Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah proses secara berkelanjutan dan interaktif antara dua orang atau lebih
menggunakan simbol verbal dan non-verbal guna membagikan informasi, mengubah perilaku orang lain. Dalam komunikasi terjadi distorsi sebagai
gangguan dalam upaya menerima umpan balik.
2. Definisi Komunikasi keluarga
Komunikasi keluarga adalah proses perkembangan intersubjektivitas oleh sekelompok orang yang didalamnya melibatkan sebuah kode yang
menghasilkan sebuah ikatan yang kuat seperti kesetiaan dan emosi sepanjang sejarah kehidupan dari waktu ke waktu Noller and Fiztpatrick, 1993. Hal itu
di dukung oleh Galvin dan Brommel, dalam Prasitthipab 2008 yang didefinisikan secara luas keluarga sebagai jaringan orang-orang yang berbagi
kehidupan mereka selama jangka waktu yang lama terikat oleh ikatan perkawinan, darah, atau komitmen, hukum yang menganggap dirinya sebagai
keluarga dan memiliki sejarah penting dan diharapkan di masa depan berfungsi dalam hubungan keluarga.
Sedangkan menurut Rae Sedwig dalam Febriyanti, Kismiati, dan Arisanti, 2012 komunikasi keluarga melibatkan suatu proses menggunakan
kata-kata, gerakan tubuh gesture, inotasi suara, melibatkan suatu tindakan yang menghasilkan pencitraan, melibatkan perasaan dengan maksud
mengajarkan, mempengaruhi anggota keluarga dan memberikan pemahaman terhadap suatu hal. Dapat dikatakan bahwa komunikasi keluarga adalah
komunikasi yang dilakukan antar anggota keluarga yang dilakukan secara langsung face to face dan setiap anggota keluarga yang melakukan
komunikasi dapat berperan sebagai komunikan maupun komunikator Febriyanti, Kismiati, dan Arisanti, 2012.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bserta melibatkan suatu proses menggunakan kata-kata, gerakan tubuh gesture,
inotasi suara guna memberikan suatu pemahaman. Dalam penelitian ini komunikasi keluarga yang dimaksudkan khususnya antara orangtua dan anak.
3. Dimensi Pada Pola Komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga berkembang unik selama jangka waktu yang relatif panjang yang didalamnya terkandung keyakinan, norma, dan sejarah di
antara anggota keluarga Baxter et al. 2005 dalam Prasitthipab 2008 . Selain itu pola komunikasi keluarga mempunyai asumsi bahwa pandangan anak-anak
tentang realitas dan sosialisasi mencerminkan bagaimana orang tua berkomunikasi dengan anak-anak mereka McLeod Chaffee dalam
Prasitthipab, 2008. Visi komunikasi memberikan model kerja sosial dan kognitif bagi anggota keluarga, memberikan mereka anggota keluarga
pedoman normatif bagaimana berperilaku dalam keluarga sehingga interaksi dalam keluarga memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat
Baxter et al. 2005 dalam Prasitthipab 2008 . Baldwin dalam Prasitthipab, 2008 menyatakan bahwa setiap jenis
keluarga menciptakan karakteristik yang membedakan sendiri seperti
keyakinan, sikap, dan perilaku komunikasi. Pola komunikasi dibagi menjadi dua dimensi yaitu :
a. Orientasi Kepatuhan Conformity-Orientation
Keluarga dengan konsep orientasi kepatuhan yaitu jenis keluarga yang mendorong anak-anak mereka untuk menghindari konflik serta
menampilkan kesesuaian dalam percakapan termasuk dalam hal perilaku, nilai dan keyakinan . Selain itu, orang tua berusaha untuk menghasilkan
kepercayaan homogen dan iklim saling tergantung, memiliki pandangan kepada anak-anak mereka bahwa argumentasi bukanlah cara terbaik untuk
memecahkan masalah Koener dan Fitzpatrick, 2002. Para anggota keluarga yang lebih muda diharapkan untuk
mematuhi orang tua atau orang yang lebih tua. Orientasi kepatuhan biasanya terjadi pada keluarga tradisional yang mengedepankan hierarkis
dan otoritas. Koener dan Fitzpatrick, 2002. Keluarga yang memiliki orientasi kepatuhan tinggi sangat mengutamakan kebersamaan dan waktu
dengan para anggota keluarga dirumah sedangkan keluarga dengan orientasi kepatuhan yang rendah akan cenderung mengembangkan
relasinya diluar lingkungan keluarga. Korner dan Fitzpatrick, 2002.
b. Orientasi Percakapan Conversation-Orientation
Keluarga dengan konsep orientasi percakapan yaitu jenis keluarga dimana orang tua mendorong untuk mendiskusikan isu-isu politik dan
sosial dengan anak-anak mereka Anggota keluarga memiliki hak untuk
berpendapat dan bersama-sama mendiskusikan pendapat mereka Koener dan Fitzpatrick, 2002. Anggota keluarga dengan orientasi percakapan
cenderung untuk menghabiskan sebagian besar waktu berdiskusi dengan satu sama lain untuk mencapai keputusan. Keputusan dalam keluarga
diambil bersadarkan kebaikan bersama. Anak-anak dari keluarga ini didorong untuk berkomunikasi secara terbuka dan spontan tentang
berbagai topik, bertukar ide dan pikiran, nilai-nilai serta saling berbagi perasaan Koener dan Fitzpatrick, 2002.
Keluarga dengan orientasi percakapan yang tinggi cenderung untuk menghargai perbedaan pendapat diantara anggota keluarga. Hal
tersebut dapat menciptakan komunikasi yang terbuka antara anggota keluarga sehingga hubungan keluarga terjalin toleransi, kerjasama dan
mengajarkan anak bersosialiasasi Korner dan Fitzpatrick, 2002. Sedangkan keluarga dengan orientasi percakapan yang rendah cenderung
Kurang berinteraksi dengan para anggota keluarga sehingga kurang terjadi diskusi, aktivitas serta pertukaran ide dan gagasan Koerner dan
Fitzpatrick, 2002. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua pola
komunikasi dalam keluarga yaitu conformity-orientation berdasarkan tingkat kepatuhan terhadap otoritas tertinggi yaitu orangtua. Kedua, conversation-
orientation yang didasarkan pada banyaknya waktu yang dihabiskan orangtua dan anak untuk berbincang-bincang secara terbuka mengenai topik apapun.