembelajaran aktif seperti dijelaskan oleh Bonwell (Hamid, 2011: 49-50) yaitu dalam pembelajaran siswa tidak hanya pasif mendengakan penjelasan dari guru, namun kegiatan pembelajaran menekankan pada aktivitas


(41)

26

belajar siswa. Sehingga siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa dituntut untuk berfikir kritis, melakukan analisis dan melakukan evaluasi.

Pembelajaran aktif menekankan pada siswa dalam mengembangkan keterampilan menganalisis dan mengkritisi persoalan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari, untuk itu umpan balik dalam pembelajaran sering terjadi. Terkait dengan hal tersebut pembelajaran perlu memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih banyak mengambil peran. Pembelajaran perlu didesain agar dapat memunculkan keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan, mengemukakan dan atau menyanggah pendapat. Dalam pembelajaran aktif, peran guru lebih banyak menjadi fasilitator dan pemberi arahan. Guru harus aktif menciptakan suasana dan menstimulasi siswa agar mampu membangun gagasannya sendiri dan mendapatkan pengalaman langsung.

4. Bentuk-bentuk Pembelajaran aktif (Active Learning)

Silberman (2016 : 280) mengemukakan bahwa salah satu cara untuk menjadikan belajar aktif adalah dengan menjadikan belajar menjadi tidak terlupakan. Beberapa tipe belajar yang tidak terlupakan adalah belajar yang berkelanjutan. Pada akhir pembelajaran aktif, siswa biasanya akan bertanya “selanjutnya bagaimana?”. Keberhasilan belajar aktif akan terukur oleh cara menjawab pertanyaan ini, yakni bagaimana hal-hal yang telah dipelajari di kelas mempengaruhi apa yang akan dilakukan di masa mendatang. Tipe belajar yang dapat membantu keberlangsungan pembelajaran tetap terjaga dalam model active learning adalah sebagai berikut :


(42)

27

Strategi ini memungkinkan siswa menemukan cara-cara untuk terus mempelajari mata pelajaran yang diajarkan. Keep on learning memungkinkan siswa tetap bisa mempelajari pelajaran di luar kelas bersama dengan teman kelompok. Siswa dapat menggunakan bahan-bahan yang memuat pelajaran, selain bahan yang telah dipelajari di dalam kelas.

b. Stiker yang Sangat Lengket

Strategi ini memungkinkan siswa untuk membuat pengingat, yang mengingatkan mereka supaya menggunakan apa yang telah mereka pelajari. Siswa dapat menempelkan stiker pada bagian yang rata seperti pintu kulkas, meja, dan lain sebagainya.

c. Dengan Ini Saya Tetapkan Bahwa

Strategi ini digunakan untuk mendapat komitmen terhadap penerapan atas apa yang dipelajari di kelas. Strategi bisa juga digunakan untuk membantu siswa mengingat pelajaran yang telah lama berlalu.

d. Kuesioner Lanjutan

Strategi ini memungkinkan siswa untuk meningkatkan kesadaran setelah pelajaran sudah lama berakhir. Fungsilain dari strategi ini adalah sebagai cara untuk guru dapat tetap berhubungan dengan siswa. Kuesioner dikerjakan secara individu dan diberikan setelah selang waktu yang cukup panjang dari berakhirnya pelajaran.


(43)

28

Prosedur dalam berpegang erat adalah siswa membuat komitmen serius untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Komitmen siswa dituliskan dalam sebuah formulir yang berisi beberapa hal temasuk perencanaan masa depan. Macam-macam tipe dalam model active learning tersebut akan dapat mengoptimalkan penggunaan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Tipe-tipe di atas dapat digunakan sebagai variasi dalam pembelajaran, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan. Pembelajaran aktif juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.

5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Kelebihan dari Active Learning menurut Hamid (2011: 50) antara lain : a. Interaksi yang timbul dalam proses pembelajaran akan menimbulkan

pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar.

b. Siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar dapat memberikan penilaian terhadap siswa sehingga terdapat individual accountability.

c. Agar proses pembelajaran aktif berjalan dengan efektif maka perlu dilakukan kerjasama antar siswa sehingga dapat memupuk keterampilan sosial atau social skills.

Berdasarkan pembahasan yang sudah dipaparkan diatas, kekurangan dari penggunaan pembelajaran aktif (active learning) adalah:


(44)

29

b. Perlu keterampilan interaksi dan komunikasi pendidik dengan siswa, jika pendidik tidak ada interaksi dan komunikasi yang baik maka tidak terjadi umpan balik dalam pembelajaran,

c. Perlu pengkondisian kelas yang bervariasi agar semua siswa aktif dalam pembelajaran,

d. Banyak proses dan tahapan dalam pembelajaran yang menimbulkan pendidik enggan menerapkan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian kelebihan dan kekurangan model active learning tersebut, terlihat bahwa model pembelajaran active learning akan membantu siswa memperdalam materi-materi yang mereka pelajari melalui cara-cara seperti interaksi dengan siswa lain maupun dengan guru. Melalui interaksi-interaksi tersebut menjadikan siswa lebih banyak terlibat dalam pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilaluinya akan menjadi lebih bermakna. Berdasarkan uraian kekurangan yang tertulis, maka dalam pelaksanaannya guru perlu memperhatikan pengorganisasian kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran aktif yang direncanakan akan dapat berjalan dengan baik.

D.Model Active Learning Tipe Keep On Learning

1. Pengertian Model Active Learning Tipe Keep On Learning

Model pembelajaran aktif bertujuan untuk membuat siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Silberman (2016 : 281) menyebutkan bahwa ada 101 cara membuat siswa menjadi belajar aktif, salah satunya adalah keep on learning (tetap belajar). Cara ini merupakan salah satu cara yang termasuk dalam tipe belajar yang dapat membantu keberlangsungan pembelajaran tetap terjaga.


(45)

30

Dalam penerapannya cara ini akan dapat memberikan kelanjutan dari pembelajaran yang telah diterima dikelas.

Dalam pembelajaran aktif, siswa akan lebih mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini siswa secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau mengalikasikan apa yang baru mereka pelajari. Oleh sebab itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang telah diterima selama pembelajaran. Model pembelajaran aktif yang diterapkan dapat menjadi salah satu jalan untuk menjadikan materi yang telah dipelajari menjadi lebih bermakna dan bertahan lama. Salah satu tipe dari pembelajaran aktif yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah tipe keep on learning. Dalam tipe ini siswa diharapkan dapat tetap belajar di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Tipe ini memungkinkan siswa untuk lebih banyak mencurahkan ide atau gagasan dalam pembelajaran. Selain itu, siswa akan dapat melakukan pendalaman materi melalui diskusi bersama siswa lain dalam satu kelompok. Dengan ini siswa akan terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga membuat mereka mempunyai pengalaman belajar yang akan membantu dalam pemahaman materi (Zaini, 2008 : 74)

Model active learning tipe keep on learning ini memungkinkan siswa menemukan cara-cara untuk terus mempelajari mata pelajaran yang diajarkan. Siswa mendapat kesempatan untuk belajar diluar jam pelajaran di kelas sesuai dengan minat dan cara lain yang dapat mereka lakukan. Siswa dapat berdiskusi dengan kelompok mengenai materi yang telah diajarkan yang didapatkan dari berbagai sumber diluar kelas.


(46)

31

2. Langkah-langkah Model Active Learning Tipe Keep On Learning

Untuk dapat terlaksana dengan baik, perlu diperhatikan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model active learning tipe keep on learning yang akan dilakukan. Langkah-langkah tersebut yaitu :

a. Menunjukan harapan kepada siswa bahwa proses belajar tidak akan berhenti disitu saja karena waktu pelajaran telah selesai.

b. Memberikan nasihat pada peserta didik bahwa ada beberapa cara bagi mereka untuk melanjutkan belajar sesuai cara mereka sendiri.

c. Menunjukan bahwa salah satu cara melakukan ini adalah dengan brainstorming atau menumpahkan ide-ide mereka sendiri agar “tetap belajar”.

d. Membuat kelompok dan meminta setiap kelompok melakukan brainstorming (menumpahkan semua ide). Ada beberapa saran umum untuk menumpahkan ide-ide melalui beberapa pilihan berikut ini :

1) mencari artikel dari majalah, koran dan sebagainya yang terkait dengan materi pembelajaran,

2) mengambil cara lain dalam bidang pelajaran yang sama, 3) membuat daftar bacaan masa mendatang,

4) membaca kembali buku dan meninjau catatan yang dibuat selama pelajaran, 5) mengajarkan sesuatu yang telah dipelajari kepada siswa lain, dan

6) mencari pekerjaan atau tugas yang menggunakan keterampilan yang telah dipelajari.

e. Mengumpulkan kembali siswa ke dalam kelas dan meminta setiap kelompok untuk menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan terbaiknya.


