Evaluasi Standar Penilaian Pembelajaran Matematika Program Rsbi Di SMAN 1 Wonosari Gunungkidul suyono

(1)

commit to user

i

EVALUASI STANDAR PENILAIAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM RSBI DI SMAN 1 WONOSARI GUNUNGKIDUL

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : SUYONO S851008048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

EVALUASI STANDAR PENILAIAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM RSBI DI SMAN 1 WONOSARI GUNUNGKIDUL

Disusun oleh : SUYONO S851008048

Telah disetujui Tim Pembimbing Pada tanggal :………

Pembimbing I,

Dr. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002

Pembimbing II,

Drs. Pangadi, M.Si.

NIP. 19571012 199103 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,

Dr. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002


(3)

commit to user

iii

EVALUASI STANDAR PENILAIAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM RSBI DI SMAN 1 WONOSARI GUNUNGKIDUL

Disusun oleh : SUYONO S851008048

Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal ...

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. Budiyono, M.Sc . ...

Sekretaris Dr. Riyadi, M.Si. ...

Penguji : 1. Dr. Mardiyana, M.Si. ...

2. Drs. Pangadi, M.Si. ...

Mengetahui

Surakarta, Februari 2012 Direktur PPs UNS

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP.19610717 198601 1 001

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Prof. Dr. Budiyono, M.Sc NIP.19530915 197903 1 003


(4)

commit to user

iv PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : Suyono

NIM : S851008048

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul EVALUASI STANDAR PENILAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM RSBI DI SMAN 1 WONOSARI GUNUNGKIDUL (Penelitian dilaksanakan di kelas X) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Februari 2012 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain

dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap”

(QS. Alam Nasyrah: 6-8)

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah” (QS Ali Imron: 159)

Dengan segala keikhlasan karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayahda tercinta 2. Isteriku tercinta


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas ijin, rahmat dan hidayahNya serta dengan usaha yang sungguh-sungguh akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Selain itu, dukungan, bimbingan, dan dorongan dari semua pihak yang sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

2. Dr. Mardiyana, M,Si, Dosen Pembimbing 1 yang penuh dengan kearifan telah bersedia memberikan bimbingan, petunjuk, saran, dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Drs. Pangadi, M,Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, saran, dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu, bimbingan dan dorongan pada penulis dalam menyelesaikan studi.

5. Drs. Tamsir. M.Pd, Kepala Sekolah RSBI SMA N 1 Wonosari yang telah memberikan ijin dan membantu penulis untuk mengadakan penelitian.

6. Suryanto, S.Pd. M.Pd, Ketua Pelaksana RSBI SMA N 1 Wonosari yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.


(7)

commit to user

vii

7. Drs. Aris Feriyanto, Wakasek Kurikulum RSBI SMA N 1 Wonosari yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Drs. Paryoko dan Tumini, S.Pd, Pengampu Matematika Kelas X RSBI SMA N 1 Wonosari yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian. 9. Peserta didik kelas X RSBI SMA N 1 Wonosari yang telah memberikan

penjelasan dengan kesungguhan kepada penulis pada saat wawancara.

10. Teman-teman pendidik RSBI SMA N 1 Wonosari yang telah memberi bantuan dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

11. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang member bantuan dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

12. Isteri dan anak-anak tercinta yang telah memberikan dorongan dalam menyelesaikan studi.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Semoga bimbingan, dorongan, dan bantuan yang telah diberikan, dinilai sebagai amal kebaikan dan Allah SWT.

Surakarta, Januari 2012 Penulis


(8)

commit to user

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR GRAFIK...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ...xvii

ABSTRACT ...xix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1


(9)

commit to user

ix

C. Pemilihan Masalah ... 11

D. Pembatasan Masalah ... 11

E. Rumusan Masalah ... 12

F. Tujuan Penelitian ... 13

G. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 17

A. Pengertian Sekolah Bertaraf Internasional ... 17

B. Pelaksanaan Program RSBI SMA... 18

1. Proses Pembelajaran ... 18

2. Peningkatan Mutu Penilaian ... 20

3. Peningkatan Mutu Kompetensi Lulusan ... 27

4. Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidikan ... 28

C. Standar Penilaian Pendidikan ... 29

1. Pengertian Standar Penilaian ... 29

2. Prinsip Penilaian... 34

3. Teknik Penilaian... 36

4. Intrumen Penilaian ... 42

5. Aspek yang Dinilai ... 43

6. Prosedur Penilaian ... 44

7. Mekanisme Penilaian ... 47

D. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Penilaian ... 54

1. Tujuan Penilaian untuk Belajar ... 54


(10)

commit to user

x

3. Strategi Penilaian Belajar dalam Kelas ... 57

4. Penilaian untuk Belajar dan Peningkatan Standar ... 60

5. Penilaian Otentik ... 60

E. Sistem Penilaian Pembelajaran Berbasis Kompetensi ... 62

1. Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi Dasar ... 62

2. Penilaian Matematika Berbasis Kompetensi ... 63

F. Evaluasi Program ... 69

1. Pengertian Evaluasi ... 69

2. Tujuan Evaluasi Program ... 70

3. Model Evaluasi CIPP ... 71

G. Penelitian yang Relevan ... 73

H. Kerangka Berpikir ... 76

BAB III METODE PENELITIAN ... 78

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 78

B. Jenis dan Strategi Penelitian ... 79

C. Sumber Data ... 82

D. Teknik Pengumpulan Data ... 84

E. Validitas Keabsahan Data ... 85

F. Teknik Analisis Data ... 87

G. Reduksi Data ... 87

H. Penyajian Data ... 87

I. Penarikan Kesimpulan ... 88


(11)

commit to user

xi

A. Deskripsi Umum SMA N 1 Wonosari ... 89

B. Deskripsi Data Penelitian ... 96

C. Pembahasan ... 125

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 148

A. Kesimpulan ... 148

B. Implikasi ... 152

C. Saran/Rekomendasi ... 155

DAFTAR PUSTAKA ... 156


(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rataan hasil TPM Semester Genap RSBI SMA N 1

Wonosari Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 8

Tabel 2.1 Tata Cara Penilaian KKM Peserta Didik ... 22

Tabel 2.2 Kriteria Keunggulan Standar Penilaian SMA-BI ... 26

Tabel 2.3 Kriteria Keunggulan Standar Kelulusan SMA-BI ... 27

Tabel 2.4 Klasifikasi Teknik Penilaian dan Bentuk Intrumen ... 42

Tabel 2.5 Aspek yang dinilai dalam berbagai mata pelajaran ... 44

Tabel 2.6 Implementasi Strategi Penilaian Untuk Belajar ... 58

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 78

Tabel 4.1 Persentase Ketercapaian Ketuntasan Ulangan Harian 1 ... 121

Tabel 4.2 Persentase Ketercapaian Ketuntasan Ulangan Harian 2 ... 121


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme Penilaian Hasil Belajar Peserta didik ... 47

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian ... 77

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data ... 86


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Karakteristik Pendidik Berdasarkan Kepangkatan

Di RSBI SMA N 1 Wonosari ... 93 Grafik 4.2 Keadaan peserta didik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 94 Grafik 4.3 Persentase Ketercapaian Ketuntasan Ulangan Tengah

Semester Gasal Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 122 Grafik 4.4 Hasil Ujian Nasional Matematika 3 Tahun Terakhir ... 123


(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Pedoman Pengumpulan Data ... 160

Lampiran 2 Lembar Pengamatan/Observasi ... 163

Lampiran 3 Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 173

Lampiran 4 Pedoman Wawancara dengan Ketua Pelaksana Program ... 176

Lampiran 5 Pedoman Wawancara dengan Wakasek Kurikulum ... 178

Lampiran 6 Pedoman Wawancara dengan Wakasek Kesiswaan ... 180

Lampiran 7 Pedoman Wawancara dengan Pendidik Matematika ... 181

Lampiran 8 Pedoman Wawancara dengan Peserta Didik ... 183

Lampiran 9 Catatan Lapangan Hasil Observasi ... 185

Lampiran 10 Catatan Lapangan Hasil Pengamatan Dokumen ... 187

Lampiran 11 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 196

Lampiran 12 Hasil Wawancara dengan Ketua Pelaksana Program... 201

Lampiran 13 Hasil Wawancara dengan Wakasek Kurikulum ... 204

Lampiran 14 Hasil Wawancara dengan Wakasek Kesiswaan... 209

Lampiran 15 Hasil Wawancara dengan Bapak Drs. Prayoko ... 211

Lampiran 16 Hasil Wawancara dengan Ibu Tumin,S,Pd ... 215

Lampiran 17 Hasil Wawancara dengan peserta didik kelas XA,C dan D ... 218

Lampiran 18 Hasil Wawancara dengan peserta didik kelas XE ... 221

Lampiran 19 Hasil Wawancara dengan peserta didik kelas XB ... 224

Lampiran 20 SK RSBI SMA N 1 Wonosari ... 226

Lampiran 21 Sertifikat ISO ... 231

Lampiran 22 Sertifikat Akreditasi ... 232


(16)

commit to user

xvi

Lampiran 24 Surat perjanjian kerjasama “Sister School” ... 235

Lampiran 25 Silabus Matematika Kelas X ... 236

Lampiran 26 RPP Matematika Kelas X ... 238

Lampiran 27 Analisis SK-KD ... 242

Lampiran 28 Soal Ulangan Harian ... 246

Lampiran 29 Soal Ulangan Tengah Semester ... 247

Lampiran 30 Analisis Nilai Ulangan Harian ... 251

Lampiran 31 Hasil Analisis Ulangan Tengah Semester ... 253

Lampiran 32 Data Prestasi Peserta Didik 2010/2011 ... 254

Lampiran 33 Rekapitulasi Nilai UN Matematika IPA Tiga Tahun Terakhir . 257 Lampiran 34 Rekapitulasi Hasil Ujian Sertifikasi ... 258

