Buku Roadmap Pengembangan Dapodikmen 2014 s.d. 2019 PDF E Book Roadmap

(1)

(2)

PENYUSUN BUKU ROADMAP

PENGEMBANGAN SISTEM DAPODIKMEN TAHUN 2014-2019

PEMBINA

Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng (Direktur Jenderal Pendidikan Menengah)

PENGARAH :

1. Dr. Sutanto, SH, MA (Sekretaris Ditjen Dikmen) 2. Ir.Harris Iskandar, Ph.D (Direktur Pembinaan SMA)

3. Drs. Mustaghirin Amin, M.B.A (Direktur Pembinaan SMK) 4. Drs. Purwadi Sutanto, M.Si (Direktur Pembinaan PTK Dikmen) 5. Drs. Antonius Budi Priadi, MAP (Dirketur Pembinaan PKPLK Dikmen)

PENANGGUNG JAWAB

Suhadi, S.Pd, MT

(Kepala Bagian Perencanaan dan Penganggaran, Setditjen Dikmen) KETUA TIM PENYUSUN :

Arie Wibowo Khurniawan ,S.Si. M.Ak (Kasubbag Data dan Informasi , Setditjen Dikmen)

TIM PENYUSUN :

1. Budi Permana (Subbag Data dan Informasi, Setditjen Dikmen) 2. Bambang Hartono (Subdit Program, Dit. Pembinaan SMA) 3. Winner Jihad Akbar (Subdit Program, Dit. Pembinaan SMK)

4. Wastandar( Subdit Program, Dit. Pembinaan PTK Dikmen) 5. Rini Setyorini (Subdit Program, Dit. Pembinaan PKPLK Dikmen)

6. Saryadi (Subbag Program dan Anggaran, Setditjen Dikmen) 7. Sukari (Narasumber)

8. Suhadi Lili (Narasumber)

9. sRizky Januar Akbar (Narasumber)

10. Wijayani Nurul (Narasumber)

11. Andik Purwanto (Subbag Data danInformasi, Setditjen Dikmen) 12. Nurjolis (Subbag Data danInformasi, Setditjen Dikmen)

13. Nais Khairul Huda (Subbag Data dan Informasi, Setditjen Dikmen)

14. ZimmyZulkarnaen (Subbag Program danAnggaran, Setditjen Dikmen) TIM REVIEWER :

1. I KomangPurwata (SMKN 1 MAS UBUD Gianyar, Bali) 2. Andre Yosi (SMAN 1 Sumedang, Jawa Barat) 3. PrisPriyanto (SMK Baik 2 Solo, Jawa Tengah) 4. Hanai (SMA Negeri 1 Batam, Kepulauan Riau)

5. Maryanto (SMA Muhammadiyah 1 Yokyakarta)

6. CandraSukandar (SMA Negeri 1 Blitar, JawaTimur) 7. Hendro (SMA Negeri 2 Cibinong Bogor, Jawa Barat)

8. I NyomanPasek (SMAN 2 Amlapura, Bali) 9. HerminErniyai (SMAN 1 JairotolumajangJawaTimur) 10. GatotSulistyo Budi Hutomo (SMAN 1 BojonegoroJawaTimur)

LAY OUT COVER

Herman (Subbag Data danInformasi, SetditjenDikmen) ISBN : 978-602-1338-36-0

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan cara apapun Tanpa ijin tertulis dari penerbit


(3)

ROADMAP PENGEMBANGAN SISTEM DAPODIKMEN TAHUN 2014 - 2019

KATA PENGANTAR

Reformasi birokrasi yang telah digulirkan pada Kemdikbud telah mendorong banyak perubahan khususnya dalam pemberian layanan yang menjadi lebih baik. Perubahan penting yang juga merupakan dampak reformasi birokrasi adalah dirubahnya mekanisme pendataan yang sebelumnya menjadi tanggung jawab sepenuhnya Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP) dipindahkan ke masing-masing unit utama sesuai dengan Instruksi Menteri nomor 2 tahun 2011 tentang Kegiatan Pengelolaan Data Pendidikan. Bagi Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Perubahan ini merupakan peluang yang baik untuk menata kembali mekanisme pendataan yang selama ini dirasakan kurang memuaskan.

Buku Roadmap Pengembangan Sistem Dapodikmen tahun 2014 - 2019 ini disusun untuk memberikan arahan dalam pelaksanaan pendataan di lingkup Pendidikan Menengah yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Selain itu buku ini memuat penjelasan detil tentang sistem dan mekanisme pendataan yang akan dijalankan pada masa yang akan datang.

Poin penting yang dapat diungkapkan dari buku ini bahwa pengembangan sistem dapodikmen akan memfasilitasi penyediaan data yang akan menjadi satu-satunya sumber data persekolahan untuk dasar pengambilan kebijakan dan dasar pelaksanaan kegiatan di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah. untuk itu, perlu parsitipasi aktif dan dukungan yang nyata dari seluruh satuan pendidikan menengah, Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dan Direktorat Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah untuk melaksanakan semua ketentuan mekanisme pendatan pendidikan menengah ini.

Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pemikirannya demi terselesaikannya buku ini.

Jakarta, November 2014 Direktur Jenderal Pendidikan Menengah


(4)

(5)

ROADMAP PENGEMBANGAN SISTEM DAPODIKMEN TAHUN 2014 - 2019

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan ... 4

1.3. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II KONSEP PENGEMBANGAN SISTEM DAPODIKMEN ... 7

2.1 Rasional ... 7

2.1.1. Kebutuhan Data Kemdikbud ... 7

2.1.2. Keterpaduan Data Untuk Mendukung Perencanaan Pendidikan ... 9

2.1.3. Efisiensi Pelaksanaan Pendataan ... 10

2.2 Dasar Hukum ... 11

2.3 Kronologi Perkembangan Sistem Dapodikmen ... 16

2.3.1. Awal Diusulkannya Sistem Dapodikmen ... 16

2.3.2. Periode Konsolidasi Antar Unit Kerja ... 20

2.3.3. Periode Integrasi Sistem ... 23

2.3.4. Periode Pemanfaatan Data ... 31

2.4 Arah Kebijakan Pengembangan Sistem Dapodikmen ... 36

2.4.1. Pengalihan Tugas Pengumpulan Data Ke Unit Utama ... 36

2.4.2. Perubahan Tugas dan Fungsi Pusat Data dan Statistik Pendidikan. ... 37

2.4.2.1 NPSN, NISN, dan NUPTK ... 37

2.4.2.2 Referensi Pendataan Pendidikan ... 42

2.4.3. Peran Direktorat Teknis Dalam Sistem Dapodikmen ... 44

2.4.4. Peran Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten, dan Kota ... 46


(6)

2.5 Ruang Lingkup Pengembangan Sistem Dapodikmen ... 48

2.5.1. Pengembangan Aplikasi ... 48

2.5.2. Pengembangan Infrastruktur dan Perangkat Keras ... 56

2.5.3. Pengembangan Pelayanan Data ... 61

2.5.4. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan ... 61

2.5.5. Pengembangan Mekanisme Sosialisasi/ Implementasi ... 67

2.6 Keterkaitan Pengembangan Sistem Dapodikmen dengan PMU 12 Tahun ... 73

BAB III KONDISI UMUM SISTEM DAPODIKMEN ... 77

3.1 Kondisi Saat ini ... 77

3.1.1. Aplikasi ... 77

3.1.2. Infrastruktur ... 79

3.2 Kondisi Yang diharapkan ... 83

BAB IV TAHAPAN PENGEMBANGAN SISTEM DAPODIKMEN ... 85

4.1. Perancangan Database ... 85

4.1.1. Rancangan Sistem ... 86

4.1.2. Arsitektur Sistem ... 87

4.1.3. Penerapan Prinsip “Single Source of Data ... 88

4.1.4. Ruang Lingkup Dapodikmen ... 89

4.1.5. Dapodik Sebagai Backbone Integrasi (Vertikal) ... 91

4.1.6. Integrasi Antar Jenjang Pendidikan (Horizontal) ... 92

4.1.7. Desain Terdistribusi ... 93

4.1.8. Sinkronisasi Sebagai Metode Distribusi ... 95

4.1.9. Kodifikasi pada Primary Key ... 96

4.1.10. Topologi Relasional ... 98

4.1.11. Strong Reference ... 99

4.1.12. Skala Nasional ... 100

4.1.13. Longitudinal ... 101

4.1.14. Rujukan Persisten ... 103


(7)

ROADMAP PENGEMBANGAN SISTEM DAPODIKMEN TAHUN 2014 - 2019

4.3. Perancangan Pemanfaatan Data Dapodikmen ... 110

4.4. Perancangan Aplikasi Manajemen Administrasi Berbasis TIK ... 111

BAB V STRATEGI DAN PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN SISTEM DAPODIKMEN ... 114

5.1. Pengumpulan Data Sekolah Menengah Melalui Dapodikmen ... 118

5.2. Pemenuhan Kebutuhan Perangkat Keras Pendukung Dapodikmen 118 5.3. Peningkatan Kehandalan Perangkat Lunak Pendukung Dapodikmen 118 5.4. Peningkatan Kualitas SDM tingkat pusat dan Provinsi yang mampu mengelola Dapodikmen dengan baik ... 120

5.5. Peningkatan Kualitas SDM Sekolah Menengah yang mampu mengelola Dapodikmen dengan baik. ... 120

5.6. Peningkatan Kehandalan Jaringan Dapodikmen ... 121

5.7. Pembiayaan Pengembangan Dapodikmen ... 121

BAB VI ORGANISASI DAN TATAKELOLA SISTEM DAPODIKMEN ... 122

6.1. Organisasi Pendataan ... 122

6.2. Mekanisme Pendataan Sistem Dapodikmen ... 127

6.2.1Alur Pengiriman Data Sekolah ... 127

6.2.2Prosedur Pengumpulan, Update, dan Sinkronisasi Data ... 131

6.3. Mekanisme Pemanfaatan Dapodikmen Untuk Pembinaan Sekolah Menengah ... 132

BAB VII PENUTUP ... 135

DAFTAR PUSTAKA ... 137

LAMPIRAN 1 : Instruksi Menteri Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 2011 .... 139

LAMPIRAN 2 : Surat Edaran Nomor 0293/MPD.A/PR/2014 ... 144

LAMPIRAN 3 : Sinkronisasi Data Provinsi ... 146

LAMPIRAN 4: Digram Alur Sinkronisasi data ... 150

LAMPIRAN 5 : Diagram Alur Permohonan Kode Regristrasi Baru ... 162

LAMPIRAN 6 : Diagram Alur Permohonan Perubahan Kode Regristrasi ... 163


(8)

LAMPIRAN 8 : Diagram Alur Perubahan identitas Sekolah ... 165

LAMPIRAN 9 : Diagram Alur Penghapusan Sekolah ... 166

LAMPIRAN 10 : Diagram Alur Permohonan Account Dinas Pendidikan ... 167

LAMPIRAN 11 : Diagram Alur Penanganan Komplain Aplikasi ... 168

LAMPIRAN 12 : Diagram Alur Penanganan Komplain Sinkronisasi ... 169

LAMPIRAN 13 : Diagram Alur Penanganan Komplain Data Sinkronisasi ... 170

LAMPIRAN 14 : Diagram Alur usulan Referensi Aplikasi ... 171

LAMPIRAN 15 : Diagram Alur Usulan Perbaikan Aplikasi ... 172

LAMPIRAN 16: Diagram Alur Penanganan Jaringan ... 173

LAMPIRAN 17 : Mekanisme Penyiapan Daftar Calon UN/US Tahun 2014/2015 oleh PDSP ... 174

LAMPIRAN 18 : Mekanisme Pendataan Calon UN/US Tahun 2014/2015 oleh Puspendik ... 175


(9)

ROADMAP PENGEMBANGAN SISTEM DAPODIKMEN TAHUN 2014 - 2019

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Referensi Data Operasional ... 39 Tabel 2 Peran Unit Organisasi dalam siklus data pokok pendidikan .. 41 Tabel 3 Tahapan Rencana Pengembangan Sistem Dapodikmen ... 96