(47)

32

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Active Learning Tipe Keep On Learning Setiap model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan dari model active learning tipe keep on learning yaitu : a. Kelebihan tipe keep on learning adalah sebagai berikut :

1) Menyadarkan peserta didik bahwa banyak jalan dalam menyelesaikan masalah. 2) Mendorong peserta didik berfikir kritis.

3) Akan menemukan hal-hal baru dalam mencari jawaban yang bersumber dari mana saja.

4) Interaksi antar peserta didik terjalin lebih erat. 5) Adanya ringkasan yang ditulis tiap kelompok.

b. Kekurangan tipe keep on learning adalah sebagai berikut :

1) Adanya peserta didik yang menggantungkan tugasnya pada orang lain. 2) Hanya dikuasai oleh orang yang pintar berbicara.

3) Peserta didik menjadi malas karena merasa ada yang sudah mengerjakan.

Dari uraian kelebihan dan kekurangan model active learning tipe keep on learning tersebut maka model ini sangat membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar yang selanjutnya diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa. Model dan tipe pembelajaran ini membuat siswa dapat belajar dari banyak hal dan banyak jalan, sehingga akan mendorong mereka berpikir kritis. Rangkuman yang dihasilkan akan membuat siswa lebih mudah mengulas materi yang sedang dipelajari. Kekurangan model dan tipe ini harus diantisipasi oleh guru dengan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik.


(48)

33

4. Model Active Learning Tipe Keep On Learning dalam Pembelajaran PKn Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memiliki peran dalam keberlanjutan kehidupan siswa. Materi-materi yang diajarkan dalam PKn akan banyak diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Seperti dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran PKn kelas V untuk sekolah dasar termuat materi mengenai organisasi dan cara pengambilan keputusan dalam sebuah forum. Materi ini akan menjadi bekal untuk siswa karena nantinya mereka akan banyak menerapkan apa yang mereka dapatkan dari materi tersebut.

Dalam pembelajaran siswa akan mengetahui macam-macam organisasi dan cara pengambilan keputusan didalamnya. Keterbatasan waktu yang tersedia membuat materi tidak dapat diajarkan secara lebih mendalam dan mendetail. Metode active learning tipe keep on learning memungkinkan siswa untuk mencari berbagai informasi mengenai materi yang sedang mereka pelajari melalui berbagai sumber. Melalui metode ini siswa juga akan dapat berdiskusi dengan kelompoknya sehingga dapat tersampaikan ide atau gagasan baru yang tidak bisa didapatkan di dalam kelas, sehingga siswa mempunyai cara untuk lebih menguasai materi yang diajarkan.

Model active learning tipe keep on learning dalam pembelajaran PKn khususnya kelas V sekolah dasar, dapat diterapkan dalam materi-materinya sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Siswa menjalankan prosedur dalam model active learning tipe keep on learning sesuai dengan muatan materi yang akan tetap dipelajari di luar


(49)

34

kelas. Model active learning tipe keep on learning dimulai dengan pemberian materi mengenai organisasi di sekolah dan masyarakat oleh guru di dalam kelas. Selanjutnya guru membentuk kelompok-kelompok kecil, kemudian membuka kesempatan pada siswa untuk menyampaikan ide-ide bersama teman satu kelompok mengenai materi yang telah disampaikan. Guru kemudian memberikan pertanyaan yang mampu menarik minat siswa untuk belajar lebih lanjut. Hasil tanya jawab dan ulasan materi tersebut menjadi dasar untuk siswa mengumpulkan berbagai materi lain untuk membuat sebuah rangkuman. Siswa membawa hasil rangkuman pada pertemuan selanjutnya untuk diulas bersama. (Mahardika, 2013 : 51)

E.Definisi Operasional 1. Hasil Belajar

Hasil ditandai perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu. Hasil belajar mencaskup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif meliputi; pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesa, evaluasi. Kemampuan afektif meliputi; sikap menerima, memberikan tanggapan, penilaian atau penghargaan, organisasi, karakterisasi. Kemampuan psikomotor meliputi; meniru, menerapkan, memantapkan, merangkai dan naturalisasi. Hasil belajar kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan; pemahaman; aplikasi; analisis; sintesis; dan evaluasi. Hasil belajar kognitif diperoleh melalui tes tertulis.


