Deiksis Waktu Deiksis Luar-Tuturan Eksofora
1 Sue introduced me to her mother.
2 He‟s saying that your hair will fall out.
Kalimat pada 1 merupakan anafora, sedangkan kalimat 2 tidak. Kata he pada kalimat 2 menunjuk pada hal yang di luar bahasa eksoforis. Kasus kata he pada
kalimat 2, kata her pada kalimat 1 adalah endoforis. Kata her mengacu pada konstituen formatif Sue sesuatu yang berada di dalam bahasa, meskipun kata Sue
itu sendiri menunjuk pada orang tertentu sesuatu yang di luar bahasa. Kata her yang merupakan bentuk anafora, mengacu pada konstiuen di sebelah kirinya.
Maka, kasus seperti di dalam kalimat 1 yang disebut anafora, sedangkan kalimat 2 tidak. Deiksis endofora anafora dibagi mejadi dua bagian yaitu deiksis anafora
bentuk persona dan deiksis anafora bentuk bukan persona. Deiksis anafora bentuk persona, memiliki konstituen disebelah kiri dengan
yang ditunjuk berupa persona. Purwo 1984: 05 menyatakan bahwa di antara bentuk-bentuk persona hanya kata ganti persona ketiga yang dapat dijadikan
pemarkah anafora dan katafora. Purwo 1984: 22 menyatakan bahwa orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan tetapi menjadi bahan
pembicaraan, atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif diberi “topeng” yang disebut
persona ketiga. Yang termasuk kata ganti diri orang ketigapersona ketiga yaitu ia, dia, -nya, beliau
, tunggal dan –nya, mereka jamak. Misalnya: Shakira akan
menghadiri pertemuan PBB di New York tahun 2016, ia diperkirakan akan mengikuti beberapa kegiatan. Berdasarkan contoh tersebut terdapat wujud ia
yang merupakan deiksis endofora persona yang memiliki acuan pada konstituen disebelah kiri, maka wujud ia pada kalimat tersebut merujuk pada Shakira.
Deiksis anafora bentuk bukan persona, Purwo menjelaskan bahwa kata ganti persona ketiga dapat memiliki rujukan pada nomina insan dan bukan insan,
tetapi Purwo 1984: 111 mengkhususkan bahwa dalam bahasa Indonesia nomina bukan insan tidak memiliki bentuk pronominal yang bebas mengenai bentuk
pronominal yang terikat bagi nomina bukan insan; hanya dalam konteks tertentu bentuk ia dan dia dapat digunakan sebagai pemarkah anafora bagi nomina bukan
insan. Purwo 1984: 114-115 menjelaskan bahwa bentuk –nya dapat pula
menjadi pemarkah anafora bagi bentuk bukan persona yang jamak maupun tunggal. Salah satu strategi yang dipakai dalam pemarkah anafora yang bukan
persona ialah menyebut ulang bentuk formatif titik tolaknya dan dirangkaikan dengan kata itu. Selain kata itu, dapat juga berupa ini, demikian, begitu, tersebut,
sana . Purwo, 1984: 131 menjelaskan bahwa kata sana dapat dipergunakan
sebagai penarkah anafora bukan persona. Jadi, yang merupakan deiksis anafora bukan persona yaitu ia, dia, -nya, itu, ini, demikian, begitu, tersebut, sana.
Misalnya pemerintah Indonesia akan menerapkan program Jaminan Kesehatan Nasional. Program ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
yang membutuhkan. Berdasarkan kalimat tersebut terdapat wujud deiksis ini yang memiliki rujukan pada konstituen disebelah kiri. Maka, wujud ini pada kalimat
tersebut memiliki rujukan pada program Jaminan Kesehatan Nasional. Maka, dapat diketahui bahwa deiksis anafora deiksis anafora persona dan deiksis
anafora bukan persona memiliki rujukan pada konstituen sebelah kiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI