F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukanya pengukuran tersebut Azwar, 2003. Penelitian ini menggunakan validitas isi content validity yang memiliki kemampuan untuk
menilai isi skala yang terdiri dari beberapa aspek dan komponen objek untuk mendukung konstrak teoritik yang hendak diukur Azwar, 2012.
Validitas isi dari skala ini diselidiki melalui Expert judgement. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah item-item dalam tes telah ditulis sesuai dengan
batasan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu juga memeriksa apakah masing-masing item telah sesuai dengan indikator perilaku yang hendak
diungkap dalam penelitian Azwar, 2012.
2. Hasil Tryout a. Seleksi Item Untuk Skala Orientasi Kepatuhan dan Percakapan
Seleksi aitem dilakukan setelah aitem diuji dengan validitas isi melalui professional judgment dan telah dilakukan try-out. Berdasarkan hasil try-out
yang dilakukan di beberapa tempat yaitu kampus III Universitas Sanata Dharma, Galeria Mall, SMP Joaness Bosco, dan SMK Petrus Kanisius Klaten
maka didapatkan responden sebanyak 100 orang 55 perempuan, 45 laki-laki.
Seleksi aitem berfungsi untuk melihat aitem mana yang memiliki skor tinggi dan aitem mana yang memiliki skor rendah. Seleksi aitem dapat
dilakukan dengan melihat daya diskriminasi setiap aitem yang ada. Daya diskriminasi diperoleh dengan mengkorelasikan antara skor aitem dengan skor
aitem total. Korelasi antara skor aitem dengan skor total disebut koefisien korelasi aitem total rix. Besar koefisien korelasi aitem total bergerak dari 0
sampai 1,00 baik positif maupun negatif. Skor yang semakin mendekati 1,00 memiliki daya diskriminasi yang tinggi dan apabila mendekati angka 0 maka
aitem tersebut memiliki daya diskriminasi yang rendah Azwar, 2012. Item yang akan dipilih adalah item yang berkualitas yaitu, ≥ 0,30
sedangkan item yang memiliki kualitas yg tidak baik yaitu aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem-total kurang dari 0,30 akan digugurkan dan tidak
dimasukan dalam skala Azwar, 2012. Jika jumlah aitem yang lolos kurang memenuhi jumlah yang diharapkan, skor korelasi aitem-total dapat di turunkan
hingga 0,25 Azwar, 2012. Penelitian ini menggunakan nilai rix 0,30 dan taraf signifikasi 0.05. Hal
ini menunjukkan bahwa aitem yang digunakan memilki skor koefisien korelasi aitem-total ≥ 0,30 pada taraf signifikasi 0,05. Pengujian ini menggunakan
program SPSS 16 for windows. Pada skala dimensi pola komunikasi keluarga terdapat 40 item yang
terdiri dari 20 aitem favorable dan 20 item unfavorable. Aitem ini diseleksi dengan melihat rix-nya. Aitem yang memiliki nilai rix ≥ 0,30 dikategorikan
sebagai aitem yang baik, sedangkan aitem yang memiliki nilai rix ≤ 0,30 dikategorikan sebagai aitem yang kurang baik sehingga akan digugurkan. Skala
dimensi pola komunikasi diukur dengan melihat 2 dimensi yaitu pola komunikasi keluarga dengan orientasi percakapan dan pola komunikasi
keluarga dengan orientasi kepatuhan. Hasil dari pengujian data skala orientasi percakapan menunjukan bahwa
20 item yang memiliki nilai rix ≥ 0,30 dan tidak ada item yang memiliki nilai rix ≤ 0,30. Jadi aitem skala pola komunikasi keluarga dengan orientasi
percakapan berjumlah 20 aitem dan tidak ada yang digugurkan. Sedangkan, hasil dari pengujian data skala pola komunikasi keluarga dengan orientasi
kepatuhan menunjukan bahwa 10 aitem yang memiliki rix ≥ 0,30 dan 10 aitem yang memiliki nilai rix ≤ 0,30 yaitu 4, 12, 16, 20, 23, 28, 32, 36, 39, dan 40.
Melihat banyak aitem yang gugur, maka peneliti melakukan try out ulang. Hal ini dilakukan peneliti karena terdapat kemungkinan subjek memiliki
social desirability saat mengisi skala item dari pola komunikasi yang berorientasi kepatuhan. Try Out ulang dilaksanakan dengan menggunakan 40
item dari dimensi pola komunikasi keluarga dengan orientasi kepatuhan. Dari 40 item tersebut peneliti mengambil 10 item dari try out pertama untuk
dijadikan try out kedua. Hasil try out kedua dari pengujian data skala orientasi kepatuhan menunjukan bahwa 24 aitem yang memiliki nilai rix ≥ 0,30 dan 16
aitem yang memiliki rix ≤ 0,30 yaitu item 1, 2, 3, 5, 6, 7, 10, 11, 17, 22, 24, 26, 28, 33, 34, 38. Jadi jumlah skala orientasi kepatuhan menjadi 24 item.
Tabel 2 Blue print skala pola komunikasi keluarga setelah seleksi item
No. Dimensi Pola
Komunikasi Nomor Aitem
Jumlah Favorable
Unfavorable 1
Orientasi Percakapan
1, 5, 9, 13, 17, 21, 25, 29, 33, 37
2, 6, 10, 14, 18, 22, 26, 30, 34, 38
20
2 Orientasi
Kepatuhan
3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, 31, 35,
39 4, 8, 12, 16,
20, 24, 28, 32, 36, 40
10
Keterangan: Item yang dicetak tebal dan diberi bintang adalah item yang gugu Tabel 3
Blue print skala pola komunikasi keluarga setelah seleksi item dan Try-Out ulang
No. Dimensi
Nomor Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Orientasi Percakapan
2, 6, 9, 14, 18, 26, 30, 33, 39, 41
1, 8, 12, 15, 17, 23, 25, 31, 35, 43
20
2. Orientasi Kepatuhan
3, 7, 10, 13, 19, 21, 24, 27, 29, 34,
37, 38, 40, 42, 44 4, 5, 11, 16, 20,
22, 28, 32, 36 24
b. Deskripsi subjek untuk skala SVO
Perilaku prososial remaja dalam penelitian ini diukur menggunakan skala Social Value Orientation SVO. Tryout dalam penelitian ini bertujuan
untuk melihat apakah skala SVO dapat digunakan untuk mengklasifikasikan subjek ke dalam tiga kategori. Skala SVO terdiri dari tiga kategori yaitu