(50)

35

Model active learning tipe keep on learning merupakan salah satu cara yang dapat membantu keberlangsungan pembelajaran tetap terjaga. Dalam penerapannya cara ini akan dapat memberikan kelanjutan dari pembelajaran yang telah diterima dikelas. Model active learning tipe keep on learning ini memungkinkan siswa menemukan cara-cara untuk terus mempelajari mata pelajaran yang diajarkan. Siswa mendapat kesempatan untuk belajar diluar jam pelajaran di kelas sesuai dengan minat dan cara lain yang dapat mereka lakukan. Siswa dapat berdiskusi dengan kelompok mengenai materi yang telah diajarkan yang didapatkan dari berbagai sumber diluar kelas.

F. Penelitian Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yudha Mahardika (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas X Akuntansi 3 dengan Model Active Learning teknik Guided Teaching dan Keep On Learning di SMK 1 Godean Tahun Ajaran 2012/2013” menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa Kelas X Akuntansi 3 Sekolah Menengah Kejuruan 1 Godean tahun ajaran 2012/2013 setelah menggunakan model active learning teknik guided teaching dan keep on learning.

Hal ini dibuktikan pada rata-rata aktivitas belajar peserta didik pada siklus I menunjukkan 75,52%. Sedangkan hasil presentase capaian untuk siklus ke II naik menjadi 94,70% dengan memperoleh peningkatan sebesar 19,18%. Jadi indikator keberhasilan pada aktivitas belajar siswa kelas X Akuntansi 3 SMK 1 Godean telah tercapai.


(51)

36

2. Penelitian yang dilakukan oleh Marsiyanti Indriani (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya meningkatkan hasil belajar PKn menggunakan Model Active Learning Tipe Role Reversal Question Pada Siswa Kelas V SD N Minomartani 6, Sleman, Yogyakarta” menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar PKn siswa kelas V SD N Minomartani 6, Sleman, Yogyakarta setelah menggunakan model active learning tipe role reversal question.

Hal ini dibuktikan pada jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥70 mengalami peningkatan yakni sebesar 25% kondisi awal 44% meningkat menjadi 69%. Nilai rata-rata pada siklus I sebesar 8,75% dimana kondisi awal adalah 66,53 meningkat menjadi 75,27. Pada siklus I jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥70 sebesar 69% meningkat sebesar 28% menjadi 97% pada siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I 75,27 meningkat sebesar 10,97% menjadi 86,25 pada siklus II.

Kedua penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Yudha Mahardika dengan judul “Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas X Akuntansi 3 dengan Model Active Learning teknik Guided Teaching dan Keep On Learning di SMK 1 Godean Tahun Ajaran 2012/2013” mempunyai relevansi dengan penelitian ini dalam hal tipe pembelajaran keep on learning. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tipe keep on learning dalam penelitian tersebut diterapkan pada mata pelajaran akuntansi di kelas X SMK, sedangkan dalam penelitian ini tipe keep on learning diterapkan dalam mata pelajaran PKn di kelas V sekolah dasar. Penelitian kedua yang dilakukan oleh Marsiyanti Indriyani dengan judul “Upaya


(52)

37

meningkatkan hasil belajar PKn menggunakan Model Active Learning Tipe Role Reversal Question Pada Siswa Kelas V SD N Minomartani 6, Sleman, Yogyakarta” mempunyai relevansi dengan penelitian ini dalam hal meningkatkan hasil belajar PKn kelas V sekolah dasar dengan model active learning. Perbedaannya adalah bahwa penelitian tersebut menggunakan tipe role reversal question sedangkan penelitian ini menggunakan tipe keep on learning.

G.Kerangka Berpikir

Hasil belajar siswa kelas V SDN Kraton yang ditinjau dari ulangan harian menunjukkan bahwa hasil tersebut masih kurang baik. Hasil ulangan harian PKn selama tiga kali menunjukkan bahwa pada ulangan harian pertama diperoleh rata-rata 80,25, ulangan harian kedua diperoleh rata-rata-rata-rata 78,20 dan ulangan harian ketiga diperoleh rata-rata 68,08. Dari tiga kali ulangan harian yang dilaksanakan, hasil yang diperoleh menunjukkan penurunan. Jadi, rata-rata dari hasil tiga kali ulangan harian PKn tersebut adalah 75,51. Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil rata-rata tiga kali ulangan harian mata pelajaran matematika yaitu 81,38 dan Bahasa Indonesia yaitu 78,77. Dalam hasil ulangan harian mata pelajaran Bahasa Indonesia bahkan selalu terjadi peningkatan dalam rata-rata nilainya. Dari hasil rekap nilai ulangan harian tersebut terlihat bahwa ada beberapa siswa tidak dapat mencapai KKM. Rata-rata dalam setiap ulangan harian ada 7-13 siswa dari 24 siswa keseluruhan. Apabila dipresentasikan sekitar kurang lebih 50% dari jumlah siswa belum lulus KKM. Hasil dari rekap nilai rata-rata ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester juga menunjukkan bahwa PKn masih lebih rendah dibandingkan matematika dan bahasa Indonesia.


