menguraikan rasa sakit ketika mendengar sirine. Dalam bagian sakit ini, subyek mengalami kesulitan mentransfer pengalaman rasa sakit secara
emosional ke dalam bahasa yang lebih operasional. Meskipun demikian, sebisa mungkin interviewer tetap menghindari kalimat-kalimat yang cenderung
memaksa subjek untuk melakukan operasionalisasi. Hal ini dilakukan guna membangun komunikasi yang didasari keterbukaan atau penyingkapan diri.
B. Analisis Data
Tipe penelitian ini adalah Personal Experience Story, di mana pengalaman yang diambil adalah pengalaman resiliensi wanita yang menjadi
penyintas erupsi Merapi 2010. Guna menunjukkan pengalaman subyek berkaitan dnegan erupsi 2010, proses penceritaan kembali akan digunakan
kerangka waktu yang secara kronologis akan dinarasikan lewat 1 sebelum erupsi beginning, 2 ketika erupsi middle, dan 3 setelah erupsi end. Dari
ketiga dimensi waktu tersebut akan diuraikan mengenai interaksi personal- sosial yang diharapkan dapat menggambarkan proses resiliensi subyek.
Setelah dilakukan sintesis antara pengalaman Ibu Pur dengan Ibu Mur maka diperoleh tema-tema yang secara kronologis dibagi dalam 3 dimensi
waktu. Berikut adalah penguraian tema yang diperoleh:
1. Sebelum Erupsi Beginning
a. Manusia sebagai pembaca tanda
Tema manusia sebagai pembaca tanda tampak saat pra-erupsi. Kedua subjek merasakan bahwa Merapi akan erupsi. Ibu Pur menduga
namun tidak tahu jika erupsi akan besar. Sedangkan Ibu Mur yang lebih sering bersebtuhan dengan pengalaman erupsi telah menduga bahwa
erupsi cukup besar sehingga memutuskan untuk mengungsi. Itu tidak tahu, saya di rumah juga tidak. Nggak ada tanda,
nggak ada…Tapi kejadian yang besar yang Jumat. Yang Jumat itu ada tanda-tanda. Rumah ini kan gempa. Itu dari
siang itu udah gempa, terus langit gelap, terus ada abu sedikit. Tapi siangnya itu juga ngaji di masjid. Itu siangnya
panas ya.
Ibu Pur Waktu itu kan saya mikirnya erupsi Merapi itu biasa-biasa
aja. Soalnya tahun 2006 saya nggak pergi malahan, saya lihat di rumah. Di Masjid itu. Nggak pergi. Saya kira 2010
kemarin kan di atas sudah merah. Jadi saya harus pergi. Ibu Mur
b. Cara hidup berdasarkan kearifan lokal
Ada perbedaan antara kedua subjek dalam memandang Merapi. Cara hidup Ibu Pur berkaitan erat dengan agama dan masa kecilnya tidak
akrab dengan Merapi, sedangkan Ibu Mur cenderung lebih akrab dengan Merapi sejak kecil sehingga nilai lokalitas masih menempel dalam diri
Ibu Mur. Hal ini kemudian berimplikasi pada cara pandang yang berbeda terhadap gunung Merapi.
Nek di dalam agama, Merapi itu juga termasuk ciptaan Allah.Terus Merapi itu kan juga berguna. Kalau nggak
meletus kan juga nggak ada pasir, nggak bisa tumbuh tanaman-tanaman di sekitarnya nggak bisa tumbuh subur.
Itu juga manfaat bagi manusia. Dan Merapi itu sebagai paku. Bumi kalau nggak ada pakunya, ya nggak tenang,
ngombang-ambing. Dulu kan ceritanya, diciptakan pertama kali sebelum ada gunung-gunung kan seperti di atas air.
Jadi, terombang-ambing gitu, tapi setelah ada gunung barulah bumi itu tenang. Bisa ditempati manusia. Gunung
itu pokoke manfaat ya Mas.
Ibu Pur