Menurut Smith 2009, ada dua langkah besar dalam penelitian dengan pendekatan psikologi naratif. Pertama adalah mengumpulkan narasi.
Adapun pengumpulan ini dilakukan lewat wawancara kisah kehidupan yang berisi mengenai pengalaman sehari-hari dalam penelitian ini berarti
pengalaman ketika erupsi. Selain itu, pembuatan jurnal pribadi seseorang, pengumpulan foto, bahkan pembuatan video dapat membantu dalam
memperoleh data naratif seseorang. Kedua adalah menganalisis narasi. Ada dua fase dalam analisis narasi.
Yang pertama adalah fase deskriptif. Proses analisis pada fase deskriptif ini dapat dibantu dengan membaginya ke dalam sekuensi, misalnya; awal,
tengah, dan akhir. Analisis ini dilakukan dengan cara menyoroti isu penting dalam teks dan mengidentifikasi keterkaitan naratif antar bagian. Selain itu,
sub-alur dalam narasi juga perlu untuk ditemukan kemudian dibuat ringkasan agar dapat mengembangkan kerangka coding lewat gagasan atau isu utama
dalam cerita. Kerangka coding ini dibuat dengan tujuan menangkap makna menyeluruh dari narasi dan isu khusus yang ada dalam narasi. Fase kedua
adalah fase interpretatif. Fase interpretatif berusaha untuk mengaitkan narasi dengan literatur teoritis yang lebih luas sebagai pedomannya.
Guna mencapai tujuan penelitian, studi naratif yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi langkah sebagai berikut untuk detail akan dijelaskan
pada bagian E: a.
Membuat daftar pertanyaan yang mengungkap pengalaman sebelum, selama, dan sesudah erupsi Merapi 2010.
b. Memastikan subyek dan mengumpulkan data.
c. Menganalisa kisah subyek dan menceritakannya kembali lewat sebuah
story line .
d. Menganalisa peran kearifan lokal terhadap resiliensi subyek.
B. Subyek Penelitian
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berawal dari asumsi mengenai realitas atau fenomena sosial yang khas dan kompleks memiliki
tujuan untuk mendiskripsikan fenomena tersebut secara utuh Bungin, 2008. Oleh karena itu, untuk memenuhi tujuan dasar penelitian kualitatif tersebut
maka dalam penelitian ini penulis akan menggunakan dua orang subyek penelitian yang dengan sengaja dipilih karena sebagai penyintas atau pelaku
dan memiliki ingatan tentang peristiwa erupsi Merapi 2010 Bungin, 2008. Pemilihan ketiga subyek penelitian tersebut juga didasari dengan adanya
kecenderungan bahwa cara seseorang untuk mengingat masalalunya bergantung dari hubungannya dengan komunitas Pennebaker Banastik,
1997 tidak hanya dalam arti kualitas hubungan namun juga peranan dalam komunitas juga menentukan adanya keterkaitan dari model tersebut.
Peneliti memilih subyek dengan berbagai macam karakteristik yang berdasarkan pada kelas sosial dan kelas ekonomi; abangan dan santri Geertz,
1960. Subyek pertama adalah Ibu Pur. Ibu Pur merupakan wanita yang berasal dari kelas ekonomi menengah ke atas, hidup di lingkungan pondok
pesantren yang posisinya masuk pada kawasan bahaya kurang dari 5 Km dari
puncak Merapi pada saat terjadi erupsi tidak mengungsi dan rumahnya menjadi tempat pengungsian warga sekitar. Subyek kedua adalah Ibu Mur.
Ibu Mur berasal dari kelas ekonomi menengah, yakni menantu almarhum Mbah Maridjan Juru Kunci Merapi yang menjadi korban dari erupsi Merapi
2010. Berdasarkan pada penggolongan yang dilakukan Geertz 1960, maka subyek pertama yang cenderung lekat dengan agama digolongkan sebagai
santri, sedangkan subyek kedua yang cenderung lekat dengan adat lokal adalah golongan abangan. Kedua karakteristik yang berbeda diharapkan dapat
menghasilkan data yang memperlihatkan variasi sekaligus dinamika untuk saling memperkuat data.
Subyek yang termasuk dalam kategori ‗korban langsung‘penyintas merupakan sampel yang akan memberikan informasi langsung, faktual dan
apa adanya berdasarkan pada pengalaman pribadi Bungin, 2008. Dalam kasus ini subjek pertama adalah korban tidak langsung dan korban kedua
adalah korban langsung. Dengan perbedaan ini diharapkan diperoleh sebaran data dari dua perspektif yang berbeda.
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini akan berfokus pada resiliensi penyintas, khususnya: wanita pada peristiwa erupsi Merapi 2010. Dengan mengetahui detail dari
narasi, perasaan, dan sudut pandang subyek mengenai peristiwa erupsi Merapi 2010, penulis akan dapat mengetahui bagaimana kearifan lokal
berperan pada subyek untuk merekonstruksi atau memaknai ulang peristiwa
tersebut dan menempatkan makna-makna baru yang khas sehingga bisa bangkit dan menjalani kehidupannya dengan normal kembali resiliens serta
bebas dari PTSD.
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini akan dilakukan secara intensig dengan mengolah temuan yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan dengan
menggunakan berbagai macam sarana. Dalam penelitian kualitatif disebutkan bahwa sarana pengumpulan data dalam prosedur kualitatif meliputi:
pengamatan, wawancara, namun bisa juga mencakup dokumen, buku, kaset video, dan data sensus Strauss Corbin, 2003. Selain itu, keutamaan dari
penelitian kualitatif adalah dengan mengumpulkan data yang bersifat meluas serta dari berbagai sumber Creswell, 1998 dengan tetap berfokus pada
pengalaman penyintas mengenai erupsi Merapi 2010. Guna memenuhi prosedur penelitian kualitatif tersebut di atas maka dalam pengumpulan data
diawali dengan pengumgumpulan dan pengolahan terhadap penelitian sebelumnya tentang resiliensi dan budaya Jawa, serta berita dari media
tentang erupsi Merapi. Guna memperoleh data langsung dari subyek, digunakan wawancara. Berikut adalah uraian mengenai wawancara;
1. Wawancara
Wawancara merupakan sumber utama bagi penelitian naratif Smith,2009. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode
wawancara semi-terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan