Individu dengan orientasi kompetitif didefinisikan sebagai kecenderungan

mana orang tua sangat memperhatikan kebutuhan dasar mereka cenderung untuk mengembangkan kepercayaan dan keamanan, yang dapat meningkatkan orientasi prososial. Sebaliknya, orangtua yang tidak memperhatikan kebutuhan anak mereka cenderung untuk mengembangkan ketidakpercayaan dan rasa tidak aman, yang dapat meningkatkan orientasi individualistik Lange, 1997.

b. Faktor Internal

Faktor internal ialah faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku prososial. Faktor dari dalam individu yang dapat mempengaruhi perilaku prososial diantaranya adalah nilai. Nilai merupakan sebuah ide yang diperlukan sebagai pedoman seseorang dalam berperilaku, menjelaskan tindakan dan mengevaluasinya. Nilai di internalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian besar nilai-nilai tersebut berkaitan dengan tindakan prososial Staub, 1978 dalam Dayakisni, 2012. Selain itu, perbedaan nilai pada individu berimplikasi pada perbedaan tendensi prososial. Nilai yang dijadikan fokus adalah mengenai perbuatan baik, lebih khususnya berkaitan dengan perilaku prososial Schwartz, 1994 dalam Dovidio, et.al, 2006. Karakteristik personal pada setiap individu yang berbeda satu sama lain. Terdapat individu yang mempunyai kebutuhan yang tinggi agar disukai oleh lingkungan ada pula yang rendah Sears, 2009. Menurut Dayakisni, 2012. Perilaku prososial cenderung dilakukan oleh orang yang memiliki karakteristik kepribadian meliputi harga diri tinggi, rendahnya sikap mengindari tanggung jawab dan rendahnya kebutuhan akan persetujuan orang lain. Setiap orang memiliki motivasi yang berbeda dalam memberikan pertolongan. Motivasi dan moralitas dalam perilaku prososial di bagi menjadi tiga kelompok pertama, egoisme yaitu melihat kepentingan pribadi bukan kesejahteraan orang lain. Kedua, integritas moral yaitu terlibat dalam tingkah laku prososial demi kepuasan pribadi. Ketiga, hipokrasi moral yaitu individu yang didorong oleh motivasi agar terlihat bermoral dan menghindari kerugian atas tindakan bermoral yang dilakukanya Sears, 2009; Baron, 2005; Sarwono, 2009. Faktor moral juga merupakan salah satu dari faktor pengukuran SVO. Seseorang dengan orientasi prososial akan cenderung memiliki standar moral yang tinggi Declerk dan Bogaert, 2008. Jenis kelamin dapat menjadi faktor seseorang dalam berperilaku prososial. Sebuah penelitian menemukan bahwa kecenderungan untuk menolong pada remaja perempuan lebih besar daripada remaja laki-laki. Zimmer 2005 dalam Sarwono 2009. Hal serupa diungkapkan oleh Taylor dkk 2009 bahwa perempuan lebih aktif daripada perilaku prososial walaupun dalam bentuk tipe pemberian bantuan yang berbeda-beda. Suasana Hati juga dapat mempengaruhi individu untuk berperilaku prososial. Suasana hati yang buruk menyebabkan kita memusatkan