Faktor Eksternal Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku prososial

memiliki karakteristik kepribadian meliputi harga diri tinggi, rendahnya sikap mengindari tanggung jawab dan rendahnya kebutuhan akan persetujuan orang lain. Setiap orang memiliki motivasi yang berbeda dalam memberikan pertolongan. Motivasi dan moralitas dalam perilaku prososial di bagi menjadi tiga kelompok pertama, egoisme yaitu melihat kepentingan pribadi bukan kesejahteraan orang lain. Kedua, integritas moral yaitu terlibat dalam tingkah laku prososial demi kepuasan pribadi. Ketiga, hipokrasi moral yaitu individu yang didorong oleh motivasi agar terlihat bermoral dan menghindari kerugian atas tindakan bermoral yang dilakukanya Sears, 2009; Baron, 2005; Sarwono, 2009. Faktor moral juga merupakan salah satu dari faktor pengukuran SVO. Seseorang dengan orientasi prososial akan cenderung memiliki standar moral yang tinggi Declerk dan Bogaert, 2008. Jenis kelamin dapat menjadi faktor seseorang dalam berperilaku prososial. Sebuah penelitian menemukan bahwa kecenderungan untuk menolong pada remaja perempuan lebih besar daripada remaja laki-laki. Zimmer 2005 dalam Sarwono 2009. Hal serupa diungkapkan oleh Taylor dkk 2009 bahwa perempuan lebih aktif daripada perilaku prososial walaupun dalam bentuk tipe pemberian bantuan yang berbeda-beda. Suasana Hati juga dapat mempengaruhi individu untuk berperilaku prososial. Suasana hati yang buruk menyebabkan kita memusatkan perhatian pada diri kita sendiri, sehingga keadaan itu akan mengurangi kemungkinan untuk membantu orang lain Baron, 2005; Sears, 2009; Sarwono, 2009. Faktor empati, yaitu perasaan simpati dan secara tidak langsung merasakan penderitaan orang lain dapat meningkatkan perilaku prososial individu Staub dalam Dayakisni, 2012; Baron, 2005; Sarwono, 2009; Myers, 2012. Empati juga merupakan faktor orientasi nilai sosial SVO yang mempengaruhi individu dalam berperilaku prososial Decklerk dan Bogaert, 2008. Selanjutnya, faktor lain adalah menimbang untung dan rugi dalam tidakan menolong. Hal tersebut sebagai bagian dari pengambilan keputusan, individu akan menimbang kerugian dan manfaat apabila dirinya menolong Clayton, 2012; Sears, 2009. Dalam konteks orientasi nilai sosial faktor menimbang untung dan rugi merupakan perilaku dalam pengambilan keputusan. Keputusan tersebut diambil berdasarkan untung dan rugi. Hal ini berkaitan dengan orientasi nilai sosial dari seseorang Lange, 2007 Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial berasal dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal, yaitu faktor kehadiran orang lain, faktor lingkungan, tekanan waktu, faktor orang yang diberi pertolongan, atribusi penyebab kesulitan, model-model prososial dan pola asuh. Sedangkan faktor internal meliputi nilai, karakteristik personal, motivasi dan moralitas, suasana hati, empati, menimbang untung dan rugi.

B. Komunikasi Keluarga 1. Pengertian komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communion atau common. Jika mengadakan komunikasi, maka membagikan sebuah informasi agar si penerima maupun pengirim sepaham atas suatu pesan tertentu. Esensi dari komunikasi adalah menemukan dan memadukan si penerima dan si pengirim atas isi pesan yang khusus Wilbur dalam Siahaan, 2000. Barker 2002 yang menyatakan bahwa komunikasi sebagai proses biologis dan berbasis budaya, yang terjadi secara berkelanjutan dan interaktif di mana dua orang atau lebih menggunakan simbol verbal dan non-verbal untuk membentuk, memperkuat, atau mengubah perilaku orang lain, baik langsung atau dari waktu ke waktu, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing, dan pada gilirannya menjamin kelangsungan hidup kedua spesies dan individu. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Siahaan 2000 yang menyatakan komunikasi diperlukan agar manusia saling mengerti, saling menolong dan saling melengkapi Selain itu, komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan, terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik Devito, 2011. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah proses secara berkelanjutan dan interaktif antara dua orang atau lebih menggunakan simbol verbal dan non-verbal guna membagikan informasi, mengubah perilaku orang lain. Dalam komunikasi terjadi distorsi sebagai gangguan dalam upaya menerima umpan balik.

2. Definisi Komunikasi keluarga

Komunikasi keluarga adalah proses perkembangan intersubjektivitas oleh sekelompok orang yang didalamnya melibatkan sebuah kode yang menghasilkan sebuah ikatan yang kuat seperti kesetiaan dan emosi sepanjang sejarah kehidupan dari waktu ke waktu Noller and Fiztpatrick, 1993. Hal itu di dukung oleh Galvin dan Brommel, dalam Prasitthipab 2008 yang didefinisikan secara luas keluarga sebagai jaringan orang-orang yang berbagi kehidupan mereka selama jangka waktu yang lama terikat oleh ikatan perkawinan, darah, atau komitmen, hukum yang menganggap dirinya sebagai keluarga dan memiliki sejarah penting dan diharapkan di masa depan berfungsi dalam hubungan keluarga. Sedangkan menurut Rae Sedwig dalam Febriyanti, Kismiati, dan Arisanti, 2012 komunikasi keluarga melibatkan suatu proses menggunakan kata-kata, gerakan tubuh gesture, inotasi suara, melibatkan suatu tindakan yang menghasilkan pencitraan, melibatkan perasaan dengan maksud mengajarkan, mempengaruhi anggota keluarga dan memberikan pemahaman terhadap suatu hal. Dapat dikatakan bahwa komunikasi keluarga adalah