anak yang tertutup dan memiliki harga diri rendah dalam Brian, Matthew dan Keith, 2002. Orangtua yang senang berceramah dan menentang pendapat
anak akan cenderung menghasilkan perilaku anak yang kurang baik Walker dan Taylor 1991; dalam Papalia, 2009. Hal tersebut berdampak pada relasi
sosialnya di lingkungan yang lebih luas termasuk dalam menampilkan perilaku prososial. Keluarga yang berorientasi kepatuhan menerapkan
kesamaan nilai antara orangtua dan anak. Orangtua memegang otoritas tertinggi dalam keluarga. Hal tersebut memiliki dampak anak menjadi pasif
dan kurang inisiatif dalam pemikiran. Selain itu, tidak adanya toleransi orangtua terhadap anak dapat berakibat kurangnya kepekaan anak dalam
menghadapi situasi. Keluarga yang memiliki pola komunikasi percakapan yang tinggi
memungkinkan untuk memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal itu terjadi karena keluarga sering melakukan percakapan dan bertukar pikiran sehingga nantinya
anak dapat lebih berkembang di luar lingkungan keluarganya. Hal itu tercermin dalam perilaku prososial yang tinggi pada anak. Sedangkan, remaja
yang memiliki pola komunikasi kepatuhan yang tinggi akan memungkinkan remaja menjadi tertutup sehingga berdampak pada perilaku prososial yang
cenderung rendah terhadap lingkungan sekitar. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya keterbukaan dari orangtua yang jarang melakukan percakapan
sehingga ramaja menjadi tidak berkembang dan pasif.
Interaksi dari kedua pola dimensi komunikasi keluarga tersebut menghasilkan empat tipe pola komunikasi berdasarkan tinggi rendahnya.
Pertama adalah tipe konsensual yaitu keluarga yang sering melakukan percakapan dan memiliki kepatuhan yang tinggi. Kedua adalah tipe pluralistik
yaitu keluarga yang sering melakukan percakapan namun memiliki kepatuhan yang rendah. Ketiga adalah tipe protektif yaitu keluarga yang memiliki
kepatuhan yang tinggi dan jarang melakukan percakapan, dan yang terahkir adalah tipe laizze-fair yaitu keluarga yang jarang melakukan percakapan dan
memiliki kepatuhan yang rendah. Masing-masing tipe ini dapat mempengaruhi perilaku pada anak, salah satunya adalah perilaku prososial.
Perilaku prososial merupakan tindakan yang sebagian besar dilakukan untuk menolong
orang lain yang diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan orang lain baik secara fisik maupun psikis terlepas dari motif- motif si penolong. Masa remaja merupakan waktu untuk meningkatkan
perilaku prososial. Hal tersebut disebabkan karena remaja memiliki kebutuhan untuk bekerjasama, memiliki dan memelihara hubungan timbal balik dengan
sesama Berk, 2012. Penting bagi remaja untuk mengembangkan perilaku prososial agar sesuai dengan tuntunan sosial yang ada di lingkungan
masyarakat. Keluarga yang memiliki tipe komunikasi konsensual akan cenderung
mengarahkan remaja pada perilaku prososial karena memiliki relasi yang memuaskan dengan lingkungan, bersikap flexible dan penuh kasih sayang.
Begitu pula dengan keluarga yang memiliki tipe komunikasi pluralistik, akan cenderung mengarahkan remaja pada perilaku prososial karena memiliki
keterbukaan diri dan kemampuan bersosialisasi. Sedangkan tipe komunikasi protektif akan cenderung mengarahkan remaja pada perilaku individual karena
cenderung tertutup sehingga anak menjadi pasif dan kurang inisiatif. Terakhir, tipe komunikasi laizze-faire akan cenderung mengarahkan anak pada perilaku
kompetitif karena tidak memiliki keterbukaan diri dan harga diri yang rendah Brian, Mathew, Keith, 2002
Pola Komunikasi Keluarga
Konsensual
- -
Kepatuhan tinggi
- - Percakapan
tinggi
Prososial Prososial
Dampak pada remaja:
1. Memiliki
Keterbukaan diri
2. Memiliki
Kemampuan bersosialisasi
Dampak pada remaja :
1. Bersikap cenderung
tertutup 2. Pasif
dan kurang
inisiatif
Dampak pada remaja :
1. Relasi yang
memuaskan dengan
lingkungan
2. Bersikap
3. fleksibel
3. Penuh kasih sayang
Dampak pada remaja :
1. Harga diri
rendah 2.
2. Tidak memiliki
keterbukaan diri
Pluralistik
- Kepatuhan
rendah -
Percakapan tinggi
Protektif
- Kepatuhan
tinggi -
Percakapan rendah
Laizze-Faire
- Kepatuhan
rendah -
Percakapan rendah
Individual Kompetitif
E. Hipotesis
Berdasarkan teori-teori yang menjelaskan tentang tipe komunikasi dan kecenderungan perilaku prososial maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
terdapat hubungan antara tipe komunikasi keluarga dengan kecenderungan perilaku prososial remaja.