(53)

38

Pembelajaran PKn yang berlangsung kurang variatif. Ketika siswa ditanyai pendapat, cenderung kurang ada tanggapan. Pembelajaran masih cenderung berpusat pada guru. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, karena mereka tidak memiliki keterlibatan langsung. Dalam pembelajaran siswa banyak mendapat asupan ilmu secara pasif, tanpa bisa terlibat secara intensif. Sebagian besar siswa kurang dapat memanfaatkan waktu luangnya untuk mengulas kembali pembelajaran yang sudah dilaksanakan didalam kelas. Waktu luang ini seharusnya bisa dimanfaatkan siswa untuk memahami kembali bagian mana dari pembelajaran yang belum ia mengerti.

Model pembelajaran active learning membuat siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga akan lebih bermakna. Model active learning tipe keep on learning ini membuat siswa menemukan cara-cara untuk terus mempelajari mata pelajaran yang diajarkan. Siswa mendapat kesempatan untuk belajar di luar kelas sesuai dengan minat dan cara lain yang dapat mereka lakukan. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran terutama pada mata pelajaran PKn, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Kraton, Yogyakarta.


(54)

39

Dari uraian di atas diperoleh kerangka berfikir sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Berpikir H.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka hipotesis tindakan pada penelitian tindakan kelas yaitu penggunaan model active learning tipe keep on learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD N Kraton, Yogyakarta.

Kondisi awal

Pembelajaran berpusat pada guru

Hasil belajar rendah

Tindakan yang dilakukan

Hasil akhir Meningkatnya hasil belajar PKn

Pembelajaran PKn menggunakan model active learning tipe keep on learning


(55)

40 BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif PKn pada siswa kelas V SDN Kraton Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian tindakan kelas. Arikunto, dkk (2015: 2) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan dari kegiatan pembelajaran berupa tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi pada sebuah kelas secara bersama.

Jenis penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolaboratif, yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan yang digunakan sebagai sumber data penelitian (Sugiono, 2010: 310). Dalam penelitian ini dilakukan kolaborasi antara peneliti dan guru kelas V SDN Kraton, Yogyakarta. Guru bertindak sebagai subyek yang melakukan tindakan sedangkan peneliti sebagai pengamat (observer). B.Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu di kelas V SD Kraton, Yogyakarta. Sekolah tersebut beralamatkan di Jalan Ngasem nomor 38, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada semester genap sesuai dengan jadwal mata pelajaran PKn di SDN Kraton Yogyakarta.

C.Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SD N Kraton Yogyakarta yang berjumlah 24 siswa. Siswa tersebut terdiri dari 13 siswa perempuan dan 11


(56)

41

siswa laki-laki. Dalam penelitian ini objek yang akan diteliti adalah hasil belajar PKn menggunakan model active learning tipe keep on learning.

D.Desain Penelitian

Menurut Arikunto (2015: 16) penelitian tindakan kelas dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Penjelasan model dan masing-masing tahapan adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Desain Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2015 : 42)

Penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi atau pengamatan, dan refleksi.

1. Perencanaan

Penyusunan perencanaan dilakukan setelah dilaksanakan pengamatan terhadap pembelajaran PKn di kelas V SDN Kraton dan didapatkan

masalah-Perencanaan

Pengamatan Siklus I

Perencanaan Siklus II Pengamatan

?

