c. Individu dengan orientasi kompetitif didefinisikan sebagai kecenderungan
seseorang untuk meningkatkan perbedaan hasil antara diri sendiri dan orang lain yaitu dengan membuat selisih pendapatan yang jauh lebih
banyak untuk dirinya dan lebih sedikit untuk orang lain.
Peneliti akan menggunakan skala SVO untuk mengukur kecenderungan perilaku prososial. Hal ini dilakukan untuk menghindari efek social desirability
yang akan terjadi apabila menggunakan skala likert. Hasil dari SVO perlu untuk mempertimbangkan faktor perbedaan budaya
Lange, 2007. Penelitian dalam psikologi budaya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mendasar pada faktor budaya terkait dengan bagaimana cara individu
mendefinisikan diri dalam hubungan dengan orang lain Heine et, al., 1999 dalam Declerk, 2008. Budaya barat sering ditandai dengan individualisme,
sedangkan budaya kolektif seperti Jepang memiliki pandangan diri sebagai sebuah entitas yang saling tergantung dan saling terhubung satu sama lain
Kitayama et al., 1997 dalam Declerk, 2008. Chen, 2007 dalam Declerk, 2008 menyatakan bahwa norma-norma sosial tampaknya jauh lebih penting dalam
perilaku budaya kolektif dibandingkan dalam budaya individualistis.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku prososial
Ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku prososial bagi penolong bystander di masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkah laku prososial berasal dari faktor eksternal dan faktor internal.
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ialah faktor dari luar individu yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku prososial. Faktor dari luar
individu yang dapat mempengaruhi perilaku prososial diantaranya adalah jumlah kehadiran orang lain dalam sebuah situasi yang membutuhkan
pertolongan, semakin banyak orang yang hadir maka semakin kecil kemungkinan individu akan memberi bantuan dikarenakan adanya
penyebaran tanggung jawab Sears, 2009; Myers 2012. Tanggug jawab sosial juga merupakan faktor dari SVO. Individu yang memiliki nilai
orientasi prososial cenderung mempunyai tanggung jawab sosial yang lebih besar daripada seseorang yang memiliki nilai orientasi individualis
Cremer Lange, 2001 Selain itu faktor kondisi lingkungan dapat mempengaruhi
seseorang untuk memberikan bantuan misalnya cuaca. Saat cuaca cerah dan suhu yang nyaman orang akan lebih menampilkan perilaku menolong
dibandingkan saat hujan atau cuaca buruk. Selain itu ukuran kota juga memberikan hasil bahwa orang asing lebih mungkin ditolong di kota kecil
dibandingkan di kota besar Sears, 2009; Sarwono, 2009; Myers, 2012.
Faktor tekanan waktu dapat mempengaruhi perilaku menolong. Seseorang yang dalam kondisi tergesa-gesa akan cenderung tidak
memberikan bantuan karena mempertimbangkan keuntungan dan kerugian. Sebaliknya, seseorang yang tidak dalam kondisi tergesa-gesa
akan cenderung untuk memberikan pertolongan Sarwono, 2009; Sears, 2009; Myers, 2012
Selanjutnya adalah faktor karakteristik orang yang akan ditolong yaitu individu akan cenderung lebih cepat menolong orang yang dikenal
daripada orang asing. Selain itu, individu lebih mungkin menolong seseorang yang memiliki karakteristik yang sama dengan dirinya, misal
kesamaan fisik, gender atau RAS. Clayton, 2012; Sears, 2009; Baron; 2005; Sarwono, 2009; Myers 2012. Sedangkan dalam SVO karakteristik
orang yang ditolong muncul dalam perbedaan relasi yang terjalin antara individu dengan orang lain. Individu akan cenderung menolong teman
daripada menolong musuh. Atribusi atas penyebab kesulitan merupakan salah satu faktor
eksternal seseorang dalam berperilaku prososial. Seseorang akan cenderung menolong apabila hal tersebut murni kecelakaan dan bukan
sesuatu yang disebabkan oleh si korban. Sebaliknya, seseorang akan cenderung tidak menolong apabila hal tersebut disebabkan kesalahan atau
keteledoran dari korban sendiri Baron, 2005; Clayton, 2012; Sarwono, 2009; Desmita, 2009; Sears, 2009.