31
lanjut pada setiap butir soal. Butir soal yang telah memenuhi syarat soal pilihan ganda yang baik seperti yang telah diuraikan sebelumnya,butir soal
tersebut termasuk dalam kategori butir soal yang baik. Butir soal yang memiliki kategori baik dapat disimpan pada bank soal dan digunakan
kembali pada ujian selanjutnya. Sementara itu, butir tes yang memiliki kekurangan atau belum sesuai dengan syarat soal pilihan ganda, maka butir
soal tersebut perlu diperbaiki atau dibuang dan digantikan dengan butir soal yang lain. Analisis soal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisis
kualitatif pada validitas isi soal dan analisis kuantitatif meliputi reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh.
8. Validitas
a. Definisi Validitas
Uno dan Koni 2012: 151 berpendapat bahwa validitas adalah hal yang berhubungan dengan ketepatan terhadap apa yang seharusnya
diukur oleh suatu butir soal dan seberapa cermat soal tersebut melakukan pengukurannya. Pendapat serupa mengenai validitas juga
diungkapkan oleh Djiwandono 2008: 164 yang menyatakan bahwa validitas adalah kesesuaian soal sebagai alat ukur dengan sasaran
pokok yang perlu diukur. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian validitas
butir soal, peneliti dapat menyimpulkan bahwa validitas butir soal adalah sifat yang sesuai dengan kenyataan. Butir soal dapat dikatakan
valid apabila mampu memberikan gambaran mengenai hal yang ingin
32
diukur secara benar sesuai dengan kenyataan. Sebaliknya, butir soal dikatakan tidak valid apabila tidak mampu memberikan gambaran
tentang hal yang ingin diukur secarabenar.
b. Jenis Validitas
Djiwandono 2008: 165 menyatakan bahwa terdapat empat jenis validitas yaitu, validitas isi content validity, validitas konstruksi
construct validity, validitas kesamaan concurrent validity, dan validitas prediksi predictive validity.
1 Validitas Isi Content Validity
Azwar 2015: 175 berpendapat bahwa validitas isi menunjukkan sejauhmana butir soal dalam tes atau ulangan
mencakup keseluruhan isi yang hendak diukur oleh tes tersebut. Tujuan dilakukan uji validitas isi adalah untuk mengetahui
kesesuaian antara materi yang ada pada butir soal dengan materi yang ingin diukur yaitu materi yang telah diajarkan berdasarkan
SK, KD, dan indikator pembelajaran. Kesesuaian tersebut dapat dilihat berdasarkan kesesuaian materi yang diujikan pada setiap
butir soal dengan materi pada indikator pembelajaran yang hendak diukur. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui
bahwa pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistika namun menggunakan analisis deskriptif, yaitu melihat
kesesuaian antara materi yang terdapat dalam butir soal dengan indikator pembelajaran. Pendapat tersebut senada dengan
33
pendapat Arikunto 2012: 82 yang menyatakan bahwa validitas isi menunjukkan suatu kondisi butir soal yang disusun
berdasarkan isi materi pelajaran yang diujikan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan
analisis pada validitas isi. Djiwandono 2008: 104 berpendapat bahwa analisis validitas isi dapat dilakukan dengan cara
mencocokan materi tes dengan indikator sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat pada kisi-kisi,
melakukan diskusi dengan sesama pendidik, atau mencermati kembali isi dari konsep yang akan diukur. Pendapat senada juga
disampaikan Nazir 2005: 146 yang menyatakan bahwa pengujian atau analisis validitas isi dilakukan pada setiap butir
soal untuk mengetahui kesesuaian antara materi yang telah disampaikan dengan materi pada butir soal yang diujikan.
Endrayanto dan Harumurti 2014: 84 berpendapat bahwa cara yang dapat dilakukan guru untuk memperoleh validitas isi
adalah dengan melakukan pemeriksaan ulang terhadap bahan atau materi pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar yang
akan diujikan. Apabila materi pada butir soal telah sesuai dengan materi pada indikator pembelajaran maka dapat
dinyatakan bahwa butir soal tersebut valid dari segi isi atau materinya.
