Implikatur Ruang Lingkup Pragmatik

datang tepat waktu”, “Saya minta maaf karena datang terlambat”, “Saya menamakan kapal ini Elisabeth”, maka yang bersangkutan tidak hanya mengucapkan tetapi juga melakukan tindakan berjanji, meninta maaf, dan menamakan. Tuturan-tuturan tersebut dinamakan tuturan performatif, sedangkan kata kerjanya juga disebut kata kerja performatif. Tindak ujaran juga mengadung tiga hal yang penting dalam tindak ujaran. John R Searle dalam Rahardi 2003: 70-72 menyatakan ada tiga macam tindak ujarantindak tutur antara lain tindak lokusioner locutionary acts, tindak ilokusioner illocutionary acts, dan tindak perlokusioner perlocutionary acts. Tindak lokusioner adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat itu. Tindak tutur ini disebut juga the act of saying something. Dalam tindak lokusioner tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disapaikan oleh si penutur. Tindak ilokusioner adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi yang tertentu pula. Tindak tutur ini disebut the act of doing something. Pada tindakan ini penutur berharap mitra tutur melakukan sesuatu atas perkataannya. Tindak perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengauh kepada diri sang mitra tutur. Tindak tutur semacam ini disebut the act of effecting someone. Berdasarkan hal di atas jika disimpulkan untuk pengertian tindak tuturtindak ujaran adalah suatu ujaran berupa frasa atau kalimat yang disertai dengan sebuah tindakan yang dapat memberikan pengaruh bagi mitra tutur. Contohnya selain pada paragraf pertama ialah Lokusi “Kepalaku pusing” dimakudkan memberitahu mitra tutur bahwa penutur mengucapkan kata-kata itu, si penutur memang sedang sakit kepala. Ilokusi: penutur berharap mitra tuturnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bukan hanya mengetahui kalau penutur sakit kepala atau pusing tetapi penutur berharap jika mitra tutur mengambilkan atau membelikan obat sakit kepala, memijit kepala penutur, dan sebagainya. Perlokusi tuturan Kepalaku pusing juga memberikan efek takut kepada mitra tutur kepada anak kecil supaya tidak melihat permainan tong setan, karena jika melihat itu mitra tutur dapat pusing melihat permainan itu, sehingga mitra tutur menjadi takut untuk melihat permainan itu.

2.2.4 Deiksis sebagai Fenomena Pragmatik

Linguistik yang merupakan ilmu tentang bahasa seiring dengan perkembangannya telah melahirkan cabang-cabang ilmu baru, salah satunya pragmatik. Menurut Levinson 1983: 9 pragmatik adalah studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Jadi pragmatik mempelajari bahasa kaitanya dengan konteks. Konteks di sini merupakan situasi dan keadaan ketika ujaran itu diucapkan. Pragmatik seiring dengan perkembangannya memiliki cabang-cabang yang terdiri dari empat yaitu implikatur, presuposisi, tindak ujaran, dan deiksis. Setiap cabang ini memiliki masing-masing kegunaan. Ketika akan melakukan analisis terhadap suatu ujaran atau kalimat bahasa tentang ujaran ketika diucapkan diikuti dengan tindakkan maka alat analisisnya menggunakan tindak ujar, jika ingin menganalisis suatu bahasa dengan melihat kata yang sama memiliki rujukan atau maksud yang berbeda-beda maka alat analisisnya menggunakan deiksis, dan sebagainya.