Refleksi

Refleksi

Pelaksanaan


(57)

42

masalah. Peneliti bersama guru kelas melalui diskusi membahas masalah yang ada. Selanjutnya peneliti merancang pelaksanaan untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan melihat masalah yang ada di kelas, maka peneliti memberikan pilihan solusi yang disepakati oleh guru yaitu menggunakan model active learning tipe keep on learning untuk meningkatkan hasil belajar kognitif PKn siswa kelas V SDN Kraton, Yogyakarta. Hasil perencanaan tersebut adalah sebagai berikut : a. Peneliti melakukan observasi di sekolah untuk mendapatkan informasi tentang

keadaan sekolah dan proses kegiatan pembelajaran di kelas.

b. Peneliti dan guru menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Penelitian diadakan setiap hari Kamis dengan waktu 2 x 35 menit sesuai dengan jadwal mata pelajaran PKn di kelas V SDN Kraton, Yogyakarta.

c. Peneliti dan guru menentukan pokok bahasan yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran mulai dari standar kompetensi, kompetensi dasar dan menentukan indikator-indikator dari setiap kompetensi dasar.

d. Peneliti dan guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) termasuk soal evaluasi. Dalam RPP yang dibuat peneliti dan guru membuat indikator keberhasilan belajar PKn menggunakan model active learning tipe keep on learning pada penelitian yang akan dilakukan. Indikator keberhasilan belajar yang di tetapkan guru dan peneliti yaitu ≥75% dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥75.

e. Mempersiapkan sumber dan alat pembelajaran yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan, seperti buku paket, lembar diskusi siswa, serta lembar evaluasi.


(58)

43

f. Menyiapkan instrumen penelitian seperti lembar pengamatan guru dan siswa. 2. Tindakan

Peneliti dan guru melaksanakan tindakan pada pembelajaran menurut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah direncanakan dan dibuat sebelumnya. Perencanaan tindakan yang dibuat bersifat fleksibel sehingga dapat terjadi perubahan sesuai dengan pelaksanaannya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian secara garis besar adalah sebagai berikut : a. Kegiatan pembuka

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. 2) Guru mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran. 3) Guru melakukan apersepsi.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

2) Siswa dibagi ke dalam 6 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 orang.

3) Siswa secara berkelompok berdiskusi mengenai bahasan yang diberikan oleh guru kemudian menuliskan hasil diskusinya (dalam kolom yang telah disediakan).

4) Guru menyampaikan harapan kepada siswa agar tetap dapat belajar walaupun pelajaran di kelas telah selesai.

5) Siswa diberi motivasi untuk dapat belajar di luar kelas melalui sumber yang mereka pilih.


(59)

44

6) Masing-masing kelompok mendapatkan tugas dari guru untuk membuat rangkuman mengenai materi yang mereka pelajari

7) Siswa menuliskan ide-ide (brainstorming) mengenai sumber selain yang telah diberikan guru yang akan digunakan untuk mengerjakan tugas.

8) Siswa bersama guru mengulas hasil rangkuman siswa melalui tanya jawab. c. Kegiatan penutup

1) Siswa di bimbing guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran. 2) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

3) Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. 3. Obervasi

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengamati jalannya pembelajaran berdasarkan lembar observasi aktivitas yang sudah disiapkan oleh peneliti. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model active learning tipe keep on learning di kelas V SDN Kraton, Yogyakarta. Dalam kegiatan pengamatan, peneliti dibantu oleh seorang observer yang mengamati jalannya pembelajaran di kelas. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan skenario yang telah disusun, jika belum sesuai dengan rencana maka perlu diadakan perbaikan tindakan. Hasil pengamatan akan diakumulasikan dalam laporan penelitian.

4. Refleksi

Pelaksanaan refleksi berupa diskusi antara peneliti dan guru kelas. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh terhadap data dari lembar


(60)

45

observasi. Hasil refleksi dijadikan acuan untuk membuat rencana perbaikan pada siklus berikutnya.

E.Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi tes, observasi, dan dokumentasi.

1. Tes

Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes tertulis dengan bentuk objektif (pilihan ganda). Tujuan penggunaan tes dalam penelitian ini adalah untuk mengukur hasil belajar kognitif PKn siswa kelas V SDN Kraton Yogyakarta, yaitu dengan mengerjakan soal evaluasi pembelajaran yang telah ditentukan oleh peneliti.

2. Observasi

Dalam penelitian ini jenis observasi yang dilakukan menggunakan observasi sistematis sehingga membutuhkan instrumen dalam pengamatan yang sudah dirancang sebelumnya. Kegiatan observasi yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mengatahui kondisi pembelajaran PKn yang berlangsung di kelas V SDN Kraton Yogyakarta. Pengamatan dilakukan selama pelaksanaan tindakan untuk mengamati penerapan model active learning tipe keep on learning.

