Manusia sebagai pembaca tanda

kan punya anak-anak kecil, orang gila. Terus perkiraan itu lho, ngapain ngungsi, wong udah meletus. Ibu Pur Saya bagaimana? Kalau saya tipenya orang manut suami, jadi gimana suami gitu aja. Kalau sendiri mungkin ya melarikan diri. Kalau nggak ya mungkin di masjid. Karena saya ki tipenya ki, suami bilang nggak ya nggak. Suami bilang iya; ya. Jadi alurnya nggak bisa sendiri. Ibu Pur

3. Setelah Erupsi End

a. Pengalaman kehilangan

Pengalaman kehilangan hanya dirasakan oleh Ibu Mur. Erupsi Merapi menyebabkan kejatuhan perekonomian keluarga maupun masyarakat sekitar, desanya hilang, keluarganya meninggal. Pengalaman ini dipandang Ibu Mur sebagai sebuah proses pembelajaran dalam hidup. Ya kadang-kadang. Kadang-kadang di saat tertentu ya Mas ya. Misalnya ada acara prosesi Labuhan atau apa. Waktu yang pertama saya pulang pas, saya juga abdi dalem, dandan pake kebaya. Saya pulang untuk yang pertama, waktu itu dianter itu saya hanya bisa nangis. Teringat semua-muanya. Merasa kehilangan, bayang-bayang simbah itu ada. Ibu Mur Kita sabar, ikhlas, Insya Allah. Sabar, iman, dan ikhlas. Sabar menghadapi musibah, iman sama yang di atas. Ikhlas menjalankan perintahNya. Kita bersosial; ikhlas. Seperti juga saya menghadapi musibah Merapi, ya kita harus bisa menerima dengan kesabaran. Dan kita harus merelakan, mengikhlaskan apa yang diberikan Allah kayak kemarin mungkin suatu itu sudah diambil. Ibu Mur Saya naik pertama kali tu pas di rumah Pak Bagyo, yang batas terbakar itu lho. Sampai atas mencari tilas rumah ya bingung Mas. Nek ra bingung ya ampuh. Tapi yo ra nangis. Malah heran. Ini beneran atau nggak. Ibu Mur

b. Mengatasi keadaan diri

Selama dan setelah suatu hal terjadi, maka manusia melakukan suatu hal yang sifatnya responsif. Jika ada masalah maka akan ada penyelesaian masalah. Begitu juga dalam bencana erupsi yang dialami Ibu Pur dan Ibu Mur. Ibu Pur dan Ibu Mur memiliki cara mengatasi keadaan yang cukup berbeda karena level akibat bencana Ibu Mur juga lebih tinggi dibandingkan dengan Ibu Pur. Namun, beberapa cara mengatasi efek erupsi memiliki kesamaan, yakni mengatasi kecemasan dengan berdoa. Rasanya ki pokoke ki udah siap-siap. Suara gemuruh itu semakin ke sini. Kan kita tu udah, yo wis nggak bisa….pokoke cuma di masjid. Pokoke baca sholawat, baca istighfar. Gitu kan. Ibu Pur Kalau saya kan Islam ya, yang jelas ya dengan berdoa. Ibu Mur Selain dengan berdoa, keduanya juga sama-sama menyelamatkan diri, meskipun pada Ibu Pur hanya sebatas rencana saja. Jika tidak menyelamatkan diri maka nyawa Ibu Mur akan terancam, sedangkan pada Ibu Pur yang rumahnya relatif jauh akan tetap baik-baik saja. Namun insting untuk menyelamatkan diri dari ketakutan ini muncul pada keduanya. Kalau mau melarikan diri, Pak Masrur ya nggak boleh. Wong suruh di Masjid aja. Itu pokoke di masjid kumpul semua, satu orang desa sini. Itu kan nggak pada mengungsi. Ibu Pur Ya kita harus menyelamatkan keluarga. Kita harus menyingkir dulu. Apa ada orang yang bisa menahan awan panas. Nggak ada. Alat apa yang bisa. Kalau kita harus ada keterangan dari BPPTK Merapi baru ada gawe ya kita jangan wani-wani. Kita harus menyingkit dulu. Sumingkir ya kita berdoa agar kita selamat. Ibu Mur