(10)

(11)

ROADMAP PENGEMBANGAN SISTEM DAPODIKMEN TAHUN 2014 - 2019

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Sistem Informasi Pendataan Online ... 18

Gambar 2 Laman Manajemen Dapodikmen 2013 ... 19

Gambar 3 Posisi Masing masing Direktorat Jenderal pada Pendataan ... 24

Gambar 4 Konsep penyatuan data dari hasil pengumpulan (pendataan) .... 25

Gambar 5 Sistem Integrasi Data Kemdikbud ... 26

Gambar 6 Klasifikasi data warehouse dan ODS ... 27

Gambar 7 Data Referensi Pendidikan sebagai fungsi integrator ... 29

Gambar 8 Konsep Pengelolaan Data Warehouse ... 30

Gambar 9 Alur penggunaan data dan informasi ... 32

Gambar 10 Skema backbone data warehouse ... 33

Gambar 11 Pengelolaan Data pendidikan Oleh PDSP ... 38

Gambar 12 Tampilan verval satuan pendidikan di PDSP ... 39

Gambar 13 Tampilan Verval Peserta Didik di PDSP ... 40

Gambar 14 Mekanisme Verifikasi dan validasi NISN ... 41

Gambar 15 Tampilan Verval PTK di PDSP ... 42

Gambar 16 Data Referensi di PDSP ... 43

Gambar 17 Rancangan pengembangan sistem Dapodikmen ... 56

Gambar 18 E-Layanan kemdikbud di Pustekkom ... 57

Gambar 19 infrastruktur Jaringan Pustekkom ... 58

Gambar 20 Tahapan konsolidasi infrastruktur Pustekkom ... 59

Gambar 21 Diagram Akses Call Center ... 73

Gambar 22 Prinsip Dasar Implementasi PMU ... 74

Gambar 23 Tampilan beranda Aplikasi Dapodikmen ... 79

Gambar 24 Tampilan aplikasi Dapodikmen Genap/NaN ... 80

Gambar 25 Tampilan Sinkronisasi online ... 82

Gambar 26 Aplikasi File Prefill ... 82

Gambar 27 tampilan manajemen pendataan ... 84

Gambar 28 Topologi Jaringan Dapodikmen ... 79

Gambar 29 Topologi jaringan yang ada di Gedung C ... 80

Gambar 30 Topologi jaringan yang ada di Gedung D ... 81

Gambar 31 Topologi jaringan yang ada di IDC Duren Tiga ... 82

Gambar 32 Transaksi mengacu pada dapodik ... 84

Gambar 33 Hubungan Antara Data Dapodik dengan Sistem-Sistem di Lingkungan Kemdikbud... 92


(12)

Gambar 34 Prinsip “single source of data” diterapkan secara logis untuk merangkai kelima repository yang ada di unit utama dan PDSP.94 Gambar 35 Evolusi dari basisdata ideal, menjadi 5 basis data yang

tersinkronisasi melalui basisdata PDSP. ... 96

Gambar 36 Hubungan relasional Data Pokok Pendidikan. ... 99

Gambar 37 Contoh Struktur Basisdata Dapodik yang Bersifat Strong Reference. ... 100

Gambar 38 Contoh struktur basisdata Dapodik untuk menyimpan data longitudinal. ... 102

Gambar 39 Penggunaan Expiration Control pada Data Referensi. ... 104

Gambar 40 Topologi Pengembangan sistem Dapodikmen ... 105

Gambar 41 Roadmap Kualitas data ... 114

Gambar 42 Milestones Sistem Dapodikmen ... 115

Gambar 43 struktur organisasi Ditjen Dikmen ... 122

Gambar 44 Organisasi Pendataan Dapodikmen ... 123

Gambar 45 ruang lingkup Koordinasi Tim Kerja Dapodikmen di Sekolah . 124 Gambar 46 Siklus utama pendataan Dapodikmen ... 127

Gambar 47 Proses Sinkronisasi Data ... 128

Gambar 48 Alur Pengiriman Aplikasi Dapodikmen (Frond End Sekolah). .. 130

Gambar 49 Tahapan Migrasi Pendataan Dapodikmen. ... 131

Gambar 50Tahapan Update Pendataan Dapodikmen. ... 131


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketersediaan data pendidikan yang akurat adalah kondisi yang ingin dicapai oleh Kemdikbud. Banyak alasan mengapa ketersediaan data yang akurat tersebut belum tercapai.

Salah satu alasan yang sering disampaikan adalah terlalu banyaknya sistem penjaringan data yang mengklaim sebagai sumber data yang paling akurat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Begitu banyaknya unit kerja yang mengklaim memiliki data paling akurat, sehingga sulit menentukan data mana sebenarnya yang paling akurat mengingat data yang mereka memiliki semuanya berbeda. Banyaknya sistem penajaringan data ini tidak hanya membingungkan pengguna data tetapi dapat juga menyesatkan ketika digunakan untuk pengambilan kebijakan.

Alasan lain yang sering diungkapkan adalah tidak pernah lengkapnya data persekolahan yang dimiliki oleh Kemdikbud. Ini terkait dengan begitu luasnya cakupan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Data yang tidak lengkap mengakibatkan penggunaan data proyeksi. Jika terjadi salah “proyeksi”, maka data yangdigunakan menjadi kurang akurat.

Inisiatif untuk menyatukan sumber data dan upaya untuk sebisa mungkin melengkapi data persekolahan di seluruh wilayah NKRI dicoba dilakukan oleh aplikasi yang diberi nama Dapodik yang dikembangkan oleh Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (Biro PKLN), Setjen Kemdikbud.

Layanan Dapodik (Data Pokok Pendidikan) oleh Biro PKLN Setjen Kemdikbud ini mulai dikembangkan pada tahun 2006. Misi yang diembannya waktu itu adalah menyediakan data yang lengkap, akurat dan mudah diakses sebagai bahan penyusunan kebijakan program, evaluasi, dan perencanaan.


(14)

Dalam perjalanannya, layanan Dapodik oleh Biro PKLN ini tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Banyak unit yang tidak menggunakan layanan ini karena sejak dilansir terdapat data ganda yang mencatat satu sekolah dengan memberikan dua nomor identitas (Nomor Pokok Sekolah Nasional). Pada saat itu Dapodik Biro PKLN tidak memiliki mekanisme yang tepat untuk mengatasi data ganda ini.Data ganda tidak hanya terjadi di entitas sekolah saja termasuk juga entitas guru dan siswa.

Masuknya data ganda ke dalam sistem Dapodik Biro PKLN karena sistemnya mengumpulkan data entitas Sekolah, Guru, dan Siswa secara terpisah. Sebuah sekolah dapat diklaim keberadaannya walaupun tidak menyertakan keberadaan Guru dan Siswa. Sedangkan keberadaan Guru dan Siswa pun dapat diklaim tanpa mempermasalahkan kaitan antara Guru dan Siswa tersebut.

Dengan model pendataan seperti ini menyebabkan banyak unit kerja lain kurang memanfaatkan data Dapodik ini. Sehingga pada kurun waktu itu, masing unit kerja melakukan pendataan masing-masing untuk memenuhi kebutuhan datanya.

Pada tahun 2008 karena alasan tupoksi pengelolaan dapodik beralih dari biro PKLN ke Pusat Statistik Pendidikan (PSP) Balitbang sampai dengan tahun 2010. Pada masa ini pendataan menggunakan Dapodik tidak berjalan lancar karena tidak adanya kontribusi data yang bisa diberikan oleh Dapodik kepada unit terkait yang membutuhkan. Untuk memenuhi kebutuhan data, masing-masing unit teknis tetap melakukan pendataan sendiri-sendiri untuk memenuhi kebutuhan datanya masing-masing.

Direktorat Pembinaan SMK mengembangkan program Data Pokok (Dapok) yang melibatkan SMK ICT center. Direktorat Pembinaan SMA dengan Laporan Individu Sekolah Menengah (LISM). Sementara itu PSP Balitbang (saat ini bernama Pusat Data dan Statistik Pendidikan) juga melakukan pendataan tersendiri yang semua sasarannya adalah satuan pendidikan.


(15)

Dalam rangka menyelesaikan permasalahan pengelolaan data pendidikan diatas, maka Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (waktu itu masih dibawah naungan Kementerian Pendidikan Nasional) mengeluarkan Instruksi Menteri nomor 2 tahun 2011 tentang Kegiatan Pengelolaan Data Pendidikan. Instruksi Menteri ini pada dasarnya menugaskan kepada Direktur Jenderal dan Sekretaris Direktorat Jenderal (dalam buku Roadmap ini konteksnya adalah Pendidikan Menengah) untuk mendukung peningkatan efisiensi dan efektivitas pengumpulan data pendidikan menengah.

Instruksi tersebut diamanatkan untuk melakukan pengumpulan data dari satuan pendidikan secara bersama-sama untuk masing-masing unit utama dan memastikan bahwa satuan pendidikan hanya didata minimal sekali dalam satu semester untuk memenuhi semua kebutuhan data Kemdikbud.

Dinyatakan pula bahwa hasil pengumpulan data tersebut merupakan satu-satunya sumber acuan data kependidikan dalam rangka kegiatan dan pengambilan keputusan atas entitas pendidikan yang di data. Sebagai unit yang ditunjuk untuk mengkoordinasikan pengumpulan data dari satuan pendidikan menengah secara bersama-sama, Ditjen Dikmen perlu merumuskan tentang :

1) Atribut dari masing-masing entitas yang akan dijadikan formulir dasar pengumpulan data.

2) Struktur database tingkat unit utama yang akan dijadikan dasar pengembangan aplikasi yang bisa terintegrasi antar satuan jenjang pendidikan.

3) Mekanisme pengumpulan data. 4) Strategi sosialisasi.


(16)

1.2. Maksud dan Tujuan

Buku Roadmap ini disusun untuk tujuan memberikan arah yang tepat bagi pengelola Dapodikmen dalam merencanakan kegiatan, mendiseminasikan aplikasi dapodikmen, mengembangkan infrastruktur, dan aktivitas pendukung lainnya agar implementasi sistem dapodikmen sesuai dengan yang diharapkan.

Bagi Sekretariat Direktorat Jenderal buku ini dijadikan sebagai acuan perencanaan dan pelaksanaan program kerja Data Pokok Pendidikan dan pengembangannya. Selain itu buku ini dijadikan sebagai acuan bagi Direktorat Teknis ketika merencanakan kegiatan pendataan di lingkungannya. Direktorat teknis diharapkan tidak lagi melakukan pendataan yang tidak sesuai dengan yang digariskan oleh buku Roadmap Pengembangan Sistem Dapodikmen ini.

Buku ini sebagai pedoman bagi Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Kabupaten/Kota tentang tugas dan fungsinya dalam organisasi Dapodikmen terkait aktivitas verifikasi, validasi, monitoring, dan evaluasi terhadap Satuan Pendidikan Menengah dan pemanfaatan data yang lebih akurat dan kredibel.

Bagi satuan pendidikan menengah, buku ini dijadikan rujukan pelaksanaan pendataan menggunakan sistem Dapodikmen. Satuan pendidikan dapat memahami tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan pendataan sistem dapodikmen tersebut.

BukuRoadmap Pengembangan Sistem Dapodikmen ini juga berisi penetapan prosedur dan mekanisme Pendataan data pokok pendidikan di lingkungan Ditjen Dikmen.

1.3. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan BukuRoadmapPengembangan Sistem Dapodikmen dijabarkan sebagai berikut :


(17)

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang, maksud & tujuan, dan sistematika RoadmapPengembangan Sistem Dapodikmen.

BAB II KONSEP PENGEMBANGAN SISTEM DAPODIKMEN

Berisikan tentang rasional Dapodikmen, dasar hukum yang melandasi pendataan Dapodikmen, kronologis perkembangan sistem aplikasi dapodikmen, arah kebijakan dan ruang lingkup sistem aplikasi Dapodikmen serta keterkaitan antara sistem aplikasi Dapodikmen dengna PMU 12 tahun.

BAB III KONDISI UMUM SISTEM DAPODIKMEN

Berisikan tentang kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan dari Pengembangan Sistem Dapodikmen

BAB IV TAHAPAN PENGEMBANGAN SISTEM DAPODIKMEN

Berisikan tentang perancangan Database dan Distribusi data, perancangan infrastruktur, perancangan pemanfaatan dan layanan Dapodikmen serta perancangan aplikasi manajemen administrasi berbasis TIK disekolah.

BAB V STRATEGI DAN PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN SISTEM DAPODIKMEN

Berisikan tentang strategi dan pembiayaan Pengembangan Sistem Dapodikmen dalam jangka pendek, menengah dan panjang.

BAB VI ORGANISASI DAN TATA KELOLA SISTEM DAPODIKMEN

Berisikan tentang organisasi pendataan, mekanisme pendataan dan mekanisme pemanfaatan Dapodikmen untuk pembinaan sekolah menengah.

BAB VII PENUTUP

Berisikan tentang Kesimpulan dan rekomendasi pengembangan sistem Dapodikmen


(18)

(19)

BAB II

KONSEP PENGEMBANGAN SISTEM

DAPODIKMEN

2.1 Rasional

Sistem Dapodikmen lahir karena ketidakberdayaan sistem pendataan yang selama ini berjalan untuk melayani kebutuhan kementerian dan stakeholder pendidikan yang semakin meningkat. Beberapa unit kerja yang melaksanaan pendataan kurang mampu meyakinkan pengambil keputusan bahwa data yang disediakan adalah akurat, terbaru, dan disampaikan tepat waktu. Kadangkala data yang telah dikumpulkan oleh unit kerja yang satu sering dianggap tidak valid oleh unit kerja lain yang juga melakukan pendataan pada entitas pendataan yang sama. Hal ini terjadi karena mekanisme yang dilaksanakan berbeda dan tidak lagi sesuai dengan kecepatan kebutuhan data.

2.1.1. Kebutuhan Data Kemdikbud

Sampai dengan tahun 2010, pendataan di lingkungan Kemdikbud bertumpu pada kegiatan pendataan yang dilakukan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan pendataan yang dilaksanakan oleh Direktorat Teknis di lingkungan Kemdikbud. Data yang dijaring bersumber pada instrumen yang diisi oleh Dinas Kabupaten/Kota dan sekolah namun belum lengkap dan belum terintegrasi.

Instrumen yang disebarkan ke seluruh satuan pendidikan belum menjaring informasi individu. Data siswa hanya dicatat berdasarkan jumlah menurut jenis kelamin dan tingkat. Demikian juga data PTK yang dicatat hanyalah jumlah menurut mata pelajaran yang diajarkan dan latar belakang pendidikan.

Data agregat yang terkumpul melalui instrumen tersebutcukup membantu perencanaan dan penganggaran di lingkungan Kemdikbud.


(20)

Masalah kemudian muncul ketika Kemdikbud berencana mencanangkan pelaksanaan Pendidikan Menengah Universal. Data yang dimiliki Kemdikbud tidak sepenuhnya dapat mendukung perencanaan program tersebut. Misalnya ketika akan menghitung nilai Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk seluruh pendidikan menengah di Indonesia. Terdapat banyak sumber data yang dimiliki beberapa satker di lingkungan Ditjen Dikmen. Keseluruhan data tersebut tidak ada yang sama sehingga tidak ada yang dapat dijadikan acuan menentukan data mana yang paling benar.

Belum lagi ketika harus menjawab pertanyaan tentang nama-nama siswa miskin yang akan diberi Bantuan Siswa Miskin (BSM) atau Program Indonesia Pintar (PIP) saat ini. Data yang dimiliki Kemdikbud tidak menyediakan data individu siswa secara detail. Ketika itu data siswa hanya berbentuk data agregat berdasarkan jenis kelamin, agama, tingkat dan jurusan. Akibatnya penyaluran dana BSM menjadi terhambat.

Permasalahan Angka Partisipasi Kasar (APK) juga sering muncul ketika mempersiapkan perencanaan Pendidikan Menengah Universal (PMU). Permasalahan yang berkaitan tentang banyaknya sumber data menyebabkan sulit menentukan data mana yang paling benar.

Dari kondisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Kemdikbud tidak bisa lagi mengandalkan data berbasis agregat. Harus segera dirintis pelaksanaan pengumpulan data persekolahan yang berbasiskan satuan pendidikan dan detail sarana dan prasarana, individu guru, dan individu siswa.

Ketika diungkapkan bahwa kebutuhan data kementerian untuk mendukung Pendidikan Menengah Universal bersifat detail individu, banyak kalangan yang meragukan tingkat keberhasilannya. Mengumpulkan data agregat saja mengalami banyak kendala, apalagi mengumpulkan data individu siswa. Belum lagi ketika membahas berapa biaya yang dibutuhkan untuk menjaring data tersebut. Biaya mencetak instrumen, biaya mendistribusikan, dan biaya entri dapat dipastikan akan sangat besar.


(21)

Oleh karena itu dibutuhkan mekanisme pendataan baru yang dapat memenuhi kebutuhan data di lingkungan Kemdikbud sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan program Pendidikan Menengah Universal.

Mekanisme pendataan nantinya tidak bisa lagi mengandalkan instrumen yang disebarkan ke satuan pendidikan secara masal, melainkan harus menggunakan aplikasi yang mengelola data individu sekolah secara nasional. Penggunaan instrumen akan memakan biaya besar sementara itu jika menggunakan aplikasi komputer akan terjadi penghematan besar-besaran.

2.1.2. Keterpaduan Data Untuk Mendukung

Perencanaan Pendidikan

Sumber data menjadi poin penting ketika data tersebut akan digunakan secara bersama-sama. Tidak mungkin suatu unit kerja menggunakan sumber data yang berbeda untuk pengambilan keputusan yang sama terkait perencanaan pendidikan.

Poin ini mendorong seluruh unit kerja untuk memikirkan bagaimana supaya seluruh sumber data tersebut menjadi terpadu diantara unit-unit kerja yang ditugaskan untuk melakukan pengumpulan dan pengelolaan data. Makna “Terpadu” berarti seluruh struktur data yang digunakan di tiap-tiap unit kerja harus sama, tujuannya agar setiap data yang dikumpulkan di suatu unit kerja dengan mudah disinkronisasikan dengan unit kerja lainnya. Dengan kata lain, walaupun disimpan di tempat yang berbeda tetapi item data yang disimpan selalu sama.

Keterpaduan data juga memudahkan Kemdikbud dalam melakukan verifikasi dan validasi. Sebagai contoh untuk memverifikasi apakah siswa yang didaftarkan sebagai peserta Ujian Nasional benar-benar siswa yang berhak. Jika data persekolahan tidak terpadu (integrated), maka pihak yang bertugas melakukan verifikasi akan mengalami kesulitan. Disinyalir selama ini terjadi kecurangan bahwa siswa yang


(22)

seharusnya masih duduk dibangku kelas XI tiba tiba ikut Ujian Nasional.

Jika data Kemdikbud terpadu, akan sangat mudah untuk melacak kecurangan-kecurangan yang akan terjadi. Dalam hal ini Ditjen Dikmen bertanggung jawab sebagai pengumpul data dan memastikan bahwa seluruh data individu sekolah saling terkait. PDSP memvalidasi data dari Ditjen Dikmen tersebut dan Puspendik memanfaatkan data tersebut untuk menetapkan calon peserta Ujian Nasional. Sementara itu PTK Dikmen memanfaatkannya untuk penerbitan tunjangan sertifikasi.

Secara umum, keterpaduan data akan memudahkan seluruh stakeholder pendidikan dalam merumuskan kebijakan. Dengan keterpaduan data pokok pendidikan ini akan menuntun kebijakan yang saling sinergi terhadap obyek kebijakan yang sama. Sehingga motto kita dalam menjaring data berupa Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, dan Satu Data dapat terwujud.

2.1.3. Efisiensi Pelaksanaan Pendataan

Kegiatan pendataan pada tahun-tahun yang lalu di Kemdikbud membutuhkan biaya yang sangat besar. Komponen pembiayaan meliputi pencetakan instrumen penjaringan data, pengiriman instrumen ke sekolah, pengolahan data, dan pembuatan publikasi. Walau biaya yang dikeluarkan sudah besar, tetap saja data yang terkumpul tidak pernah 100%. Pernah pada satu tahun pembelajaran hanya terkumpul 60% data persekolahan.

Ketidakmampuan menjaring data hingga 100% bukanlah masalah aneh. Sepertinya sudah menjadi tradisi dan dijadikan maklum bahwa data persekolahan tersebut tidak akan pernah terkumpul 100%. Selalu saja ada beberapa Provinsi atau Kabupaten/Kota yang datanya tidak sampai ke pusat. Kendalanya beragam diantaranya, mungkin sekolahnya memang tidak mengisi instrumen, atau dinas tidak mengirimkan instrumen yang sudah diisi karena ketidak tersediaan anggaran, atau instrumen berhenti di Provinsi karena akan di olah


(23)

sendiri di tingkat Provinsi. Berbagai macam alasan selalu muncul di setiap tahun pendataan.

Belum lagi masalah keterlambatan data. Data yang dikumpulkan tahun ini adalah rekapitulasi data persekolahan tahun lalu. Data persekolahan tahun ini baru akan diolah tahun depan, begitu seterusnya tiap tahun. Keadaan ini terus berulang karena tidak ada solusi lain yang lebih cepat untuk mengejar ketertinggalan. Banyak waktu yang dibutuhkan untuk pencetakan instrumen, kemudian dilanjutkan pengiriman instrumen melalui jasa pengantaran dokumen. Setelah instrumen tiba di sekolah, perlu waktu untuk melakukan pengisian, kemudian sekolah perlu mengirimkan kembali dokumen yang sudah terisi ke Dinas Kabupaten/Kota. Setelah sampai di Dinas Pendidikan masih harus menunggu lagi instrumen tersebut tiba di Provinsi. Setelah beberapa waktu barulah instrumen tersebut tiba di pusat. Biasanya ketika instrumen tiba di pusat, sudah tidak ada waktu lagi untuk mengolah data di tahun berjalan.

Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah peluang yang sangat baik untuk memotong jalur birokrasi dan alur pengiriman data yang selama ini digunakan. Sehingga efisiensi proses pendataan dapat terwujud baik dari segi waktu maupun anggaran yang dikeluarkan.

2.2 Dasar Hukum

Dasar Hukum dalam penulisan Roadmap Pengembangan Sistem Dapodikmen ini adalah :

1. Permendiknas nomor 36 tahun 2010 yang diperbarui dengan Permendikbud nomor 1 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemdikbud.

Permendikbud tersebut menjelaskan keterkaitan antara kedudukan, tugas dan fungsi Ditjen Dikmen. Poin penting yang terkait dengan pendataan adalah perubahan tanggung jawab pengumpulan data persekolahan yang tadinya dibebankan kepada Pusat Data dan Statistik Pendidikan, pada permendikbud tersebut dialihkan menjadi tanggung jawab masing-masing unit utama


(24)

yang salah satu diantaranya adalah Ditjen Dikmen. Pada Permendikbud nomor 1 tahun 2012 kemudian pada Pasal 328

dinyatakan bahwa Bagian Perencanaan dan Penganggaran mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi, dan laporan Direktorat Jenderal.

SelanjutnyaPasal 329 dinyatakan juga bahwa dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 328 yaitu Bagian Perencanaan dan Penganggaran menyelenggarakan fungsi diantaranya pada butir (a.) berbunyi pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan informasi di bidang pendidikan menengah.

Terkahir padaPasal 331 ayat (1) Subbagian Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan informasi serta penyusunan bahan kebijakan di bidang pendidikan menengah.

2. Instruksi Menteri Pendidikan Nasional nomor 2 tahun 2011 tentang Kegiatan Pengelolaan Data Pendidikan,

Memperjelas kedudukan Ditjen Dikmen melalui Sekretariat Direktorat Jenderal terkait tugas pendataan. Sekretaris Ditjen Dikmen diberi kewenangan untuk merancang prosedur pengumpulan data, melakukan sosialisasi formulir dan prosedur yang dihasilkan untuk tiap kelompok pendidikan, membangun sistem pengumpulan, dan penyimpanan data, dan mengkoordinir pengumpulan semua data pokok pendidikan dari satuan pendidikan yang berada di bawah pembinaan masing-masing Ditjen Dikmen dengan kriteria :

a. Individual artinya data yang dijaring bukan berupa data agregat. Data satuan pendidikan, guru, siswa, dan


(25)

sarana/prasarana didata secara lengkap untuk setiap individu yang ada berikut atribut yang melekat padanya.

b. Relasional artinya data individu yang dijaring harus saling terhubung sesuai dengan atribut penghubungnya. Seorang guru harus terhubung dengan nama sekolah tempatnya mengajar. Seorang siswa harus terhubung dengan nama sekolah tempatnya menimba ilmu, dan terhubung dengan guru yang mengajarnya.

c. Longitudinal artinya data yang tersimpan dalam sistem pendataan sambung menyambung dengan tahun sebelumnya dan tidak ada data yang dibuang.

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Salah satu tujuan dari undang-undang ini adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik. Dengan Undang-Undang nomor 11 tahun 2018 ini maka data hasil Pendataan DAPODIKMEN ini merupakan alat bukti hukum yang sah yang dapat dipergunakan diberbagai kepentingan kebijakan pendidikan menengah.

Pada Pasal 4 dinyatakan bahwa Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk:

a. mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia;

b. mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat; c. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik; d. membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang

untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan


(26)

e. memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggar Teknologi Informasi.

Lebih lanjut pada Pasal 5 menjelaskan bahwa Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 adalah

(1) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.

(2) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.

(3) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.

(4) Ketentuan mengenai Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk:

a. surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan

b. surat beserta dokumennya yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

Direktorat Jenderal setelah melakukan Pendataan DAPODIKMEN menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh publik sebagaimana yang diatur oleh Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008. Adapun Pasal yang mengatur tentang definisi subyek dan obyek informasi publik, yaitu:


(27)

a. Pasal 1 Ayat (1) menyatakan bahwa Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda- tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik.

b. Pasal 1 Ayat (2) menyatakan bahwa Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.

c. Pasal 1 Ayat (3) menyatakan bahwa Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.

Di antara informasi yang dikelola oleh Ditjen Dikmen, terdapat beberapa diantaranya adalah informasi yang dikecualikan, yaitu informasi yang tidak boleh diungkapkan ke umum, seperti yang tertulis pada:

a. Pada Pasal 17 menyatakan bahwa Setiap Badan Publik wajib membuka akses bagi setiap Pemohon Informasi Publik untuk mendapatkan Informasi Publik, kecuali kecuali pada Point (h):


(28)

informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengungkap rahasia pribadi, yaitu:

 Ayat (1) menyatakanbahwa riwayat dan kondisi anggota keluarga;

 Ayat (3)menyatakanbahwa kondisi keuangan, aset, pendapatan, dan rekening bank seseorang;

 Ayat (4)menyatakanbahwa hasil-hasil evaluasi sehubungan dengan kapabilitas, intelektualitas, dan rekomendasi kemampuan seseorang; dan/atau

 Ayat (5) menyatakanbahwa catatan yang menyangkut pribadi seseorang yang berkaitan dengan kegiatan satuan pendidikan formal dan satuan pendidikan nonformal. 5. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor :

0293/MPK.A/PR/2014 tentang Pelaksanaan Instruksi Menteri Pendidikan Nasional nomor 2 tahun 2011

Surat edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang pelaksanaan intruksi menteri nomor 2 tahun 2011 disampaikan kembali kepada semua unit yang diamanatkan dalam instruksi dimaksud melaksanakan dengan penuh tanggungjawab. (Surat Edaran terlampir).

2.3 Kronologi Perkembangan Sistem Dapodikmen 2.3.1. Awal Diusulkannya Sistem Dapodikmen

Pada akhir tahun 2011, Ditjen Dikmen menyusun konsep Sistem Pendataan Pendidikan Menengah yang dijadikan dasar pelaksanaan pendataan di lingkungan Ditjen Dikmen. Prinsip kerjanya adalah, Sekolah diminta untuk melaksanakan program pengelolaan sekolah berbasis TIK (ICT Based School Management), data hasil pengelolaan sekolah tersebut disinkronisasi dengan server pusat. Dengan begitu


(29)

kementerian akan memiliki data individu yang lengkap sekaligus valid karena digunakan sebagai data transaksi di sekolah.

Untuk jenjang SMA, aplikasi yang digunakan adalah Paket Aplikasi Sekolah (PAS)-SMA. Aplikasi ini dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan SMA dan saat itu sudah mencapai versi 6.0. Untuk jenjang SMK dan PKLK aplikasi nya baru dikembangkan pada awal tahun 2012 dan diberi nama PAS-SMK dan PAS-SMALB. Pengembangan kedua aplikasi tersebut merujuk pada fitur aplikasi PAS-SMA.

Setelah melalui proses pengembangan aplikasi PAS SMA, SMK dan SMALB selama 4 bulan tepatnya di pertengahan bulan Mei 2012,aplikasi PAS SMA, SMK dan SMALB siap untuk di uji coba untuk yang pertama kali. Dengan berbagai masukan dan saran saat ujicoba maka dilakukan perbaikan-perbaikan mulai dari aplikasi dan sistem sinkronisasinya.

PAS sebagai alat penjaring data persekolahan disosialisasikan pada kurun waktu Juli sampai dengan November 2012. Data hasil proses penjaringan dikumpulkan di server pusat dengan nama Sistem Informasi Pendataan Online Pendidikan Menengah (SIPO Dikmen). Berbekal SIPO Dikmen ini, Sekretariat Ditjen Dikmen melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Setiap Dinas Pendidikan Provinsi dan Kab/Kota diberi hak akses ke sistem SIPO Dikmen dengan harapan dinas ikut melakukan verifikasi dan validasi data sekolah-sekolah yang berada di wilayahnya.

Dinas dapat memonitor secara online sekolah-sekolah yang sudah atau belum melakukan proses pengisian data. Efeknya sangat besar, Dinas melakukan teguran kepada sekolah-sekolah yang tidak mengirimkan data sehingga pada masing-masing dinas terjadi pergerakan dinamis konten data yang dikirim oleh sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.


(30)

Gambar 1 Sistem Informasi Pendataan Online

Dalam perjalanannya, ada masukan dari beberapa pihak yang intinya meminta agar SIPO Dikmen diubah menjadi Dapodikmen. Ini supaya tidak membingungkan dan supaya sejalan dengan nama pengelolaan di Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar yang saat itu sudah menggunakan istilah Dapodik.

Akhirnya mulai saat itu SIPO Dikmen dirubah menjadi Dapodikmen dengan seluruh mekanismenya tetap seperti semula. Pada Bulan Juli 2013 SIPO berubah nama menjadi Dapodikmen.


(31)

Gambar 2 Laman Manajemen Dapodikmen 2013

Setelah dicanangkannya mekanisme pendataan menggunakan Paket Aplikasi Sekolah, sekolah-sekolah mulai bergerak untuk melakukan pengiriman data individu sekolah. Data yang masuk dimonitor terus, jika ada yang belum melakukan pengiriman data, maka dilakukan koordinasi dengan dinas terkait agar segera melakukan pengiriman data.

Ditengah-tengah gencarnya sosialiasi pendataan menggunakan Paket Aplikasi Sekolah muncul kegiatan pendataan lain yang dilakukan oleh unit-unit lain. Direktorat Pembinaan SMA juga melakukan penjaringan data sekolah menggunakan instrumen baru pengganti Lembar Isian Sekolah/Madrasah (LISM) yaitu Lembar Informasi Data Individual SMA (LIDI). Direktorat SMK masih menjalankan pendataan menggunakan aplikasi Data Pokok SMK. Sementara itu ada unit lain yang melakukan kegiatan verifikasi dan validasi data guru tetapi disertai dengan


(32)

melakukan pendataan individu sekolah lainnya, mereka menggunakan aplikasi Padamu Negeri.

Kondisi ini memunculkan kebingungan di kalangan sekolah. Di satu sisi, Sekretariat Ditjen Dikmen telah mencanangkan PAS sebagai satu-satunya alat penjaringan data persekolahan sementara unit kerja lain mensosialisasikan aplikasi lain yang fungsinya sama. Kejadian ini menjadikan kegiatan pengumpulan data persekolahan sedikit terhambat. Akhirnya berhasil diatasi setelah Direktur Jenderal Pendidikan Menengah mengirimkan surat edaran yang intinya menetapkan bahwa satu-satunya pendataan individu persekolah di lingkungan Ditjen Dikmen adalah menggunakan aplikasi Paket Aplikasi Sekolah.

ada tahun 2013, Ditjen Dikmen melakukan perbaikan sistem dengan cara mengkonversi database yang sudah dikumpulkan melalui PAS menjadi database baru yang telah disesuaikan dengan kebutuhan data Kementerian. Seluruh data tersebut dimigrasi dan aplikasi yang digunakan pun berganti nama menjadi aplikasi Dapodikmen.

2.3.2. Periode Konsolidasi Antar Unit Kerja

Proses transformasi dari pelaksanaan ICT Based School Management

untuk menjaring data yang valid menjadi pengembangan sistem Dapodikmen sebagai alat penjaringan data individu sekolah telah merubah tradisi sekolah dalam pengelolaan data di lingkungan sekolah. Awalnya sekolah sudah merasa cukup mengelola database sekolah menggunakan aplikasi non-database, misalnya menggunakan aplikasi kertas kerja (worksheet). Dengan Kata lain, hampir seluruh sekolah menggunakan aplikasi jenis ini untuk mengelola data persekolahan.

Ketika aplikasi ICT Based School Management dijadikan alat untuk penjaringan data beberapa sekolah mulai melihat bahwa aplikasi


(33)

spreadsheet yang mereka gunakan banyak menyisakan permasalahan terkait validitas data. Beberapa sekolah mulai menemukan bahwa selama ini mereka mengelola data Nomor Induk Pegawai (NIP) ganda untuk guru, Nomor Induk Siswa (NIS) ganda untuk siswa, dan beberapa data ganda lainnya. Terlepas dari kelemahannya, aplikasi spreadsheet sangat membantu sekolah khususnya pada saat proses awal mengembangkan database awal di suatu sekolah. Data di aplikasi spreadsheet dijadikan sebagai data awal untuk diimpor menjadi database. Proses impor akan gagal jika data awal nya mengandung data ganda. Dengan demikian data sekolah menjadi lebih valid.

Selain mengatasi data ganda, proses transformasi ini membuat standar pengelolaan data sekolah menjadi lebih pasti. Jika sebelumnya sekolah tidak yakin terkait dengan model data yang akan dikelolanya. Setelah adanya ICT Based School Management, sekolah menjadi lebih percaya diri dalam menyusun instrumen untuk pengumpulan data awal yang akan dientrikan ke database.

Kondisi ini berimbas pada Dinas kabupaten/kota. Dalam beberapa kegiatannya, dinas meminta sekolah untuk mengisi instrumen yang formatnya tidak jauh berbeda dengan format database yang dimiliki sekolah sehingga sekolah sangat cepat dalam memenuhinya. Kesamaan standar dan format database berimplikasi pada kecepatan aliran data.

Beberapa dinas kabupaten/kota memiliki inisiatif yang lebih jauh, database yang tersedia di sekolah dicoba untuk dikumpulkan di server dinas dengan harapan terjadi proses agregasi di tingkat kabupaten/kota. Secara teknis hal ini bisa dilakukan tetapi tidak sesuai dengan konsep pendataan yang dikembangkan oleh Kemdikbud.