2 Validitas Konstruksi Construct Validity
34
Arikunto 2012: 83 berpendapat bahwa validitas konstruksi menunjukkan kondisi alat penilaian yang disusun
berdasarkan aspek minat, kemampuan, dan sikap siswa yang seharusnya diukur. Cara menentukan adanya validitas konstruksi
adalah dengan cara melihat kesesuaian antara hasil tes dengan tujuan atau ciri-ciri tingkah laku yang hendak diukur.
Endrayanto dan Harumurti 2014: 285 berpendapat bahwa cara yang dilakukan guru untuk memperoleh validitas konstruksi
adalah menelaah tes hasil belajar dengan cara mencocokkan antara ranah kognitif atau aspek pengetahuan yang terdapat di
dalam tes dengan ranah kognitif yang hendak diungkap berdasarkan KD dan indikator. Suatu tes yang memiliki
kesesuaian antara ranah kognif yang terdapat di dalam tes dengan ranah kognitif yang hendak diukur sesuai dengan KD
dan indikator maka tes tersebut dinyatakan valid dari segi konstruksinya.
3 Validitas Kesamaan Concurrent Validity
Arikunto 2012: 83 menyatakan bahwa sebuah tes dikatakan memiliki validitas kesamaan jika menunjukkan hasil
yang sesuai dengan pengalaman. Hal ini menunjukkan bahwa tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pendapat tersebut
diperkuat oleh Sudjana 2010: 15 yang menyatakan bahwa suatu tes dinyatakan valid dari segi validitas kesamaan apabila
tes tersebut memiliki persamaan atau korelasi tinggi dengan tes
35
sejenis yang telah ada. Kesamaan tes tersebut meliputi kemampuan yang diukur, sasaran atau objek yang diukur, dan
waktu.
4 Validitas Prediksi Predictive Validity
Arikunto 2012: 64 berpendapat bahwa validitas prediksi menunjukkan hubungan antara nilai atau skor yang diperoleh
siswa pada suatu tes dengan keadaan yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat
Suraprana 2009: 54 yang menyatakan bahwa suatu tes dikatakan memiliki validitas prediksi apabila tes tersebut
memiliki kemampuan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Contoh penerapan validitas prediksi adalah ketika seorang siswa mengikuti tes seleksi masuk SMP dan mendapatkan nilai
atau skor yang tinggi, sehingga siswa tersebut diterima di SMP tersebut. Berdasarkan nilai yang diperoleh oleh siswa tersebut,
maka dapat diprediksi atau diperkirakan siswa tersebut mampu mengikuti proses pembelajaran yang baik di bangku SMP. Tes
prediksi tersebut dapat dikatakan memiliki validitas prediksi apabila siswa tersebut mampu mengikuti pembelajaran dengan
baik atau sesuai dengan prediksi. Namun, tes tersebut dikatakan tidak memiliki validitas prediksi apabila siswa tersebut tidak
36
mampu mengikuti pembelajaran dengan baik, sehingga hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan prediksi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat jenis validitas, yaitu validitas isi content
validity, validitas konstruksi construct validity, validitas kesamaan
concurrent validity, dan validitas prediksi predictive validity. Penelitian ini dibatasi oleh analisisvaliditas
isi. Penelitian ini menganalisis kesesuaian antara materi dalam butir soal yang diujikan dengan materi yang diajarkan atau
materi yang igin diukur seperti tertera indikator pembelajaran. Pembatasan penelitian juga berpedoman pada pendapat Azwar
2015: 178 yang menyatakan bahwa jenis validitas yang terpenting pada analisis tes prestasi belajar dalam hal ini adalah
Ulangan Akhir Semester adalah validitas isi. Analisis validitas isi pada penelitian ini dilakukan dengan cara melihat kesesuian
antara materi setiap butir soal yang diujikan yaitu soal pilihan ganda UAS genap tahun pelajaran 20142015 mata pelajaran
IPA kelas V dengan SK, KD, dan indikator pembelajaran seperti yang terdapat pada kisi-kisi penyusunan butir soal.
9. Reliabilitas