Cara hidup berdasarkan kearifan lokal

b. Mengatasi keadaan diri

Selama dan setelah suatu hal terjadi, maka manusia melakukan suatu hal yang sifatnya responsif. Jika ada masalah maka akan ada penyelesaian masalah. Begitu juga dalam bencana erupsi yang dialami Ibu Pur dan Ibu Mur. Ibu Pur dan Ibu Mur memiliki cara mengatasi keadaan yang cukup berbeda karena level akibat bencana Ibu Mur juga lebih tinggi dibandingkan dengan Ibu Pur. Namun, beberapa cara mengatasi efek erupsi memiliki kesamaan, yakni mengatasi kecemasan dengan berdoa. Rasanya ki pokoke ki udah siap-siap. Suara gemuruh itu semakin ke sini. Kan kita tu udah, yo wis nggak bisa….pokoke cuma di masjid. Pokoke baca sholawat, baca istighfar. Gitu kan. Ibu Pur Kalau saya kan Islam ya, yang jelas ya dengan berdoa. Ibu Mur Selain dengan berdoa, keduanya juga sama-sama menyelamatkan diri, meskipun pada Ibu Pur hanya sebatas rencana saja. Jika tidak menyelamatkan diri maka nyawa Ibu Mur akan terancam, sedangkan pada Ibu Pur yang rumahnya relatif jauh akan tetap baik-baik saja. Namun insting untuk menyelamatkan diri dari ketakutan ini muncul pada keduanya. Kalau mau melarikan diri, Pak Masrur ya nggak boleh. Wong suruh di Masjid aja. Itu pokoke di masjid kumpul semua, satu orang desa sini. Itu kan nggak pada mengungsi. Ibu Pur Ya kita harus menyelamatkan keluarga. Kita harus menyingkir dulu. Apa ada orang yang bisa menahan awan panas. Nggak ada. Alat apa yang bisa. Kalau kita harus ada keterangan dari BPPTK Merapi baru ada gawe ya kita jangan wani-wani. Kita harus menyingkit dulu. Sumingkir ya kita berdoa agar kita selamat. Ibu Mur Berbeda dengan Ibu Pur, Ibu Mur mengalami pengalaman kejatuhan secara ekonomi. Harta bendanya tidak ada yang tersisa. Desanya hilang. Selain itu sosok yang menjadi panutan di keluarga, Mbah Maridjan, juga meninggal dalam peristiwa erupsi. Ibu Mur mencoba untuk mengikhlaskan semua yang telah hilang akibat dari erupsi Merapi. Lha butuh duit je. Padahal ya panas-panas ngentang- ngentang. Pas naik kok lihat banyak orang, panas-panas gini ya butuhlah. Saya naik motor itu ya jualan air sama kaset-kaset ternyata ya habis. Ibu Mur Ya wanita-wanita, itu kan ya ngojek, supir Jeep. Ibu Mur Simbah to. Simbah itu memang sudah meninggal ya, tapi kadang merasa simbah itu masih gitu lho Mas. Kalau semua itu, harta benda ya udah diikhlaskan. Sudah kembali ke yang punya. Ibu Mur Ya sedikit-sedikit memang harus belajar mengikhlaskan. Percaya nggak percaya ya saya itu harus percaya bahwa simbah itu udah nggak ada. Ibu Mur Harus bangkit-lah. Pelan-pelan, dengan waktu kan orang itu bisa to diisi dengan kegiatan-kegiatan. Ibu Mur Lha saya belum jualan, orang lain malah sudah duluan. Ya gak papa, pada bangkit. Daripada cuma nglesot di pengungsian. Ibu Mur

c. Kerinduan pada masa lalu

Akibat pengalaman kehilangan, Ibu Mur merasa bahwa dia merindukan pengalaman terhadap suasana rumah. Sesekali dia datang ke Kinahrejo untuk melepas rasa rindunya dan bernostalgia dengan tanah