(34)

Oleh karena struktur database yang dikembangkan sudah mulai terstandarisasi pada periode ini diusulkan untuk segera memanfaatkan database dapodikmen untuk mendukung pelaksanaan program di lingkungan Kemdikbud. Bantuan operasional sekolah dicairkan berdasarkan data dapodikmen, penyaluran bantuan sosial disalurkan berdasarkan data dapodikmen, bantuan siswa miskin datanya divalidasi dan dicek ulang dengan data dapodikmen, dan banyak program kegiatan Kementerian yang segala sesuatunya selalu berdasarkan data dapodikmen yang terkumpul.

Namun demikian, pelaksanaan di lapangan tidak sepenuhnya mulus. Karena data yang terkumpul belum lengkap, beberapa unit kerja tidak berani menggunakan data dapodikmen sebagai dasar penyaluran bantuan. Alasan klasiknya adalah, data dapodikmen belum lengkap sehingga tidak bisa dijadikan dasar penyaluran bantuan. Padahal secara konsep sudah disampaikan bahwa, jika data sekolah tidak lengkap, maka dana bantuannya tidak boleh disalurkan dengan harapan sekolah akan segera melengkapi datanya sehingga data dapodikmen segera lengkap. Justru data dapodikmen tidak akan pernah lengkap jika datanya tidak dijadikan sebagai dasar penyaluran program bantuan oleh unit-unit kerja pengguna data.

Kelengkapan dapodikmen data terpenuhi apabila semua pelaksanaan program bantuan di Kemdikbud bertransaksi dengan data dari sekolah. Transaksi antara datas ekolah dengan program bantuan merupakan hubungan yang saling memguntungkan kedua belah pihak. Bagi Kemdikbud, data yang diterima dari sekolah akan digunakan menjadi dasar pengambil keputusan dan kebijakan. Sedangkan bagi sekolah program bantuan yang diberikan dapat tepat sasaran.

Pada periode konsolidasi ini, masih banyak unit kerja di lingkungan Ditjen Dikmen, menyebarkan instrumen penjaringan data untuk


(35)

memperoleh data lain selain dapodikmen. Langkah ini justru kontra produktif. Bahkan beberapa satuan pendidikan mempertanyakan kenapa masih ada instrumen-instrumen lain selain aplikasi dapodikmen yang disebarkan oleh unit kerja yang berada di bawah unit kerja Ditjen Dikmen.

Setelah melalui proses koordinasi yang panjang, periode ini diakhiri dengan proses satu pemahaman tentang pentingnya penyatuan sumber data untuk pelaksanaan program kerja Kementerian.

Beberapa unit kerja mulai memberikan dukungannya untuk segera mewujudkan cita-cita bersama yaitu

Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Data

2.3.3. Periode Integrasi Sistem

Periode integrasi sistem terjadi ketika seluruh unit kerja telah menyadari tentang betapa pentingnya penyatuan sumber data di lingkungan Kemdikbud. Dengan satu sumber data, seluruh program kerja yang disusun akan lebih fokus dan tepat sasaran.

Ada beberapa keunggulan lain jika sistem integrasi data di lingkungan Kemdikbud dilakukan diantaranya :

1. Sistem yang dapat menyelaraskan data yang berasal dari sejumlah sumber kedalam sebuah bentuk representasi.

2. Adanya kebutuhan untuk saling bekerjasama antar unit utama di Kemdikbud.

3. Terjadinya pengolahan data antar sistem informasi tiap unit utama sehingga untuk melengkapi suatu informasi yang dibutuhkan pertukaran data dengan sistem informasi yang lain.


(36)

Pada tahap awal, PDSP memaparkan tentang strategi integrasi. Masing-masing unit kerja diminta untuk memahami posisinya dalam strategi integrasi. Penyatuan data membutuhkan teknologi, model database, dan sinergi alur kerja yang sama. Pada periode ini, seluruh tim data di masing-masing unit kerja lebih intensif melakukan koordinasi dipimpin oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP).

Gambar 3Posisi Masing masing Direktorat Jenderal pada Pendataan

Pada tahap berikutnya, masing-masing unit kerja diminta untuk menyamakan struktur database. Tujuannya agar proses integrasi berjalan mulus. Proses penyamaan database berpengaruh besar terhadap implementasi di lapangan. Perubahan database berpengaruh besar terhadap aplikasi penjaringan data (front end), aplikasi sinkronisasi, dan database server di datacenter masing-masing unit kerja.

Penyamaan struktur databasedi lingkungan Kemdikbudini memperhatikan prinsip “Single Source Of Data”. Bila Ada unit kerja dan atau unit terkait yang membutuhkan atribut tertentu yang belum ada dalam struktur database di Kemdikbud ini untuk bisa mengajukan permohonan kepada PDSP untuk bisa segera ditindaklanjuti dan


(37)

dikoordinasikan.Berikut aliran “Single Source Of Data” dimodelkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 4 Konsep penyatuan data dari hasil pengumpulan (pendataan)

Jika Proses Pengumpulan data sudah menggunakan strutur database yang sama dan masing masing Direktorat Jenderal telah berhasil mengumpulkan data mendekati 100%, maka transformasi data untuk integrasi antar unit utama di Kemdikbud dapat dilihat pada gambar dibawah ini :


(38)

Gambar 5 Sistem Integrasi Data Kemdikbud

Ditjen Dikmen melakukan proses penyamaan database secara bersamaan dengan penerbitan versi baru aplikasi Dapodikmen dan aplikasi Sinkronisasi. Harapannya, prosesnya tidak mengganggu proses pengumpulan data. Pada tahap ini, server pusat data terpaksa harus dimatikan karena proses penyamaan database memerlukan waktu yang cukup lama.

Proses penyamaan database juga diikuti dengan proses penyamaan data referensi. Data referensi yang paling dicermati adalah data referensi operasional, dimana beberapa data referensi ini belum tersedia secara nasional. Dibutuhkan upaya yang cukup besar supaya seluruh data referensi operasional ini menjadi tersedia.

Tahap berikutnya, PDSP mengembangkan mekanisme pengiriman data dari unit utama ke server PDSP manjadi Operasional Data Store (ODS).


(39)

Mekanisme ini dilanjutkan dengan mekanisme lain yang muaranya adalah untuk pemanfaatan data secara bersama-sama oleh seluruh unit kerja di Kemdikbud.

Gambar 6Klasifikasi data warehouse dan ODS

Membahas tentang pemanfaatan data yang dilakukan secara bersama-sama, secara umum sistem yang dibangun dibedakan menjadi 4 kelompok besar:

1.) BI (Bisnis Intelligent) : merupakan proses yang sudah mengikutsertakan dengan pimpinan (Pusat dan Daerah) dalam menyusun strategi, prioritas, dan arah/target pengelolaan pendidikan.

2.) EIS (Executive Information System) : Sistem informasi yang berisi capain dan sebaran program dengan menggunakan


(40)

indikator-indikator makro yang telah didefinisikan terlebih dahulu.

3.) DSS (Decision Support System) : Sistem penunjang keputusan yang dibedakan menjadi tiga sub sistem, yaitu

1. ODS (Operational Data Store): Sistem yang memiliki fungsi kompilasi dan verifikasi-validasi data transaksi

2. DW (Data Warehouse)sebagai integrated database

3. Analytical Systemsebagai fungsi penelusuran analisis dengan menggunakan mathematical analysis, statistical analysis dan spatial analysis.

4.) Transactionalmenyatakan sistem pengumpulan data dilakukan melalui transaksi program bantuan yang diberikan oleh kemdikbud dengan data dari sekolah.

Dari Klasifikasi sistem Data Warehouse dan ODS ada Data Referensi Pendidikan sebagai fungsi integrator semua programpembangunan pendidikan pada entitas data Satuan Pendidikan (NPSN), Peserta Didik (NISN),Pendidik dan Tenaga Kependidikan(NUPTK). Sedangkan Data Master Satuan Pendidikan sebagai fungsi integrator semua program pembangunan pendidikan pada satuan pendidikan yang meliputi 3 unsur yaitu tabular, Citra dan Spasial.


(41)

Gambar 7Data Referensi Pendidikan sebagai fungsi integrator

Pengelolaa Data Warehouse oleh PDSP untuk integrasi sistem di Kemdikbud perlu mengantisipasi apabila ada lonjakan akses pengumpulan data dan pemanfaatan dalam waktu yang bersamaan sehingga harus didukung dengan infrastruktur yang handal dan SDM yang memadai. Ketersediaan infrastruktur dan SDM ini akan sangat berpengaruh pada layanan telah dirancang sebelumnya dengan kondisi yang normal.

Salah satu contoh untuk Verifikasi dan validasi peserta didik yang harus dilakukan persiswa oleh operator sekolah dengan mencari sampai 5x dengan membandingkan data yang ada di server PDSP dengan jumlah akses yang besar membuat performa server terkadang


(42)

tidak bisa di akses, dan prosesnya menjadi sangat lama sekali. Atau disaat Sekolah sudah melakukan upate data di aplikasi namun di verval peserta didik masih belum update. Hal ini yang terkadang menimbukan pertanyaan oleh sebagian operator Sekolah datanya tidak sama dengan yang ada di ODS.

Gambar 8Konsep Pengelolaan Data Warehouse

Keterangan

1. Satu Sumber Data: Dapodikdas, Dapodikmen, Dapodik Paudni 2. Operational Data Store(ODS), berfungsi melakukanSinkronisasi

dengan Sumber Data dan Quality Control (QC) Data Entitas. 3. Data Entitas terdiri atas Peserta Didik, Pendidik dan Tenaga

Kependidikan, dan Satuan Pendidikan.


(43)

5. Proses Verval Proses Pembelajaran pada tingkat Entitas Satuan Pendidikan.

6. Proses Verval Data Rangkuman dengan Indikator Makro. 7. Penyusunan Indikator-indikator Makro/Mikro yang disesuaikan

dengan Target Analisis.

8. Proses Sosialisasi dan Implentasi disesuikan dengan jenis dan bentuk kebutuhan Informasi.

Tahapan 1 sd 6 merupakan tahapan Pengendalian Mutu/Quality Control dengan unit pengelolaan: data individual (SP, PD, dan PTK) sedangkan tahapan 7 sd 8, merupakan tahapan eksplorasi dengan unit pengelolaan berupa data individual (SP, PD, dan PTK) dan Rangkuman.

2.3.4. Periode Pemanfaatan Data

Periode pemanfaatan data adalah fase penting dalam pengembangan sistem Dapodikmen. Pada periode ini seluruh unit kerja di lingkungan Ditjen Dikmen telah menyadari Bahwa pentingnya pemanfaatan yang telah terkumpul dan telah melalui proses verifikasi dan validasi oleh satuan pendidikan. Dengan telah dimanfaatkan pengumpulan data ini secara bertahap akan mendorong terus kualitas data-data lain yang ada di Dapodikmen. Pada bagian di bawah ini dijelaskan alur penggunaaan Data dan infomasi di Kemdikbud.


(44)

Gambar 9Alur penggunaan data dan informasi

Mengingat Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten, dan Kota sudah tidak lagi melakukan penjaringan data di daerahnya, maka dengan data yang akan dimanfaatkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten, dan Kota ini juga bisa mendorong laju pengumpulan data sekolah untuk meningkatkan kualitas data yang ada di kementerian. Beberapa layanan di portal manajemen di unit utama untuk bisa memantau dan memonitor terus akan capaian yang telah dilakukan sekolah di wilayahnya. Disamping itu ada beberapa validasi dan Verifikasi data Sekolah dan PTK yang melibatkan Dinas pendidikan kabupaten/kota.