Lampiran 35 Rekapan Kelanjutan Studi Peserta Didik ... 259


(17)

commit to user

xvii ABSTRAK

Suyono, NIM S851008048. Evaluasi Standar Penilaian Pembelajaran Matematika Program RSBI di SMA N 1 Wonosari Gunungkidul. Komisi Pembimbing I: Dr. Mardiyana, M.Si. Pembimbing II: Drs. Pangadi, M.Si. Tesis: Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: 1). Konteks pada Standar Penilaian Pembelajaran Matematika. 2). Masukan pada Standar Penilaian Pembelajaraan Matematika. 3). Proses pada Pelaksanaan Standar Penilaian Pembelajaran Matematika. 4). Produk Standar Penilaian Pembelajaran Matematika.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif model evaluasi CIPP (Contex, Input, Proses, Product). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber data, dan review informan. Teknik analisa data meliputi tiga kegiatan yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa: 1). Pada Konteks; (a). Sekolah telah menerapkan standar penilaian pembelajaran matematika yang berlaku pada program RSBI. Pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik yang telah dilaksanakan didasarkan pada data sahih, mendidik, terbuka, transparan, menyeluruh, terpadu, objektif, berkesinambungan, adil, dan menggunakan acuan kriteria (b). Target pencapaian rata-rata nilai ujian nasional matematika minimal 85. Pada saat penelitian ini dilaksanakan KKM yang ditetapkan 71 naik satu poin dari yang diberlakukan sebelumnya. (c). Dukungan terhadap standar penilaian pembelajaran matematika ditunjukkan dengan adanya: kualifikasi yang dimiliki oleh Kepala Sekolah sudah sesuai dengan persyaratan Kepala Sekolah untuk SBI, kebijakan memberi kemudahan bagi pendidik melanjutkan pendidikan studi pascasarjana, sistem penilaian berbasis TIK, sekolah telah mengadakan kerjasama “Sister School” dalam ujian sertifikasi internasional dengan Cambridge. 2). Pada Masukan: (a). Rancangan penilaian kognitif matematika telah disusun pada awal tahun pelajaran dan disosialisasikan oleh pendidik kepada peserta didiknya. (b). Rancangan penilaian yang disusun pihak sekolah meliputi penilaian: ulangan tengah semester, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, ujian sekolah serta ujian setifikasi. 3). Pada Proses; (a). Ulangan harian telah dilaksanakan dengan prosedur yang benar. (b). Secara kelembagaan sekolah telah melaksanakan penilaian untuk mengetahui tingkat ketercapaian standar kompetensi peserta didik terhadap seluruh mata pelajaran. 4). Pada Produk; (a). Tingkat prestasi belajar matematika peserta didik kelas X dalam mengikuti ulangan harian 1 sebesar 15,7% dan ulangan harian 2 sebesar 39,7%. (b). Tingkat prestasi belajar matematika peserta didik kelas X dalam ulangan tengah semester gasal sebesar 17,8%. (c). Prestasi peserta didik dalam olimpiade


(18)

commit to user

xviii

matematika tahun pelajaran 2010/2011 juara 2 tingkat Kabupaten. (d). Rata-rata ujian nasional matematika tahun pelajaran 2009/2010 sebesar 6,48 dan tahun pelajaran 2010/2011 sebesar 8,02. (e). Hasil ujian sertifikasi matematika tahun pelajaran 2010/2011 nilainya di atas C sebesar 59%. (f). Peserta didik program RSBI yang diterima di Perguruan Tinggi tahun pelajaran 2010/2011 sebesar 81,3%.


(19)

commit to user

xix ABSTRACT

Suyono NIM S851008048. Evaluation on Mathematics Learning Assessments Standard for RSBI Program in SMA 1 Wonosari Gunungkidul. The First Commission of Supervision: Dr. Mardiyana, M.Si. The second Supervision: Drs. Pangadi, M.Si. Thesis: Study Program of Mathematics Education, Post Graduation Program of Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012

The research aims are to determine and to describe: 1)/ The Contex of Learning Assessment Standard on Mathematics. 2). The Input of Mathematics learning assessment standard, 3). The Process of Applying the Assessment Standard on Mathematics Learning. 4) The Products of Mathematics Learning Assessment Standard.

This research used a qualitative approach descriptive CIPP (Contex, Input, Proces, Product). evaluation model. Techniques of colecting data were by: interview, observation, and documentation. Inspection of authenticity of data use triangulation of[is source of data, and informan review. Data analysis technique involves three activities, such as, data reduction, data presentation, and conclusion.

Based on the results of research it was found that: 1) In the Contex: (a). School have applied standard assessment of study of mathematics applying for an RSBI program. Execution of assessment of result learn educative by participant which have been executed to be based on data of sahih, educative, open, transparent, totally, inwrought, objective, continual, fair, and use criterion reference. (b). Goals attainment of mean assess minimum mathematics national test 85, At the time of this research is executed by specified KKM 71 going up one poin from which gone into effect before all. (c) The supports of mathematics learning assessment are shown by the existence of: the education qualification of the head master fulfils to which is established for an SBI derives big ease to teachers to take post graduate programs, the application of ICT based assessment, and the “Sister School” collaboration for international tuition with Cambridge University. 2). In the Input: (a). The design of assessments on cognitive domains on mathematics learning has been arranged and socialized to students by the teachers at the beginning, but those on affective including tags has not yet. (b) The assessment designs arranged by the institution consist of mid-term and post-term tests, gradual tests, school–based exams, and certification examination. 3). In the Process: (a). The daily review test has been done within the appropriate procedures, (b) Institutionally, the school have done such assessments for measuring the level of students’ competence standard against all courses. 4). In the Product: (a) The X year students’ progression level of mathematics learning at the 1st daily review is 15,7% whereas the 2nd is 39,7%; (b) The mathematics learning achievement of the X year students along the odd mid semester is 17,8%; (c) educative Participant achievement in school year mathematics olympiad 2010 / 2011 champion 2 Sub-Province storey;level. (d) Test school year mathematics


(20)

commit to user

xx

national mean 2009/2010 equal to 6,48 and school year 2010/ 2011 equal to 8,02.. (e) The certification examination result on mathematics of 2010/2011 is 59%. (f) The graduated students of 2010/2011 who were accepted in accredited colleges is approximately 81,3 %.

Keywords: CIIPP, Evaluation Program, Standard Assessment, SMA RSBI.


(21)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan masyarakat global dewasa ini telah menciptakan berbagai perubahan-perubahan yang dapat menjadi tantangan yang komplek, baik bagi individu, kelompok, maupun organisasi. Peluang dan atau tantangan dapat diantisipasi oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya manusia (SDM) merupakan sumber daya terpenting yang dimiliki oleh suatu organisasi, salah satu implikasinya ialah bahwa investasi terpenting yang mungkin dilakukan oleh organisasi adalah di bidang sumber daya manusia (Sondang P.Siagian, 2000:181). Terlebih lembaga pendidikan yang selama ini diyakini sebagai salah satu strategi yang efektif dalam mencetak lulusan (output) yang memiliki kualitas SDM yang handal.

Pendidikan merupakan modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu mengelola sumber daya alam dan memberi layanan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hampir semua bangsa berusaha meningkatkan kualitas pendidikannya termasuk Indonesia.

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah diterbitkannya Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 50 ayat 3 menyatakan bahwa


(22)

commit to user

“Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf Internasional”.

Pada lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menegaskan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi berwenang sebagai penyelenggara dan/atau pengelola satuan pendidikan program studi bertaraf internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah Kabupaten/Kota berwenang sebagai penyelenggara dan pengelola satuan pendidikan sekolah dasar bertaraf internasional.

Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendidikan nasional, diperlukan acuan dasar (benchmark) bagi setiap penyelenggara satuan pendidikan. Terkait dengan itu, terdapat tujuh kriteria penyelenggaraan pendidikan yang harus menjadi pedoman agar tujuan dapat terwujud. Ada pun kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistik.

