Perkembangan Sosial dan Emosi

nilai-nilai, sikap, dan keyakinan yang sama pada anggota keluarga Bebee, 2009. Keluarga yang menganut pola komunikasi dengan orientasi percakapan yaitu tipe keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu dengan berdiskusi satu sama lain untuk mencapai keputusan. Anak-anak dari keluarga-keluarga ini didorong untuk berkomunikasi secara terbuka, pertukaran ide, dan menikmati berbagi nilai-nilai. Selain itu, orangtua mendorong anak untuk mendiskusikan topik apapun Beebe, 2009. Penelitian yang dilakukan oleh Maria 1998 mengenai “tendensi delikuensi remaja ditinjau dari efektifitas komunikasi antara orang tua dengan remaja” menyimpulkan bahwa kurangnya efektifitas komunikasi antara remaja dan orang tua berkaitan erat dengan munculnya tendensi delikuensi pada remaja. Hal ini dikarenakan remaja memiliki kebutuhan akan kasih sayang, penghargaan diri, dan pengertian dari orang tuanya, yang hanya terpenuhi apabila tercipta komunikasi yang efektif antara anak dengan orang tua. Komunikasi keluarga memiliki beberapa dampak bagi setiap anggota keluarga. Salah satunya berimplikasi pada keberhasilan proses sosialisasi orangtua terhadap anak Setyowati, 2005. Setiap keluarga menerapkan pola komunikasi yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Komunikasi yang buruk akan menghasilkan perilaku penyimpangan terhadap remaja, sedangkan komunikasi yang baik menghindarkan remaja dari perilaku penyimpang. Pola komunikasi yang diterapkan dalam keluarga dapat mendukung perkembangan kapasitas anak untuk memahami tindakan prososial mereka sendiri Rechia, 2014. Anak-anak dari orientasi keluarga yang berbeda cenderung untuk mengembangkan perilaku sosial yang berbeda Fitzpatrick, Marshall, Leutwiler, Krcmar dalam Prasitthipab 2008. Dalam hal ini orangtua berperan penting karena merupakan agen sosialisasi pertama bagi anak sebagai manusia sosial Gerungan, 2009. Penelitian yang dilakukan oleh Huang dalam Brian, Matthew dan Keith, 2002 mendapatkan hasil bahwa anak yang berasal dari keluarga yang memiliki komunikasi berorientasi percakapan tinggi memandang dirinya lebih positif, terbuka, terlibat dalam kepemimpinan dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Walker dan Taylor 1991; dalam Papalia, 2009 dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa orangtua yang senantiasa mendengarkan, bertanya mengenai pendapat, meneliti tentang isu yang dibicarakan bersama remaja, dan berdiskusi dengan tingkat yang lebih aktif akan meningkatkan kemajuan perilaku yang baik. Hal tersebut terjadi karena setiap anggota keluarga terutama anak mempunyai hak untuk berpendapat sehingga mendorong anak untuk lebih inisiatif dan memiliki pandangan terbuka terhadap berbagai topik. Selain itu, anak juga menjadi peka terhadap kebutuhan orang lain disekitarnya. Sedangkan anak yang berasal dari keluarga yang memiliki orientasi kepatuhan cenderung mematuhi otoritas dari orangtua sehingga menghasilkan anak yang tertutup dan memiliki harga diri rendah dalam Brian, Matthew dan Keith, 2002. Orangtua yang senang berceramah dan menentang pendapat anak akan cenderung menghasilkan perilaku anak yang kurang baik Walker dan Taylor 1991; dalam Papalia, 2009. Hal tersebut berdampak pada relasi sosialnya di lingkungan yang lebih luas termasuk dalam menampilkan perilaku prososial. Keluarga yang berorientasi kepatuhan menerapkan kesamaan nilai antara orangtua dan anak. Orangtua memegang otoritas tertinggi dalam keluarga. Hal tersebut memiliki dampak anak menjadi pasif dan kurang inisiatif dalam pemikiran. Selain itu, tidak adanya toleransi orangtua terhadap anak dapat berakibat kurangnya kepekaan anak dalam menghadapi situasi. Keluarga yang memiliki pola komunikasi percakapan yang tinggi memungkinkan untuk memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal itu terjadi karena keluarga sering melakukan percakapan dan bertukar pikiran sehingga nantinya anak dapat lebih berkembang di luar lingkungan keluarganya. Hal itu tercermin dalam perilaku prososial yang tinggi pada anak. Sedangkan, remaja yang memiliki pola komunikasi kepatuhan yang tinggi akan memungkinkan remaja menjadi tertutup sehingga berdampak pada perilaku prososial yang cenderung rendah terhadap lingkungan sekitar. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya keterbukaan dari orangtua yang jarang melakukan percakapan sehingga ramaja menjadi tidak berkembang dan pasif.