PDSP sebagai pengelola data warehouse menyadari akan pemanfaatan data ini sehingga merancang sebuah data backbone yang data melayani kebutuhan Dinas provinsi dan kabupaten ini secara bertahap dan berjenjang. Tidak semua pemanfaatan data oleh Dinas Pendidikan Kabupaten langsung dilayanai oleh Server yang ada di pusat


(45)

mengingat akan beban layanan yang akan semakin berat, namun distribusi data dilakukan ke Dinas Pendidikan Provinsi dan setelah itu baru Dinas pendidikan provinsi mendistribusikan data ke kabupaten/kota yang ada diwilayahnya sebagaimana tergambar pada gambar 10.

Gambar 10Skema backbone data warehouse

Empat unsur penting agar terbangunnya Backbone Data Warehouse

Pendidikan yang berkelanjutan, yaitu terintegrasinya Pusat-Provinsi-kabupaten-kota dan satuan pendidikan, dalam hal :


(46)

1. Data Pendidikan.

2. Komunikasi Pengelola Data. 3. Infrastruktur Sistem.

4. Mekanisme Pengelolaan Data (SOP = Standar Operational Procedure)

Lebih lanjut unit utama sebagai unit kerja yang diberikan tugas sebagai pengumpul data, akan mereplikasi database Dapodikmen yang dimilikinya dengan unit kerja terkait. Langkah mereplikasi database tersebut bertujuan agar unit kerja terkait di lingkungan Ditjen Dikmen memiliki keleluasaan dalam melakukan analisis untuk kebutuhan internal. Selain itu, langkah ini juga dimaksudkan agar unit terkait tidak lagi memiliki alasan melakukan pengumpulan data sendiri untuk kebutuhan internal karena seluruh kebutuhan datanya telah terpenuhi oleh sistem Dapodikmen. Kalau ada atribut data yang belum diakomodir dalam sistem Dapodikmen, unit kerja terkait dapat segera mengusulkan kebutuhan tersebut di masa depan. Ditjen Dikmen akan mengakomodir kebutuhan tersebut dan memberikan dukungan teknologi sinkronisasi kepada seluruh unit kerja terkait.

Dengan model sinkronisasi database ini memungkinkan unit terkait untuk mengembangkan aplikasi analisis data (retrieval) yang outputnya disesuaikan dengan kebutuhan internal. Ketentuan replikasi database sistem Dapodikmen ini berlaku juga untuk dinas pendidikan Provinsi maupun dinas pendidikan kabupaten/kota sehingga mereka juga bisa menganalisis data sesuai dengan kebutuhan lokal dan mengembangkan aplikasi retrieval.

Dalam beberapa hal, Dinas Pendidikan di daerah masing-masing memiliki akses lebih terhadap sekolah. Ketika data yang tersimpan di sistem Dapodikmen tidak sesuai dengan kondisi lapangan (misalnya jumlah sekolahnya tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan) maka


(47)

dinas pendidikan di daerah harus mendorong sekolah untuk melakukan pengiriman data.

Sekolah sebagai sumber data memperoleh banyak keuntungan dengan adanya sistem pendataan ini. Dari sisi pemanfaatan, sekolah dapat memenuhi kebutuhan datanya menggunakan aplikasi yang terpasang di sistem Dapodikmen. Seluruh warga sekolah dapat memantau pelaksanaan pendataan bahkan dapat memberikan informasi yang benar jika terjadikesalahan yang tidak disengaja dalam pelaksanaan pendataan.

Sebelum diluncurkannya sistem Dapodikmen ini, tidak semua orang dapat memperoleh informasi yang benar terkait sekolah. Data hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja sehingga dapat dengan mudah dimanipulasi untuk kepentingan pribadi. Dengan sistem pendataan sekarang semua pihak dapat mengontrol tentang data yang benar dari sekolah.Selain itu, ada kalanya sekolah memerlukan informasi mendadak yang harus tersedia dengan cepat. Sistem Dapodikmen ini akan sangat membantu karena informasinya tersedia secara online. Sistem pendataan ini juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam rangka memantau pelaksanaan manajemen berbasis sekolah. Masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi yang benar terkait sekolah. Jika terjadi ketidakjujuran pihak sekolah, masyarakat dapat dengan mudah menyampaikan informasi tersebut ke pemerintah melalui situs pendataan maupun portal pendataan. Dengan demikian akan terjadi sinergi yang baik sehingga diperolehdata dasar yang akurat dan tersedia setiap saat.


(48)

2.4 Arah Kebijakan Pengembangan Sistem Dapodikmen 2.4.1. Pengalihan Tugas Pengumpulan Data Ke Unit

Utama

Permendiknas nomor 36 tahun 2010 yang diperbarui dengan Permendikbud nomor 1 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemdikbud. Isi dari permendikbud tersebut berkaitan dengan kedudukan, tugas dan fungsi Ditjen Dikmen. Poin penting yang terkait dengan pendataan adalah perubahan tanggung jawab kegiatan pengumpulan pendataan yang tadinya dibebankan kepada Pusat Data dan Statistik Pendidikan, pada permendikbud tersebut dialihkan menjadi tanggung jawab masing-masing unit utama yang salah satu diantaranya adalah Ditjen Dikmen.

Instruksi Menteri Pendidikan Nasional nomor 2 tahun 2011 tentang Kegiatan Pengelolaan Data Pendidikan, memperjelas kedudukan Ditjen Dikmen melalui Sekretariat Direktorat Jenderal terkait tugas pendataan. Sekretaris Ditjen Dikmen diberi kewenangan untuk merancang prosedur pengumpulan data, melakukan sosialisasi formulir dan prosedur yang dihasilkan untuk tiap kelompok pendidikan, membangun sistem pengumpulan dan penyimpanan data, dan mengkoordinir pengumpulan semua data pokok pendidikan dari satuan pendidikan yang berada di bawah pembinaan masing-masing Direktorat Jenderal.

Dengan terbitnya instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut, maka dimulailah era baru kegiatan pengumpulan data pokok pendidikan. Unit utama menjadi lebih berdaya karena memiliki tugas dan wewenang lebih sehingga memberikan arah yang jelas terhadap pendataan di lingkungan Ditjen Dikmen.


(49)

2.4.2. Perubahan Tugas dan Fungsi Pusat Data dan Statistik Pendidikan.

2.4.2.1 NPSN, NISN, dan NUPTK

Perubahan tugas dan fungsi unit utama berkaitan erat dengan perubahan tugas dan fungsi Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP). Jika sebelumnya, seluruh aktivitas pendataan dilakukan Di PDSP pada permendikbud nomor 1 tahun 2012 memindahkan fungsi pengumpulan data ke unit utama. Dengan demikian PDSP fokus terhadap analisis data yang sumbernya disediakan oleh unit utama. Namun demikian, walaupun PDSP tidak ikut mengumpulkan data pokok pendidikan, PDSP berperan dalam hal penetapan kode referensi yang berkaitan dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN), Nomor Induk Siswa Nasional (NISN), dan Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK).

Salah satu tugas dan fungsi Pusat Data dan Statistik Pendidikan sebagaimana amanah yang tertuang pada permendikbud no 1 tahun 2012 dan Intruksi Menteri nomor 2 tahun 2011 adalah merancang basisdata pendidikan relasional, merancang suatu formulir pendataan yang mencakup semuga atribut, membangun suatu pusat data Kementerian, membangun pusat data Kementerian, menentukan data referensi dan memberi informasi semua atribut yang ingin didata sebagaimana gambar dibawah ini :


(50)

Gambar 11 Pengelolaan Data pendidikan Oleh PDSP

Bila ada unit utama dan unit yang terkait di Kemdikbud melakukan penerbitan, atau penentuan data referensi pendidikan maka sudah tidak sesuai lagi dengan instruksi menteri nomor 2 tahun 2011.

Dalam membangun data di Kementerian, Pusat Data dan Statistik Pendidikan melibatkan pihak pihak yang terkait. Verifikasi dan Validasi NPSN untuk satuan Pendidikan serta mekanisme pengajuan NPSN baru melibatkan unsur Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Untuk mempercepat Verifikasi dan validasi ini setiap Dinas Pendidikan Kabupaten/kota diberikan hak akses langsung ke web manajemen PDSP.

Mengingat NPSN merupakan kunci yang sangat penting dalam sistem integrasi pengelolaan database. Untuk dapat mensinkronkan data yang ada (data hasil pendataan dan data hasil transaksi). Metode pengelolaannya berkoordinasi dengan Kantor Dinas setempat, terkait dengan Surat Ijin Operasional yang dikeluarkan oleh Pemerintah


(51)

Daerah masing-masing dan memastikan satu sekolah dengan satu NPSN.

Adapun verifikasi dan validasi data satuan pendidikan meliputi:

1. Administrasi Satuan Pendidikan (identitas Satuan Pendidikan) NPSN, Nama Sekolah, Alamat, Status SK Operasional (dari kantor dinas setempat), Akreditasi dan lainnya.

2. Citra. 3. Spasial. 4. Wilayah.

Gambar 12 Tampilan verval satuan pendidikan di PDSP

NISN terintegrasi dengan program-program layanan pendidikan dan pembinaan pendidikan sehingga NISN berkolerasi dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) maupun Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK).


(52)

Demikian pentingnya NISN sehingga NISN perlu dikelola dengan baik agar data peserta didik selalu terjaga validistasnya. Salah satu sistem pengelolaan data peserta didik yang telah dibangun PDSP adalah sistem verifikasi dan validasi data peserta didik yang dipublikasikan melalui laman http://vervalpd.data.kemdikbud.go.id. Sistem tersebut terdapat di dalam salah satu menu Pengelolaan Referensi yang ada di dalam laman http://referensi.data.kemdikbud.go.id.

Gambar 13Tampilan Verval Peserta Didik di PDSP

Tujuan dari verifikasi dan validasi data peserta didik adalah untuk memadankan antara data peserta didik yang ada di DAPODIK dengan di PDSP sehingga satu peserta didik hanya memiliki satu NISN. Data peserta didik dari DAPODIK yang masuk ke PDSP akan dicek kesesuaiannya berdasarkan NISN, nama, dan tanggal lahir. Data peserta didik yang sudah sesuai akan masuk ke referensi sedangkan data peserta didik yang belum sesuai akan masuk ke residu.

Sedangkan untuk Verifikasi dan validasi Peserta didik (NISN) mekanisme melalui data pokok pendidikan sebagaimana pada penjelasan gambar berikut :


(53)

Gambar 14 Mekanisme Verifikasi dan validasi NISN

Data master lain pada referensi yang dikelola oleh PDSP adalah Nomor unik Pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK). Sistem verifikasi dan validasi data PTK bertujuan untuk ‘membersihkan’ data PTK yang

belum valid, disebabkan double counting atau sudah tidak aktif (pensiun/meninggal). Pada tahap permulaan ini PDSP baru membersihkan data PTK dari segi NUPTK, nama, dan sekolah induk sehingga sasaran verfikasi validasi PTK tahap ini adalah satu orang PTK hanya memiliki satu NUPTK dan satu sekolah induk sebagai satuan administrasi pangkal (SATMINKAL) dimana guru tersebut bertugas. Untuk kedepannya, sasaran verfikasi validasi data PTK akan bergeser pada variable-variable lainnya.

Metode pengelolaannya berkoordinasi dengan Kantor Dinas setempat, terkait dengan kepastian surat penugasannya, dengan sumber data dari pendataan DAPODIK.(Memastikan satu PTK dengan satu NUPTK)


(54)

Gambar 15Tampilan Verval PTK di PDSP

2.4.2.2 Referensi Pendataan Pendidikan

Selain data referensi NPSN, NISN dan NUPTK, ada data referensi Wilayah dan operasional yang menjadi tangung jawab dari PDSP merumuskan dan menentukannya. Data referensi wilayah dan operasional ini yang sangat dibutuhkan dalam sistem Dapodikmen.


(55)

Gambar 16Data Referensi di PDSP

Adapun referensi data operasional pada PDSP bisa dilihat pada laman

http://referensi.data.kemdikbud.go.id atau pada table di bawah ini :

Tabel 1. Referensi Data Operasional

No Jenis Referensi Operasional No Jenis Referensi Operasional

01 Agama 20 Jenjang Kepengawasan

02 Akreditasi 21 Jenjang Pendidikan

03 Akses Internet 22 Keahlian Laboratorium 04 Alat Transportasi 23 Kelompok Yayasan

05 Bidang Studi 24 Lembaga Pengangkat

06 Gelar Akademik 25 Mata Pelajaran 07 Jabatan Fungsional 26 Pangkat Golongan 08 Jabatan Tugas PTK 27 Pekerjaan

09 Jenis Bantuan 28 Penghasilan Orangtua Wali

10 Jenis Beasiswa 29 Peran

11 Jenis Diklat 30 Semester

12 Jenis Kesejahteraan 31 Sertifikasi ISO

13 Jenis Lembaga 32 Status Anak

14 Jenis Pendaftaran 33 Status Kepegawaian 15 Jenis Penghargaan 34 Status Kepemilikan

16 Jenis Prasarana 35 Status Kepemilikan Sarpras


(56)

No Jenis Referensi Operasional No Jenis Referensi Operasional

18 Jenis Sarana 37 Sumber Dana

19 Jenis Tunjangan 38 Sumber Gaji

2.4.3. Peran Direktorat Teknis Dalam Sistem

Dapodikmen

Semenjak dikeluarkannya Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 2 tahun 2011 tentang Kegiatan Pengelolaan Data Pendidikan, direktorat teknis tidak diperbolehkan lagi melakukan pendataan sendiri-sendiri. Seluruhnya diwajibkan menggunakan mekanisme pendataan yang telah ditetapkan Sekretariat Ditjen Dikmen. Dengan dilarangnya proses pendataan sendiri-sendiri ini secara otomatis masing-masing direktorat tekniswajib menggunakan data hasil pendataan yang dilakukan Sekretariat Ditjen Dikmen sebagai dasar pengambilan kebijakan.

Oleh karena betapa besarnya manfaat dapodikmen bagi Direktorat Teknis, maka perlu adanya penjelasan detil tentang peran Direktorat Teknis dalam sistem Dapodikmen.

Sistem Dapodikmen menghasilkan data dasar yang akan digunakan secara bersama-sama. Pencapaian pengumpulan data secara maksimal akan dicapai jika seluruh Direktorat teknis mendiseminasikan sistem ini ke sekolah secara sinergis.

Pertama, sistem dapodikmen bukanlah semata-mata milik Sekretariat Ditjen Dikmen melainkan milik seluruh unit kerja di lingkungan Ditjen Dikmen. Konsekuensinya seluruh unit kerja berkewajiban mensosialisasikan dan mensukeskan sistem dengan baik.


(57)

Adapun Peran Direktorat Teknis di lingkungan Ditjen Dikmen dalam hal pendataan Dapodikmenini adalah:

1. Memasukkan strategi kebijakan panduan pelaksanaan program direktorat teknis.

2. Berperan aktif dalam mensukseskan Pendataan Dapodikmen. 3. Mensosialisasikan peran Dapodikmen dilingkungan pendidikan

menengah.

4. Memanfaatkan Dapodikmenuntuk kebutuhan perencanaan dan evaluasi satuan pendidikan Menengah.

5. Mencantumkan kebijakan Dapodikmenpada setiap PANLAK yang dikeluarkan oleh Direktorat teknis untuk satuan pendidikan. 6. Memberikan masukan terhadap Pengembangan dan perubahan

kebijakan terhadap layanan Administrasi berbasis TIK menggunakan PAS SMA, PAS SMK, dan PAS SMALB .

Namun bila dilihat dari siklus data pokok yang melibatkan dengan unit utama lainnya, maka bisa terlihat pada table dibawah ini peran pada masing masing unit utama dan unit yang terkait.


(58)

Tabel 2 Peran Unit Organisasi dalam siklus data pokok pendidikan

2.4.4. Peran Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten, dan Kota

Peran Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten dan kota dalam hal pendataan Dapodikmen ini adalah :

1. Mensosialisasikan pendataan Dapodikmen di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten dan Kota.

2. Melakukan monitoring dan kontrol terhadap sekolah yang melakukan entri data menggunakan aplikasi Dapodikmen dan Sinkronisasi data ke Server Ditjen Dikmen dengan benar dan valid.


(59)

3. Memanfaatkan Sistem Informasi Manajemen Dapodikmenuntuk kebutuhan perencanaan dan evaluasi satuan pendidikan Menengah.

4. Melakukan Verifikasi dan Validasi Data Satuan Pendidikan melalaui Aplikasi yang ada di PDSP dan Aplikasi Aplikasi yang dikembangkan oleh Direktorat teknis serta unit terkait lainya berkenaan data Dapodikmen.

5. Merencanakan dan melakukan pengadaan infrastruktur di Dinas Pendidikan dalam rangka pemanfaatan Pemgembangan sistem informasi manajemen yang sumber data dari Server Data Warehouse yang ada di PDSP.

6. Memotivasi dan mendorong sekolah tetap menggunakan PAS SMA, SMK, dan SMALB untuk menerapkan Administrasi berbasis TIK (Based School Management).

2.4.5. Peran Sekolah

Peran Sekolah dalam pendataan Dapodikmenini adalah :

1. Kepala Sekolah bertanggung jawab terhadap kelengkapan dan kebenaran data sekolah yang terkirim ke server ditjen Dikmen. 2. Kepala Sekolah menunjuk operator entri data di sekolah dengan

tugas melakukan entri data melalui aplikasi Dapodikmen sesuai dengan data isian yang dimiliki sekolah dengan valid mulai dari identitas sekolah, Fasilitas sarana prasarana, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan.

3. Operator Sekolah melakukan sinkronisasi data pada aplikasi Dapodikmendan melakukan update data jika terjadi perubahan data sehingga data di Ditjen Dikmen juga valid.

4. Sekolah dihimbau mampu mengimpelementasikan administrasi berbasis TIK di sekolah dengan menggunakan PAS SMA,PAS SMK, dan PAS SMALB dalam rangka untuk layanan pendidikan menengah yang lebih.


(60)

5. Apabila Sekolah menjadi Pusat layanan TIK/Sekolah Rujukan maka memiliki peran sebagai berikut :

a. Melakukan sosialisasi dan workshop Aplikasi Dapodikmen kepada sekolah sekitar.

b. Melakukan pendampingan atau asistensi Implementasi Aplikasi Dapodikmendi sekolah sampai data bisa di sinkronisasi ke server Ditjen Dikmen.

c. Melakukan pendampingan bagi sekolah yang mengalami kesulitan baik dari segi implementasi dan sinkronisasi data ke server Ditjen Dikmen.

2.5 Ruang Lingkup Pengembangan Sistem Dapodikmen 2.5.1. Pengembangan Aplikasi

Data pokok pendidikan menengah merupakan data yang sangat besar, terlebih mencakup data pendidikan menengah di Indonesia. Ada banyak sekali data yang dihimpun dan dikelola. Perlu melibatkan orang yang sangat banyak dalam aktivitas-aktivitas data. Perlu menyelaraskan banyak kebijakan untuk saling mendukung terbentuknya data pokok pendidikan yang terintegrasi.

Data pokok pendidikan menengah yang sudah bersifat individual juga direncanakan untuk menjadi data referensi untuk aktivitas-aktivitas yang sifatnya transaksional, seperti misalnya penilaian rapor, penilaian Ujian Nasional, penentuan kelulusan siswa, syarat pemberian Bantuan Operasional Sekolah, syarat pemberian hibah, tunjangan dan lain-laindapat tetap sesuai dengan prinsip “SingleSource Of Data”. Pemanfaatan data individual ini di masa yang akan datang akan meluas dan membutuhkan kualitas data yang tinggi dari aspek kelengkapan, kebenaran dan kemutakhirannya.


(61)

Pengembangan sistem Dapodikmen di lingkungan Ditjen Dikmen meliputi :

1. Aplikasi Dapodikmen.

Aplikasi Dapodikmen adalah aplikasi pengumpulan data tingkat sekolah menengah yang merupakan perkembangan dari aplikasi PAS (Paket Aplikasi Sekolah), mendata ulang data data sekolah, namun melengkapi data PAS yang menyesuaikan dengan struktur data Dapodikmen. Dengan tujuan mendapatkan data yang akurat dan lengkap dengan aplikasi Dapodikmen.

Aplikasi Dapodikmen oleh tim pengembang lebih dikenal denan aplikasi front end, mengingat aplikasi inilah yan digunakan oleh pengguna/Sekolah. Aplikasi Dapodikmen ini 1 paket namun bisa digunakan untuk jenjang SMA, SMK dan SMALB. Jika ada Aplikasi pendukung lain maka aplikasi lain itu menjadi sub sistem dari Dapodikmen dan sumber utamanya data di sekolah tetap menggunakan Aplikasi Dapodikmen.

Aplikasi Dapodikmen akan terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan dari Kemdikbud. Sehingga Sekolah tetap bisa mengikuti dan menjalankan aplikasi Dapodikmen sebagai aplikasi penjaringan data di lingkunan pendidikan menengah.

2. Aplikasi Sinkronisasi data dari Sekolah ke Server Dapodikmen.

Aplikasi sinkronisasi data sekolah ke server pusat Dapodikmen adalah aplikasi yang menyatu di program aplikasi Dapodikmen/front End yang bertugas mengirim data yang sudah dilakukan oleh operator sekolah.

Pengiriman data ini harus bisa mengakomdir Sekolah yang sudah siap dengan infrastruktur dan belum siap dengan infrastruktur. Aplikasi pengiriman data ini harus memastikan data yang terkirim benar dan sesuai dengan perubahan data yang dilakukan oleh


(62)

operator sekolah. Bila terjadi kendali terhadap pengiriman data, maka diperlukan pemberitahuan kepada operator pesan terjadinya kesalahan dan apa yang harus dilakukan oleh operator sekolah.

Pada Aplikasi Sinkronisasi ini melekat juga pengembangan untuk pengambilan data prefill yan ada deserver pusat. Dan dimungkinkan ke depan dengan data yang akan semakin banyak terkirim ke server pusat, maka perlu pengembagnan aplikasi singkronisasi pengiriman data sekolah lebih mudah dan cepat.

3. Aplikasi Sinkronisasi dari Server Dapodikmen ke data Warehouse PDSP

Data yang terkirim ke server Dapodikmen perlu ada aplikasi untuk bisa mengirimkan datanya ke Server ODS (Operational Data Store) PDSP. Hal ini untuk menghindari adanya perubahan data oleh sekolah dari PDSP menunggu sampai 1x24 jam. Dan pengembangan aplikasi sinkronisasi untuk konsolidasi data ini disamping membutuhkan perangkat lunak untuk pengiriman datanya juga membutuhkan infrasutruktur jaringan dan Perangkat Server yangmemadai.

Dengan kondisi Data yang mendekati realtime maka operator sekolah akan dengan mudah melakukan pengiriman data, update data dan melakukan verivikasi dan validasi baik yang dilakukan oleh Operator sekolah maupun yang dilakukan oleh operator Dinas kabupaten/Kota.

4. Aplikasi Sinkronisasi Dari Server Dikmen ke Server unit utama terkait

Aplikasi sinkronisasi konsolidasi dari Server Dikmen ke Server unit utama lain adalah dalam rangka untuk integrasi data antar unit utama. Bila Ditjen Dikmen membutuhkan data PTK dan Peserta


(63)

didik yang ada di Ditjen Dikdas bisa melakukan proses pengecekan Data dan pengabilan data.

Dengan Aplikasi sinkronisasi konsolidasi ini, maka Peserta Didik baru di tingkat pendidikan menengah kelas X tidak perlu melakukan entri data manual kembali, tapi cukup mengambil datanya dari server Dapodikdas tingkat IX yang sudah lulus akan bisa masuk dan di entrikan di aplikasai Dapodikmen. Begitu juga untuk data PTK yang mengajar di lintas jenjang. Maka data PTK tersebut bisa saling melengkapi data antar unit utama.

Pada sisi lain untuk sinkronisasi konsolidasi data dengan unit utama lain adalah konsolidasi daengan Pendataan di Perguruan tinggi. Program bidik misi, program penilaian dan program lain yang membutuhkan dari dari ditjen Dikmen bisa di cek dan dilakukan pengambilan data yang dibutuhkan oleh perguruan tinggi lagi tanpa harus melakukan pendataan ulang lagi ke sekolah.

5. Aplikasi Sinkronisasi Dari Server Ditjen Dikmen ke Server Direktorat Teknis.

Aplikasi sinkronisasi dari Server Ditjen Dikmen ke server Direktorat Teknis digunakan untuk memenuhi kebutuhan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program Direktorat Teknis. Data yanda ada dengan aplikasi sinkronisasi ini dapat secara realtime antara server Dapodikmen pusat dengan yang dimiliki oleh server Direktorat Teknis masing masing.

Kebutuhan untuk masing-masing Direktorat teknis akan sangat berbeda. Direktorat Pembinaan SMA dan Direktorat Pembinaan SMK akan berbeda kebutuhannya dengan Direktorat P2TK Dikmen. Begitu juga untuk kebutuhan Direktorat PKLK dikmen


(64)

juga memerlukan aplikasi sinkroniasi ini pengelolaan data Sekolah, PTK dan peserta didik untuk khusunya sekolah yang satu atap. Proses pengiriman data dengan sinkronisasi konsolidasi dengan direktorat teknis akan bisa berjalan optimal jika Direktorat masing-masing juga didukung denngan infrastrutur jaringan dan perangkat server yang memadai sehingga tidak membebani server utama di Ditjen Dikmen.

6. Aplikasi Sinkronisasi dari Server Ditjen Dikmen ke ServerDinas Pendidikan Propinsi

Pada Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 pada bagian pendidikan untuk manajemen pengelolaan pendidikan menengah secara bertahap akan dikelola oleh Dinas Pendidikan Propinsi.Bila Dinas Pendidikan Propinsi sudah siap dengan perangkat jaringan dan infrastuktur Server, maka dengan aplikasi sinkronisasi data dari Server Ditjen Dikmen akan mengirimkan datake Server Dinas Pendidikan Propinsi secara otomatis, sehingga Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota tidak lagi memanfaatkan data secara langsung ke Server Pusat, namun cukup mengambil data dari Dinas Pendidikan Propinsi.

Namun Jika Dinas Pendidikan Propinsi masih belum siap dengan perangkat jaringan dan infrastruktur Server untuk kebutuhan sinkronisasi data, maka Ditjen Dikmen menfasilitasi penggunakan data melalui aplikasi manajemen pendataan yang ada di

http://dapo.dikmen.kemdikbud.go.id.

Keuntungan yang didapatkan jika Dinas Pendidikan Propinsi siap dengan perangkat jaringan dan Server untuk data dapodikmen ini secara realtime data Pusat dengan Dinas Pendidikan Propinsi adalah dapat mengembangkan sistem informasi manajemen yang


(65)

ada di Dinas Pendidikan Propinsi masing-masing sesuai dengan kebutuhan.

7. Aplikasi Manajemen Pendataan

Aplikasi manejemen bisa diakses lebih detail oleh operator Sekolah dan Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota di

http://dapo.dikmen.kemdikbud.go.id dengan menggunakan account yang telah didistribusikan oleh Ditjen Dikmen.

Fitur yang ada di laman http://dapo.dikmen.kemdikbud.go.idakan terus di kembangkan seiring dengan usulan dan saran dari pengguna data. Dengan terpenuhinya data yang diharapkan dari Dinas Pendidikan maka sudah tidak ada lagi permintaan data ke sekolah dan cukup mengambil data dari sistem Dapodikmen

8. Aplikasi Helpdesk Dapodikmen

Aplikasi Helpdesk dibuat untuk konsultasi pendataan pendidikan menengah dengan operator Dapodikmen, operator Dapodikmen dengan Dinas pendidikan. Aplikasi Dapodikmenini dapat digunakan untuk media share pengalaman penggunaan aplikasi Dapodikmen.

Pada Aplikasi Dapodikmen ini masih perlu dikembangkan media komunikasi berupa chat, inbox dan pemberitahaun jika ada operator lain yang melakukan posting sehingga setiap pekembangan yang terjadi di aplikasi Dapodikmen semua operator dapat mengetahuinya.

9. Aplikasi Verifikasi dan Validasi Data di Dapodikmen

Aplikasi ini dipergunakan untuk melakukan verifikasi dan validasi data yang akan masuk ke server Dapodikmen pusat. Pada awal


(66)

pengembangan aplikasi Dapodikmen dan sinkronisasi, Data yang terkirim ke pusat akan otomatis semua akan terkirim.

Namun seiring berjalannya waktu, maka pengiriman data oleh operator sekolah tidak semuanya bisa terkirim dan masuk ke server dapodikmen pusat sebelum dilakukan pengecekan data melalui aplikasi verifikasi dan validasi sehingga nanti data yang akan terkirim ke ODS PDSP sdh tersaring dengan baik dan beberapa perlu di verfikasi dan validasi lagi di PDSP dengan membandingkan data data yang sudah ada diarsip data PDSP.

10. Aplikasi Web Service.

Aplikasi Web Serviceini dipergunakan untuk melayani kebutuhan integrasi data repositoryDapodikmen pusat dengan unit utama terkait atau Direktorat Teknis yang ada di lingkungan Ditjen Dikmen. Dengan adanya Web Service ini juga dimungkinkan untuk integrase dengan data lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan Ditjen Dikmen.

Pada kebutuhan yang lain, Web Service untuk menjembatani integrase data antara Dapodikmen dengan aplikasi pengelolaan sekolah berbasis TIK (ICT Based School Management). Bagi sekolah sekolah yang sudah implementasi aplikasi ini diharapkan data yang dimilikinya dapat disinkronisasi dan bisa masuk ke Aplikasi Dapodikmen.

Aplikasi ICT Based School Management yang sudah ada dan sudah digunakan di sekolah, dilakukan update/perbaikan struktur menyesuiakan yang ada di Aplikasi Dapodikmen dan Kebijakan Pendidikan yang saat ini sedang berlaku.


(67)

11. Aplikasi Manajemen Administrasi berbasis TIK Sekolah.

Pengembangan aplikasi manajemen administrasi berbasis TIK di sekolah menggunakan Paket Aplikasi Sekolah (PAS SMA/SMK/SMALB) diperuntukkan bagi sekolah yang sudah siap baik dari SDM dan infrastruktur di sekolah. Dengan Sekolah mampu implementasi Administrasi berbasis TIK di sekolah dengan menggunakan PAS, maka Sekolah mampu memberikan layanan kepada stakeholder di sekolahnya dengan bantuan Teknologi informasi.

Dengan Sekolah mampu menerapkan manajemen administrasi berbasis TIK di sekolah, secara bertahap pula mampu mendorong memanfaatkan Teknologi untuk pembelajaran di kelas. Manajemen Adminstrasi dan manajemen pembelajaran berbasis TIK di sekolah juga merupakan bagian penting untuk bisa membangun budaya pemanfaatan teknologi untuk hal yang positif.

Pengembangan manejemen Administrasi berbasis TIK di sekolah yang berkelanjutan oleh Ditjen Dikmen yang disesuaikan dengan kebijakan pendidikan akan sangat membantu sekolah dalam meningkatkat kualitas layanan pendidikan sekaligus mendorong sekolah juga untuk melakukan inovasi layanan layanan yang tidak ada di Ditjen Dikmen untuk kebutuhan sekolah masing masing. Aplikasi Dapodikmen yang ada di sekolah dan sudah berjalan dengan baik harus bisa bersinergi dengan Aplikasi manajemen Administrasi berbasis TIK di Sekolah. Web Service sebagai jembatan data antara aplikasi Dapodikmen dan aplikasi manajemen administrasi berbasis TIK.


(68)

Gambar 17Rancangan pengembangan sistem Dapodikmen

Saat ini dari pengembangan sistem Dapodikmen di lingkungan Ditjen Dikmen baru aplikasi Dapodikmen, aplikasi sinkronisasi, manajemen pendataan, dan aplikasi helpdesk Dapodikmen yang sudah berjalan. Dan Untuk aplikasi lain perlu pengembangan secara bertahap dan menyesuaikan dengan kebutuhan di Kemdikbud.

2.5.2. Pengembangan Infrastruktur dan Perangkat Keras

Salah satu kesiapan dalam pendataan Dapodikmen ini adalah adanya dukungan layanan infrastruktur TIK yang memadai. Hal ini dibuktikan saat awal peluncuran aplikasi Dapodikmen pada tanggal 2 Mei 2014 terdapat 2 (dua) subdomain diberikan oleh Pusat Teknologi dan Komunikasi (Pustekkom) yaitu untuk manajemen pendataan Dapodikmen dihttp://dapo.dikmen.kemdikbud.go.id serta


(69)

http://sync.dikmen.kemdibud.go.id untuk generate prefill Sekolah dan sinkronisasi offline.

Mengingat jumlah layanan yang sudah ada di pustekkom begitu banyak, maka diharapkah dengan pendataan Dapodikmen ini kebutuhan akses oleh sekolah dan Dinas Pendidikan Provinsi, kabupaten, dan Kota tidak terganggu. Berikut layanan yang sudah ada di lingkungan Kemdikbud dibawah pengelolaan Pustekkom.

Gambar 18E-Layanan kemdikbud di Pustekkom

Dengan E-layanan Kemdikbud yang telah disediakan oleh Pustekkom membutuhkan SDM yang handal, rancangan infrastruktur perangkat keras yang mumpuni dan perangkat lunak yang mampu memenuhi


(70)

kebutuhan Kementerian dengan cepat. Disamping itu perangkat kebijakan untuk mendukung terwujudnya E-layanan Kemdikbud perlu mendapatkan dukungan dari stakeholder.

Dan untuk memenuhi kebutuhan Pendataan Ditjen Dikmen, Perangkat jaringan dan hardware yang ada di Gedung D lantai 13 juga sudah terkoneksi dengan Pustekkom di Ciputat dan IDC Duren Tiga sebagaimana gambar dibawah ini.

Gambar 19infrastruktur Jaringan Pustekkom

Melihat perkembangan Teknologi yang berkembang pesat, Pusat Teknologi informasi dan Komunikasi Pendidikan Kemdikbud mulai menerapkan Awan Komputasi. Awan Komputasi (Cloud Computing) adalah model terbaru dalam hal penggunaan dan penyampaian untuk memberdayakan sumber daya komputasi (seperti: jejaring, CPU, RAM,


(1)

LAMPIRAN

ROADMAP PENGEMBANGAN SISTEM DAPODIKMEN TAHUN 2014 - 2019


(2)

(3)

LAMPIRAN

ROADMAP PENGEMBANGAN SISTEM DAPODIKMEN TAHUN 2014 - 2019


(4)

(5)

LAMPIRAN

ROADMAP PENGEMBANGAN SISTEM DAPODIKMEN TAHUN 2014 - 2019

LAMPIRAN 18 : Mekanisme Pendataan Calon UN/US Tahun 2014/2015 oleh Puspendik

Keterangan Gambar :

A. Sekolah mengentri/edit dan melakukan sinkronisasi data melalui aplikasi dapodik.

B. Sinkronisasi data Dapodik dengan PDSP C. Replikasi data khusus kelas terakh

D. Menggunakan data dari sistem UN untuk memproses DCP dan DNS E. Mencetak DCP

F. Mendistribusikan DCP ke sekolah

G. Edit data siswa meliputi NISN, nama, tempat lahir,dan tanggal lahirpadalaman

H. Ver-Val PD (PDSP) I. Mencetak DNS

J. Mendistribusikan DNS

K. Sekolah mengembalikan DNS hasil verifikasi L. Kabupaten/kota memperbaiki hasil verifikasi DNS M.Proses penomoran peserta UN

N.Mencetak DNT dan KPU


(6)