2. Proses pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis.

3. Hasil pendidikan yang bermutu dan terukur.

4. Berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.

5. Tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik secara optimal.


(23)

6. Berkembangnya pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan pendidikan.

7. Terlaksananya evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.

Sesuai dengan amanat perundang-undangan, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan SMA yang berpotensi untuk melaksanakan proses layanan pendidikan yang berkualitas untuk menghasilkan lulusan yang memiliki potensi dan prestasi berdaya saing secara nasional maupun internasional.

Pelayanan pendidikan yang berkualitas tersebut diawali dengan program rintisan SMA Bertaraf Internasional yang dikembangkan dengan memberikan kualitas kepada stakeholders. Keberhasilan penyelenggaraan program Rintisan SMA Bertaraf Internasional dapat pula menjadi bahan rujukan bagi lembaga penyelenggara pendidikan lain untuk memberi jaminan kualitas. Jika jaminan kualitas diimplementasikan secara luas, maka kualitas pendidikan secara nasional akan meningkat, sehingga pada akhirnya peningkatan kualitas pendidikan akan berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia secara nasional.

Agar kualitas pendidikan sesuai dengan apa yang seharusnya dan diharapkan oleh masyarakat maka perlu ada suatu acuan atau standar, sehingga setiap sekolah secara bertahap dapat mencapai standar yang telah ditentukan. Acuan tersebut bersifat nasional dan upaya pembinaan sekolah diarahkan untuk mencapai standar nasional. Apabila sekolah telah mampu mencapai standar nasional, selanjutnya dapat dikembangkan untuk mencapai standar internasional.


(24)

commit to user

Dengan kata lain, standar nasional pendidikan adalah target minimal yang harus dicapai dalam peningkatan mutu pendidikan.

Kebijakan yang digulirkan oleh pemerintah pusat kepada daerah, dalam pelaksanaannya tidak selalu mulus dalam arti semua kebijakan dapat dilaksanakan di daerah. Hal ini menjadi kendala untuk mengimplementasikan diantaranya adalah kesiapan sumber daya alam, sumber daya manusia, peran serta pemangku kepentingan, dana, dan sebagainya.

Sekolah yang telah ditetapkan sebagai RSBI dalam pelaksanaannya harus memenuhi delapan standar yang sekaligus menjadi sasaran untuk pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri yaitu terdiri: standar akreditasi, standar kurikulum, standar proses pembelajaran, standar penilaian, standar pendidik, standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, dan standar pengelolaan serta standar pembiayaan pendidikan. Dalam praktik pengelolaannya, semua komponen tersebut merupakan obyek penjaminan mutu pendidikan. Maksudnya adalah bahwa mutu pendidikan yang akan dicapai oleh sekolah obyeknya adalah komponen-komponen pendidikan tersebut. Tingkatan dan kualifikasi mutu pendidikan yang akan dicapai sebagai RSBI untuk menuju SBI minimal adalah bertaraf atau setara dengan tingkatan dan kualifikasi mutu pendidikan dari negara-negara anggota OECD, negara-negara maju lain, dan atau sekolah bertaraf internasional lain, baik dari dalam maupun luar negeri. Komponen-komponen pendidikan dalam sistem tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu dalam IKKM dan IKKT. Oleh karena itu, setiap sekolah yang menyelenggarakan pendidikan sebagai


(25)

RSBI/SBI harus didasarkan atas kedua hal tersebut untuk dapat dipenuhi semuanya.

Bagi sekolah yang ditetapkan menjadi RSBI, maka diharapkan sekolah tersebut mampu melakukan langkah-langkah strategis, sebagai suatu persiapan menuju sekolah yang benar-benar memiliki karakteristik internasional yang mandiri. Strategi yang dapat ditempuh secara ideal antara lain melalui analisis kondisi dan potensi satuan pendidikan di sekolahnya sendiri, untuk mengetahui sejauh mana potensi kekuatan sekolah untuk menjadi RSBI, seberapa besar kelemahan yang ada, seberapa besar ancaman dari dalam dan luar sekolah, serta seberapa besar peluang yang ada bagi sekolah untuk melaksanakan RSBI. Dari hasil analisis ini selanjutnya sekolah secara khusus dapat melakukan berbagai langkah yang tepat untuk mengatasi berbagai kendala, kelemahan, dan ancaman yang timbul, sehingga sekolah mampu menjalankan RSBI secara baik dan profesional menurut kemampuan dan kondisi masing-masing.

Kebijakan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), M Nuh, yang menghentikan pendirian sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) tahun pelajaran 2011/2012, menunjukkan bahwa belum tercapainya kesesuaian antara Standar Nasional Pendidikan (SNP) dengan kondisi satuan pendidikan.

Pemberhentian izin pendirian RSBI disebabkan makin menjamurnya sekolah tersebut dan tanpa kontrol ketat, serta belum dipenuhinya alokasi 20 persen siswa berprestasi dari keluarga miskin. RSBI yang cenderung eksklusif dan menarik biaya mahal sebagai salah satu faktor pendorong Kemendiknas mengeluarkan aturan penghentian izin pendirian RSBI.


(26)

commit to user

Menanggapi hal tersebut Evaluasi Forum Pendidik Independen Indonesia (FGII) terhadap RSBI dan SBI menyebutkan dari sisi fasilitas, sarana dan prasarana gedung sekolah memang terpenuhi. Namun, sumber daya manusia (SDM) masih kedodoran (http://diksia.com/bergulirnya-permasalah-rsbi-di-dunia-pendidikan/)

Semua sekolah memang punya potensi untuk berkembang menjadi RSBI. Namun untuk bisa menerapkan kurikulum internasional, tidaklah semudah digambarkan. Sebab kurikulum internasional yang akan diadopsi itu memiliki standar yang harus dipenuhi oleh sekolah. Dari segi sarana prasarana misalnya, kurikulum internasional itu sudah mengarah ke basis teknologi informasi. Setiap ruangan belajar harus memiliki fasilitas multimedia untuk mendukung materi pembelajaran. Hal ini harus didukung dengan kemampuan pendidik dalam menguasai TIK. Demikian juga dengan bahasa pengantar pembelajaran, sudah mengarah ke bilingual, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Ini juga menuntut kesiapan dari masing-masing pendidik mata pelajaran.

Untuk mewujudkan pelaksanaan kurikulum tambahan tentunya sekolah membutuhkan tambahan dana untuk menyediakan sarana dan prasarana seperti Laboratorium TIK, Bahasa, Multimedia dan Science /Technology serta tenaga pendidik yang baik dan tentunya juga berstandar Internasional. Anggaran dana tambahan tersebut sesuai era otonomi daerah rencananya disediakan oleh pemerintah pusat dan daerah dengan perimbangan 40% : 60%. Namun pada implementasinya rencana ini belum terlaksana baik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kekurang sesuaian Visi, Misi dan Strategi antara pemerintah


(27)

pusat dan daerah sehingga akan berpotensi menghambat percepatan pencapaian tujuan didirikannya RSBI.

Dalam bidang tenaga pendidik selain memenuhi Standar Pendidik semua pendidik mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK, pendidik mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan mampu mengampu pembelajaran berbahasa Inggris.

Dalam penilaian disamping memenuhi standar penilaian yang berlaku nasional, namun demikian karena rintisan SMA bertaraf internasional adalah sekaligus juga sekolah yang merujuk sekolah yang bertaraf internasional, maka sekolah harus memfasilitasi peserta didiknya yang ingin mengikuti ujian mendapatkan ijazah/sertifikat internasional untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Untuk mengikuti ujian internasional membutuhkan dana yang tinggi, karena itu memerlukan dukungan dana dari orang tua atau stakeholder sekolah. Demikian juga pada bidang-bidang yang lain, selain memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) masih harus mempunyai nilai lebih.

Untuk memenuhi hal-hal tersebut tidak mudah baik bagi sekolah, para pendidik, orang tua/wali peserta didik dan peserta didik itu sendiri. Dari segi penilaian berbasis TIK pasti membutuhkan biaya yang sangat tinggi, pengadaan multi media, fasilitas TIK tiap ruang kelas, laptop bagi para pendidik, laptop bagi peserta didik. Biaya tersebut tidak mungkin akan terpenuhi hanya dari dana pendamping yang diberikan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, kekurangan pendanaan akhirnya dibebankan pada orang tua/wali peserta didik. Sehingga orang tua/wali peserta didik mengeluarkan biaya pendidikan


(28)

putra-commit to user

putrinya lebih banyak. Tidak sedikit orang tua berpenghasilan minim tidak mampu menyekolahkan putra-putrinya di sekolah RSBI. Meskipun ada alokasi beasiswa dari dana pendamping Pemerintah Pusat untuk peserta didik tidak mampu. Tetapi kebutuhan harian untuk memenuhi sarana belajar masih tinggi.

