penjelasan Leech juga menunjukkan bahwa dalam analisis maksud pragmatik harus melihat konteks dari tuturan itu.
Maksud sebagai sesuatu yang luar ujaran dilihat dari segi si pengujar, orang yang berbicara, atau pihak subjeknya. Orang yang berbicara itu
mengujarkan suatu ujaran entah berupa kalimat maupun frasa, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri Chaer,
1990: 35. Oleh sebab itu, mitra tutur harus mampu menafsirkan maksud sebuah tuturan berdasarkan konteksnya. Jika dikaitkan dengan teori pragmatik yang
menjelaskan bahwa ilmu pragmatik mengkaji maksud tuturan berdasarkan konteksnya. Maka, dapat diketahui bahwa maksud khususnya dalam pragmatik
merupakan sebuah pemahamanpenafsiran yang dimiliki oleh mitra tutur tentang isi ujaran dari penutur yang dihubungkan dengan konteks siapa penuturnya,
kepada siapa, kapan dituturkan, dimana dituturkan, dan berkaitan dengan apa tuturan itu diucapkan. Maksud memiliki peranan yang sangat penting karena
tanpa sebuah maksud penutur tidak akan melakukan ujaran dengan mitra tuturnya. Ketika penutur dan mitra tutur berkomunikasi baik secara langsung
maupun tidak langsung, maksud harus dipahami secara benar dan jelas oleh mitra tutur karena jika tidak tersampaikan dengan jelas maksud itu, maka akan terjadi
sebuah kesalahpahaman antara penutur dan mitra tutur. Hal ini dalam kaitannya dengan ilmu pragmatik, maksud dikaji dalam sebuah tuturan, maka ini menjadi
hal yang paling diutamakan. Sebuah maksud dapat diterima dengan baik oleh mitra tuturpembaca juga tidak lepas dari konteks. Suatu maksud akan dapat
dipahami oleh mitra tutur dari penutur karena adanya konteks yang mendukung dari maksud si penutur atau penulis.
2.2.6 Opini
Menurut Kuncoro dalam Rahardi 2012: 29 artikel opini atau opini adalah tulisan lepas yang dibuat seseorang
– lazimnya bukan orang yang berada dalam redaksi media yang bersangkutan
– untuk mengupas masalah aktual danatau masalah kontroversial tertentu. Melalui hal itu dapat diketahui bahwa opini
merupakan pendapat seseorang terhadap sesuatu hal. Opini dalam wujudnya dapat berupa opini lisan dan tulis. Opini lisan berupa ucapanperkataan dari
seseorangtanggapan seseorang secara langsung terhadap sesuatu hal. salah satu contohnya adalah seorang pakar yang diundang disalah satu stasiun televisi untuk
dimintai komentarpendapatnya terhadap suatu topik berita. Sedangkan, opini tulis biasanya berupa opini seseorangargument seseorang terhadap sesuatu hal dengan
cara menuliskannya pada lembaran kertas. Jika dilihat pendapat ahli di atas opini tulis biasanya berada disurat kabar yang berada di rubrik opini. Pada bagian itulah
penulis opini dapat mencurahkan semua pikiranidenya terhadap sesuatu hal. penulis bebas mengkritisi sesuatu hal tanpa dipengaruhi oleh pihak lain,
subjektivitas pada opini sangatlah kental, sehingga opini kadang dapat mempengaruhi atau menyakinkan seseorang. Hal ini sejalan dengan pendapat
Rahardi 2012: 34 yang mengatakan bahwa opini digunakan untuk memengaruhi dan meyakinkan atau menegaskan. Opini memang dapat pula digunakan untuk
menghibur – karena “persikerasan” di dalam opini, apalagi kalau opini itu sampai
dapat mengundang polemik, sering kali juga akan “menghibur” banyak orang. Sejalan pula dengan pendapat Kuncoro dalam Rahardi 2012: 34 yang
menyatakan bahwa tujuan opini adalah untuk memberi tahu, mempengaruhi, meyakinkan, atau menghibur pembaca. Selain itu, penulis opini disurat kabar pasti
dituliskan identitas si penulis dan disertakan pula identitas dimanamenjabat sebagai apa si penulis opini itu hal ini dikarenakan untuk menghindari si penulis
opini adalah orang dalam sebuah redaksi surat kabar. Contohnya pada harian Koran Tempo
pada rubrik opini ditulis Heri Priyatmoko, Dosen Sejarah Fakultas sastra Universitas Sanata Dharma. Artikel opini yang sangat kental dengan
subjektivitas si pengarang sejalan dengan pendapat Rahardi 2012: 25 yang mengatakan bahwa views merupakan pandangan atau pendapat, yang tentu saja
sangat kentas dengan nuansa subjektivitasnya. Dikatakan bersifat subjektif nuansanya karena di situ ketajaman dan keluasan cakrawala pandang pribadi
penulisnya menjadi tolok ukur bagi baik-tidaknya tulisan yang berdimensi views itu. Selajan pula dengan pendapat Sagiya dalam Rahardi 2012: 34 yang
mengatakan opini itu merupakan ide, gagasan, dan pendapat subjektivitas penulisnya. Views menurut Kuncoro dalam Rahardi 2012: 21 disebut artikel
– dapat mencangkup esai, opini, kolom, dan tajuk rencanaeditorial.
Menurut Rahardi 2012: 22 artikel dimedia massa entah berupa opini, kolom, esai, atau yang lainnya, selalu merujuk pada dimensi subjektivitas.
Artinya, salah satu penanda pokok dimensi views di dalam suatu media massa itu sesungguhnya adalah pandangan pribadi subjektif dari penulis. Maka segala
bentuk views harus ditempatkan pada halaman khusus secara tersendiri dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
media massa. Itulah yang lazim disebut sebagai halaman opini dalam media massa. Menurut Sa‟ud dan Komaidi dalam Rahardi 2012: 30 mengatakan bahwa
ketika menulis artikel opini harus berfokus pada pendapat pribadi penulis penulis menjadi pengendali penyampaia gagasan dan berisi argumen-argumen yang logis
dan juga berisi pemikiran kritis terhadap masalah aktual danatau kontroversial. Selajan dengan pandangan di atas Rahardi 2012: 26 juga mengatakan bahwa
views opini, kolom, dan esai harus memenuhi dua syarat sebuah artikel yaitu
aktual dan kontroversialan semua persoalan yang bersifat pro-kontra atau tema yang sedang diangkat itu mengandung perbedaan pendapat atau bahkan
pertentangan. Dimensi aktual di dalam views mencangkup dua dimensi yaitu aktual dalam dimensi waktu hal yang baru saja terjadiperistiwa yang baru saja
terjadi dan aktual dalam dimensi tema suatu peristiwa yang mungkin saja telah berlangsung cukup lama, tetapi bisa aktual bila dituliskan sekarang.
Melalui hal di atas dapat diketahui bahwa opini dalam media massa merupakan murni berisi pandangan diri si penulis tanpa dipengaruhi oleh pihak
lain. penulis opini bebas mengutarakan pendapatnya asalkan pendapatargumen itu diutarakan secara logis dan kritis. Bukan hanya itu saja, sebelum penulis
membuat sebuah argumen tentang suatu topik, penulis harus mampu mencari topik yang aktual, baik topikperistiwa baru saja terjadi atau sudah lama terjadi
dan melihat apakah topik yang akan diberi argumennya mengandung kontroversi, sehingga argument yang ditulisnya di media massa terutama surat kabar disukai
oleh pembaca. Penyediaan rubrik khusus opini pun juga diadakan agar antara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI