Pengalaman kehilangan Setelah Erupsi End

Ya saya itu, nek bekase lho, saya kan punya dasar bahwa Allah itu berkuasa dan kiamat itu akan terjadi. Lha saya itu percaya kalau itu kiamat kecil dan nanti pasti terjadi. Ibu Pur Semakin yakin bahwa Allah itu benar-benar kuasa, apa ya, saya baca dalam kitab saya, kan bacanya saya di kitab Al- Quran misalnya ada tanda-tanda itu udah persis. Sebelas- dua belas gitu. Ya udah. Perjalanan gunung Merapi meletus, orang-orang pada lari, itu kan udah ada dalam Quran. Jadi ya saya itu cuma itu. Ibu Pur Ya semakin kuat, kepasrahannya semakin..kepada Yang Maha Kuasa itu semakin takut. Jadi dikatakan dalam Quran, “Orang-orang yang takut dengan Allah itu dikatakan semakin tinggi derajatnya.” Karena Allah itu benar-benar kuasa sekali. KekuasaanNya itu melebihi yang di langit dan di bumi. Ibu Pur Ya iya to, namanya gunung berapi. Merapi memang punya kriteria sendiri. Yang jelas kan ya harus dikuatkan dengan keimanan, orang kan juga punya kepercayaan. Manusia itu kan nggak ada apa-apanya. Semua itukan ujian. Insya Allah, ujian itu kan kayak masnya. Ada lulus nggaknya. Ibu Mur Kita sabar, ikhlas, Insya Allah. Sabar, iman, dan ikhlas. Sabar menghadapi musibah, iman sama yang di atas. Ikhlas menjalankan perintahNya. Kita bersosial; ikhlas. Seperti juga saya menghadapi musibah Merapi, ya kita harus bisa menerima dengan kesabaran. Dan kita harus merelakan, mengikhlaskan apa yang diberikan Allah kayak kemarin mungkin suatu itu sudah diambil. Ibu Mur Sama keimanan. Saat itu ya mungkin kalau orang itu keimanannya ya labil ya nganu. Misalnya berdoa, ternyata ya masih. Walaupun namanya bencana, walaupun tidak digunung, kalau Allah menghendaki ya gitu. Ibu Mur

e. Pengalaman traumatis

Kedua subjek mengalami pengalaman traumatis. Namun, bobot dari masing-masing pengalaman traumatis akan berbeda sesuai dengan tingkat pengalaman kehilangan. Ibu Pur yang cenderung lebih aman dibandingkan Ibu Mur juga mengalami pengalaman traumatis yang hampir serupa dengan Ibu Mur. Ya saya kan nggak melihat, nek Pak Masrur kan mungkin masih teringat. Saya kan nggak melihat, jadi nggak tahu, jadi di perasaan nggak ada. Cuma itu, terasa getaran- getarannya itu, terus ketakutan-ketakutannya suara-suara itu. Ibu Pur [Kalau ingat jaman dahulu apakah masih merasa takut] Iya, ya tetep. Ibu Pur Lain dengan Ibu Mur yang justru merasa biasa ketika mendengar suara-suara dari perut Merapi. Ibu Mur merasa sudah biasa mendengar suara tersebut sejak dulu. Ibu Mur mengalami pengalaman traumatis dengan suara sirine. Dia mengaku merasa kesal, kaget, marah, dan sakit ketika mendengar suara sirine. Suara sirine mengingatkan pada segala pengalaman pahit ketika erupsi Merapi 2010. Kalau saya yang paling pokok ya sirine itu. Kalau kaitan dengan Merapi ya kalau ada suara gludak-gluduk, luncuran kecil-kecil itu ya dari dulu kan memang sering. Sebelum erupsi itu kan sering, hal biasa gitu lho. Ibu Mur Langsung merasa ngeri. Kaget. Kalau ada orang coba-coba membunyikan sirine pasti saya malah sering marah saya. Nggak pas lagi. Ibu Mur Terus apa ya, bunyi sirene itu lho Mas. Sirene mobil ambulan itu lho yang sampai sekarang tidak hilang. Saya tu kalau dengar suara apa itu, ya sirene di ambulan atau HT, rasanya tu di sini tu sakit itu lho. Teringat yang dulu itu sampai sekarang itu. Itu sulit dihilangkan. Kayak trauma kalau ada suara itu. Kalau ada suara itu sakit rasanya. Ibu Mur Kan sirene di atas cuma ngak-ngek gitu. Tapi nggak tahu, awal mulanya di Barek kan semalam cuma ada sirene itu