Sejalan dengan program pemerintah tentang SBI, di Kabupaten Gunungkidul baru ada satu SMA RSBI, yaitu SMA N 1 Wonosari. Dengan menjadi RSBI, sekolah berkewajiban menciptakan sistem penilaian pembelajaran yang tentu lebih baik. Lebih baik yang dimaksud adalah penilaian pembelajaran yang tentu saja memenuhi standar penilaian yang telah ditetukan pemerintah. Namun belum menjamin bahwa semua pendidik di SMA RSBI SMA N 1 Wonosari dalam penilaian pembelajaran sudah memenuhi standar penilaian yang ditetapkan oleh pemerintah.

Hasil Ujian Nasional program RSBI SMA N 1 Wonosari tahun pelajaran 2009/2010 pada mata pelajaran matematika ada peserta didik yang memperoleh nilai 3,00, ini berarti ada peserta didik program RSBI SMA N 1 Wonosari tidak lulus ujian nasional. Hasil TPM Kelas X tahun pelajaran 2010/2011 semester genap program RSBI SMA N 1 Wonosari prestasi matematika paling rendah. Tabel 1.1 Rataan hasil TPM semester genap tahun pelajaran 2010/2011

Bhs. Ind

Bhs. Ing

Mtk Bio Fis Kim Eko Geo Sos Sej

5,42 6,95 4,82 7,20 5,30 6,31 6,75 6,17 7,81 6,60 Sumber SMA N 1 Wonosari.


(29)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidaklah hal mudah. Untuk itu perlu usaha keras dalam segala bidang khususnya bidang pendidikan. Pendidikan yang baik akan menghasilkan manusia yang siap bersaing di kancah daerah, nasional ataupun global. Penelitian yang muncul dari hal ini adalah apakah tingkat Pendidikan yang tidak memenuhi standar mutu akan menghasilkan SDM yang rendah.

2. Sistem penerimaan peserta didik baru pada program RSBI yang kurang tepat dimungkinkan akan menghasilkan prestasi lulusan RSBI lebih rendah dengan sekolah reguler. Oleh karena itu perlu diteliti efisiensi penyelenggaraan penerimaan peserta didik baru.

3. Mengembangkan sekolah dari RSBI menjadi SBI bukanlah hal yang mudah. Ini disebabkan karena sekolah tidak hanya dituntut meningkatkan sarana prasarana saja tetapi juga dituntut meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan, meningkatkan pelaksanaan proses pembelajaran dengan berbagai inovasi sehingga pembelajaran menjadi berkualitas, menyiapkan sistem manajemen dengan baik, mengubah kultur/budaya sekolah. Penelitian yang muncul dari hal ini adalah usaha apa yang dilakukan sekolah untuk mengembangkan sekolah dari RSBI menjadi SBI dan kendala apa yang dihadapi sekolah dalam mengembangkan sekolah dari RSBI menjadi SBI.


(30)

commit to user

4. SMA N 1 Wonosari telah ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dalam pelaksanaannya belum bisa menjamin memenuhi delapan standar nasional pendidikan dan ditambah pengayaan peningkatan mutu pendidikan yang mengacu pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional pada negara-negara OECD. Penelitian yang muncul dari hal ini adalah bagaimana standar penilaian pembelajaran matematika yang dilaksanakan di RSBI SMA N 1 Wonosari.

5. Karakteristik pendidik mata pelajaran berbeda-beda sehingga pemahaman dan pelaksanaan teknik penilaian pada tiap-tiap sekolah berbeda tergantung kreaktivitas masing-masing pendidik. Penelitian yang muncul dari hal ini adalah apakah semakin tinggi tingkat pendidikan pendidik semakin kreaktif menentukan teknik penilaian dalam melaksanakan penilaian peserta didik. 6. Penilaian hasil belajar oleh pendidik belum dilakukan secara

berkesinambungan, tidak memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik. Penelitian yang muncul dari hal ini adalah apakah penilaian yang berkesinambungan meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran.

7. Sebagian besar pendidik mata pelajaran matematika masih kesulitan dalam menyampaikan pelajaran dan penilaian dalam Bahasa Inggris. Penelitian yang muncul dari hal ini adalah: a) Bagaimanakah penilaian pembelajaran matematika dengan Bahasa Inggris. b) Kendala apakah yang dihadapi pendidik dalam penilaian pembelajaran matematika menggunakan bahasa Inggris. c) Usaha apakah yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan


(31)

pendidik matematika dalam penilaian pembelajaran matematika dengan menggunakan bahasa Inggris.

8. Sebagian besar pendidik di SMA N 1 Wonosari Gunungkidul kesulitan menggunakan model penilaian sekolah unggul dari negara maju yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Penelitian yang muncul dari hal ini adalah kendala apa yang dihadapi pendidik dalam menggunakan model penilaian sekolah unggul dari negara maju dan usaha apa yang dilakukan untuk meningkatkan teknik penilaian.

C. Pemilihan Masalah

Karena keterbatasan waktu dan biaya, serta agar penelitian dapat terfokus, maka dalam penelitian ini hanya menyelesaikan masalah nomor 4 pada identifikasi masalah di atas, yaitu: Bagaimana standar penilaian pembelajaran matematika yang dilaksanakan di RSBI SMA N 1 Wonosari.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pemilihan masalah, serta agar penelitian dapat terfokus maka penelitian menitikberatkan evaluasi standar penilaian pembelajaran matematika program RSBI di SMA N 1 Wonosari kelas X semester gasal tahun pelajaran 2011/2012.


(32)

commit to user

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan fokus penelitian tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Konteks (context) pada standar penilaian pembelajaran matematika di RSBI SMA N 1 Wonosari.

a. Sejauh mana standar penilaian pembelajaran matematika di RSBI SMA N 1 Wonosari sesuai dengan standar penilaian program RSBI?

b. Sejauh mana sekolah menetapkan target pencapaian dalam memenuhi standar penilaian pembelajaran matematika program RSBI?

c. Sejauh mana dukungan sekolah terhadap standar penilaian pembelajaran matematika program RSBI?

2. Masukan (input) pada standar penilaian pembelajaran matematika di RSBI SMA N 1 Wonosari.

a. Bagaimanakah standar penilaian pembelajaran matematika yang dirancang oleh pendidik matematika kelas X program RSBI?

b. Bagaimanakah standar penilaian pembelajaran matematika yang dirancang oleh sekolah program RSBI?

3. Proses (process) pada pelaksanaan standar penilaian pembelajaran matematika di RSBI SMA N 1 Wonosari.

a. Bagaimanakah pelaksanaan standar penilaian pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh pendidik matematika kelas X program RSBI?


(33)

b. Bagaimanakah pelaksanaan standar penilaian pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh sekolah program RSBI?

4. Produk (product) pada standar penilaian pembelajaran matematika di RSBI SMA N 1 Wonosari.

a. Sejauh mana tingkat prestasi matematika peserta didik kelas X dalam ulangan harian?

b. Sejauh mana tingkat prestasi matematika peserta didik kelas X dalam ulangan tengah semester?

c. Sejauh mana tingkat prestasi matematika peserta didik dalam olimpiade? d. Sejauh mana hasil ujian nasional matematika peserta didik tiga tahun

terakhir?

e. Sejauh mana hasil ujian sertifikasi matematika peserta didik?

f. Sejauh mana persentase peserta didik yang melanjutkan studi ke Perpendidikan Tinggi?

F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:

1. Konteks (context) pada standar penilaian pembelajaran matematika di RSBI SMA N 1 Wonosari.

a. Kesesuaian standar penilaian pembelajaran matematika di RSBI SMA N 1 Wonosari dengan standar penilaian program RSBI.

b. Target pencapaian sekolah dalam memenuhi standar penilaian pembelajaran matematika program RSBI.


(34)

commit to user

c. Dukungan sekolah terhadap standar penilaian pembelajaran matematika program RSBI.

2. Masukan (input) standar penilaian pembelajaran matematika dirancang di RSBI SMA N 1 Wonosari.

a. Rancangan standar penilaian pembelajaran matematika oleh pendidik matematika kelas X program RSBI.

b. Rancangan standar penilaian pembelajaran matematika oleh sekolah program RSBI.

3. Proses (process) pelaksanaan standar penilaian pembelajaran matematika di RSBI SMA N 1 Wonosari.

a. Pelaksanaan standar penilaian pembelajaran matematika oleh pendidik matematika kelas X program RSBI

b. Pelaksanaan standar penilaian pembelajaran matematika oleh sekolah program RSBI.

4. Produk (product) standar penilaian pembelajaram matematika di RSBI SMA N 1 Wonosari.

a. Tingkat prestasi matematika peserta didik kelas X dalam ulangan harian. b. Tingkat prestasi matematika peserta didik kelas X dalam ulangan tengah

semester.

c. Tingkat prestasi matematika peserta didik dalam Olimpiade. d. Hasil ujian nasional matematika tiga tahun terakhir.


(35)

f. Persentase peserta didik RSBI yang melanjutkan studi ke Perpendidikan Tinggi.

G. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan membuka wawasan tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang berkualitas, sehingga mampu bersaing di tingkat Internasional.

b. Dijadikan bahan penelitian dan kajian lebih lanjut tentang peningkatan mutu pendidikan SMA Bertaraf Internasional dan jenjang pendidikan lainnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini bagi: a. Peserta didik

Membuka pemahaman bagi peserta didik tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional sehingga peserta didik mampu beradaptasi dan melaksanakannya.

b. Lembaga sekolah

Memberi masukan pada Sekolah Rintisan SMA Bertaraf Internasional atau sekolah yang bermaksud meningkatkan kinerja menjadi Sekolah Bertaraf Internasional.


(36)

commit to user

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang apa

yang sudah dilaksanakan oleh pendidik dalam rangka

mengimplementasikan pedoman penjaminan mutu SBI untuk mata pelajaran matematika sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi kepala sekolah terhadap pendidik matematika.

d. Pendidik

Sebagai umpan balik terhadap teknik penilaian yang selama ini telah dilaksanakan dan dapat meningkatkan proses pembelajaran matematika di masa mendatang.

e. Dinas Pendidikan Gunungkidul

Sebagai bahan masukan untuk mengambil kebijakan dan pembiayaan penyelenggaraan SMA Bertaraf Internasional.


(37)

commit to user

17 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sekolah Bertaraf Internasional

Di dalam Panduan Penyelenggaraan RSMABI (2009:9) dijelaskan pengertian Sekolah Bertaraf Internasional adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan dengan menggunakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan standar salah satu negara anggota Organizatian for Economic Co-opration and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya.

Dari pengertian tersebut maka pengertian SMA BI adalah SMA Nasional yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan mengembangkan keunggulan yang mengacu pada peningkatan daya saing yang setara dengan mutu sekolah-sekolah unggul tingkat internasional.

Dengan pengertian ini, SMA BI dirumuskan sebagai berikut:

SNP (Standar Nasional Pendidikan) adalah standar minimal yang harus dipenuhi Oleh satuan pendidikan meliputi standar: isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian. Sedangkan “X” dapat berupa pengaturan, pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan yang mengacu pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional pada negara-negara OECD


(38)

commit to user

dan negara-negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.

Untuk mewujudkan SMA bertaraf internasional, Direktorat Pembinaan SMA mengembangkan program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (RSMABI) dengan menerapkan beberapa strategi utama. Pertama, pengembangan sumberdaya manusia, modernisasi manajemen dan kelembagaan. Kedua, melakukan konsolidasi untuk menemukan praktek yang baik dan pelajaran yang dapat dipetik baik melalui lokakarya atau seminar dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

B. Pelaksanaan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional

Pelaksanaan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional meliputi:

1. Proses Pembelajaran

Gagne dan Briggs (1979:3) instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal.

Proses pembelajaran SBI diatur dalam Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 pasal 5 sebagai berikut:

a. SBI melaksanakan standar proses yang diperkaya dengan model proses pembelajaran di Negara anggota OECD atau Negara maju lainnya.


(39)

commit to user

b. Proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan kontekstual.

c. SBI dapat menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris dan atau bahasa asing lainnya yang digunakan dalam forum internasional bagi mata pelajaran tertentu.

d. Pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia, pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan, pendidikan sejarah dan muatan local menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia.

e. Penggunaan bahasa pengantar bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Proses pembelajaran memberikan ruang yang cukup untuk peserta didik agar memiliki akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneuship, jiwa patriot, jiwa inovator, prakarsa, kreativitas, kemandirian berdasarkan bakat, minat dan perkembangan fisik maupun psikologisnya secara optimal yang terintegrasi pada keseluruhan kegiatan pembelajaran.

Pendidikan harus dapat mengembangkan proses pembelajaran yang membangun pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang efektif dan efisien. Mutu proses pembelajaran ditingkatkan dengan menerapkan model-model pembelajaran yang secara nyata telah berhasil diterapkan dengan baik pada sekolah unggul dari Negara


(40)

commit to user

maju (seperti: penerapan standar belajar, standar mengajar, persiapan pembelajaran, penentuan indikator hasil belajar, pemilihan bahan ajar, strategi pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan alat peraga pembelajaran, dan pemilihan sumber belajar). Menurut Whicker, et al (1997), efek positif dari pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan prestasi, sikap, kemampuan berpikir yang lebih tinggi, dan kepercayaan diri peserta didik. model penemuan terbimbing dapat menjadi salah satu pembelajaran menyenangkan dan efektik

Dumitrascu (2009). Mutu pembelajaran ditingkatkan dengan dukungan

penerapan TIK pada semua mata pelajaran serta menggunakan bahasa Inggris untuk kelompok sains dan matematika di jurusan IPA. Pengembangan berikutnya untuk mata pelajaran ekonomi pada jurusan IPS.

2. Peningkatan Mutu Penilaian

Menurut Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA bertaraf internasional (R-SMA-BI), sekolah perlu mengembangkan instrumen penilaian autentik yaitu penilaian yang diperoleh dari proses pembelajaran yang mengukur tiga ranah penilaian, yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif, termasuk penilaian portofolio. Hasil belajar peserta didik dapat diukur melalui ujian sekolah, ujian nasional, dan ujian internasional yang diperkaya dengan model penilaian sekolah unggul dari Negara maju yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Ujian sekolah dan ujian nasional bersifat wajib. Ujian internasional bersifat pilihan, karena memerlukan dukungan dana dari orang tua atau stakeholder, namun sekolah


(41)

commit to user

harus berupaya memfasilitasi peserta didik yang ingin mengikuti ujian internasional tersebut untuk mendapatkan sertifikat internasional.

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisa dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Sistem Penilaian dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip berbasis kompetensi, yaitu bahwa penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi. Penilaian pencapaian kompetensi diukur berdasarkan indikator keberhasilan belajar yang dikembangkan dari kompetensi dasar dan standar kompetensi.

Penilaian dilakukan untuk mengukur tiga aspek berikut: a. Kognitif (Pengetahuan dan Pemahaman Konsep)

b. Psikomotorik(Praktik)

c. Afektif (Sikap) meliputi penilaian terhadap motivasi, partisipasi, kedisiplinan.

Adapun mata pelajaran tertentu dengan penilaian aspek tertentu ditentukan berdasarkan aspek yang paling dominan. Penilaian dilakukan menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi/ranking seseorang terhadap kelompoknya. Sistem penilaian yang dilakukan adalah sistem penilaian berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya


(42)

commit to user

dianalisis untuk menentukan Kompetensi Dasar yang telah dan belum dicapai, serta untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik.

Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut, berupa perbaikan proses belajar selanjutnya, program, remidi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi KKM. Penilaian dilakukan dengan cara:

Tabel 2.1 Tata Cara Penilaian KKM peserta didik.

TES NON-TES

1. Tes Lisan

2. Tes Tulis dari tes subyektif dan tes obyektif

3. Unjuk kerja/praktik

1.Produk

2.Portofolio (kumpulan karangan, naskah pidato, laporan dan sebagainya)

3.Tingkah laku (skala sikap, penilaian diri, pengamatan perilaku, kuisioner, buku harian)

Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran (authentic assessment) maupun hasil akhir pembelajaran. Penilaian selama proses pembelajaran dilakukan melalui penugasan, pengamatan dan atau portofolio. Penilaian hasil akhir pembelajaran dilakukan melalui tes tertulis, hasil karya/produk dan ujian praktik

Aturan tentang penilaian dalam SBI diatur dalam Permendiknas No. 78 Tahun 2009 pasal 15 sebagai berikut:

a. SBI menerapkan standar penilaian yang diperkaya dengan system penilaian pendidikan sekolah unggul di Negara anggota OECD atau Negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.


(43)

commit to user

b. SBI menerapkan model penilaian otentik dan mengembangkan model penilaian berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

c. Peserta didik SBI wajib mengikuti ujian nasional.

d. BI melaksanakan ujian sekolah yang mengacu pada kurikulum satuan pendidikan yang bersangkutan.

e. SBI dapat melaksanakan ujian sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dalam bahasa Inggris atau bahasa asing.

f. SBI dapat memfasilitasi peserta didiknya untuk mengakses sertifikasi yang diakui secara internasional dan/atau mengikuti ujian akhir sekolah yang sederajat dari Negara anggota OECD atau Negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.

Menurut Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA bertaraf internasional (R-SMA-BI) Standar Penilaian pada Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional secara umum mengacu kepada beberapa hal berikut ini: a. Prinsip Penilaian

Pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik didasarkan pada data sahih yang diperoleh berdasarkan prinsip-prinsip penilaian melalui prosedur dan instrumen yang memenuhi persyaratan. Prinsip penilaian mengacu kepada standar penilaian meliputi: mendidik, terbuka, transparan, menyeluruh, terpadu, obyektif, berkesinambungan, adil, dan menggunakan acuan criteria.


(44)

commit to user

b. Mekanisme Penilaian

1) Penilaian dilakukan oleh dua pihak, yaitu pendidik dan sekolah.