46
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian korelasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara dimensi pola komunikasi
keluarga dengan perilaku prososial pada remaja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data-data numerikal yang
diolah dengan metode statistik Azwar, 2004. Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini diukur sehingga data-data yang terdiri dari angka-angka dapat
dianalisis berdasarkan prosedur statistik Noor, 2011.
B. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian
Untuk menguji suatu hipotesis, sebelumnya akan dilakukan identifikasi variable-variabel yang dilibatkan dalam penelitian. Adapun variabel-variabel yang
dilibatkan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas
: Tipe Komunikasi Keluarga a.
Tipe Komunikasi Pluralistik Tipe komunikasi yang dihasilkan dari pola komunikasi berorientasi
percakapan tinggi dan orientasi kepatuhan rendah. b.
Tipe Komunikasi Protektif Tipe komunikasi yang dihasilkan dari pola komunikasi berorientasi
percakapan rendah dan orientasi kepatuhan tinggi.
c. Tipe Komunikasi Konsensual
Tipe komunikasi yang dihasilkan dari pola komunikasi berorientasi percakapan tinggi dan orientasi kepatuhan tinggi.
d. Tipe Komunikasi Laizze-faire
Tipe komunikasi yang dihasilkan dari pola komunikasi berorientasi percakapan rendahn dan orientasi kepatuhan rendah.
2. Variabel tergantung : Kecenderungan Perilaku prososial remaja
C. Definisi Operasional
Untuk keperluan penelitian, perlu ditentukan adanya batasan operasional terhadap variabel-variabel penelitian. Definisi Operasional adalah suatu definisi
yang memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur sehingga memberikan informasi-informasi yang diperlukan untuk mengukur
variabel-variabel yang akan diteliti Kountour, 2003. Batasan-batasan operasional variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Tipe Komunikasi keluarga a. Tipe konsensual
Tipe konsensual adalah tipe komunikasi dalam keluarga yang dirancang untuk menghasilkan rasa hormat dan patuh oleh anak terhadap
orangtua, membina hubungan sosial yang harmonis ketika dirumah dan anak cenderung memiliki kepercayaan yang homogen terhadap orangtua.
Namun disisi lain, orangtua dengan tipe konsensual sering berdiskusi, berpartisipasi dan berinteraksi membahas berbagai topik, mengambil
keputusan secara bersama-sama melalui negosiasi, terbuka terhadap nilai, dan menghargai adanya toleransi terhadap anak.
Tipe komunikasi konsensual ini dapat diungkap melalui dua skala yaitu, skala orientasi kepatuhan dan skala orientasi percakapan. Subjek
masuk dalam tipe pola komunikasi konsensual apabila mendapatkan skor tinggi pada kedua skala orientasi kepatuhan maupun orientasi percakapan.
b. Tipe Pluralistik
Tipe pluralistik adalah tipe komunikasi antara anak dan orangtua yang dirancang untuk sering berdiskusi, berpartisipasi dan berinteraksi
membahas berbagai topik, mengambil keputusan secara bersama-sama melalui negosiasi, terbuka terhadap nilai, dan menghargai adanya toleransi.
Namun disisi lain, anak dengan tipe orangtua pluralistik kurang memiliki rasa hormat dan patuh terhadap orangtua, hubungan sosial yang kurang
harmonis, tidak menghasilkan kepercayaan yang homogen antara anak dan orangtua.
Tipe komunikasi pluralistik ini dapat diungkap melalui dua skala yaitu, skala orientasi kepatuhan dan skala orientasi percakapan. Subjek
masuk dalam tipe pola komunikasi pluralistik apabila mendapatkan skor tinggi pada skala orientasi percakapan dan memiliki skor rendah untuk
skala orientasi kepatuhan.
c. Tipe Protektif
Tipe protektif adalah tipe komunikasi keluarga yang dirancang untuk menghasilkan rasa hormat dan patuh anak terhadap orangtua,
membina hubungan sosial yang harmonis ketika dirumah dan menghasilkan kepercayaan yang homogen. Namun disisi lain, tipe
komunikasi protektif jarang berdiskusi, orangtua pada tipe protektif jarang berpartisipasi dan berinteraksi dengan anak, keputusan berada pada
orangtua, kurang negosiasi dan toleransi serta kurang terbuka terhadap nilai.
Tipe komunikasi protektif ini dapat diungkap melalui dua skala yaitu, skala orientasi kepatuhan dan skala orientasi percakapan. Subjek
masuk dalam tipe pola komunikasi protektif apabila mendapatkan skor tinggi pada skala orientasi kepatuhan dan memiliki skor rendah untuk skala
orientasi percakapan.
d. Tipe Laizze-Fair
Tipe komunikasi Laizze-fair adalah tipe komunikasi dalam keluarga yang tidak memiliki rasa hormat, membina hubungan sosial yang kurang
harmonis ketika dirumah serta tidak memiliki kepercayaan yang homogeny antara orangtua dan anak. Selain itu, orangtua tipe komunikasi laizze-fair
jarang melakukan interaksi dengan anak, jarang mengambil keputusan secara bersama-sama, dan tidak terbuka terhadap nilai dan toleransi
terhadap terhadap anak.