Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan dua seri tes. Metode ini tester hanya memiliki satu seri
tes, tetapi dicobakan kedua kali. Oleh karena tesnya hanya satu dan dicobakan dua kali, maka metode ini dapat disebut single-test-
double-trial-method. Kemdian hasil dari kedua kali tes tersebut dihitung korelasinya.
3 Metode Belah Dua Split-half Method
Metode ini tester hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Oleh karen itu disebut juga single-test-single-
trial-method. Metode ini dilakukan dengan cara membelah item atau butir soal. Ada dua cara membelah butir soal, yaitu:
a Membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang
selanjutnya disebut belahan ganjil-genap. b
Membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu separo jumlah pada nomor-nomor awal dan separo pada nomor-nomor
akhir yang selanjutnya disebut belahan awal-akhir.
c. Karakteristik Butir Soal
1 Daya Pembeda
Arikunto 2012: 226 mengemukakan daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa
yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah. Suwarto 2013: 108 mengemukakan
bahwa daya pembeda suatu butir tes berfungsi untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang
diukur sesuai dengan perbedaan yang ada pada kelompok itu. Sudjana 2009: 141 mengemukakan bahwa daya pembeda
mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu
tinggi prestasinya dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya. Rusdiana 2015: 167 mengemukakan bahwa daya
pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang
ditanyakan dan siswa yang tidak menguasai materi yang ditanyakan. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa daya
pembeda adalah kemampuan butir soal untuk dapat melihat atau mengetahui perbedaan dari siswa yang berkemampuan tinggi
dengan siswa yang berkemampuan rendah. 2
Tingkat Kesukaran Arikunto 2012: 222 mengemukakan soal yang baik adalah
soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Crocker dan Algina dalam Purwanto, 2009: 99 mengemukakan bahwa tingkat
kesukaran difficulty index atau disingkat TK dapat didefinisikan sebagai proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar. Aiken
dalam Rusdina, 2015: 163 mengemukakan bahwa tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk indeks. Sudjana 2009: 135 mengemukakan bahwa tingkat
kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tingkat
kesukaran adalah kemungkinan siswa untuk menjawab benar atau salah dalam mengerjakan soal berdasarkan kemampuan mereka.
3 Analisis Pengecoh
Purwanto 2009: 108 mengemukakan pengecoh distractor yang juga dikenal dengan istilah penyesat atau penggoda adalah
pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh yang sama sekali tidak dipilih tidak dapat melakukan fungsinya
sebagai pengecoh karena terlalu menyolok dan dimengerti oleh semua siswa sebagai pengecoh soal. Surapranata 2004: 43
menyatakan bahwa pengecoh berfungsi sebagai pengidentifikasi peserta tes yang berkemampuan tinggi. Pengecoh dikatakan
berfungsi efektif apabila banyak dipilih oleh peserta tes yang berasal dari kelompok bawah. Arikunto 2012: 233 mengemukakan bahwa
pengecoh dapat berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi peserta tes yang kurang
memahami materi. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis pengecoh adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan
kunci jawaban dan berfungsi sebagai pengecoh yang sengaja dibuat hampir mirip dengan kunci jawaban agar dapat mengalihkan
perhatian siswa untuk memilihnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Pengembangan Tes Hasil Belajar