2) Penilaian oleh pendidik dilaksanakan untuk mengumpulkan data dan membuat keputusan tentang peserta didik mengenai unit kompetensi dasar.

3) Sekolah melakukan penilaian untuk mengumpulkan data tentang peserta didik menyangkut ketercapaian standar kompetensi seluruh mata pelajaran.

4) Penilaian dilakukan dalam bentuk ulangan harian dan ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, dan kelulusan ditetapkan menggunakan Nilai Batas Ambang Kompetensi (NBAK) ideal 75%. Peserta didik yang tidak mencapai NBAK diberikan program remidi.

c. Prosedur Penilaian

Prosedur penilaian harus dirancang secara cermat, meliputi kegiatan sebagai berikut:

1) Pada saat mengembangkan silabus, pendidik mengembangkan indikator pencapaian penguasaan kompetensi dasar dan teknik penilaian yang relevan.

2) Pada saat mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran, pendidik melengkapi contoh instrument.

3) Pada saat mengembangkan instrumen untuk ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas, pendidik terlebih


(45)

commit to user

dahulu menyusun kisi-kisi yang memuat indikator yang representatif terhadap indikator-indikator yang ada di dalam silabus.

4) Pemberitahuan kepada peserta didik kapan suatu teknik penilaian akan diterapkan.

5) Pelaksanaan ulangan, baik ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, maupun ulangan kenaikan kelas dilaksanakan dengan prosedur yang benar yang menjamin azas-azas penilaian sebagaimana sudah ditetapkan dalam prinsip penilaian.

d. Intrumen Penilaian

1) Pengembangan instrumen penilaian dilakukan dengan prosedur yang benar sesuai degan kaidah pengembangan setiap jenis instrumen. 2) Instrumen yang digunakan dalam ulangan akhir semester dan ulangan

kenaikan kelas dianalisis, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif memenuhi persyaratan sebagai instrumen beracuan kriteria. 3) Instrumen yang digunakan bervariasi sesuai dengan kompetensi yang

akan diukur. Strategi asesmen seperti performance test, portofolio, test paper and pencil,dan asesmen authentic. Serta instrumen lain yang dikembangkan oleh Sekolah, termasuk standar penilaian.

4) Pola penilaian yang selama ini memberi penekanan pada aspek produk ilmiah pada ranah kognitif level rendah perlu segera disesuaikan. Berbagai referensi menyebutkan bahwa diperlukan pola penilaian proses disamping produk dan penilaian yang komprehensif yang menyangkut kognitif tingkat tinggi. Pola penilaian yang berbentuk


(46)

commit to user

problem based yang memerlukan kemampuan berpikir analisis-sintesis sangat cocok dengan pendidikan bertaraf internasional.

Kriteria standar penilaian yang dapat sekolah kembangkan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kriteria Keunggulan Standar Penilaian SMA-BI

No. Standar SMA-BI Kriteria Keunggulan SMA-BI

1. Pendidik melaksanakan penilaian yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dalam pelaksanaan

pembelajaran

Pendidik menggunakan instrumen evaluasi aspek kognitif dengan tingkat validitas soal yang terukur.

Pendidik menggunakan instrumen evaluasi afektif secara proporsional.

Pendidik menggunakan instrumen evaluasi psikomotor secara proporsional.

Sekolah memiliki model yang

mengintegrasikan sistem penilaian dalam ketiga ranah sebagai ukuran efektivitas kinerja belajar peserta didik.

2. Pendidik melaksanakan

penilaian proses 

Pendidik memiliki dokomen hasil penilaian proses.

Pendidik menggunakan sistem pengolahan hasil penilaian proses dalam mengukur efektivitas kinerja belajar.

3. Pendidik melaksanakan penilaian portopolio 

Sekolah menetapkan standar dalam pengelolaan data portopolio peserta didik. 4. Sekolah melaksanakan

ujian untuk mengukur kinerja belajar untuk memperoleh sertifikasi bertaraf internasional

Sekolah melakukan kerjasama dengan lembaga/institusi internasional dalam melaksanakan pengujian peserta didik agar memperoleh sertifikat internasional.

5. Sekolah menggunakan soal-soal olimpiade untuk menguji tingkat penguasaan

pengetahuan peserta didik

Pendidik menggunakan soal-soal olimpiade untuk melakukan pengujian tingkat kesiapan daya kompetisi peserta didik dalam menghadapi olimpiade.


(47)

commit to user

3. Peningkatan Mutu Kompetensi Lulusan

Penetapan kompetensi lulusan SMA bertaraf internasional menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi dari pada standar nasional pendidikan, meraih prestasi tingkat internasional pada bidang sains, matematika, teknologi, seni dan olahraga. Kelulusan memperoleh pengakuan internasional yang dibuktikan dengan sertifikat.

Tabel 2.3 Kriteria Keunggulan Standar Kelulusan SMA-BI

No. Standar SMA-BI Kriteria Keunggulan SMA-BI

1. Manusia berakhlak mulia, inovatif, dan kreatif.

Menetapkan indikator dan kriteria peserta didik berakhlak mulia, inovatif, dan kreatif.

2. Hasil UN di atas Standar Nasional.

Minimum rata-rata pada tingkat satuan pendidikan 7,5.

3. Menetapkan Standar Kompetesi bahasa inggris

Peserta didik memperoleh Skor TOEFL Minimum 450 atau ekuivalen dengan 45 IBT TOEFL skor.

4. Menetapkan standart pembinaan prestasi bidang akademik, olahraga dan seni.

Berhasil mewujudkan target minimal dalam waktu tiga tahun :

 6 medali tingkat kabupaten (juara I)  4 medali tingkat provinsi (juara

I,II,III)

 2 medali tingkat nasional (juara I-IV, dan harapan I,II,III)

 1 medali internasional (juara)  Memiliki bukti fisik karya peserta

didik atau pendididk yang

dipublikasikan dalam media bertaraf internasional.

5. Kompetensi bidang TIK.  Menggunakan internet sebagai sumber belajar, media komunikasi, media kolaborasi global.

 Mampu membeberkan pikiran melalui media web.


(48)

commit to user

4. Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Dalam rangka meningkatkan mutu SDM sekolah harus mengembangkan program peningkatan kompetensi pendidik melalui peningkatan kualifikasi pendidikan minimal 30 % pendidik berpendidikan S2/ S3 dari perpendidikan tinggi yang program studinya terakreditasi A dengan program studi sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Selain itu kompetensi pendidik dalam pengelolaan sistem pembelajaran ditingkatkan untuk menuju pada proses pembelajaran yang setara dengan proses pembelajaran pada sekolah unggul dari Negara maju. Untuk itu sekolah perlu mengembangkan pula kompetensi bahasa Inggris pendidik dan kompetensi pada bidang TIK terutama untuk pendidik kelompok sains dan matematika. Peningkatan mutu SDM melalui kegiatan pelatihan dalam bentuk pemagangan, studi banding, workshop (on the job training atau of the job training). Dan seminar yang dilaklukan oleh masing-masing sekolah atau bekerjasama dengan lembaga pendidikan di luar sekolah yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang relevan.

Kepala Sekolah harus mempunyai visi internasional, mampu membangun jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta jiwa kepemimpinan dan entrepreneurship yang kuat dalam memfasilitasi seluruh anggota komunitas sekolah untuk mengembangkan keunggulan kompetitif dan komparatif bertaraf internasional. Untuk mendukung kelancaran tugas tersebut kepala sekolah harus berpendidikan minimal S2 dan mampu berbahasa Inggris secara aktif. Pada usaha peningkatan mutu


(49)

commit to user

pengelolaan sekolah mengembangkan jaringan kerjasama tingkat local, nasional dan internasional dalam bentuk sister school. Dalam meningkatkan mutu prosedur pengelolaan secara bertahap sekolah perlu mengusahakan untuk memperoleh sertifikat ISO 9001 versi 2000 dan ISO 14000.

C. Standar Penilaian Pendidikan 1. Pengertian Standar Penilaian

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007: Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik

Ditinjau dari sudut profesionalisme tugas kependidikan, kegiatan penilaian merupakan salah satu ciri yang melekat pada pendidik profesional.


(50)

commit to user

Seorang pendidik profesional selalu menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran yang dilakukannya. Hal tersebut dilakukan karena salah satu indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik. Dengan demikian, hasil penilaian dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan.

Ada empat istilah yang terkait dengan konsep penilaianyang digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik, yaitu pengukuran, pengujian, penilaian, dan evaluasi.

a. Pengukuran (measurement)

Pengukuran merupakan suatu proses pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas pembelajaran (Harun Rasyid dan Mansur, 2007). Allen & Yen (1979) menyatakan bahwa: “Measurement is the assigning of numbers to individuals in a systematic way as a means of representing properties of the individuals”. (Pengukuran adalah pemberian angka-angka pada peserta didik secara sistematis sebagai alat yang mewakili kemampuan yang dimiliki para perserta didik tersebut) Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka bagi objek secara sistematik.

