terus. Sampai sekarang sulit saya untuk..rasanya itu masih sakit kalau denger suara itu. Kalau denger suara itu
rasanya ya kayak “Ngungsi Ngungsi” Ibu Mur Dapat dipahami bahwa dengan level bencana yang lebih tinggi
dibandingkan dengan Ibu Pur, Ibu Mur mengalami pengalaman traumatis yang juga berlebih. Selain itu, berkaitan dengan suara aktivitas magma di
Merapi dapat dipahami bahwa keakraban dengan Merapi menjadi faktor yang membedakan pengalaman traumatis satu sama lain di mana Ibu Pur
merasa takut dengan suara itu, sedangkan Ibu Mur justru sudah resisten.
f. Keyakinan akan nasib
Keyakinan akan nasib ini muncul pada Ibu Pur saja. Asal-muasal keyakinan ini bersumber pada keberadaan suami Ibu Pur. Oleh karena itu
keyakinan akan nasib di sini juga berkelindan dengan adanya dependensi terhadap otoritas luar. Dalam hal ini adalah terhadap suami Ibu Pur.
Namun, dependensi di sini dipandang positif dalam nilai-nilai religius. Iya, ngrasa cemas, takut. Ya namanya manusia. Pak
Masrur aja juga tapi dia mengira itu meletusnya ke sana, seandainya ke sini, dia yo lari. Bukan kita itu nggak
persiapan terus cuma pasrah itu ya nggak. Itu kan dilihat dulu, dari jauh to. Kalau mau lari ya bisa ke arah sana
misalnya. Ternyata laharnya di sana, di Gendol. Nggak mungkin ke arah sini.
Ibu Pur Gitu terus habis itu disuruh ngungsi yo nggak mau, wong
itu udah meletus yang paling besar itu. Tapi kan beritanya masih gencar itu, nanti beritanya masih akan meletus besar
lagi itu. Mau sigar to itu.
Ibu Pur Terus prinsip dalam kitab saya, wanita itu yang baik itu
yang tongat sama suami. Ya udah itu, ya cuma manut sama Allah gitu. Wanita yang bagus itu…ya manut aja.
Perjalanan saya cuma itu, sama ilmu agama. Ibu Pur
g. Memandang sekitar sebagai sesuatu yang mutualistis
Pandangan terhadap sekitar yang mutualistis ini muncul pada kedua subjek. Namun pada Ibu Pur pandangan ini bercampur-aduk
dengan kepatuhan terhadap suami. Sedangkan pada Ibu Mur, pandangan ini membuatnya semakin hidup dan merasa berkewajiban untuk
bekerjasama satu sama lain. Pada tema ini, pandangan mutualistis lebih mengarah pada Ibu Mur yang juga masih berkaitan dengan cara
mengatasi keadaan. Karena sekarang ilmunya sudah ada BPPTK. Kadang
kalau Merapi bergejolak ya kadang diSMS, kadang saya SMS.
Ibu Mur Merapi itu ya seperti sahabat. Kalau saya ya memang
harus ikut
menjaga lingkungannya,
penanaman- penanaman, penghijauan.
Ibu Mur Kan tidak sendirian. Kita tidak sendirian.
Ibu Mur Anak-anak kan juga trauma, harus membesarkan hatinya,
iya to? Seperti itu kan..iya anak-anak. Kasih dukungan. Ternyata cukup banyak orang kasih dukungan, support.
Niliki itu, jenguk. Walaupun saya itu ngungsinya mandiri to.
Ibu Mur Kadang kan juga butuh teman. Di sana kan juga guyonan
karo kancane. Ibu Mur
C. Pembahasan
Ibu Pur, subyek pertama, tinggal di sebuah rumah yang sekaligus menjadi sebuah pesantren di kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY. Jarak
tempat tinggal yang relatif dekat dengan gunung Merapi ini memungkinkan jika suatu saat Merapi erupsi maka dampaknya sampai di kediaman Ibu Pur.