3. Dokumentasi

Sugiyono (2009: 129) menjelaskan bahwa dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya menumental. Dalam penelitian ini digunakan dokumen untuk mendukung serta melengkapi data-data penelitian. Data yang digunakan berupa lembar observasi


(61)

46

guru dan siswa, daftar nilai, serta RPP yang digunakan dalam penerapan model active learning tipe keep on learning.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Soal Tes

Soal tes disusun berdasarkan indikator yang akan dicapai. Soal tes diberikan diberikan pada akhir siklus, yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar PKn siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model active learning tipe keep on learning. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (obyektif). Jumlah soal tiap siklus adalah 20 butir soal dengan opsi jawaban a,b,c dan d. Soal tes yang diberikan berisi materi PKn yang di sampaikan.

Tabel 2. Kisi-kisi Soal Tes Siklus I Kompetensi

Dasar

Indikator Butir

Soal

Jumlah 3.2

Menyebutkan contoh

organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat

Menyebutkan organisasi yang ada di sekolah

1, 10, 11, 17

4 Menyebutkan organisasi

yang ada di masyarakat

2, 4, 16, 18

4 Menjelaskan struktur

organisasi yang ada di sekolah

3, 6, 7, 12

4

Menjelaskan struktur organisasi yang ada di masyarakat

8, 13, 15, 19

4

Menjelaskan pentingnya keberadaan organisasi

5, 9, 14, 20

4

2. Lembar Obsevasi

Lembar observasi yang digunakan terdiri dari lembar keterlaksanaan pembelajaran. Lembar keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengamati


(62)

47

pelaksanaan kegiatan pembelajaran PKn saat mengimplementasikan pembelajaran aktif (active learning) tipe keep on learning yang dilaksanakan oleh guru.

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran Aspek yang diamati Indikator

Kegiatan Pembuka 1. Membuka pelajaran 2. Melakukan apersepsi

Kegiatan Inti 3. Penerapan model active

learning tipe keep on learning :

a. Menjelaskan kegiatan

pembelajaran.

b. Membagi siswa dalam

beberapa kelompok.

c. Menugaskan tiap kelompok untuk berdiskusi mengenai materi pelajaran.

d. Menyampaikan harapan dan motivasi agar siswadapat tetap belajar di luar waktu KBM melalui berbagai sumber. e. Menugaskan siswa membuat

rangkuman mengenai materi yang telah dipelajari melalui sumber-sumber lain.

f. Membimbing siswa melalukan brainstorming (menyampaikan ide)mengenai sumber lain yang akan digunakan.

g. Melakukan tanya jawab terhadap materi yang telah dirangkum.

Kegiatan Penutup 4. Menyimpulkan materi

pelajaran.

5. Memberikan motivasi 6. Menutup pelajaran

G.Teknik Analisis Data

Dalam penelitian tidakan kelas (PTK) analisis data digunakan untuk mengemukakan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar


(63)

48

siswa terutama pada mata pelajaran PKn dengan menuggunakan model active learning tipe keep on learning. Dengan demikian analisis data yang digunakan dalam penelitian kelas dapat menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. 1. Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa. Hasil belajar diperoleh melalui tes yang dilakukan pada akhir siklus. Rumus statistik yang digunakan untuk mengolah hasil belajar siswa menggunakan statistik sederhana yaitu menggunakan rumus mencari skor rerata kelas. Skor yang diperoleh dengan menjumlahan seluruh skor siswa dan dibagi dengan jumlah siswa.

Rumus tersebut sebagai berikut:

Keterangan : = skor rata-rata

= jumlah skor siswa = jumlah siswa

Untuk menghitung persentase hasil belajar siswa menggunakan rumus sebagai berikut.

2. Data kualitatif merupakan data yang berupa informasi dalam bentuk kalimat. Data ini bertujuan untuk menggambarkan suatu proses dalam kegiatan pembelajaran. Data kualitatif pada penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan


(64)

49

yang di analisis deskriptif, sehingga diperoleh data mengenai aktivitas pembelajaran PKn yang menggunakan model active learning tipe keep on learning.

H.Kriteria Keberhasilan

Peneliti menggunakan indikator keberhasilan sebagai acuan penilaian keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran yang dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil apabila telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Saur Tampubolon (2014 : 35) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan prestasi belajar secara klasikal minimal 75% dari jumlah siswa yang mencapai KKM yang ditetapkan. Dalam mata pelajarn PKn di kelas V SDN Kraton, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 75. Dari uraian tersebut, maka model active learning tipe keep on learning ini dikatakan berhasil meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SDN Kraton Yogyakarta apabila ≥75% dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥75.


(65)

50 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Kraton yang beralamatkan di Jl. Ngasem No. 38, Kraton, Yogyakarta. Kegiatan pembelajaran dimulai pukul 07.00-12.10 WIB, sedangkan untuk hari jumat dimulai pukul 07.00-10.40 WIB. Setiap hari sebeleum pembelajaran dimulai, dilakukan semutlis mulai pukul 06.50-07.00 WIB. SDN Kraton terletak disekitar pemukiman warga, namun kegiatan pembelajaran yang berlangsung cukup kondusif.

Kondisi fisik dari sekolah cukup baik. Terdapat sarana prasarana yang cukup memadahi untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang berlangsung. SDN Kraton terdiri dari 6 ruang kelas, kantor guru, ruang UKS, kamar mandi, mushola, ruang komputer, dan memiliki halaman cukup luas. Di kelas terdapat beberapa KIT media pembelajaran. Di semua kelas tersedia proyektor untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Jumlah karyawan di SDN Kraton adalah 14 yang terdiri dari 6 guru kelas, guru olahraga, guru agama, guru seni tari, guru membatik, guru TIK, dan karyawan tata usaha.

SDN Kraton memiliki beberapa kegiatan ekstrakulikuler diantaranya adalah karate dan pramuka. Setiap hari Rabu setelah KBM selesai, diadakan TPA yang dibantu oleh guru dari luar sekolah. Kegiatan tersebut berlangsung selama kurang lebih satu jam setiap harinya.


(66)

51 2. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Kraton Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017. Jumlah siswa di kelas V adalah 24 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

3. Deskripsi Data Sebelum Tindakan

Sebelum melakukan tindakan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan tahap pra tindakan berupa observasi mengenai kegiatan pembelajaran PKn di kelas V SDN Kraton Yogyakarta. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengetahui gambaran awal mengenai kegiatan siswa saat pembelajaran PKn disampaikan.

Pembelajaran PKn di Kelas V SDN Kraton masih menitikberatkan menuntut hafalan, beriringan dengan metode penyampaian materi melalui ceramah kemudian siswa mendengarkan lalu mencatat. Pembelajaran yang berlangsung kurang variatif sehingga siswa menjadi kurang aktif. Ketika siswa ditanyai pendapat, cenderung kurang ada tanggapan, karena mereka tidak mempunyai bekal pengetahuan yang lebih, selain daripada yang didapatkan di buku.

Pada saat kegiatan pembelajaran PKn berlangsung, tidak sepenuhnya seluruh siswa memperhatikan penjelasan guru. Sebagian siswa bergurau dengan temannya atau mencari-cari kesibukan sendiri. Hal ini dikarenakan siswa bosan dengan aktivitas mendengarkan, sehingga pembelajaran PKn dirasa kurang menyenangkan bagi siswa.

Dari kegiatan pembelajaran PKn yang diterapkan pada kelas V menimbulkan dampak pada pemerolehan hasil belajar siswa. Gambaran kondisi awal didukung oleh pemberian pra tindakan berupa soal PKn yang diberikan


(1)

23

LAMPIRAN 7 SURAT-SURAT


(2)

(3)

(4)

(5)

27

LAMPIRAN 8


(6)

28

Lokasi Sekolah Dasar Negeri Kraton, Yogyakarta

(Jl. Ngasem No.38, Kadipaten, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55132)


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO BARAT

0 6 70

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE COURSE REVIEW HORAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V B SD NEGERI 10 METRO PUSAT

0 7 78

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA (PTK Pada Siswa Kelas VII MTS Negeri Surakarta I

0 2 12

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA (PTK Pada Siswa Kelas VII MTS Negeri Surakarta II

0 5 14

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS III SDN WINONGO TIRTONIRMOLO, BANTUL, YOGYAKARTA.

0 0 152

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LAMBANG BILANGAN ROMAWI PADA SISWA KELAS IVA SDN TUKANGAN YOGYAKARTA.

1 14 187

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE ROLE REVERSAL QUESTION PADA SISWA KELAS V SD N MINOMARTANI 6 SLEMAN YOGYAKARTA.

9 81 234

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SDN KEDUNGMULYO KECAMATAN JAKENAN PATI

0 0 24

PENERAPAN PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MADRASAH

0 0 13

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAINAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 05 METRO SELATAN Muncarno FKIP Universitas Lampung Email: muncarnogmail.com Abstract - PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAIN

0 0 11