Pengukuran (measurement) adalah proses penetapan ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu (Guilford, 1982). Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi berdasar pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau


(51)

commit to user

kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar. Pengukuran dapat menggunakan tes dan non-tes. Pengukuran pendidikan bisa bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka, sedangkan kualitatif hasilnya bukan angka (berupa predikat ataupernyataan kualitatif, misalnya sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang), disertai deskripsi penjelasan prestasi peserta didik. Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian.

b. Penilaian (assessment)

Penilaian merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas penilaiannya. Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik, kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik. Penilaian didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang kinerja peserta didik, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan.

Menurut Permendiknas Republik Indonesia tentang Standar Penilaian Pendidikan penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian dimaknai sebagai penafsiran hasil pengukuran dan penentuan pencapaian hasil belajar (Sri Wardhani, 2004)


(52)

commit to user

Kellough dan Kellough (Swearingen, 2006) mengidentifikasi tujuan penilaian adalah untuk;(1) membantu belajar peserta didik, (2) mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik, (3) menilai efektifitas strategi pengajaran,(4) menilai dan meningkatkan efektifitas program kurikulum, (5) menilai dan meningkatkan efektifitas pengajaran, (6) menyediakan data yang membantu dalam membuat keputusan, dan (7) komunikasi dan melibatkan orang tua peserta didik.

Johson & Johson(2002) dalam Budiyono(2011) menggolongkan penilaian kedalam tiga jenis yaitu: penilaian diagnostic, penilaian formatif, dan penilaian sumatif. Penilaian diagnostik dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta didik. Dengan penilaian diagnostik, para pendidik diharapkan dapat mengetahui kesalahan dan atau miskonsepsi yang terjadi sebelum atau sesudah pembelajaran berlangsung.

Penilaian formatif dilaksanakan secara pereodik sepanjang satuan pembelajaran, misalnya setelah setiap satu pokok bahasan diberikan. Penilaian formatif memberikan balikan kepada peserta didik yang terkait dengan kemajuan yang telah ia capai. Penilaian formatif memberikan balikan kepada pendidik terkait dengan kemajuan proses pembelajaran yang dirancangnya dalam kaitanya dengan efektifitas pembelajaran yang menjadi tujuannya.

Penilaian sumatif dilakukan pada akhir satuan pembelajaran untuk menentukan status final peserta didik dan atau untuk menentukan kadar efektifitas program pembelajaran.


(53)

commit to user

Penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu (Griffin & Nix, 1991). Penilaian mencakup semua proses pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja, tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi sekolah. Instrumen penilaian untuk peserta didik dapat berupa metode dan/atau prosedur formal atau informal untuk menghasilkan informasi tentang peserta didik. Instrumen penilaian dapat berupa tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya. Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik

c. Evaluasi (evaluation)

Nitko & Brookhart dalam Harun dan Mansur (2007) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja dan hasil karya peserta didik. Evaluasi merupakan salah satu serangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Harun dan Mansur menyatakan Komponen yang harus


(54)

commit to user

dievaluasi agar hasilnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran adalah masukan, lingkungan sekolah, dan keluarannya. Selama ini yang dievaluasi adalah prestasi belajar peserta didik, khususnya pada ranah kognitif saja. Ranah efektif jarang diperhatikan lembaga pendidikan, walau semua menganggap hal itu penting, karena sulit mengukurnya, apalagi mengevaluasi ketiga komponen tersebut di atas.

Evaluasi memerlukan data hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang memiliki banyak dimensi, seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat, ketrampilan, dan sebagainya. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi besifat bertahap, maksudnya kegiatan dilakukan secara berurutan, dimulai dengan pengukuran, kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi. 2. Prinsip Penilaian

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian hasil belajar peserta didik antara lain (Depdiknas, 2008):

a. Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi.

b. Penilaian menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian kompetensi peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.

c. Penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan.

d. Hasil penilaian ditindaklanjuti dengan program remedial bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan. e. Penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran.


(55)

commit to user

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

o Sahih (valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

o Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

o Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik, dan tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa, dan jender.

o Terpadu, yakni penilaian merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

o Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. o Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup semua

aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

o Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku.

o Menggunakan acuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.


(56)

commit to user

teknik, prosedur, maupun hasilnya. 3. Teknik Penilaian

Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa Standar Isi (SI) untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Di dalam SI dijelaskan bahwa kegiatan pembelajaran dalam KTSP meliputi tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Tatap muka adalah pertemuan formal antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran di kelas. Penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik, sedangkan waktu penyelesaian kegiatan mandiri tidak terstruktur diatur sendiri oleh peserta didik

Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar teman yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

a. Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atau salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes


(57)

commit to user

kinerja. Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta didik dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan. Tes praktik (kinerja) adalah tes yang meminta peserta didik melakukan perbuatan/mendemonstasikan/ menampilkan keterampilan.

Dalam rancangan penilaian hasil belajar, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputiulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan ujian terdiri atas ujian nasional dan ujian sekolah.

Ulangan adalahproses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk melakukan perbaikan pembelajaran, memantau kemajuan dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik.

Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih.

Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah


(58)

commit to user

melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.

Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik padaakhir semester. Cakupan ulangan akhir semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.

Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan kenaikan kelas meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester genap.

Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.

Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.

Ujian Sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan


(1)

commit to user

235

Peneliti : Bagaimana rencana pengembangan implementasi TIK jangka

menengah?

SR : “Rencana pengembangan sekolah berbasis TIK merupakan

prioritas utama, sebagai sekolah Bertaraf Internasional harus menglobal yang selalu berhubungan dengan informasi (TIK). Dengan TIK semua sivitas akademika SMA N 1 Wonosari mau tidak mau harur melek Teknologi Informasi”.

Peneliti : Kendala yang dihadapi dan usaha yang telah dilakukan untuk

pemenuhan standar penilaian?

SR : “Kendala banyak pak diantaranya ya.. pendidiknya itu sendiri

yang malas untuk membuat intrumen penilaian yang valid, kemampuan TIK kurang, sarana dan prasarana terbatas.Usaha dari sekolah diadakan pelatihan,meningkatkan sarana dan prasarana”.


(2)

commit to user

Lampiran 11

Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah

Foto no. 1. Dokumentasi wawancara peneliti dengan Kepala Sekolah RSBI

SMA N 1 Wonosari. Catatan lapangan hasil wawancara

A. Identitas

Kode : HWKS

Informan : Drs. Tamsir M.Pd

Jabatan : Kepala Sekolah

Hari/Tanggal : Jumat, 23 September 2011

Waktu : 10.05 – 11.00 WIB

Tempat : Ruang Kepala Sekolah

B. Hasil kutipan wawancara dengan kepala sekolah

Peneliti : Sudah berapa lama Bapak bertugas di SMA ini?

Kepsek : “Saya bertugas disini hampir 2 tahun,mulai April 2009”.

Peneliti : Bagaimana sejarah perkembangan sampai SMA N 1 Wonosari

memjadi RSBI?

Kepsek : “Mengenai sejarah menjadi RSBI yang tahu persis nanti pengelola

program bapak Sur. SMA N 1 Wonosari Berdiri tahun 1964 dalam perkembangannya pada tahun pelajaran 2006/2007 sekolah membuka program SBI dengan biaya swadaya belum ada bantuan dari pemerintah,setahun kemudian pada tahun pelajaran 2007/2008 mendapat subsidi. Khusus pada program IPA yang Program IPS dan bahasa program regular biasa.Pada tahun pelajaran 2009/2010 SMA N 1 Wonosari menjadi RSBI.


(3)

commit to user

Peneliti : Apa Visi dan Misi SMA N 1 Wonosari? Apakah visi SMAN 1

Wonosari sudah mampu menghadapi tantangan secara global dan apakah sesuai dengan harapan sekolah RSBI?

Kepsek : “Menurut bahasa saya ya!, SMA N 1 Wonosari ingin menghasilkan

lulusan: 1) yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang mempuyai daya saing global, 2) berbudi pekerti luhur,berbudaya Pancasila dan seterusnya. 3) yang peduli terhadap kesetaraan gender, linkungan dan hak asasi manusia”..Jadi visi itu telah mampu menjawab tantangan global dan harapan sebagai sekolah RSBI yaitu mewujudkan lulusan yang membanggakan yang merupakan bagian masyarakat yang beradab dan bermartabat”.

Peneliti : Sekolah sedang melaksanakan program Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI). Menurut Bapak, seperti apakah program RSBI itu?

Kepsek : “Begini Pak, program RSBI itu sebenarnya sama dengan sekolah

nasional yang lain, hanya bedanya ditambah pengayaan..RSBI adalah cara untuk memacu anak dengan kurikulum plus yang setara dengan luar negeri, bukan menyiapkan, jadi harus ada strategi yang lebih dari sekolah regular”.

Peneliti : Bagaimana model kurikulum dari SMA N 1 Wonosari? Apa yang

membedakan dengan SMA lainya di Gunungkidul?

Kepsek : “Model kurikulum sama dengan SMA yang lain yaitu

menggunakan kurikulum nasional (SNP). yang membedakan ditambah kurikulum pengayaan yang diadopsi dan adaptasi dari Combrigde”.

Peneliti : Apa yang melatar belakangi SMA N 1 Wonosari mengikuti RSBI?

Kepsek : “Ya kebijakan dari pemerintah karena disetiap kabupaten

sekurang-kurangnya ada satu RSBI, maka SMA 1 yang ditunjuk karena masyarakat Gunungkidul menyadari bahwa SMA 1 mempunyai input yang bagus”.

Peneliti : Mohon penjelasan bapak tentang standar penilaian program RSBI

di SMA N 1 Wonosari?

Kepsek : “Standar penilaian yang dilaksanakan di SMA N 1 Wonosari sesuai

dengan SNP yaitu penilaian yang dilaksanakan oleh pendidik, sekolah, dan oleh pemerintah. Ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian sekolah, ujian nasional, dan ditambah ujian sertifikasi bagi peserta didik yang ingin mengikuti ujian sertifikasi, karena tidak semua peserta didik di SMA ini mengikuti ujian sertifikasi Dalam beberapa hal ada perbedaan, ulangan harian di SMA 1 Wonosari wajib menggunakan essai. Jadi menggunakan uraian maksudnya anak agar benar-benar menguasai kompetensi, sehingga dia kalau tes berbentuk uraian mau tidak mau anak menguasai masalah, menguasai uraiannya, menguasai detilnya. Kemudian pada ulangan mid semester dan semester merupakan evaluasi sekolah harus menggunakan obyektif, agar mudah diukur, sejauh mana


(4)

commit to user

pencapaian keberhasilan proses pembelajaran, dengan cara itu maka akan terbangun budaya belajar, penguasaan kompetensi yang sebenarnya. Kemudian pada akhir semester sekolah akan mengukur secara riil nilai melalui ulangan secara obyektif, nilai tidak bisa ditambah atau dikurangi, dari situ kita dapatkan informasi yang nyata tentang keberhasilan proses pembelajaran.”

Peneliti : Mengapa KKM kurang dari 75?

Kepsek : “KKM kurang dari 75 karena kita membca betul secara nyata

unsur-unsur yang menentukan KKM, saya tidak ingin memaksakan diri kalau memang pada kenyataannya belum sampai, jadi kalau kita memaksakan diri khawatir saya adalah nanti ada penilaian-penilaian semu yang memaksakan diri agar nilainya sama dengan KKM, kalau itu terjadi maka membawa kebohongan kepada anak-anak, artinya nilai anak tidak merupakan nilai riil. Lebih baik KKM dipertahankan pada tahapan sekarang dan dinaikkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan kita meningkatkan KKM itu. Kejujuran lebih penting dari pada memaksakan diri sesuatu yang belum sampai?>

Peneliti : Bagaimana keadaan,profil, dan kualifikasi SDM yang ada saat ini

dalam mencapai visi dan misinya?

Kepsek : “Sekolah kami belum mampu memenuhi ketentuan 30% kuota

guru berpendidikan srata dua (S2) dari jumlah total guru yang ada di sekolah ini, saat ini kami baru mampu memenuhi 10% guru berpendidikan S2, sehingga belum sesuai ketentuan pemerintah pusat.Meskipun sulit memenuhi kuota guru dalam waktu cepat, namun SMAN 1 wonosari berupaya meningkatkan jumlah guru S2 secara bertahap. Saat ini terdapat sebanyak 10 guru yang sedang menempuh program pascasarjana di UNY dan UNS, dengan begitu, pada 2012 terget 30% terpenuhi”.

Peneliti : Bagaimana kesiapan sarana dan pra sarana dan fasilitas untuk

mendukung proses pembelajaran/?

Kepsek : “Sebenarnya mengembangkan sekolah ini disiapkan bukan untuk

SBI oleh karena itu sarana dan pra sarana ya! kurang lengkap untuk program RSBI, tapi memang ada perubahan dari awal mengikuti program RSBI sampai sekarang ada peningkatan yang cukup banyak. Saat ini setiap ruang dilengkapi: kipas angin, lampu penerang, LCD dan layar, speaker sentral dan aktif. Sarana lain yang dimiliki Hotspot yang menjangkau lebih dari 75% area sekolah”.

Peneliti : SBI itu adalah SNP + X untuk SMA N 1 Wonosari faktor X nya

ini apa pak?

Kepsek : “SMA N 1 Wonosari menetapkan bahwa sekolah

mengembangkan pendidikan berbasis keunggulan global melalui ekstra dan intra kurikuler dalam bentuk : Bahasa Inggris, Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT), dan adaptasi Cambridge


(5)

commit to user

Peneliti : Bagaimanakah penerapan langkah-langkah penjaminan mutu

dalam menerapkan 8 standar nasional pendidikan?

Kepsek : “SMA N 1 Wonosari mimiliki sistem informasi hasil analisis

evaluasi kinerja, melaksanakan pemantauan kinerja dan pencapaian target output”.

Peneliti : Apakah SMA N 1 menerapkan manajemen mutu berstandar ISO?

Kepsek : “Sekolah merencanakan manajemen mutu bersatandar ISO, kami

menunggu SK mungkin dalam bulan ini keluar SK”.

Peneliti : Bagaimanakah keyakinan sekolah dalam mewujudkan mutu

terbaik?

Kepsek : “Begini Pak kami mempunyai target mutu siswa, guru, TU bahkan

kepala sekolah. Bapak bisa lihat bagaimana perkembangan prestasi siswa SMA N 1 Wonosari di Gunungkidul pada tahun terakhir ini”.

Peneliti : Bagaimana kesan bapak terhadap guru matematika selama Anda

memimpin sekolah ini?

Kepsek : “Guru matematika baik, berangkat dari guru yang ada kelebihan

satu guru matematika. Karakteristik guru berbeda-beda, Ya sudah menjadi tugas kepala sekolah untuk membina”.

Peneliti : Apakah ada kemudahan guru dalam melanjutkan pendidikan?

Kepsek : “Pada prinsipnya kami mendukung bagi teman-teman guru untuk

melajutkan pendidikan dan sekolah memberi subsidi dana sebesar 10 juta bagi guru yang mengikuti program pascasarjana, tetapi jika sebagian guru terfokus mengikuti program pascasarjana, maka kami khawatir proses belajar mengajar menjadi terbengkelai”.

Peneliti : Bagaimanakah pengembangan bahasa Inggris di SMA N 1

Wonosari?

Kepsek : “Pengembangan untuk siswa menjadi eksta wajib bagi kelas X

materi conversations dan kelas XI materi TOEFL, bagi guru pada hari ke-5 MGMP internal wajib mengunakan bahasa Inggris sepanjang satu tahun, untuk hari ke-6 MGMP eksternal menggunakan bahasa Inggris”.

Peneliti : Apakah pelaksanaan pembelajaran sains, matematika dengan

bahasa pengantar bahasa Inggris?

Kepsek : “Ya kami programkan bertahap target sementara adalah mata

pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan Bahasa Inggris itu sendiri”.

Peneliti : Apakah guru matematika membuat perencanaan intrumen

peniliaian sesuai dengan indikator keberhasilan belajar siswa?

Kepsek : “Ya harus, dalam RPP yang dibuat harus merumuskan teknik

penilaian tes obyektif atau uraian atau portofolio atau non tes”

Peneliti : Apakah SMA N 1 Wonosari menggunakan model penilaian

sekolah unggul dan negara maju yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan?

Kepsek : “Sekolah kami menghimpun soal soal sebanyak 1500 butir soal

setiap mapel, sekarang berbasis Cambridge 300 butir soal. Sekolah akan mengembangkan tes yang berbasis computer “.


(6)

commit to user

Peneliti : Menurut bapak, kendala apa yang dihadapi oleh sekolah

sehubungan dengan pemenuhan standar penilaian terutama untuk mata pelajaran matematika?

Kepsek : “Terutama sebenarnya juga kultur budaya,jadi memang ternyata

masayarakat kita bukan hanya guru matematika kalau dibawa ke dalam kultur kerja yang baik, yang disiplin, tepat waktu, mengikuti langkah-langkah prosedur yang ditetapkan dalam membuat soal dan penilaian ternyata memang perjuangannya cukup berat. budaya bekerja semampunya dibawa menjadi budaya yang bekerja cara yang terbaik menjadi hasil yang terbaik. Mengubah perilaku menjadi disiplin,tertib, tidak terlambat dan sebagainya. Program RSBI yang belum dipahami seluruh komponen sekolah”.

Peneliti : Bagaimana usaha yang dilakukan sekolah untuk mengatasi kendala

tersebut?

Kepsek : “Langkah-langkah yang ditempuh dengan melakukan efisiensi

sumberdaya pendidik dan kependidikan, meningkatkan efektifitas pembelajaran, tahap demi tahap melengkapi sarana belajar, dan standarisasi penjaminan mutu”.